HUBUNGAN INTERPERSONAL
Seperti telah kita jelaskan pada Bab 1, komunikasi yang efektif ditandai dengan
hubungan interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder terjadi bila
isi pesan kita dipahami, tetapi hubungan di antar'a komunikan menjadi rusak.
“Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi hubungan
interpersonal barangkali yang paling penting.” tulis Anita Taylor et al. ( 1 977:
1 87). “Banyak penyebab dari rintangan komunikasi berakibat kecil saja bila
ada hubungan baik di antara komunikan. Sebaliknya, pesan yang paling jelas,
paling tegas, dan paling cermat tidak dapat menghindari kegagalan jika terjadi
hubungan yang jelek”. Setiap kali kita melakukan komunikasi, kita bukan
sekadar menyampaikan isi pesan; kita juga menentukan kadar hubungan
interpersonal-tidak hanya menentukan “content", tetapi juga “relationship”.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini. Isinya sama: menanyakan nama Anda;
tetapi kadar hubungan interpersonal di dalamnya berbeda.
Para psikolog pun mulai menaruh minat yang besar pada hubungan
interpersonal, seperti tampak pada tulisan Gordon W. Allport (1960), Erich
Fromm (1962), Martin Buber (1975), Carl Rogers (1951). Semua mewakili
mazhab Psikologi Humanistik. Belakangan, Arnold P. Goldstein (1975)
mengembangkan apa yang disebut sebe. gai relationship-enchancemem methods
(metode peningkatan hubungan) dalam psikoterapi. Ia merumuskan metode ini
dengan tiga prinsip; Makin baik hubungan interpersonal, (1) makin terbuka
pasien meng. ungkapkan perasaannya. (2) makin cenderung ia meneliti
perasaan. nya secara mendalam beserta penolongnya (psikolog), dan (3)
maka… cenderung ia mendengar dengan penuh perhatian dan bertindak ata,
nasihat yang diberikan penolongnya. Dari segi psikologi komunikasi kita dapat
menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang
untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain
dan persepsi dirinya sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di
antara komunikan.
Ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang
dari suatu hubungan. Ganjaran berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan
terhadap nilai yang dipegangnya. Nilai suatu ganjaran berbeda-beda antara
seseorang dan yang lain, dan berlainan antara waktu yang satu dengan waktu
yang lain. Bagi orang kaya, mungkin lebih berharga penerimaan sosial (social
approval) daripada uang. Bagi orang miskin, hubungan interpersonal yang dapat
mengatasi kesulitan ekonominya lebih memberikan ganjaran daripada hubungan
yang menambah pengetahuan.
Biaya adalah akibat yang dinilai negatif, yang terjadi dalam suatu
hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan
keruntuhan harga diri serta kondisi kondisi lain yang dapat menghabiskan
sumber kekayaan individu atau dapat menimbulkan efekefek yang tidak
menyenangkan. Seperti ganjaran, biaya pun berubahubah sesuai dengan waktu
dan orang yang terlibat di dalamnya.
Hasil atau laba adalah ganjaran dikurangi biaya. Bila seorang individu
merasa, dalam suatu hubungan interpersonal, bahwa ia tidak memperoleh laba
sama sekali, ia akan mencari hubungan lain yang mendatangkan laba. Misalnya,
Anda mempunyai kawan yang pelit dar bodoh. Anda banyak membantunya,
tetapi sekadar supaya persahabat an dengan dia tidak putus. Bantuan Anda
(biaya) ternyata lebih besar daripada nilai persahabatan (ganjaran) yang Anda
terima. Anda rugi.
Menurut teori pertukaran sosial, hubungan Anda dengan sahabat pelit itu
mudah sekali retak dan digantikan dengan hubungan baru dengan orang lain.
Tingkat perbandingan menunjukkan ukuran baku (standar) yang dipakai sebagai
kriteria dalam menilai hubungan individu pada Waktu sekarang. Ukuran baku
ini dapat berupa pengalaman individu pada masa lalu atau alternatif hubungan
lain yang terbuka baginya. Bila pada masa lalu, seorang individu mengalami
hubungan interpersonal yang memuaskan, tingkat perbandingannya turun. Bila
seorang gadis pemah berhubungan dengan kawan pria dalam hubungan yang
bahagia, ia akan mengukur ganjaran hubungan interpersonal dengan kawan pria
lain berdasarkan pengalamannya dengan kawan pria terdahulu. Makin bahagia
ia pada hubungan interpersonal sebelumnya, makin tinggi tingkat
perbandingannya-berarti-makin sukar ia memperoleh hubungan interpersonal
yang memuaskannya.
Model Permainan Model ini berasal dari psikiater Eric Berne (1964,
1972) yang menceritakannya dalam buku Games People Play. Analisisnya
kemudian dikenal sebagai analisis transaksional. Dalam model ini, orangorang
berhubungan dalam bermacam-macam permainan. Mendasari permainan ini
adalah tiga bagian kepribadian manusia-orang tua, orang dewasa, dan anak
(parent, adult, child). Orang tua adalah aspek kepribadian yang merupakan
asumsi dan perilaku yang kita terima dari orang tu kita atau orang yang kita
anggap orang tua kita. Orang dewasa adalah bagian kepribadian yang mengolah
informasi secara rasional, anak adalah unsur kepribadian yang diambil dari
perasaan dan pengalaman kanak kanak dan mengandung potensi intuisi,
spontanitas ,kreativitas dan kesenangan.
Model Interaksional
1. Konfimasi
2. Diskonfirmasi
Percaya(Trust)
Secara ilmiah, “percaya” didefinisikan sebagai “mengandalkan
perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang
pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh risiko”
(Giffin, 1967: 224-234). Definisi ini menyebutkan tiga unsur
percaya: (1) ada situasi yang menimbulkan risiko; (2) orang yang
menaruh kepercayaannya kepada orang lain berarti menyadari
bahwa akibat-akibatnya bergantung pada perilaku orang lain; (3)
orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik
baginya. Ada tiga faktor utama yang dapat menumbuhkan sikap
percaya: menerima, empati, dan kejujuran.
Sikap suportif
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam
komunikasi. Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor
personal (ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah,
pengalaman defensif, dan sejenisnya) atau faktor-faktor situasional.
Sikap terbuka.