Anda di halaman 1dari 20

HUBUNGAN INTERPERSONAL

Menurut Pearson (1983) manusia adalah makhluk sosial. Artinya kita tidak mungkin
menjalin hubungan dengan diri sendiri, kita selalu menjalin hubungan dengan orang lain.
Mencoba untuk mengenali dan memahami kebutuhan satu sama lain, membentuk interaksi, serta
berusaha mempertahankan interaksi tersebut.
Hubungan interpersonal (antarpribadi) adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau
lebih, yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang
konsisten. Ketika akan menjalin hubungan interpersonal, akan terdapat suatu proses dan biasanya
dimulai dengan interpersonal attraction.

Teori hubungan interpersonal


Untuk menganalisis hubungan interpersonal, menurut Goleman dan Hammen dalam
Jalaluddin Rakhmat (2011) terdapat empat buah model, yaitu:
1.Model pertukaran sosial (social exchange model )
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Pada
model ini, orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi
kebutuhannya. Thibault dan Kelley dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) menyimpulkan model ini
sebagai asumsi dasar bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam
hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran
dan biaya. Terdapat empat konsep pokok dalam model ini, yaitu:
1)Ganjaran
Ganjaran adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu
hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai. Nilai
suatu ganjaran berbeda antara seseorang dengan orang lain, dan antara waktu yang satu dengan
waktu yang lain. Contoh: Bagi orang miskin, uang lebih berharga daripada ilmu pengetahuan.
Sedangkan bagi orang kaya, mungkin penerimaan sosial lebih berharga daripada uang.
2)Biaya
Biaya adalah akibat yang dinilai negatif, yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya dapat
berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri. Biaya juga berubah-ubah
sesuai waktu dan orang yang terlibat.
Contoh: Bila seorang anak yang miskin berteman dengan sekelompok anak yang kaya. Dalam
bergaul, anak miskin ini sering diejek oleh anak-anak kaya tersebut. Anak miskin tersebut
mendapat biaya berupa keruntuhan harga diri karena sering diejek oleh teman-temannya.
3)Hasil atau laba
Hasil atau laba adalah ganjaran dikurangi dengan biaya. Bila seorang individu merasa
dalam sebuah hubungan tidak memperoleh hasil atau laba sama sekali maka individu tersebut
akan mencari hubungan yang lain.
Contoh: Apabila kita memiliki sahabat yang egois. Kita tetap akan membantunya,
sekadar agar persahabatan dengan orang tersebut tidak putus. Bila  bantuan (biaya) disini
ternyata lebih besar daripada nilai persahabatan (ganjaran) yang diterima, maka kita rugi atau
tidak mendapat laba.
4)Tingkat perbandingan Tingkat perbandingan menunjukkan ukuran baku (standar) yang
dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu pada waktu sekarang. Ukuran  baku ini
dapat berupa pengalaman masa lalu atau alternatif hubungan lain.
Contoh: Bila seorang gadis pernah berpacaran dengan seorang pria yang  berjalan sangat
bahagia, tetapi akhirnya putus. Saat berpacaran dengan pria lain, maka gadis tersebut akan
mengukur ganjaran hubungan tersebut berdasarkan  pengalamannya yang dulu.

2.Model peranan (role model )


Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap
orang harus memainkan peranannya sesuai dengan “naskah” yang telah dibuat oleh masyarakat.
Terdapat empat konsep pokok yang harus diperhatikan dalam model ini untuk mengembangkan
hubungan interpersonal yang baik, yaitu:
1)Ekspektasi peranan (role expectation)
Ekspektasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas, dan hal yang berkaitan dengan
posisi tertentu dalam kelompok.
Contoh: Guru diharapkan berperan sebagai pendidik yang bermoral dan menjadi teladan
yang baik bagi anak didiknya.
2)Tuntutan peranan (role demands)
Tuntutan peranan adalah desakan sosial yang memaksa individu untuk memenuhi
peranan yang telah dibebankan kepadanya. Desakan sosial dapat  berwujud sanksi sosial dan
dikenakan bila individu menyimpang dari perannya.
Contoh: Guru yang melakukan kekerasan pada anak didiknya akan mendapat sanksi dari
pemerintah, yang dapat berupa diberhentikan dari tugasnya untuk mengajar.
3)Keterampilan peranan (role skills)
Keterampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu, kadang dsebut
juga kompetensi sosial. Sering dibedakan antara keterampilan kognitif dengan keterampilan
tindakan. Keterampilan kognitif menunjuk pada kemampuan individu untuk mempersepsi apa
yang diharapkan orang lain dari dirinya. Sedangkan keterampilan tindakan menunjuk pada
kemampuan melaksanakan peranan sesuai dengan harapan.
Contoh: Guru memang diharapkan dapat berperan sebagai pendidik yang  bermoral dan
menjadi teladan bagi anak didiknya. Untuk itu seorang guru harus  berusaha memberikan
ilmunya semaksimal mungkin dan menjaga perilakunya agar dapat mewujudkan harapan
tersebut.
4)Konflik peranan Konflik peranan terjadi bila individu tidak sanggup mempertemukan
berbagai tuntutan peranan yang kontradiktif.
Contoh: Seorang ayah yang juga berperan sebagai kepala sekolah, harus memberi
hukuman pada anaknya yang berbuat kesalahan di sekolah.

3.Model permainan
Model ini berasal dari psikiater Erie Berne (19964, 1972). Analisisnya kemudian dikenal
sebagai analisis transaksional. Dalam model ini, orang-orang berhubungan dalam bermacam-
macam permainan. Mendasari permainan ini adalah tiga bagian kepribadian manusia yaitu:
a.Orang tua (parent), adalah aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan  perilaku
yang kita terima dari orang tua kita atau orang yang kita anggap orang tua kita.  
b.Orang dewasa (adult), adalah bagian kepribadian yang mengolah informasi secara
rasional.
c. Anak (child), adalah unsur kepribadian yang diambil dari perasaan dan  pengalaman
kanak-kanak dan mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas, dan kesenangan.
Contoh: Suatu hari terdapat seorang suami yang sakit dan meminta perhatian dari istrinya
(kepribadian anak). Istri tersebut merawat sang suami seperti seorang ibu (kepribadian orang
tua). Namun, bila sang istri tidak menghiraukan dan menyuruh sang suami untuk pergi ke dokter
maka inilah kepribadian orang dewasa (kepribadian anak dibalas dengan orang dewasa).
Misalnya, suatu hari Andi sakit, ia demam dan ingin mendapatkan perhatian lebih dari seorang gadis
pada penderitannya (Ini kepribadian anak). Gadis itu ikut merasakan rasa sakit Andi, dan ia mau
merawat Andi seperti seorang ibu (Ini kepribadian Orang Tua). Hubungan interpersonal Andi berlangsung
dengan  baik, dan menghasilkan hubungan yang komplementer. Bila Ibu Andi tidak begitu
menghiraukan penyakitnya dan member saran “Pergilah sana ke dokter!” yang terjadi adalah
transaksi silang antara Orang Dewasa dengan Anak.

4.Model interaksional (interactional model )


Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem
memiliki sifat struktural, integratif, dan medan. Semua sistem, terdiri atas subsistem-subsistem
yang saling bergantung dan bertindak bersama sabagai satu kesatuan. Setiap hubungan
interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan
peranan, serta permainan yang dilakukan.

Tahap-tahap Hubungan Interpersonal


Apapun teori hubungan interpersonal yang dianut, pasti memiliki kesamaan dalam melibatkan dan
membentuk kedua belah pihak. Tiga psikolog terkenal  – R.D. Laing, H. Phillipson, A.R Lee- mengungkapkan
bila permainan peranan berlangsung sesuai dengan yang diharapkan, dan terjadi hubungan yang komplementer,
hubungan tersebut akan diteruskan, dipertahankan, dan diperkokoh. Sebaliknya, bila terjadi hubungan yang hanya
membuat kepedihan, dan ada hubungan bersilang (seperti Orang dewasa kepada Anak), maka individu cenerung
akan mengakhiri hubungan interpersonalnya.
Semua hubungan interpersonal pasti berakhir, Walaupun individu bersikeras untuk mempertahankan
hubungannya. Karena semua manusia tidak bisa menghindari kematian. Jadi, hubungan interpersonal
berlangsung melalui tiga tahap, yaitu: pembentukan hubungan, peneguhan hubungan, dan  pemutusan
hubungan.
Pembentukan Hubungan Interpersonal
Tahap ini biasa disebut dengan tahap perkenalan (acquaintance process). Steve Duck (1976: 127)
menulis:
“Perkenalan adalah proses komunikasi dimana individu mengirimkan (secara sadar) atau menyampaikan
(kadang-kadang tidak sengaja) informasi tentang s t r u k t u r   dan i s i k e p r i b a d i a n y a kepada  bakal
sahabatnya, dengan menggunakan cara-cara yang agak berbeda pada bermacam-macam tahap
perkembangan persahabatan.”
Beberapa orang seperti Newcomb (1961), Berger (1973), Zunin (1972), dan Duck (1976) menemukan
hal-hal menarik dalam proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak dan permulaan”, ditandai oleh kedua belah
pihak untuk “menangkap” reaksi dari lawan bicaranya. Masing-masing pihak  berusaha mendapatkan
informasi tentang identitas, sikap, dan nilai dari lawan bicaranya. Apabila terjadi kesamaan dalam
komunikasi tersebut, mulailah dilakukan pengungkapan diri. Bila mereka merasa  berbeda, mereka akan
menyembunyikan diri, malah bisa mengakhiri hubungan interpersonalnya.
Proses saling menyelidik ini disebut Newcomb sebagai “repirocal scanning” (saling menyelidik). Pada
tahap ini informasi yang dicari dan disampaikan biasanya mengenai data demografis ; usia,  pekerjaan,
pendidikan, tempat tinggal, dan sebagainya. Misalnya, seorang gadis berkomunikasi dengan  pria
yang asalanya dari Aceh. Gadis itu pasti akan menduga bahwa pria tersebut menganut ajaran
agama Islam. Komunikasi lebih lanjut dengan mempertanyakan pendidikan, dan pekerjaan akan mempengaruhi
penilaian gadis itu dengan pria yang baru dikenalnya.
Menurut Drs. Jalaluddin Rakmat, dalam bukunya Psikologi Komunikasi , menulis:
“Tidak selalu informasi itu diperoleh dari komunikasi verbal. Seseorang dapat membentuk kesan dari
proksemik, kinesik, paralinguistic, dan artifaktual. Caranya ia mempertahankan jarak, gerak tangan dan lirikan
matanya, intonasi suara, dan pakaian yang dikenakannya akan membentuk kesan pertama. Kesan pertama ini
amat menentukan apakah hubungan interpersonal harus diakhiri atau diperteguh.”
 
Peneguhan Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal tidak selalu bersifat statis, tetapi dinamis. Untuk melanggengkan hubungan
interpersonal, perubahan memerlukan tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat factor
dalam memelihara keseimbangan ini: keakaraban, control, respons yang tepat, dan nada  bicara yang tepat.
K e a k r a b a n Menurut Arygle, jika A menggunakan teknik sosial seperti berdiri lebih dekar, melihat
lebih sering, dan tersenyum lebih banyak dari B, maka B akan mengangap A lebih agresif dan terlalu akrab,
sedangkan A akan merasakan B bersikap lebih acuh tak acuh dan sombong.
Kesepakatan adalah kesepakatan siapa yang akan mengontrol. Jika A dan B memiliki kesepakatan
diantara mereka siapa yang lebih banyak berbicara, atau berargumen, maka akan tercipta komunikasi yang baik.
Konflik biasanya terjadi, bila masing-masing ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang ingin mengalah.
Ketepatan respons artinya, respons A harus diikuti oleh respons B dengan sesuai. Sebagai contoh,
dalam percakapan A bertanya maka B menjawab, A membuat lelucon maka B tertawa. Respon  bukan saja di
berikan dalam bentuk verbal saja, melainkan dalam bentuk non verbal. Misalnya, jika
pembicaraan A yang serius dijawab B dengan bercanda, atau A menampakan mimik wajah yang
bersungguh-sungguh tetapi B menunjukkan mimik yang tidak percaya, maka akan terjadi
keretakan hubungan interpersonal antara A dan B.
Dalam konteks ini, respon dapat dibagi kedalam dua kelompok: konfirmasi dan
diskonfirmasi (Tubbs dan Moss, 1974: 259-298). Konfirmasi akan melanggengkan hubungan
interpersonal, sebaliknya diskonfirmasi akan meretakkan hubungan interpersonal. Misalnya, seorang gadis
bertanya kepada kawan prianya “Bagaimana pendapatmu tentang baju yang saya pakai?” kawan
prianya mungkin berkata “Bagus, dan sangat pas dengan gayamu,” atau “Kau ini aneh, kita hanya mau pergi
ke taman tapi kau memakai baju yang berlebihan sekali. Terkesan norak.” Respon pertama adalah konfirmasi dan
respon kedua adalah diskonfirmasi.
Nada bicara yang tepat merupakakan salah satu hal terpenting dalam komunikasi. Apabila A
sedang sedih dan menceritakannya kepada B, maka B akan menyamakan nada bicara yang sesuai dengan kondisi
A. sebaliknya, apabila B menanggapi penderitaan A dengan perasaan dan nada bicara yang netral,
maka B aan dianggap “dingin”.

Pemutusan Hubungan Interpersonal


Salah satu factor dari putusnya hubungan interpersonal adalah konflik. Menurut R.D Nye (1973) dalam
bukunya Conflict among Humans. Ia menyebutkan lima sumber konflik, yaitu: kompetisi, dominasi,
kegagalan, provokasi, dan perbedaan nilai.
Kompetisi adalah bila seseorang berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain;
misalnya menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain.
Dominasi adalah bila seseorang berusaha mengendalikan pihak lain demi kepentingan  pribadinya,
sehingga orang itu merasa hak nya dilanggar.
Kegagalan adalah bila masing-masing berusaha menyalahkan satu sama lain apabila tujuan tidak dapat
tercapai.
Provokasi adalah bila seseorang terus menerus menyinggung perasaan orang lain, walaupun ia tahu
bahwa orang yang ia singgung itu tidak suka.
Perbedaan nilai adalah bila kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang dianut.

Faktor - factor yang mempengaruhi hubungan interpersonal dalam komunikasi


interpersonal

Dalam suatu hubungan tentunya ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi


hubungan interpersonal tersebut. Diantaranya adalah:

 komunikasi efektif

Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan antara pemangku


kepentingan terbangun dalam situasi komunikatif – interaktif dan menyenangkan.

 ekspresi wajah

Ekspresi wajah menimbulkan kesan dan persepsi yang sangat menentukan penerimaan
individu atau kelompok. Kepekaan menangkap emosi wajah sangat menentukan kecermatan
tindakan yang akan diambil.

 Kepribadian

Kepribadian sangat menentukan bentuk hubungan yang akan terjalin. Kepribadian


mengekspresikan pengalaman subjektif seperti kebiasaan, karakter, dan perilaku

 Stereotyping
Stereotyping merupakan cara yang banyak ditemukan dalam menilai orang lain yang
dinisbatkan pada katagorisasi tertentu

 kesamaan karakter personal

kita akan cenderung menyukai seseorang karena mereka mempunyai kesamaan baik itu
sikap atau pun yang lainnya.

 Daya tarik

Daya tarik seseorang baik fisik maupun karakter sering menjadi penyebab tanggapan dan
penerimaan personal. Orang-orang yang memiliki daya tarik cederung akan disikapi dan
diperlakukan lebih baik, sopan dan efektif untuk mempengaruhi pendapat orang lain. Daya tarik
merupakan dasar dari pengalaman yang menyenangkan pada seseorang. Daya tarik interpersonal
yang menyenangkan dihasilkan dari respon emosional yang positif, dimana ketertarikan kita
pada orang lain meningkat. Ketertarikan interpersonal adalah keinginan seseorang untuk
mendekati orang lain (Brehm&Kassin, 1993). Kemudian menurut (Brigham, 1991), ketertarikan
interpersonal adalah kecenderungan untuk menilai seseorang atau suatu kelompok secara positif,
untuk mendekatinya, dan berperilaku secara positif padanya. Daya tarik interpersonal merupakan
salah satu faktor penentu ketika seseorang ingin berhubungan dengan orang lain

 Ganjaran

Seseorang akan lebih menyukai orang lain yang memberinya ganjaran berupa pujian,
bantuan, atau motivasi.

 Kompetensi

Setiap orang memiliki kecenderungan atau tertarik kepada orang lain karena prestasi atau
kemampuan yang ditunjukkannya. Suatu saat seseorang akan membutuhkan bantuan teknis dan
bimbingan dari individu yang dipercaya dan mampu menumbuhkan kerjasama untuk mendorong
penyelesaian.
Dari uraian diatas banyak sekali factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hubungan
interpersonal. Selain faktor-faktor diatas dijelaskan pula Factor-faktor situasional yang
mempengaruhi atraksi interpersonal dalam Rakhmat (2007: 79-129): yaitu,

1. Dayatarik fisik, daya tarik fisik sering menjadi penyebab utama atraksi interpersonal.
2. Ganjaran, kita menyenangi orang lain yang memberikan ganjaran pada kita, kita akan
meneruskan interaksi jika kita mendapatkan keuntungan psikologis maupun ekonomis.
3. Familiarity, yang artinya kenal baik. Jika kita sering berjumpa dengan orang lain asal
tidak ada hal-hal lain, kita akan menyukainya.
4. Kedekatan. Familiarity erat kaitannya dengan kedekatan. Orang cenderung menyenangi
mereka yang lokasinya berdekatan.
5. Kemampuan, kita cenderung menyenangi orang-orang yang memiliki kemampuan lebih
tinggi dari pada kita, atau lebih berhasil dalam kehidupannya.

Dalam suatu hubungan tidak saja ada pertemuan tetapi juga ada yang namanya
perpisahan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan perpisahan diantaranya adalah Konflik,
sudah tidak adanya kelekatan dalam suatu hubungan, sudah tidak adanya kesepakatan bersama,
dan ketidakpuasan dalam suatu hubungan.

Hubungan interpersonal pada seseorang akan membantu mengembangkan keterampilan


yang dimiliki dalam bersosialisasi. Selain dapat mengembangkan keterampilan sosialnya,
seseorang melihat hubungan antar pribadi tersebut karena daya tarik yang dimiliki oleh individu
lainnya dalam menciptakan interaksi sosial. Hal ini di perkuat melalui salah satu faktor yang
berkaitan dengan hubungan interpersonal yaitu daya tarik. Dalam hukum daya tarik dapat di
jelaskan bahwa cara pandang orang lain terhadap diri individu akan dibentuk melalui cara
berpikir, bahasa dan tindakan yang khas.

1.      Toleransi
Toleransi menghendaki adanya kmauan dari masing-masing pihak untuk menghargai dan
menghormati perasaan pihak lain. Toleransi menjadi faktor pengaruh hubungan interpersonal,
hal ini disebabkan dengan dikembangkannya sikap toleran atau tenggang rasa, maka seandainya
timbul perbedaan kepentingan kedua belah pihak dapat saling menghargai, sehingga perbedaan
kepentingan itu tiak berkembang sebagai kendala kebersamaan.
2.      Kesempatan-kesempatan yang seimbang
Artinya rasa memperoleh keadilan dari interaksi akan menentukan kadar hubungan
Interpersonal. Ketika seseorang merasa memperoleh kesempatan yang seimbang, peluang yang
adil, maka akan mendorong orang tersebut mempertahankan kebersamaan. Maka begitu juga
dengan hal yang sebaliknya.
3.      Sikap menghargai orang lain
Sikap ini menghendaki adanya pemahaman bahwa setiap orang itu memiliki martabat.
Sikap yang baik untuk mendukung kadar hubungan Interpersonal adalah sikap menghargai
martabat orang lain.
4.      Sikap mendukung bukan sikap bertahan
Sikap zaman berarti memberikan persetujuan terhadap orang lain. Sedangkan sikap
bertahan, berawal dari adanya perbedaan pendapat. Apabila dua orang saling bertahan, apalagi
salah satu pihak terang-terangan menyeerang pertahanan pihak lain, maka ada kemungkinan
karakteristik hubungan menjadi renggang.
5.      Sikap terbuka
Sikap terbuka adalah sikap untuk membuka diri, mengatakan tentang keadaan dirinya
secara terbuka dan apa adanya. Keterbukaan dalam komunikasi akan menghilangkan
kesalahpahaman dan kecurigaan. Keadaan seperti inilah yang akan menciptakan hubungan
Interpersonal yang baik.

6.      Kepercayaan
Kepercayaan adalah bahwa tidak ada bahaya dari orang lain dalam suatu hubungan.
Kepercayaan berkaitan dengan keteramalan (prediksi), artinya ketika kita dapat meramalkan
bahwa seseorang tidak akan menghianati dan dapat bekerjasama dengan baik, maka kepercayaan
kita pada orang tersebut lebih besar.
7.      Respon
Ketepatan dalam memberikan tanggapan. Hukum alam mengatakan kalau ada aksi maka
maka akan ada reaksi. Hukum dalam berkomunikasi menyepakati kalau ada pertanyaan maka
perlu ada jawaban. Jawaban dalam berkomunikasi adalah respon.
8.      Suasana emosional
Adalah keserasian suasana emosional ketika komunikasi sedang berlangsung, ditunjukan
dengan ekspresi yang relevan.

Dalam melakukan hubungan interpersonal, ada tiga faktor yang mempengaruhi  penilaian
atau ketertarikan interpersonal (interpersonal attraction), yaitu faktor internal, eksternal, dan
interaksi.
a.Faktor Internal
Faktor internal (dari dalam diri kita) meliputi dua hal, yaitu kebutuhan untuk  berinteraksi
(need for affiliation) dan pengaruh perasaan.
 Kebutuhan untuk berinteraksi (need for affiliation)
Kadang kita ingin berinteraksi dengan orang lain, namun kadang kita memilih
untuk seorang diri. Menurut McClelland, kebutuhan berinteraksi adalah suatu keadaan di
mana seseorang berusaha untuk mempertahankan suatu hubungan,  bergabung dalam
kelompok, berpartisipasi dalam kegiatan, menikmati aktivitas  bersama keluarga atau
teman, menunjukkan perilaku saling bekerja sama, saling mendukung, dan konformitas.
Seseorang yang memiliki kebutuhan untuk  berinteraksi, berusaha mencapai
kepuasan terhadap kebutuhan ini, agar disukai, diterima oleh orang lain, serta mereka
cenderung untuk memilih bekerja bersama orang yang mementingkan keharmonisan dan
kekompakan kelompok.
 Pengaruh Perasaan
Sebuah penemuan (dalam Baron & Byrne, 2008) menunjukkan bahwa orang
asing akan lebih menyukai jika kita mengucapkan kalimat positif, umpamanya “Kamu
memiliki anjing yang bagus” dibandingkan kalimat negatif “Dimanakah kamu
menemukan anjing yang buruk itu?”.
Contoh ungkapan kalimat positif dan negatif tersebut menunjukkan bahwa jika
kita membuat orang lain senang ketika kita berjumpa dengannya, maka interaksi akan
lebih mudah terjalin. Sebaliknya, ketika kita berjumpa dengan seseorang namun kita
membuat perasaannya negatif (kesal atau marah), maka orang tersebut juga akan lebih
sulit untuk berinteraksi dengan kita.
Contoh lain, penelitian dari Byrne (1975), dan Fraley & Aron (dalam Baron &
Byrne, 2006) menunjukkan bahwa dalam berbagai situasi sosial, humor digunakan secara
umum untuk mencairkan suasana dan memfasilitasi interaksi pertemanan. Humor yang
menghasilkan tawa dapat membuat kita lebih mudah berinteraksi, sekalipun dengan
orang yang belum dikenal.

b.Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi dimulainya suatu hubungan interpersonal adalah
faktor kedekatan (proximity) dan daya tarik fisik.
 Faktor Kedekatan (proximity)
Orang Jawa bilang, “witing tresno jalaran soko nglibet eh kulino” yang
maknanya, “ketika kita sering bertemu dengan orang di sekitar kita, maka kita akan
terbiasa melihat orang tersebut dan memungkinkan kita untuk menjadi lebih dekat, dan
akhirnya saling jatuh cinta.”
Menurut Miller & Perlman (2009), kita cenderung menyukai orang yang
wajahnya biasa kita kenali dibandingkan dengan orang yang wajahnya tidak kita kenal.
 Daya Tarik Fisik
Penelitian mengenai daya tarik fisik (Dion & Dion, 1991; Hatfield & Sprecher,
1986; dalam Baron & Byrne, 2008) menunjukkan bahwa sebagian besar orang  percaya
bahwa pria dan wanita “yang menarik” menampilkan ketenangan, mudah  bergaul,
mandiri, dominan, gembira, seksi, mudah beradaptasi, sukses, lebih maskulin (untuk pria)
dan lebih feminin (untuk wanita).
Dalam hubungan interpersonal, orang cenderung memilih berinteraksi dengan
orang yang menarik dibandingkan dengan orang yang tidak atau kurang menarik, karena
orang yang menarik memiliki karakteristik lebih positif. Pengalaman menunjukkan
bahwa tidak semua orang yang memiliki daya tarik fisik memiliki kepribadian seperti
yang kita perkirakan. Jadi, “don’t judge a book by its cover”.
 
c.Faktor Interaksi
Ada dua hal yang menjadi pertimbangan pada faktor interaksi, yakni
persamaan- perbedaan (similarity-dissimilarity) dan reciprocal liking.
 
 Persamaan-perbedaan (similarity-dissimilarity)
Menyenangkan tentu saja, ketika kita mengetahui bahwa orang yang ada di hadapan kita
ternyata memiliki kegemaran yang sama. Miller & Perlman (2009) mengemukakan bahwa sangat
menyenangkan ketika kita menemukan orang yang mirip dengan kita dan saling berbagi asal-
usul, minat, dan penga-laman yang sama. Semakin banyak persamaan, semakin mereka saling
menyukai.
Penelitian Gaunt (2006) membuktikan bahwa pasangan suami istri yang memiliki
kepribadian yang hampir sama akan memiliki pernikahan yang lebih bahagia daripada pasangan
suami istri yang memiliki kepribadian yang berbeda. Lain halnya dengan penelitian Jones (dalam
Pines, 1999), bahwa ternyata perbedaan lebih menyenangkan daripada persamaan. Jones
menjelaskan bahwa kita merasa senang saat menemukan adanya hal yang mirip dengan orang
yang kita sukai, tetapi ternyata lebih menyenangkan saat kita mengetahui bahwa pandangannya
berbeda dengan yang kita miliki.
Hal ini terjadi, ketika menyukai seseorang yang memiliki opini  berbeda dengan kita, kita
mengasumsikan bahwa orang tersebut menyukai kita apa adanya, dan bukan karena opini kita.
Keuntungan yang dapat diperoleh dari ber-interaksi dengan orang yang memiliki sikap berbeda
adalah kita lebih dapat belajar hal-hal yang baru dan bernilai darinya (Kruglanski & Mayseless,
1987, dalam Pines, 1999).
 Reciprocal Liking
Faktor lain yang juga mempengaruhi ketertarikan kita kepada orang lain adalah
bagaimana orang tersebut menyukai kita. Secara umum, kita menyukai orang lain yang juga
menyukai kita, dan tidak menyukai orang lain yang juga tidak menyukai kita. Dengan kata lain,
kita memberikan kembali (reciprocate)  perasaan yang diberikan orang lain kepada kita (Dwyer,
2000). Dwyer menambahkan bahwa  pada dasarnya, ketika kita disukai orang lain, hal tersebut
dapat meningkatkan self- esteem (harga diri), membuat kita merasa bernilai, dan akhirnya
mendapatkan positive reinforcement.
1. Faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi
interpersonal

Terdapat tiga faktor yang dapat menumbuhkan hubungan interpersonal dalam


komunikasi interpersonal, yaitu:

1. Percaya (trust)

Dari semua faktor, faktor percaya adalah yang paling penting. Menurut Giffin dalam
Jalaluddin Rakhmat (2011), percaya didefinisikan sebagai mengandalkan perilaku orang untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang
penuh risiko. Definisi tersebut menyebutkan adanya tiga unsur percaya, yaitu:

 Ada situasi yang menimbulkan risiko


 Orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari bahwa akibat-
akibatnya bergantung pada perilaku orang lain
 Orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya

Manfaat menaruh rasa percaya pada orang lain adalah meningkatkan komunikasi
interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan
informasi, serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya. Selain itu,
hilangnya kepercayaan pada orang lain akan menghambat perkembangan hubungan interpersonal
yang akrab.

Di samping faktor-faktor personal, terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan


sikap percaya seperti karakteristik dan maksud dari orang lain, adanya hubungan kekuasaan, sifat
dan kualitas komunikasi, serta adanya sikap jujur dari setiap komunikan. Selain itu, terdapat juga
tiga hal utama yang dapat menumbuhkan sikap percaya dan mengembangkan komunikasi yang
didasarkan pada sikap saling percaya, yaitu:

 Menerima, adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan
berusaha mengendalikan. Menurut Anita Taylor dalam Jalaluddin Rakhmat (2011),
menerima adalah sikap yang melihat orang lain sebagai menusia, sebagai individu yang
patut dihargai. Menerima tidaklah berarti menyetujui semua perilaku orang lain atau rela
menanggung akibat-akibat perilakunya.
 Empati, adalah sikap yang dianggap sebagai memahami orang lain yang tidak
mempunyai arti emosional bagi kita. Dalam empati, kita tidak menempatkan diri kita
pada posisi orang lain, tetapi kita ikut secara emosional dan intelektual dalam
pengalaman orang lain. Berempati artinya membayangkan diri kita pada kejadian yang
menimpa orang lain.
 Kejujuran, dapat diartikna sebagai sikap apa adanya. Menerima dan empati mungkin saja
dipersepsi salah oleh orang lain. Sikap menerima kita dapat ditanggapi sebagai sikap tak
acuh, dingin, dan tidak bersahabat. Sedangkan sikap empati kita dapat ditanggapi sebagai
pura-pura. Supaya ditanggapi sebenarnya, maka kita harus jujur dalam mengungkapkan
diri kita terhadap orang lain. Kejujuran menyebabkan perilaku kita dapat diduga,
sehingga mendorong orang lain untuk percaya pada kita.

1. Sikap suportif

Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang
yang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Komunikasi
defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal (ketakutan, kecemasan, harga diri yang
rendah, pengalaman defensif, dsb) dan faktor situasional (perilaku komunikasi orang lain). Jack
R. Gibb dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) menyebutkan ada enam perilaku yang menimbulkan
perilaku suportif. Secara singkat perilaku yang menimbulkan iklim defensive dan suportif
terdapat pada daftar berikut:
ATRAKSI INTERPERSONAL

1.      Definisi atraksi interpersonal

Kita dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi. Semakin tertarik
kita kepada seseorang, maka semakin besar kecenderungan kita berkomunikasi dengan dia. Oleh
karena itu, atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik
seseorang. Adanya daya tarik ini membentuk rasa suka. Rasa suka pada seseorang umumnya
membuat orang yang kita sukai menjadi signifikan bagi kita.

 2.      Teori atraksi interpersonal

1. Reinforcement theory menjelaskan bahwa seseorang menyukai orang lain adalah


sebagai hasil belajar.
2. Equity theory menyatakan bahwa dalam suatu hubungan, manusia selalu cenderung
menjaga keseimbangan antara harga (cost) yang dikeluarkan dengan ganjaran (reward)
yang diperoleh.
3. Exchange theory menjelaskan bahwa interaksi sosial diibaratkan sebagai transaksi
dagang. Jika orang kenal pada seseorang yang mendatangkan keuntungan ekonomis dan
psikologis, akan lebih disukai
4. Gain-loss theory menyatakan bahwa orang cenderung lebih menyukai orang-orang yang
menguntungkan daripada orang-orang yang merugikan kita

 Faktor yang mempengaruhi atraksi interpersonal 

Faktor-faktor yang mempengaruhi atraksi interpersonal dibagi menjadi dua, yaitu faktor
personal dan faktor situasional. Berikut ini adalah penjelasan dari faktor-faktor tersebut, yaitu:

1. Faktor-faktor personal yang mempengaruhi atraksi interpersonal

 Kesamaan karakteristik personal

Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat


sosioekonomis, agama, dan ideologis memiliki kecenderungan saling menyukai. Menurut teori
Cognitive consistency dari Fritz Heider dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), manusia selalu
berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan perilakunya.

Contoh:     Ketika kita sedang naik kendaraan umum dan berjumpa dengan seorang
kenalan baru. Maka percakapan kita berlangsung dan dimulai dari masalah-masalah demografis
(dimana anda tinggal, pekerjaan anda, dll) sampai masalah-masalah politik dan sebagainya.

 Tekanan emosional (stress)

Bila seseorang sedang dalam keadaan yang mencemaskannya atau harus memikul
tekanan emosional, maka ia akan menginginkan kehadiran orang lain. Tekanan emosional ini
dibuktikan oleh Stanley Schacter dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) dengan membuat sebuah
eksperimen. Ia mengumpulkan dua kelompok mahasiswi. Kepada kelompok pertama dia
menyatakan bahwa mereka akan menjadi subjek eksperimen yang meneliti efek kejutan listrik
yang sangat menyakitkan. Sedangkan untuk kelompok kedua dia memberitahukan bahwa mereka
hanya mendapat kejutan yang ringan saja. Dari kedua kelompok tersebut Schacter menemukan
bahwa kelompok pertama memiliki kecemasan sebesar 63%, sedangkan kelompok kedua
memiliki tingkat kecemasan 33% . dari data tersebut Schacter menyimpulkan bahwa situasi yang
membuat orang cemas akan meningkatkan kebutuhan akan kasih sayang.

 Harga diri yang rendah

Menurut wlster dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), bila harga diri seseorang direndahkan,
harsat afiliasi (bergabung dengan orang lain) bertambah, dan ia makin responsif untuk menerima
kasih sayang orang lain. Orang yang rendah diri cenderung mudah mencintai orang lain.

 Isolasi sosial.

Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mungkin tahan dengan hidup terasing untuk
beberapa waktu dan bukan untuk waktu yang lama. Isolasi sosial merupakan pengalaman yang
tidak enak. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa tingkat isolasi sosial sangat berpengaruh
terhadap kesukaan kita pada orang lain.
1.  Faktor-faktor situasional yang mempengaruhi atraksi interpersonal

 Daya tarik fisik (Physical Attractiveness)

Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa daya tarik fisik sering menjadi penyebab utama
atraksi personal. Kita cenderung senang kepada orang-orang yang berwajah tampan atau cantik.
Mereka sangat mudah memperolah perhatian dari lingkungan sekitarnya. Jadi, tidak salah jika
banyak sekali perusahaan yang menggunakan wanita cantik dan pria tampan untuk dijadikan
pegawai dalam bagian promosi, iklan, dan bahkan Hubungan Masyarakatnya.

 Ganjaran (Reward)

Kita akan menyukai orang yang menyukai kita dan kita akan menyenangi orang yang
memuji kita. Menurut teori pertukaran sosial, interaksi sosial adalah semacam transaksi dagang.
Kita akan melanjutkan transaksi bila kita mendapatkan laba yang banyak. Menurut Thibault dan
Kelley dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), bila pergaulan kita sangat menyenangkan, sangat
menguntungkan dari segi psikologi dan ekonomis, maka kita akan saling menyenangi.

 Familiarity

Prinsip dari familiarity dicerminkan dalam peribahasa Indonesia, “kalau tak kenal, maka
tak sayang”. Ketika kita sering berjumpa dengan seseorang  dan tidak ada hal yang pentik untuk
dibicarakan maka kita akan menyukainya. Robert B. Zajonc dalam Jalaluddin Rakhmat (2011)
memperlihatkan foto-foto wajah dalam subjek-subjek eksperimennya. Ia menemukan makin
seriang subjek melihat wajah tertentu maka ia akan menyukainnya. Dari penelitian tersebut
kemudian melahirkan sebuah teori “more exposure” (terpaan saja). Hipotesis itu dipakai sebagai
landasan ilmiah akan pentingnya repetisi pesan dalam mempengaruhi pendapat dan sikap.

 Kedekatan (Proximity)

Kedekatan ini sangat erat kaitannya dengan familiarity. Orang cenderung menyenangi
mereka yang tempat tinggalnya berdekatan. Orang yang tempatnya berdekatan akan cenderung
saling menyukai. Hal itu sering dianggap biasa. Namun, dari segi psikologi itu merupakan hal
yang luar biasa karena tempat yang kelihatannya netral mampu mempengaruhi tatanan
psikologis manusia. Hal itu berarti, mereka dapat memanipulasikan tempat atau desain
arsitektural untuk menciptakan persahabatan dan simpati.

 Kemampuan (competence)

Kita cenderung menyenangi orang-orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi


daripada kita, atau lebih berhasil dalam kehidupannya. Aronson dalam Jalaluddin Rakhmat
(2011) menemukan dalam penelitian yang dilakukannya, bahwa orang yang paling disenangi
adalah orang yang memiliki kemampuan tinggi, tetapi menunjukkan beberapa kelemahan.
Aronson menciptakan empat kondisi eksperimental, yaitu:

 Orang yang memiliki kemampuan tinggi dan berbuat salah


 Berkemampuan tinggi tapi tidak berbuat salah
 Orang yang memiliki kemampuan rata-rata dan berbuat salah
 Orang yang berkemampuan rata-rata dan tidak berbuat salah

Pengaruh atraksi interpersonal pada komunikasi interpersonal

1. Penafsiran pesan dan penilaian

Sudah diketahui bahwa pendapat dan penilaian kita tentang orang lain tidak semata-mata
berdasarkan pertimbangan rasional. Kita juga makhluk emosional. Oleh karena itu, ketika kita
menyenangi seseorang, kita juga melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif.
Sebaliknya, jika kita membencinya, kita cenderung melihat karakteristik secara negative.

1. Efektivitas komunikasi

Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal


yang menyenangkan bagi komunikan. Bila kita berkumpul dengan kelompok yang banyak
mamiliki kesamaan dengan kita, maqka kita akan menyenangi mereka. Begitu juga sebaliknya.
Menurut Wolosin dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), komunikasi akan lebih efektif bila para
komunikan saling menyukai.
Daya tarik seseorang sangat penting bagi komunikasi interpersonal. Jika kita menyukai
seeorang maka kita cenderung melihat segala sesuatu dari diri orang tersebut dengan positif
sebaliknya jika kita tidak menyuaki seseorang maka kita akan meliaht segala sesuatu dari orang
tersebut secara negatif. Situasi tersebut sangat penting bagi terciptanya komunikasi interpersonal
yang efektif, sebab semakin positif sikap kita terhadap lawan bicara kita maka mekin efektif pula
kegiatan komunikasi yang kita lakukan dengan orang tersebut.

Sulit untuk memisahkan atraksi interpersonal dengan interaksi orang lain. Kebanyakan
apa yang kita katakan sebagai hal yang menarik akan terungkap hanya setelah kita melakukan
kontak dengan orang lain.
Daya tarik seseorang sangat penting bagi komunikasi interpersonal. Hubungan-hubungan
kita dengan orang lain sedikit banyak dipengaruhi oleh apakah kita menyukai orang lain atau
tidak. Jika kita menyukai seseorang, kita akan cenderung melihat segala hal yang berkaitan
dengannya secara positif. Sebaliknya, apabila kita tidak menyukainya, kita akan melihatnya
secara negatif.
Pentingnya daya tarik dalam komunikasi juga dilandasi oleh adanya efek timbal balik
dalam ketertarikan. Kita menjadi tertarik pada seseorang yang tertarik kepada kita. Singkatnya,
jika seseorang menyukai kita maka kita balik menyukainya.
Orang yang memiliki daya tarik bagi orang lain akan lebih dapat mempengaruhi pendapat
dan sikap seseorang. Oleh karena itu, penilaian dan penafsiran akan sesuatu juga dipengaruhi
oleh sejauh mana daya tarik orang tersebut bagi kita.

Anda mungkin juga menyukai