Anda di halaman 1dari 40

BAB 1

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 1


PENGAMBILAN SAMPEL LINGKUNGAN

PENGAMBILAN CONTOH (SAMPEL) AIR


UNTUK PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS

1. Botol contoh
Botol untuk tempat contoh air untuk pemeriksaan bakteriologis harus
bersih dan steril. Sterilisasi dilakukan pada suhu 1210C selama 15 menit di
dalam autoclave.
Botol sebaiknya mempunyai mulut lebar dan bertutup basah. Botol yang
mempunyai tutup yang masuk ke dalam leher harus diberi kertas pelindung.
Kertas pelindung ditutupkan di atas tutup dan diikat disekeliling leher botol
sebelum disteril.
Botol harus mempunyai volume yang cukup (minimum 250 mL) untuk
diisi contoh air paling sedikit 100 mL dan masih ada sisa ruang dalam
contoh sehingga dapat mencampur contoh sebelum diperiksa.
Untuk mengambil contoh yang mengandung sisa chlor, harus dipakai
botol yang telah diberi natrium tiosulfat untuk menetralkan sisa chlornya.
Penambahan larutan natrium Tiosulfat sebanyak 0,1 mL 10% cukup
untuk menetralkan sisa chlor sebanyak 15 mg/L dalam contoh air yang
ditambahkan sebelum sterilisasi.

1. Cara Pengambilan Contoh


Untuk pengambilan contoh perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Bagian botol yang akan berhubungan dengan air dihindarkan dari
kontaminasi (botol harus tetap tertutup sampai saat diisi).
 Masih cukup udara di dalam botol, untuk dapat mencampur rata
contoh sebelum diperiksa. Perlu diingat bahwa volume minimum contoh
untuk pemeriksaan bakteriologi adalah 100 mL.

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 2


 Tutup botol dan kertas pelindung diambil sebagai satu kesatuan,
dipegang diantara jari tangan. Kalau tidak mungkin memegang antara jari
tangan, tutup botol beserta kertas pelindung dapat diletakkan terbalik
ditempat yang kering.
 Botol dipegang dibagian bawah, diisi tanpa dibilas dan segera
secepatnya ditutup kembali setelah diisi.
3. Keterangan tentang Contoh
Contoh air yang dikirim, harus disertai keterangan yang lengkap
mengenai contoh air tersebut, antara lain:
- Nama dan alamat pengirim contoh air
- Waktu dan alamat pengambilan contoh
- Alasan pemeriksaan
- Tempat yang pasti darimana contoh diambil, misalnya kran di dalam
rumah, air langsung dari pipa induk atau sesudah melalui reservoir dari
rumah tersebut.
- Asal contoh air (dari sungai atau dari PDAM atau dari mata air)
- Diolah atau tidak, bila diolah bagaimana cara pengolahannya dan dosis
desinfektan yang digunakan.

4. Teknik Pengambilan Sampel Air Untuk Pemeriksaan Bakteriologi

Botol yang dipergunakan untuk pengambilan sampel idealnya adalah botol


gelas. Botol harus mempunyai sumbat atau penutup yang pas dan kuat, botol dan
penutup harus betul-betul steril. Botol harus dapat menampung paling sedikit 200 ml
air contoh (sampel bakteriologi).

Bila air sampel untuk pemeriksaan bakteriologi mengandung sisa chlor dan
chlor terus melanjutkan reaksinya terhadap bakteri yang masih ada dalam sampel,
berarti analisa tidak akan memberikan gambaran mikrobiologi sebenarnya dari air
sampel.

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 3


Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya penambahan sodium tiosulfat
yang tujuannya adalah agar tidak memberikan pengaruh terhadap mikroorganisme
dalam sampel baik ada chlor maupun tidak di dalam sampel air.

Pada pengambilan sampel air untuk pemeriksaan mikrobiologi semua alat


yang dipakai harus steril. Sehubungan dengan tujuan pengambilan sampel, air
diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) tipe :

a. Air kran dari jaringan distribusi dan lain-lain atau pancuran pompa tangan
permanen dan lain-lain.
Teknik pengambil air sampel yang berasal dari kran atau pancuran pompa adalah
sebagai berikut :
1) Membersihkan kran

Bersihkan kran dan setiap benda yang menempel dan


dapat mengganggu proses pengambilan sampel
dengan menggunakan kain bersih, bersihkan ujung
kran dari setiap kotoran atau debu

2) Membuka kran

Putar sampai kran terbuka sehingga air mengalir


secara maksimal dan biarkan air mengalir selama 1–2
menit, lalu tutup kembali.

3) Mensterilkan kran

Kran yang akan diambil air sampelnya disterilkan


terlebih dahulu selama 1 menit dengan api dari kapas
yang telah dicelupkan ke dalam alkohol. Alternatif
lain adalah dengan menggunakan api Bunsen.

4) Membuka kran

Dengan hati-hati buka kran dan biarkan air mengalir


selama 1 – 2 menit dengan aliran sedang.

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 4


5) Membuka botol-botol steril

 Teknik standar
Tali pengikat kertas pelindung dilepas dan penutup
diangkat atau diputar

 Teknik penutup dengan


alat
Tali pengikat kertas pelindung dilepas dan
kemudian diangkat, sementara kawan lain
membuka bungkus kecil isi penutup botol steril

6) Mengisi botol-botol

Sambil memegang penutup dan pelindung yang


mukanya menghadap ke bawah, botol dengan segera
ditaruh di bawah air yang mengucur dan segera botol
sampel diisi. Diusahakan pengisian botol sampel
jangan sampai penuh agar air sampel dapat dikocok
sebelum dianalisa.

7) Penutupan & penyumbatan botol

 Teknik Standar
Botol disumbat atau ditutup dengan cara memutar
tutup botol kemudian ditutup dengan kertas coklat
lalu diikat.

 Teknik menutup
dengan alat
Penutup diletakkan di tempatnya kemudian dipres
dengan alat penutup kemudian ditutup dengan
kertas coklat lalu diikat.

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 5


b. Air dari sumber air atau reservoir (sungai, danau, dll)
b.1.Membuka botol-botol steril

Tali
pengikat
kertas

pelindung dilepas dan penutup diangkat atau diputar

b.2 Mengisi botol

Pegang botol pada bagian agak ke bawah, celupkan


ke dalam air sampai kira-kira kedalaman 20 cm
dengan bibir menghadap ke atas, apabila ada aliran
dalam air, mulut botol harus menghadap ke arah
datangnya aliran air.

b.3. Penutupan/penyumbatan botol

 Teknik Standar
Botol disumbat atau ditutup dengan cara memutar tutup
botol kemudian ditutup dengan kertas coklat lalu diikat

 Teknik menutup dengan alat


Penutup diletakkan di tempatnya kemudian dipres
dengan alat penutup kemudian ditutup dengan kertas
coklat lalu diikat.

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 6


c. Air dari sumur gali dan lain-lain, dimana sampel lebih sulit diambil dari
pada sampel dari sumber air terbuka
c.1.Ikat batu dengan tali sebagai pemberat pada botol sampel

c.2.Ambil tali dan ikat pada botol sampel

c.3.Membuka botol-botol steril


Tali pengikat pada kertas pelindung dilepas dan penutup
diangkat atau diputar

c.4.Turunkan botol ke dalam sumur dengan pemberat batu,


lepas gulungan tali pelan-pelan. Usahakan botol tidak
menyentuh dinding sumur.

c.5.Tenggelamkan botol sampel ke dasar sumur dan biarkan


sampel botol terisi penuh.

c.6.Angkat botol sampel ke permukaan dan buang sedikit


airnya bila botol terlalu penuh agar ada ruang udara.

c.7. Menutup atau menyumbat botol


 Teknik Standar
Botol disumbat atau ditutup dengan cara
memutar tutup botol kemudian ditutup
dengan kertas coklat lalu diikat
 Teknik menutup dengan alat

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 7


Penutup diletakkan ditempatnya dan
kemudian dipres dengan alat penutup
kemudian ditutup dengan kertas coklat
lalu diikat.

CATATAN : Memakai botol sampel berpemberat

1) Siapkan nyala spiritus


2) Pegang botol sampel pada bagian bawahnya, buka kertas pembungkus botol di
bagian atasnya sedemikian rupa sehingga bagian bawah botol yang di pegang
tetap beralaskan kertas pembungkus
3) Uraikan tali botol kira-kira 50 cm yang tak terpegang oleh tangan
4) Buka tutup botol dengan cara mengambil tutup sebagai satu kesatuan dengan
kertas pelindung mulut – leher botol. Letakkan tutup beserta kertas pelindung
mulut – leher botol pada suatu tempat yang kering dengan posisi terbalik (tutup
menghadap ke atas)
5) Lewatkan mulut botol pada nyala spirtus
6) Turunkan botol perlahan-lahan ke dalam air, botol beserta tali yang akan masuk
ke dalam air tidak bersentuhan dengan tangan atau bagian dari dinding sumur
7) Biarkan botol masuk kira-kira 30 cm di bawah permukaan air dan terisi air
8) Angkatlah botol yang sudah terisi penuh ke atas
9) Tuangkan isi botol sampai tersisa kira-kira 2/3 botol sampel
10) Lewatkan mulut botol pada nyala spiritus
11) Ambil tutup botol (sebagai satu kesatuan dengan kertas pelindung mulut/leher
bool
12) Ikatlah erat-erat kertas pelindung pada leher botol kemudian tutup botol.
Pengepakan Botol Sampel Untuk Pengangkutan
Botol-botol harus diangkut atau dikirim di dalam suatu kotak yang kuat. Untuk
mencegah agar botol-botol sampel tidak pecah harus ada ruang yang cukup di dalam
kotak untuk menempatkan kantong-kantong yang berisi campuran pendingin untuk
mempertahankan sampel agar tetap sejuk.

Pengiriman Sampel
Jika waktu pengiriman lebih dari 24 jam, maka media khusus (cool pack) harus
dipergunakan. Temperatur ideal untuk penyimpanan sampel adalah 40C – 100C untuk
daerah yang beriklim panas.
Untuk menjamin bahwa setiap sampel mempunyai keterangan yang jelas, maka harus
dilengkapi dengan formulir. Formulir ini harus berisi semua informasi tentang
dimana dan kapan sampel diambil, termasuk keterangan tentang sampel dan nama
orang yang mengirim. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pengiriman sampel

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 8


harus mencantumkan data-data seperti pada formulir berikut : ”Lokasi, Titik sampel,
tempat pengambilan, sumber, sisa khlor, tanggal pengiriman, jam pengambilan,
pengirim”

Jangka Waktu Antara Pengambilan Contoh Dan Pemeriksaan


Bakteriologi

Karena pemeriksaan biologis yang ingin dilakukan, dimana aktivitas


mikrobiologis dapat berlangsung di dalam contoh, maka semua contoh harus
diperiksa segera setelah contoh diambil, sedapat mungkin 1 jam sesudah
pengambilan contoh. Jika hal ini tidak memungkinkan, contoh boleh disimpan
lebih lama akan tetapi tidak boleh lebih dari 24 jam. Dianjurkan untuk
mendinginkan contoh selama dalam pengiriman.

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 9


PENGAMBILAN CONTOH USAP ALAT MAKAN

1. Dasar Teori
Prinsip dasar persyaratan peralatan makan dalam pengolahan makanan
adalah aman sebagai alat perlengkapan, pemroses makanan aman ditinjau dari
bahan yang digunakan dan juga dari desain alat tersebut.
Pembersihan didefinisikan sebagai penghilang kotoran. Semua peralatan
yang digunakan untuk pengamanan dan pengolahan produk pangan selalu
diperhatikan kebersihannya. Selain harus selalu pada kondisi yang bersih,
peralatan tersebut juga harus bebas karat, jamur, minyak, cat yang terkelupas dan
kotoran-kotoran lainnya (sisa pengolahan sebelumnya).
Peralatan yang digunakan sebaiknya harus dicuci sampai bersih dengan
menggunakan air panas dan sabun (deterjen), dibantu dengan menggunakan sikat
halus dan atau setelah pencucian harus dilakukan pembilasan dengan air
secukupnya. Setelah itu disemprotkan atau dilap dengan menggunakan larutan
sanitaiser. Setelah dilap atau disemprot dengan larutan tersebut jangan dibilas
lagi, langsung saja dikeringkan sampai kering.
Jika tidak digunakan larutan sanitaiser dapat dilakukan pembilasan
dengan menggunakan air panas (mendidih). Peralatan-peralatan yang kecil seperti
sendok, garpu, pengaduk dan lain - lain yang susah dibersihkan hendaknya
direndam dalam larutan deterjen panas beberapa waktu sebelum dibersihkan
dengan menggunakan larutan sanitaiser. Sanitaiser adalah senyawa kimia yang
dapat mengurangi jumlah bakteri dan mikroba lainnya. Sanitaiser yang dapat
digunakan bermacam-macam diantaranya 100-200 ppm klorin / atau senyawa
kuat seperti ammonium / watener. Biasanya dilakukan dengan cara melarutkan
sanitaiser sekitar 3,8 – 7,6 ml ke dalam 25 l air panas (77 0C). Di samping itu, air
yang digunakan untuk proses pencucian peralatan hendaknya air yang bersih yang
memenuhi persyaratan sanitasi, sehingga mencegah kemungkinan kontaminasi.
2. Tujuan
a. Agar dapat diketahui tingkat kebersihan dari alat makan dan alat masak

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 10


b. Agar dapat memantapkan petugas dalam melakukan pengawasan
c. Memberikan data untuk feed back (umpan balik) kepada pengusaha.
3. Teknik Pengambilan
a. Pasang sarung tangan pada waktu pengambilan contoh
b. Alat yang akan diperiksa diambil 4 contoh secara acak dari tempat
penyimpanan.
c. Persiapkan catatan formulir pemeriksaan dengan membagi/memisahkan alat
makan tersebut.
d. Siapkan lidi kapas steril, kemudian buka tutup botol dan masukkan lidi kapas
steril ke dalamnya.
e. Lidi kapas dalam botol ditekan ke dinding botol untuk membuang airnya, baru
diangkat dan diusapkan pada alat makan (misalnya: mangkuk) sambil
menekan jendela ukur.
f. Cara melakukan usapan pada alat tersebut yaitu di ulang pada bagian yang
telah diusap.
g. Setelah habis mengusap, kapas lidi dimasukkan ke dalam botol. Lidi
dipatahkan atau digunting dan bibir botol disterilkan dengan api lampu
spiritus, kemudian ditutup dengan kapas.
h. Tempelkan label pada contoh dengan menggunakan kertas cellotape, dimana
label tersebut berisi keterangan tentang nama tempat pengambilan serta
tanggal pengambilan.
i. Kirim segera ke laboratorium dengan suhu dingin untuk diperiksa. Bila tidak
dapat dikirim segera simpan di tempat dingin.

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 11


PENGAMBILAN CONTOH (SAMPEL) AIR
UNTUK PEMERIKSAAN KIMIA

1. Jumlah Contoh Air


Untuk analisa fisika dan kimia hendaknya dikirimkan air kira-
kira 2 liter. Bila diperlukan pemeriksaan – pemeriksaan tertentu diperlukan
air lebih banyak. Tidak dibenarkan air yang sama diperiksa secara kimia,
bakteriologis serta mikroskopik, karena persyaratan cara pengambilan dan
tempat contoh air sangat berbeda.

1. Cara Pengambilan Contoh


Makin pendek selang waktu antara pengambilan dan analisa, hasil
pemeriksaan akan lebih baik. Sebenarnya sukar untuk menentukan
selang waktu tersebut karena tergantung dari sifat contoh air,
parameter yang akan diperiksa serta cara penyimpanannya.
Perubahan yang diakibatkan oleh kegiatan jasad renik dapat
dicegah dengan menyimpan di tempat gelap dan suhu yang rendah sampai
pemeriksaan dilakukan. Berikut ini adalah batas waktu maksimum untuk
pemeriksaan fisika dan kimia :
 Air bersih 72 jam
 Air yang sedikit tercemar 48 jam
 Air kotor/limbah 12 jam
Selang waktu tersebut hendaknya dicantumkan dalam laporan
laboratorium. Jika contoh air diawetkan dengan penambahan asam atau
pembunuhan jasad renik lainnya, selang waktu dapat diperpanjang.
Penambahan bahan pengawet ini perlu juga dicantumkan dalam laporan.
Beberapa kation akan hilang karena adsorbsi atau penukaran ion oleh
dinding gelas tempat contoh air. Contoh air untuk pemeriksaan kation-kation
aluminium, cadmium, kromium, tembaga, besi, timbal, mangan, perak, seng, zat
organic dan KKO perlu dipisahkan dalam botol yang bersih serta diasamkan

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 12


dengan asam klorida pekat atau asam sulfat sehingga dicapai pH ± 3,5 untuk
mencegah pengendapan dan adsorbsi oleh dinding botol. Untuk pemeriksaan
senyawa nitrogen, harus dipisahkan dalam botol yang bersih dan ditambahkan
beberapa tetes bahan pengawet toluol.
Beberapa parameter fisika dan kimia harus segera ditentukan di lapangan,
karena parameter tersebut akan berubah setelah sampai dilaboratorium.
Parameter- parameter tersebut adalah : suhu, pH, gas yang terlarut
(oksigen, karbon dioksida, hydrogen sulfide, gas chlor).
Perubahan kesetimbangan pH – kebasahan – karbon dioksida akan
mengendapkan kalsium karbonat sehingga menurunkan kadar kalsium dan
kesadahan. Senyawa besi dan mangan akan larut dalam valensi rendah
(tereduksi) dan merupakan senyawa yang tidak larut pada valensi tinggi
(terokisdasi) oleh karenanya kation-kation ini dapat mengendap atau larut
tergantung pada potensi reaksi contoh tersebut. Kegiatan jasad renik dapat
merubah kesetimbangan nitrat – nitrit – ammonia, menurunkan kadar phenol
dan KBO atau mereduksi sulfat menjadi sulfida. Sisa chlor akan direduksi
menjadi klorida.
Sulfida, sulfit, iodida dan sianida akan hilang karena pengaruh oksidasi.
Warna, bau dan kekeruhan dapat bertambah, berkurang atau berubah sifatnya.
Natrium, silikat dan boron dapat larut dari gelas contoh air tersebut. Cromium
valensi 6 dapat direduksi menjadi valensi 3.

2. Contoh yang representatif


Seringkali kesukaran-kesukaran dapat diatasi dan untuk penghematan
waktu dapat dilakukan bilamana sebelumnya diadakan pembicaraan antara
peminta analisa dan pelaksana analisa mengenai cara pengambilan contoh air
dan analisanya. Harus diusahakan supaya contoh yang diambil benar-benar
representatif dan dicegah kemungkinan kontaminasi selama dibawa ke
laboratorium.

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 13


Sebelum diisi dengan contoh air yang akan diperiksa, tempat
contoh dibilas dua sampai tiga kali dengan air tersebut. Contoh air yang
representatif dari beberapa sumber hanya dapat diperoleh dengan mencampur
contoh yang diambil pada periode waktu tertentu atau dari beberapa titik/tempat
pengambilan yang berbeda.
Cara pengambilan/pengumpulan contoh air itu berbeda-beda tergantung
pada macam dan keadaan tempat tersebut, sehingga tidak ada petunjuk secara
mendalam yang dapat digunakan secara umum.
Analisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor yang
penting adalah adanya kekeruhan. Pada analisa, kekeruhan ini harus
dihilangkan. Secara umum bahan tersuspensi yang ada dipisahkan dengan
dekanter, pemusingan, atau dengan cara penyaringan.
Kadang-kadang kekeruhan yang hanya sedikit dapat ditolerir, karena
tidak mempengaruhi penentuan secara gravimetris maupun volumetris. Kadang-
kadang perlu dinyatakan bahwa analisa dilakukan dengan atau tanpa
penyaringan.
Cara dan selang waktu penyimpanan juga merupakan faktor
penting yang dapat mempengaruhi analisa. Tiap contoh air harus diberi
keterangan yang jelas dan tidak mudah hilang pada tempat contoh
tersebut. Keterangan meliputi nama tempat pengambilan, tanggal, jam,
lokasi, dan suhu. Data lainnya juga seperti keadaan cuaca, tinggi
air, aliran air, dan lain- laininya. Tempat pengambilan harus diletakkan
yang tepat dan jelas pada peta sehingga dapat dibaca dan dimengerti
dengan mudah oleh orang lain.
Untuk mengambil contoh air dari sungai, danau, sumur, kolam
renang dan sebagainya, dapat dipergunakan alat yang seperti tergambar di
bawah ini:

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 14


Keterangan Gambar
t = tali
s = sumbat
b = botol
p = pemberat
k = kawat

Alat ini mudah dibuat, murah dan dapat dipercaya. Terdiri dari botol
plastik putih (b) dengan isi 1 liter. Pada bagian bawah diberi pemberat dari
timah putih (p) seberat 1,25 kg, kalau sukar mendapatkan timah putih
dapat diganti timah hitam (timbal). Pemberat ini diikat dengan kawat
kuningan atau tembaga, tidak boleh dipergunakan kawat danri besi, karena
akan mudah berkarat, sehingga mudah putus dan karatnya dapat
mencemari air. Mulut botol harus cukup lebar, sehingga dapat
dimasuki sumbat karet (s) yang diberi 2 buah lubang.
Pada lubang tersebut dimasukkan 2 buah pipa plastik dengan garis
tengah 0,5 cm. Sebuah pipa dimasukkan sampai dasar botol dan pipa
lainnya hanya sampai dasar sumbat, sedang ujungnya kira-kira 25 cm dari
luar botol. Pipa kedua ini dapat dipergunakan dengan ukuran lebih kecil dan
panjangnya dapat disesuaikan dengan kedalaman pengambilan. Sebelum
dipergunakan untuk pengambilan contoh air, alat ini harus dibersihkan
terlebih dahulu.
Pada pengambilan pertama, air dibuang, untuk membilas
(membersihkan) botol pengambil. Pengambilan kedua dipergunakan untuk
membilas tempat contoh air yang akan dikirimkan ke laboratorium.
Pengambilan ketiga diisikan kedalam tempat yang akan dikirim ke

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 15


laboratorium dengan cara membalikkan botol pengambil air tadi, sehingga ujung
pipa di luar mengenai dasamya. Hal ini untuk mencegah terjadinya aerasi.
Pada prinsipnya, air yang akan diperiksa diusahakan mempunyai susunan
sesuai dengan air aslinya. Semua tindakan yang merubah susunan
kimianya harus dihindarkan, baik tempat pengiriman maupun peralatan serta
contoh pengambilan.

4. Cara Kerja Pengambilan Contoh Air


a. Siapkan alat-alat seperti berikut:
 1 botol timba
 1 buah jerigen plastik (yang tidak luntur) 1000 mL
 1 buah jerigen plastik (yang tidak luntur) 500 mL
 1 buah botol plastik (dot) 250 mL
 1 buah botol pereaksi tutup asah (botol O2) 250 mL
b. Semua peralatan dibilas dengan contoh air yang diambil minimal 3 kali.
c. Isilah masing-masing dengan contoh air dan dihindarkan terjadinya
aerasi, dengan jalan membalik boiol timba, sehingga ujung selang pada
botol timba menempel pada dinding atau dasar tempat contoh air.

Keterangan:
1 = Botol timba
2 = Botol reagent tutup asah 250
mL (botol alcohol)
3 = Slang
4 = Kran air

2 2

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 16


d. Penambahan bahan pengawet
e. Masing-masing tempat contoh yang dikirim ke laboratorium harus
ditempel suatu label yang berbunyi sebagai berikut
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotamadya : .............
Kode : .............
Contoh air untuk peineriksaan kimia/bakteriologis
(coret yang tidak perlu) : .............
Diambil oleh : .............
Tanggal : .............
Jam :.............
Tanda tangan pengambil contoh : .............

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 17


PENGAMBILAN CONTOH (SAMPEL) UDARA

UNTUK PEMERIKSAAN KUALITAS UDARA

1 Alat yang diperlukan:


a. Meja Sampling atau Tripot
b. Pompa Hisap (vacuum pump)
c. Alat Pengukur Laju alir Udara (Air Flow Meter)
- Ukuran Kecil : 0 – 2 Liter/ Menit
- Ukuran Sedang : 2 – 17 Liter/ Menit
- Ukuran Besar : 17 – 40 Liter/ Menit
d. Midget Impingerr
- Ukuran 30 mL
- Ukuran 100 mL
e. Botol Contoh Gas (Gelas atau plastik) yang dilengkapi dengan 2 buah
keran, ukuran 250 mL.
f. Botol “Aspirator” > 500 mL
g. Sumber arus AC atau genset lengkap dengan label
h. Selang plastik
i. Termos Es
j. Barometer
k. Anemometer
l. Psychrometer dilengkapi dengan Psychrochart
m. High Volume Air Sampler
n. Kompas
o. Kasa steel
p. Pencatat Waktu
q. Tabung Positif sampling untuk NOx

2 Pemasangan Peralatan
a. Peralatan hendaknya dipasang sedemikian rupa sehingga contoh yang
terambil menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
b. Disarankan inlet peralatan dengan ketinggian 150 m dari lokasi
permukaan pengukuran.
c. Genset hendaknya diletakkan

3 Pengukuran Meteorologi Lokasi


Meliputi :
a. Pengukuran temperatur udara
b. Pengukuran tekanan udara

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 18


c. Pengukuran kecepatan angin
d. penentuan arah angin
e. Pengukuran kelembaban udara

4 Pengambilan Contoh Parameter Udara Ambien


4.1 Sulfur dioksida (SO2)
a. Bahan-bahan yang diperlukan :
- Pereaksi Penyerap 0.04 M : Timbang secara analisis 10.86 g
HgCl2, 5.96 g KCL atau 4.68 g NaCl dan 0,066 g EDTA
dilarutkan kedalam 1 liter akuades.
- pH diatur sampai sekitar 5 (dengan penambahan KOH atau
KCL).
- Bila disimpan didalam lemari es larutan ini tahan selama 6
(enam bulan).
- Larutan ini sangat beracun (hati-hati).
- Bila selama masa 6 (enam) bulan terjadi endapan berarti larutan
tersebut rusak.
b. Waktu Pengukuran.
- 24 jam dengan pengertian interval waktu 6 jam, masing-masing
interval diambil 30 menit.
- Pengambilan mulai dilakukan pada saat aktifitas berada pada
puncak dan selanjutnya sesuai dengan interval yang ditentukan.
c. Cara Pengambilan Contoh
- Masukkan 10 ml pereaksi penyerap kedalam tabung midget
impingerr 30 ml.
- Rangkaikan dengan pompa hisap, serap udara selama 30 menit
dengan laju alir udara 2 liter/menit.
- Setelah waktu pengambilan contoh selesai, masukkan midget
impingerr yang berisi contoh kedalam termos es.
- Rangkaian alat lihat pada gambar 1.1 pada lampiran.

4.2 Karbon Monoksida ( CO )


a. Waktu Pengukuran.
- 8 jam dengan pengertian interval waktu 2 (dua) jam.
- Lama pengambilan setiap interval sesuai dengan kemampuan
atau petunjuk alat.
- Dimulai dari atau dianjurkan pada jam 08.00
b. Cara Pengambilan Contoh
- NDIR (cara standar) sesuai dengan petunjuk alat.

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 19


- “Tube Detector” (cara alternative) sesuai dengan petunjuk alat.

4.3 Oksida Nitrogen ( NOx)


a. Bahan-bahan yang diperlukan
- Pereaksi penyerap 5 g asam sulfanilat anhidrida / 5,5 g asam
sulfanilat monohidrat.
- Larutkan kedalam ± 150 ml aquabidest.
- Tambahkan 140 ml asam cuka glacial.
- Panaskan perlahan-lahan sampai semua larut dan dinginkan.
- Tambahkan 20 ml 0,1 % n (1 Naftil) Etilendiamin dinidro
khlorida dan 10 ml aseton kemudian encerkan sampai menjadi
1 liter.
- Simpan dalam botol coklat dan masukkan dalam lemari es, jika
terjadi perubahan warna jangan digunakan.
- Larutan pengoksidasi : timbang 2,5 g KMnO 4, masukkan
kedalam 100 ml campuran asam (terdiri dari 59 ml campuran
asam fosfat (H3PO4) pekat diencerkan dengan aquabides
menjadi 100 ml dan ditambah 10 ml asam sulfat (H 2SO4) pekat.
Larutan ini harus selalu dibuat baru.
b. Waktu pengukuran
- Dilakukan 24 jam dengan pengertian interval waktu 6 jam,
masing-masing interval diambil 30 menit.
- Dianjurkan dimulai pada jam 08.00
c. Cara Pengambilan Contoh
1. Cara Aktif.
- Ambil perekasi penyerap masing-masing 10 ml masukkan
dalam midget impingerr 30 ml (tabung I) dan midget
impingerr 30 ml (tabung III).
- Ambil larutan pengoksidasi 20 ml masukkan kedalam
midget impingerr 30 ml (tabung II).
- Rangkaikan dengan pompa hisap, hisap udara selama 30
menit dengan laju alir 0,4 liter/menit.
- Rangkaian alat lihat gambar 1.2 pada lampiran.
- Setelah pengambilan contoh selesai, simpan contoh dalam
termos es.
2. Cara Pasif
- Rendam kasa steel dalam larutan penyerap.
- Angkat dan letakkan (sisi cakung dibawah) pada tissue
bersih untuk pengering (15 – 30 menit).

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 20


- Letakkan 1 kasa kering dalam red cap, tekan sampai
kedasar dengan tabung.
- Tutup ujung yang lain dari tabung dengan yellow cap.
- Angkat yellow cap dilokasi yang dipilih untuk sampling dan
catat waktu dimulai sampling.
- Setelah selesai sampling, tutup tabung dengan yellow cap dan
catat waktu selesai

4.4 Oksidan sebagai O3


a. Bahan-bahan yang diperlukan
- Pereaksi penyerap : Timbang 13,61 g KH2PO4 ditambah 14,2 g
Na2HPO4 atau 35,82 g NaHPO4, 12 H2O ditambah 10 g KI.
- Campur dan larutkan dalam akuades sampai 1 liter, pH diatur
6,8 ± 0,2 dengan menambahkan NaOH atau K2HPO4.
- Larutan tersebut disimpan dalam lemari es dan tahan dalam
beberapa minggu saja.
b. Waktu Pengukuran
Satu (1) jam dengan pengertian bahwa pengambilan dilakukan
antara jam 12.00 – 14.00 selama 30 menit.
c. Cara pengambilan contoh
- Masukkan 10 ml pereaksi penyerap kedalam midget impingerr
30 ml yang dibungkus kertas karbon (reagen ini tidak boleh
kena sinar matahari langsung).
- Rangkaian dengan pompa hisap, hisap udara dengan laju alir 2
liter/menit selama 30 menit.
- Rangkaian alat ini dapat dilihat pada gambar 1.1 pada lampiran.

4.5 Debu (Partikel Tersuspensi)


a. Bahan yang diperlukan
Filter fiber glass dengan pori-pori kurang dari 10 mikron.
b. Waktu Pengukuran
- 24 jam dengan pengertian interval waktu 6 (enam) jam,
masing-masing interval diambil 30 menit.
- Dianjurkan dimulai pada jam 08.00
c. Cara Pengambilan Contoh.
- Dua buah filter fiber glass dimasukkan kedalam desikator
dengan pinset selama 24 jam (untuk uji dan blanko).
- Timbang filter tersebut sampai diperoleh bobot tetap.

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 21


- Simpan dalam kaset penyimpan filter.
- Pasang filter uji pada high volume air sampler.
- Atur laju alir udara sesuai dengan high volume air sampler
(HVS) yang dipergunakan.
- Hisap udara selama 30 menit.
- Setelah selesai ambil filter dengan pinset masukkan kedalam
kaset penyimpan filter.
- Masukkan dalam desikator selama 24 jam.

4.6 Timah Hitam (Pb)


a. Bahan yang diperlukan
Filter fiber glass dengan pori-pori kurang dari 10 mikron.
b. Waktu Pengukuran
- 24 jam dengan pengertian interval waktu 6 jam, masing-masing
interval waktu 6 jam, masing-masing interval diambil 30 menit.
- Dianjurkan dimulai pada jam 08.00
c. Cara Pengambilan Contoh
- Dua filter fiber glass, dimasukkan kedalam desikator selama 24
jam (untuk uji dan blanko).
- Timbang filter tersebut sampai bobot tetap.
- Simpan dalam kaset penyimpan filter.
- Pasang filter uji pada high volume air samplar (HVS).
- Atur laju alir udara sesuai dengan high volume air sampler
(HVS) yang dipergunakan.
- Hisap udara selama 30 menit
- Setelah selesai ambil filter dengan pinset, masukkan kedalam
kaset penyimpanan filter
- Masukkan kedalam desikator selama 24 jam.

4.7 Hidrogen Sulfida (H2S)


a. Bahan yang diperlukan
- Pereaksi penyerap 4,3 g CdSO4. 8H2O, ditambah 0.3 g NaOH
dilarutkan dalam akuades, campurkan dan tambah 10 g stractan
(10 Arabino galactan) dan diencerkan dengan akuades sampai 1
liter.
- Larutan ini harus dibuat baru.
b. Waktu Pengukuran
- Waktu pengambilan contoh 30 menit dengan waktu
pengukuran dalam 1 hari.

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 22


c. Cara Pengambilan Contoh
- Ambil 50 ml pereaksi penyerap masukkan kedalam midget
impingerr 100 ml.
- Rangkaikan midged implinger dengan pompa hisap dan hisap
udara selama 30 menit dengan laju alir 1,5 liter/menit (lihat
gambar 1.1 pada lampiran).
- Setelah pengambilan contoh selesai simpan dalam termos es.

4.8 Amoniak (NH3)


a. Bahan yang diperlukan
- Pereaksi penyerap H2SO4 0,01 N
b. Waktu Pengukuran
- Dua puluh empat (24) jam dengan interval waktu 6 jam,
masing-masing interval diambil 30 menit dianjurkan mulai jam
08.00.
c. Cara pengambilan contoh
- Ambil 50 ml pereaksi penyerap masukkan ke dalam midget
impingerr 100 ml
- Rangkaikan midget impingerr dengan pompa hisap dan hisap
udara selama 30 menit lajua alir 30 liter/menit (lihat gambar 1.1
pada lampiran)
- Setelah pengambilan contoh selesai simpan dalam termos es.

4.9 Hidrokarbon (HC)


a. Waktu Pengukuran
- Tiga jam dalam 1 hari dengan interval waktu 1 jam, masing-
masing diambil 30 menit.
b. Cara Pengambilan Contoh
- Isi penuh dengan akuades botol contoh gas dan aspirator, cegah
timbulnya gelembung udara
- Letakkan botol contoh gas tegak lurus, hubungkan dengan
selang ke botol aspirator
- Buka keran botol gas berturut-turut mulai dari bagian atas
kemudian bagian bawah.
- Keluarkan air dari aspirator sampai air dalam botol contoh
habis secara merata terus-menerus.
- Tutup semua keran botol contoh gas bersamaan
- Rangkaikan alat seprti pada gambar 1.3 pada lampiran.

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 23


BAB 2
PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS AIR
DAN MAKANAN

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 24


JUMLAH BAKTERI GOLONGAN KOLI
(PROSEDUR TABUNG GANDA)

Air mempunyai peranan untuk kehidupan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan


dan jasad-jasad lain. Karena air sering dipakai untuk membuang kotoran, baik kotoran
manusia, hewan, maupun untuk pembuangan sampah, maka air sering mengandung
bibit penyakit menular seperti disentri, kolera, tipes, dan penyakit-penyakit
saluran pencernaan yang lain.
Secara teoritis pemeriksaan air yang paling baik ialah dengan
menentukan ada tidaknya bakteri — bakteri tersebut diatas dengan isolasi,
tetapi cara tersebut tidak praktis dan memerlukan waktu yang lama. Untuk
mempermudah pemeriksaan biasanya ditentukan berdasarkan adanya dan jumlah
bakteri golongan koli.
Bakteri golongan koli sudah lama digunakan untuk mengetahui adanya
pencemaran air- Bakteri golongan koli adalah sernua bakteri yang berbentuk batang,
bersifat aerob atau fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, bersifat gram
negatif dan dapat meragikan laktosa serta membentuk gas dalam waktu 2 x
24 jam pada suhu 35°C. Karena, itulah bakteri golongan koli mudah cara
analisanya.
Disamping itu bakteri golongan koli berasal dari saluran pencemaran
manusia sehingga apabila diketemukan dalam jumlah besar memberi
petunjuk bahwa air telah mengalami pencemaran. Juga bakteri golongan koli
paling tahan terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan, sehingga
apabila bakteri lain sudah mati bakteri golongan koli masih bertahan hidup.
Yang termasuk bakteri golongan koli ialah bakteri dari genus Escherichia,
Citro batter, Enterobacter dan Klebsiella.
Penggunaan bakteri golongan koli sebagai indikator pencemaran
masih perlu dilengkapi dengan analisa bakteri golongan koli tinja, karena
sebagian dari spesies bakteri golongan koli mempunyai habitat pada tanah.

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 25


Oleh karena itu analisa golongan koli tinja ini akan lebih menjamin
kemantapan hasil analisa. Ada juga analisa jumlah kuman yang digunakan
untuk mengetahui kepadatan bakteri aerob dan anaerob dari bakteri heterotropik
dalam air. Tujuan analisa bakteri golongan koli dan bakteri golongan koli tinja ialah
untuk mengetahui adanya pencemaran dari manusia dan hewan berdarah panas pada
sungai, saluran air minum, tempat - tempat pemandian dan sumur, sedangkan
jumlah kuman digunakan untuk mengawasi apakah suatu sistem
pengolahan berjalan baik, dan diperuntukkan pula bagi pengawasan kualitas air
kolam renang.
Uji jumlah bakteri golongan koli dengan prosedur tabung ganda
dilakukan dalam beberapa tingkatan yaitu: pengujian perkiraan, pengujian penegasan
dan pengujian lengkap. Hasil dari pengujian tersebut kemudian dapat dilihat
pada penentuan MPN (Most Probable Numbers) atau JPT (Jumlah
Perkiraan Terdekat). Yaitu suatu tabel yang menunjukkan jumlah bakteri
yang paling mendekati jumlah sesungguhnya dalam setiap 100 ml contoh air -
Khususnya untuk analisa jumlah kuman dilakukan dengan menaburkan
sejumlah air yang mengandung kuman kedalam media.
Prosedur tabung ganda digunakan untuk menghitung bakteri golongan koli
secara langsung. Prosedur ini menggunakan tabung - tabung yang mengandung
media tertentu, yang digunakan untuk mengamati pertumbuhan populasi bakteri pada
beberapa seri pengencer. Dengan pemeriksaan ada atau tidaknya pertumbuhan
bakteri pada setiap satuan volume pada seri pengencer, maka jumlah
populasi bakteri golongan koli dapat diperkirakan secara statistik.
Bakteri golongan koli mempunyai kemampuan untuk meragikan
laktose pada temperatur 35 ˚C selama waktu 2 x 24 jam, dan kemampuan
ini merupakan dasar pada analisa bakteri golongan koli dengan prosedur
tabung ganda. Adanya pertumbuhan bakteri golongan koli dapat dillhat bila ada
gas pada tabung durham yang berada didalam tabung peragian.

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 26


1. Persiapan Uji
a. Peralatan
 Inkubator
 Autoclaf
 Alat timbangan
 Pipet Ukur
 Tabung reaksi
 Tabung Durham
 Wire loop (Ose) yang terbuat dari platina-krom
 Pembakaran Bunsen
 Rak tabung reaksi
 Botol contoh
 Pembakar Bunsen
 Bulp
 Korek api
b. Media biakan dan larutan pengencer
Untuk keperluan uji jumlah bakteri golongan koli diperlukan media
sebagai berikut :
 Kaldu laktosa pekat dan encer
 Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLB)

2. Pelaksanaan Uji
Pengujian air untuk jumlah bakteri golongan koli dilakukan dalam
beberapa tingkatan yaitu: Pengujian perkiraan, pengujian penegasan dan
pengujian lengkap.
Pengujian perkiraan merupakan uji pendahuluan untuk menduga
apakah didalam air terdapat bakteri golongan koli. Pengujian perkiraan
dinyatakan positif jika terbentuk gas pada tabung peragian. Tetapi yang positif
pada pengujian ini belum tentu dalam air tersebut mengandung bakteri golongan
koli sebab banyak bakteri lain yang dapat meragikan laktose dengan menghasilkan

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 27


gas. Hal ini disebut pengujian perkiraan semu. Karena itu perlu pengujian
lanjutan.
Pengujian penegasan dilakukan dengan cara meneruskan pengujian
perkiraan yang positif kedalam media Brilliant Green Lactose Bile Broth
(BGLB). Jika dalam medium cair ini terbentuk gas berarti pengujian
dinyatakan positif. Pengujian lengkap bertujuan untuk meyakinkan hasil
pengujian penegasan.
Untuk pengawasan kualitas air cukup dilakukan analisa pengujian
penegasan, akan tetapi untuk studi khusus boleh dilanjutkan sampai pengujian
lengkap.
a. Pengujian Perkiraan (presumptive test)
 Disiapkan tabung — tabung media lactose sebanyak 7 tabung reaksi (bila
digunakan porsi 5 x 10 ml, 1 x 1 ml, 1 x 0,1 ml) atau 15 tabung (bila
digunakan porsi 5 x 10 ml, 5 x 1 ml, 5 x 0,1 ml) untuk porsi contoh 10 ml
digunakan kepekatan media laktose yang sesuai (kepekatan 3 x).
 Dengan pipet steril contoh yang sudah dicampur rata dimasukkan secara
aseptis kedalam tabung media sebanyak 1 ml.
 Tabung—tabung dalam rak digoyang, supaya contoh air dengan media
bercarnpur rata.
 Diinkubasik pada temperatur 35°C ± 0.5 °C selama jangka waktu 1 x 24
jam. Gas yang terbentuk didalam tabung durham diamati. Tabung yang
mengandung gas dilanjutkan dengan pengujian penegasan. Tabung yang
tidak mengandung gas dilanjutkan proses inkubasi selama 24 jam lagi.
 Sesudah 24 jam kemudian diamati lagi, apabila dalam tabung tidak
dihasilkan gas, contoh tersebut dibuang, sedangkan tabung yang
menghasilkan gas dilanjutkan dengan pengujian penegasan.
b. Pengujian Penegasan
 Contoh yang mengandung gas, baik dalam jangka waktu 1 x 24 jam
maupun dalam jangka waktu 2 x 24 jam dilanjutkan dengan
pengujian penegasan, dimana jumlah tabung yang digunakan

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 28


sesuai dengan jumlah tabung yang menghasilkan gas dalam
pengujian perkiraan.
 Dari masing-masing tabung yang menghasilkan gas pada pengujian
perkiraan diambil contoh sebanyak 1-2 ose (wire loop = kawat platina)
steril.
 Contoh ini kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi yang sudah
berisi media Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLB).
 Diinkubasi pada temperatur 35°C ± 0,5 °C selama 1 x 24 jam.
 Diamati gas yang didalam tabung durham. Tabung yang mengandung gas
dicatat sebagai contoh yang mengandung bakteri golongan koli.
Tabung yang tidak menghasilkan gas dilanjutkan lagi pengamatan
selama jangka waktu 24.
 Bila ternyata dalam waktu 2 x 24 jam tidak terbentuk gas, pengujian
perkiraan dinyatakan negatif dan tidak dilanjutkan ke pengujian lengkap.
c. Cara Perhitungan JPT
Jumlah tabung yang positif dari pengujian perkiraan, penegasan
dan pengujian lengkap pada pengujian bakteri golongan koli prosedur
tabung ganda merupakan suatu kombinasi dan dinyatakan dengan istilah,
MPN (Most. Probable Number) atau JPT (Jumlah Perkiraan Terdekat).
Secara umum porsi yang digunakan pada pengujian tersebut adalah
10, 1 dan 0.1 ml maka hasil yang didapat pada tabel JPT adalah hasil
tertulis didalam laporan.
Apabila digunakan porsi selain 10, 1 dan 0,1 ml, misal digunakan
kombinasi dari porsi 1; 0,1; dan 0,01 ml, maka hasil JPT dikalikan 10 dari
nilai JPT dalam tabel. Dan bila digunakan kombinasi dari 0,1; 0,01; dan
0,001 ml, hasil JPT dikalikan 100.
Secara matematis menghitung JPT dapat ditulis sebagai berikut:

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 29


Apabila digunakan lebih dari 3 pengenceran secara desimal,
harga JPT tetap dihitung hanya 3 pengenceran saja. Pemilihan
ketiga pengenceran yang akan digunakan untuk menentukan harga
JPT adalah dengan memilih pengenceran tertinggi yang semua
tabungnya memberi hasil positif (pengenceran sebelumnya tidak
boleh memberi hasil negatif) dan 2 pengenceran berikutnya yang lebih
tinggi secara berturut-turut.

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 30


PE N G A M BI LA N C ON T OH U S A P A LA T MA KA N A N

1. Alat Dan Bahan


Media transport cairan buffer dalam botol. Media transport bersisi cairan
½ - ¾ botol dalam keadaan steril.
a. Kapas lidi steril (lidi water), yaitu lidi yang pada ujungnya dilipat kapas.
b. Sarung tangan steril / bersih
c. Spidol huruf kecil
d. Gunting kecil
e. Kertas cellotape
f. Termos es
g. Lampu spiritus
h. Tas pembawa contoh
i. Buku harian pengambilan contoh
j. Sabun desinfektan
2. Teknik Pengambilan
Untuk mendapatkan angka yang dapat mewakili dari seluruh alat yang
diperiksa, maka perlu pemeriksaan dari sejumlah contoh yang dapat mewakili
keseluruhan.
a. Persiapkan sarung tangan yang steril untuk memulai mengambil contoh.
b. Alat makan/masak yang akan diperiksa masing-masing diambil 4-5 buah tiap
jenis yang diambil secara acak dari tempat penyimpanan.
c. Persiapkan catatan formulir pemeriksaan dengan membagi alat makan/masak
dalam kelompok-kelompok.
d. Persiapkan lidi kapas steril, kemudian buka tutup botol dan masukkan lidi
kapas steril ke dalamnya.
e. Lidi kapas steril dalam botol ditekan ke dinding botol untuk membuang
airnya, kemudian diangkat dan diusapkan pada setiap alat-alat yang diusapkan
sampai satu kelompok selesai diusap.
f. Permukaan tempat alat/perabot yang diusap yaitu :

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 31


- Cangkir dan gelas : permukaan luar dan dalam bagian bibir setinggi 6 mm.
- Sendok : permukaan bagian luar dan dalam seluruh mangkuk
sendok.
- Garpu : permukaan bagian luar dan dalam alat penusuk
- Piring : permukaan dalam tempat makanan diletakkan
g. Cara melakukan usapan :
- Pada cangkir dan gelas dengan usapan mengelilingi bidang permukaan
- Pada sendok dan garpu dengan usapan seluruh permukaan luar dan dalam
- Pada piring dengan dua usapan pada permukaan tempat makanan dengan
menyilang siku-siku antara usapan yang satu dengan garis usapan kedua.
h. Setiap bidang permukaan yang diusap dilakukan 3x berturut-turut, dan 1 lidi
kapas digunakan untuk satu kelompok alat makan yang diperiksa.
i. Pada peralatan masak, setiap usapan seluas b inci 2 atau 50 cm2 dilakukan 3x
berturut-turut dianggap satu kelompok setelah dilakukan luas permukaan
sebanyak 5x @ 8 inci2.
j. Setiap hasil setelah mengusap satu alat dari satu kelompok selalu dimasukkan
ke dalam botol cairan diputar-putar dan ditekan ke dinding, kemudian
dilakukan berulang-ulang sampai semua kelompok diambil usapnya.
k. Pada usapan peralatan makan setiap usapan alat harus mencapai luas sekitar 8
inci2 atau 50 cm2 dan dilaukan 5 kali (tempat) sehingga cukup mencapai luas
40 inci atau 256 cm2 (1 inci2 = 0,4 cm2).
l. Setiap satu kelompok menggunakan 1 lidi kapas
m. Setelah semua kelompok alat makan atau luas permukaan peralatan masak
diusap, kapas lidi dimasukkan ke dalam botol, lidinya dipatahkan atau
digunting, dan bibir botol dipanaskan dengan api spiritus baru ditutup dengan
kapas.
n. Tempelkan kertas cellotipe yang telah dipersiapkan, tulis dengan spidol
menyatakan nama alat makan dan tempat yang diambil contohnya diberi
nomor (kode) sesuai dengan lembar/formulir.

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 32


o. Kirimkan segera ke laboratorium dengan suhu dingin untuk diperiksa. Bila
tidak dapat dikirim segera, disimpan dalam tempat penyimpanan yang dingin.
3. Pemeriksaan Angka Lempeng Total
a. Alat dan Bahan
 Inkubator
 Rak dan Tabung reaksi
 Cawan Petri
 Pembakar Bunsen
 Pipet ukur
 Bulp
 Colony counter
 Labu erlenmeyer
 Vortex mixer
 Gelas ukur
 Gelas Beker
 Autoclaf
 Lidi kapas yang telah di usapkan pada sampel (alat makan)
 Larutan NaCl
 Larutan pepton
 Nutrient agar
 Akuades
 Alkohol
 Tisu

b. Cara Kerja
- Lidi kapas yang berada dalam botol steril dikeluarkan kemudian
dimasukkan ke dalam gelas ukur yang berisi pepton 90 ml yang telah di
plambir, lidinya di patahkan jika melebihi dari tinggi gelas ukur.
- Gelas ukur kemudian ditutup dengan kapas dan didiamkan selama ± 5
menit.

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 33


- Setelah 5 menit, penutup gelas ukur dibuka dan lidi kapas diangkat
kemudian gelas ukur diplambir.
- Siapkan larutan pengencer NaCl 0,9% sebanyak masing-masing 4 tabung
diberi kode 10-1, 10-2 dan seterusnya hingga pada tabung ke-4 (contoh).
- Ambil 1 ml contoh dengan pipet steril dan masukkan ke tabung reaksi
dengan kode 10-1 pipet lepas dan tidak boleh ditiup.
- Pipet 1 ml dari tabung 10-1 dan masukkan ke tabung 10-2 pipet yang juga
telah berisi NaCl 9 ml. Demikian seterusnya untuk tabung reaksi 10 -3 dan
10-4.
- Diambil masing – masing 1 ml sampel dari tabung reaksi 10-3 dan 10-4
dengan pipet ukur dan dimasukkan ke dalam cawan petri lalu diberi
nutrient agar sebanyak ± 15 ml kemudian diberi label.
- Dihomogenkan agar rata dan biarkan beku.
- Bungkus dengan koran dan cawan petri dimasukkan ke inkubator dengan
posisi terbalik.
- Eramkan pada inkubator dengan suhu 340C selama 1 x 24 jam
- Setelah 1 x 24 jam, koloni kuman yang terbentuk pada cawan petri
dihitung dengan menggunakan colony counter.
- Jumlah kuman pada sampel, dihitung dengan menggunakan rumus
berikut:

(10-3 – kontrol) x 1000 + (10-4 – kontrol) x 10000


Jumlah Kuman =
2

= …............................. : Luas Penampang

= . . . . . . koloni/cm2

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 34


PE ME R I KS A A N JU M LA H K U M A N D A N E. c ol i
PADA MAKANAN

1. Pengambilan Contoh
a. Alat-alat
 Kantong plastik steril untuk wadah
 Sendok makan steril
 Seal tape
 Termos es
 Buku harian pengambilan contoh
 Spidol permanen
 Pisau steril
 Garpu steril
 Alkohol 70 %
 Sarung tangan karet
 Bunsen dan pemantik api
 Timbangan
 Label
b. Cara Pengambilan contoh
 Nyalakan bunsen
 Siapkan peralatan yang sudah steril
 Sterilkan tangan dengan alkohol 70 %
 Ambil contoh makanan dengan sendok steril timbang minimal 50
gram.
 Masukkan kekantong plastik steril dan beri label
 Kemudian masukkan ke termos es
2. Pemeriksaan Contoh
a. Alat-alat
1) Kantong plastik steril
2) Tabung reaksi

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 35


3) Rak tabung reaksi
4) Cawan petri
5) Blender
6) Pipet ukur
7) Bulp
8) Pembakar bunsen
9) Colony Counter
10) Gelas beaker
11) Inkubator
12) Timbangan analitik
13) Vortex mixer
14) Labu erlenmeyer
15) Spatula steril
16) Pemantik api
17) Gelas ukur
b. Bahan-bahan
 Pepton steril
 Nutrient agar
 Akuades
 Kapas
 NaCI steril
c. Cara Pemeriksaan
Metode yang digunakan adalah perhitungan Standard Plate Count (SPC).
 Timbang 10 gram contoh makanan yang berada dalam kantong steril
atau 10 gram contoh dalam bentuk cair.
 Contoh diblender dengan pepton sebanyak 90 ml sampai homogen.
 Pipet 1 ml NaCI steril ke dalam petri kemudian beri nutrient agar,
simpan sebagai kontrol.
 Makanan yang telah diblender di pipet 1 ml, ke tabung reaksi
pertama yang berisi NaCI 9 ml

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 36


 Tabung reaksi pertama diambil 1 ml dimasukkan ke tabung
reaksi kedua yang telah berisi NaCI 9 ml.
 Tabung reaksi kedua diambil 1 ml, kemudian dimasukkan ke tabung
reaksi ketiga yang telah berisi NaCl 9 ml, begitu seterusnya sampai pada
tabung reaksi keempat.
 Kemudian di pipet sebanyak 1 ml dari masing-masing tabung reaksi
ketiga dan keempat untuk dimasukkan kedalam cawan petri sebanyak 1
ml kemudian diberi nutrien agar.
 Masukkan kedua cawan petri ke dalam inkubator pada suhu 34° C
selama 1 x 24 jam yang berisi nutrient agar.
 Baca dan catat nutrien agar yang mengandung koloni bakteri dan hitung
menggunakan colony counter.

Untuk jumlah kuman masukkan kedalam rumus:

= ................ koloni/gram

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 37


BAB 3
PRAKTEK IDENTIFIKASI JENTIK &
NYAMUK

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 38


PRAKTIKUM IDENTIFIKASI JENIS VEKTOR NYAMUK

1. Pendahuluan
Penyakit yang ditularkan oleh vektor nyamuk merupakan masalah kesehatan
masyarakat. Penanggulangan Penyakit Malaria, Demam Berdarah Dengue, Filariasis
belum efektif. Vaksin pencegah belum ada, obat belum ada atau cenderung resisten,
maka upaya pengendalian vektor merupakan alternatif penanggulangan penyakit.
Identifikasi vektor nyamuk salah satu tahap menentukan strategi / cara yang tepat
pengendalian vektor dan penanggulangan penyakit yang ditularkan vektor nyamuk.

2. Tujuan Praktikum
a) Mampu mengenali ciri-ciri telur, jentik dan nyamuk dewasa serta mampu
mengidentifikasi jenis nyamuk Anopheles (vektor penyakit Malaria.
b) Mampu mengenali ciri-ciri telur, jentik dan nyamuk dewasa serta mampu
mengidentifikasi jenis nyamuk Aedes (vektor penyakit DBD)
c) Mampu mengenali ciri-ciri telur, jentik dan nyamuk dewasa serta mampu
mengidentifikasi jenis nyamuk Culex (vektor penyakit Filariasis, Japanese
Enchephalitis)

3. Alat Dan Bahan


a) Telur, Jentik, Nyamuk dewasa ANOPHELES
b) Telur, Jentik, Nyamuk dewasa AEDES
c) Telur, Jentik, Nyamuk dewasa CULEX
d) Objek glass, cover glass
e) Formalin 10%
f) Chloroform
g) Canada Balsam
h) Jarum pin
4. Prosedur Praktikum
A. Identifikasi Jentik
1) Pertama jentik dalam kontainer dimatikan dengan formalin 10%
2) Dengan menggunakan pin jarum, jentik dipindahkan dari kontainer ke
objek glass.
3) Lalu posisi jentik diatur dengan menggunakan mikroskop
4) Cover glass diolesi canada balsam
5) Jentik diatas objek glass ditutup dengan cover glass tanpa menimbulkan
gelembung udara
6) Preparat jentik diidentifikasi dengan menggambar ciri-ciri jenis nyamuk
dengan menggunakan pedoman identifikasi jentik nyamuk Anopheles,
Aedes dan Culex

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 39


B. Identifikasi Nyamuk Dewasa
1. Pertama nyamuk dewasa dalam kurungan dimatikan dengan Chloroform.
2. Dengan Jarum pin yang sudah disiapkan ditusukkan ke arah thorax
nyamuk
3. Lalu diidentifikasi dengan menggambar ciri-ciri jenis nyamuk dengan
menggunakan pedoman identifikasi nyamuk Anopheles, Aedes dan Culex
C. Hasil
1. Gambar ciri ciri jentik dan nama jenis nyamuk Anopheles, Aedes dan
Culex yang diidentifikasi
2. Gambar ciri ciri nyamuk dewasa dan nama jenis nyamuk Anopheles,
Aedes dan Culex yang diidentifikasi
D. Tugas/Evaluasi
1. Sebutkan persamaan dan perbedaan ciri nyamuk Anopheles, Aedes dan
Culex
2. Sebutkan urutan proses identifikasi jenis nyamuk Anopheles, Aedes dan
Culex

Sumber Pustaka :

1. Gerberg EJ, Barnard DR, Ward RA. 1994. Manual for rearing and
experimental techniques. American mosquito control association Bulletin No
5 (Revised). Louisiana
2. Hartono G. 1989. Kunci bergambar identifikasi jentik Anopheles di
Indonesia. Ditjen PPM dan PLP Depkes RI
3. O’Connor CT dan Soepanto A. 1979. Kunci bergambar untuk Anopheles
betina dari Indonesia. Dirjen P3M, Depkes RI, Jakarta
4. WHO. 1995. Guidelines for dengue surveillance and mosquito control.
Western Pacific education in action series No. 8. Regional office for the
Western Pacific. Manila

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan 40

Anda mungkin juga menyukai