Anda di halaman 1dari 11

Modul 8

HUBUNGAN INTERPERSONAL
Seperti telah kita jelaskan pada Bab 1, komunikasi yang efektif ditandai dengan
hubungan interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder terjadi bila
isi pesan kita dipahami, tetapi hubungan di antar'a komunikan menjadi rusak.
“Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi hubungan
interpersonal barangkali yang paling penting.” tulis Anita Taylor et al. ( 1 977:
1 87). “Banyak penyebab dari rintangan komunikasi berakibat kecil saja bila
ada hubungan baik di antara komunikan. Sebaliknya, pesan yang paling jelas,
paling tegas, dan paling cermat tidak dapat menghindari kegagalan jika terjadi
hubungan yang jelek”. Setiap kali kita melakukan komunikasi, kita bukan
sekadar menyampaikan isi pesan; kita juga menentukan kadar hubungan
interpersonal-tidak hanya menentukan “content", tetapi juga “relationship”.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini. Isinya sama: menanyakan nama Anda;
tetapi kadar hubungan interpersonal di dalamnya berbeda.

Sebutkan nama kamu!

Siapa nama Anda?

Bolehkah saya tahu siapa nama Bapak?

Sudi kiranya Bapak menyebutkan nama Bapak?

Kalimat-kalimat yang Anda gunakan, sekali lagi, bukan hanya


menyampaikan ini. tetapi juga mendefinisikan hubungan lnterpesonal.
Pandangan bahwa komunikasi mendefinisikan hubungan interpersonal telah
dikemukakan Ruesch dan Bateson (1951) pada tahun 1950-an. Gagasan ini
dipopulerkan di kalangan komunikasi oleh Waulawick. Beavin. dan Jackson
(1967) dengan buku mereka. Pragmatics of Human Communication. Mereka
melahirkan lstilah baru untuk menunjukkan aspek hubungan dari pesan
komunikasi ini-metakomunikasi. (‘Every communication has a content and a
relationshsp aspect such that the latter classifies the former and is therefore
metacommunications” -Waulawick, Beavin. dan Jackson (1967: 154) Perlahan-
lahan, studi komunikasi interpersonal bergeser dari isi pesan pada aspek
relasional. Ada yang menyebutkan fokus 1ni sebagai paradigma baru dalam
penelitian komunikasi. Kini, kaum komunikolog menggeserkan perhatian “from
the individual as the unit of analysis to the relationship as the unit of analysis”
(Parks and Wilmot, 1975: 9). Gerard R. Miller dalam kata pengantar yang
dituliskan untuk buku Explorations in interpersonal Communication
menyatakan:

((Memahami proses komunikasi interpersonal menuntut pemahaman hubungan


simbiotis antara komunikasi dan perkembangan relasional: Komunikasi
memengaruhi perkembangan relasional. dan pada gilirannya [secara serentak).
perkembangan relasional memengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak
yang terlibat dalam hubungan tersebut” Miller (1976: 15)

Para psikolog pun mulai menaruh minat yang besar pada hubungan
interpersonal, seperti tampak pada tulisan Gordon W. Allport (1960), Erich
Fromm (1962), Martin Buber (1975), Carl Rogers (1951). Semua mewakili
mazhab Psikologi Humanistik. Belakangan, Arnold P. Goldstein (1975)
mengembangkan apa yang disebut sebe. gai relationship-enchancemem methods
(metode peningkatan hubungan) dalam psikoterapi. Ia merumuskan metode ini
dengan tiga prinsip; Makin baik hubungan interpersonal, (1) makin terbuka
pasien meng. ungkapkan perasaannya. (2) makin cenderung ia meneliti
perasaan. nya secara mendalam beserta penolongnya (psikolog), dan (3)
maka… cenderung ia mendengar dengan penuh perhatian dan bertindak ata,
nasihat yang diberikan penolongnya. Dari segi psikologi komunikasi kita dapat
menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang
untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain
dan persepsi dirinya sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di
antara komunikan.

Teori-Teori Hubungan Interpersonal

Ada sejumlah model untuk menganalisis hubungan interpersonal. tetapi-dengan


mengikuti ikhtisar dari Coleman dan Hammen (1974: 224-23l)-kita akan
menyebutkan empat buah model: (1) model pertukaran sosial (social exchange
model); (2) model peranan (role model); (3) model permainan (the games
people play model); dan (4) madel interaksional (interactional model).

(1) model pertukaran sosial (social exchange model)

Model Pertukaran Sosial Model ini memandang hubungan interpersonal


sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena
mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua
orang pemuka utama dari model ini, menyimpulkan model pertukaran sosial
sebagai berikut. “Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah
bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan
sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi
ganjaran dan biaya”. Ganiaran, biaya. laba, dan tingkat perbandingan
merupakan empat konsep pokok dalam teori ini.

Ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang
dari suatu hubungan. Ganjaran berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan
terhadap nilai yang dipegangnya. Nilai suatu ganjaran berbeda-beda antara
seseorang dan yang lain, dan berlainan antara waktu yang satu dengan waktu
yang lain. Bagi orang kaya, mungkin lebih berharga penerimaan sosial (social
approval) daripada uang. Bagi orang miskin, hubungan interpersonal yang dapat
mengatasi kesulitan ekonominya lebih memberikan ganjaran daripada hubungan
yang menambah pengetahuan.

Biaya adalah akibat yang dinilai negatif, yang terjadi dalam suatu
hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan
keruntuhan harga diri serta kondisi kondisi lain yang dapat menghabiskan
sumber kekayaan individu atau dapat menimbulkan efekefek yang tidak
menyenangkan. Seperti ganjaran, biaya pun berubahubah sesuai dengan waktu
dan orang yang terlibat di dalamnya.

Hasil atau laba adalah ganjaran dikurangi biaya. Bila seorang individu
merasa, dalam suatu hubungan interpersonal, bahwa ia tidak memperoleh laba
sama sekali, ia akan mencari hubungan lain yang mendatangkan laba. Misalnya,
Anda mempunyai kawan yang pelit dar bodoh. Anda banyak membantunya,
tetapi sekadar supaya persahabat an dengan dia tidak putus. Bantuan Anda
(biaya) ternyata lebih besar daripada nilai persahabatan (ganjaran) yang Anda
terima. Anda rugi.

Menurut teori pertukaran sosial, hubungan Anda dengan sahabat pelit itu
mudah sekali retak dan digantikan dengan hubungan baru dengan orang lain.
Tingkat perbandingan menunjukkan ukuran baku (standar) yang dipakai sebagai
kriteria dalam menilai hubungan individu pada Waktu sekarang. Ukuran baku
ini dapat berupa pengalaman individu pada masa lalu atau alternatif hubungan
lain yang terbuka baginya. Bila pada masa lalu, seorang individu mengalami
hubungan interpersonal yang memuaskan, tingkat perbandingannya turun. Bila
seorang gadis pemah berhubungan dengan kawan pria dalam hubungan yang
bahagia, ia akan mengukur ganjaran hubungan interpersonal dengan kawan pria
lain berdasarkan pengalamannya dengan kawan pria terdahulu. Makin bahagia
ia pada hubungan interpersonal sebelumnya, makin tinggi tingkat
perbandingannya-berarti-makin sukar ia memperoleh hubungan interpersonal
yang memuaskannya.

(2) model peranan (role model)

Model pertukaran sosial memandang hubungan interpersonal sebagai


transaksi dagang, model peranan melihatnya sebagai panggung sandiwara. Di
sini setiap orang harus memainkan peran sesuai dengan “naskah" yang telah
dibuat masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap
individu bertindak sesuai dengan ekspedisi peranan (role expectation) dan
tuntutan peranan (role demands), memiliki keterampilan peranan (role skills),
serta terhindar dari konflik peranan dan kerancuan peranan. Ekspektasi peranan
mengacu pada kewajiban, tugas, dan hal yang berkaitan dengan posisi tertentu
dalam kelompok. Guru diharapkan berperan sebagai pendidik yang bermoral
dan menjadi contoh yang baik bagi murid-muridnya. Jenderal diharapkan
berperan sebagai pembina tentara yang berani dan tegas. Suami diharapkan
mencintai dan menghormati istrinya. Guru yang berbuat jahat, jenderal yang
takut kecoak, suami yang memperbudak istrinya, tidak memenuhi ekspektasi
peranan.tuntutan peranan adalah desakan sosial yang memaksa individu untuk
memenuhi peranan yang telah dibebankan kepadanya. Desakan sosial dapat
berwujud sebagai sanksi sosial dan dikenakan bila individu menyimpang dari
peranannya. Dalam hubungan interpersonal, desakan halus atau kasar dikenakan
pada orang lain agar ia melaksanakan peranannya. Keterampilan peranan adalah
kemampuan memainkan peranan tertentu; kadang-kadang disebut juga
kompetensi sosial (social competence). Di sini, sering dibedakan antara
keterampilan kognitif dan keterampilan tindakan. Keterampilan kognitif
menunjukkan kemampuan individu untuk memersepsi apa yang diharapkan
orang lain dari dirinya-ekspektasi peranan. Keterampilan tindakan menunjukkan
kemampuan melaksanakan peranan sesuai dengan harapan harapan ini. Dalam
kerangka kompetensi sosial, keterampilan peranan juga tampak pada
kemampuan “menangkap” umpan balik dari orang lain sehingga dapat
menyesuaikan pelaksanaan peranan sesuai dengan harapan orang lain.
Hubungan interpersonal amat bergantung pada kompetensi sosial ini. Konflik
peranan terjadi bila individu tidak sanggup mempertemukan berbagai tuntutan
peranan yang kontradiktif, misalnya seorang bapak yang berperan juga sebagai
polisi untuk menangani perkara anaknya, atau wanita muda yang memainkan
peranan istri, ibu, dan pengacara sekaligus; atau bila individu merasa bahwa
ekspektasi peranan tidak sesuai dengan nilai nilai yang dianutnya dan konsep
diri yang dimilikinya. Agak dekat dengan konflik peranan ialah kerancuan
peranan. Ini terjadi jika individu berhadapan dengan situasi ketika ekspektasi
peranan tidak jelas baginya.

(3) model permainan (the games people play model)

Model Permainan Model ini berasal dari psikiater Eric Berne (1964,
1972) yang menceritakannya dalam buku Games People Play. Analisisnya
kemudian dikenal sebagai analisis transaksional. Dalam model ini, orangorang
berhubungan dalam bermacam-macam permainan. Mendasari permainan ini
adalah tiga bagian kepribadian manusia-orang tua, orang dewasa, dan anak
(parent, adult, child). Orang tua adalah aspek kepribadian yang merupakan
asumsi dan perilaku yang kita terima dari orang tu kita atau orang yang kita
anggap orang tua kita. Orang dewasa adalah bagian kepribadian yang mengolah
informasi secara rasional, anak adalah unsur kepribadian yang diambil dari
perasaan dan pengalaman kanak kanak dan mengandung potensi intuisi,
spontanitas ,kreativitas dan kesenangan.

Dlam hubungan interpersonal kita menampilkan salah satu aspek


kepribadian kita (orang tua,Orang Dewasa, anak) dan orang lain membalasnya
dengan salahsatu aspek tersebut juga. Misalkan suatu hari saya sakit ;saya
demam dan meminta perhatianistri pada penderitaan saya (Kepribadian anak)
istri menyadari rasa sakit saya dan ia merawat saya sperti seorang
ibu(Kepribadian Orang Tua) hubungan interpersonal saya akan berlangsung
baik ;transakasi yang terjadi bersifat komplementer. Bila istri saya sebaliknya
dan memberi saran pergilah ke dokter dan” saya sudah bilang bapak kecapean”
yang terjadi adalah transaksi silang(anak dibalas dengan orang dewasa).

Berne menyebutkan berbagai permainan yang dilakukan orang dalam


transaksi interpersonalnya .salah satunya permainan ini disebut berne”if it
weren,t for you”(jika bukan karena engkau). Ada istri yang tidak begitu pandai
bergaul dipilihnya suami yang sangat dominan dan mengatur pergaulannya
dengan keras ia ingin dikuasai dan dibatasi geraknya, dengan cara ini ia
memperoleh beberapa keuntungan pertama ia dapat mencari dalih buat
membenarkan ketidak mampuannya jikia bukan karena engkau aku mungkin
bisa banyak kawan.kedua menimbulkan rasa bersalah pada suaminya sehingga
suaminya akan memanjakannya.

Model Interaksional

Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem .


setiap sistem memiliki sifat sifat struktural integratif dan medan. Secara
singkat , model interaksional mencoba menggabungkan model
pertukaran,peranan dan permainan.

Hubungan interpersonal melibatkan dan membentuk kedua belah pihak.


Ada tiga tahap Tahap pembentukan hubungan, Peneguhan hubungan dan
pemutusan hubungan.

1.Tahap Pembentukan hubungan

Tahap ini sering disebut sebagai tahap perkenalan (Acquaintance


Process) oleh Theodore Newcomb dalam The Acquaintance Process (1961),
Donny Bryne dalam The Attraction Paradigm (1971), dan Dalmas A. Taylor
dalam Social Penetration: The Development of Interpersonal Relationship
(1973).

“...Acquaintance is a communication process whereby an individual


transmits [consciously] or conveys [sometimes intentionally] information about
his personality structure and content to potential friends, using subtly different
means a different stages of the friendship’s development” – Steve Duck (1976:
127)

Fase pertama, “fase kontak permulaan” (initial contact phase), ditandai


oleh usaha kedua belah pihak untuk “menangkap” informasi dari reaksi
kawannya. Bila merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses pengungkapan
diri. Bila berbeda, mereka akan menyembunyikan dirinya dan hubungan
interpersonal mungkin diakhiri. Proses ini disebut Newcomb sebagai reciprocal
scanning (saling menyelidik). Pada tahap ini, informasi yang dicari dan
disampaikan umumnya berkisar mengenai data demografis: usia, pekerjaan,
tempat tinggal, keadaan keluarga, dan sebagainya.

Katakanlah, Anda berkata bahwa Anda lahir di Tapanuli dari keluarga


Batak Karo. Saya segera menangkap identitas, sikap, dan nilai-nilai yang Anda
anut. Saya menduga Anda beragama Kristen, misalnya. Informasi lebih lanjut
tentang pendidikan dan pekerjaan Anda akan memengaruhi penilaian saya
terhadap diri Anda.

Menurut Charles R. Berger (1973), informasi pada tahap perkenalan


dapat dikelompokkan pada tujuh kategori: (1) informasi demografis; (2) sikap
dan pendapat: tentang orang atau objek; (3) rencana yang akan datang; (4)
kepribadian: misalnya “Bagaimana Anda menghadapi kenaikan harga sekarang
ini?”; (5) perilaku pada masa lalu, misalnya “Mengapa Anda sekolah di SMP
Katolik?”; (6) orang lain; misalnya, “Apakah Anda kenal dengan Hotman Paris
Hutapea?”; serta (7) hobi dan minat.

Tidak selalu informasi diperoleh melalui komunikasi verbal. Kita juga


membentuk kesan dari petunjuk proksenik, kinesik, paralinguistik, dan
artifaktual. Cara orang mempertahankan jarak, gerak tangan, lirikan mata,
intonasi suara, serta pakaian yang dikenakannya akan membentuk kesan
pertama. Apakah hubungan interpersonal harus diakhiri atau diperteguh.

2.Tahap Peneguhan hubungan

Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, perubahan


memerlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan
(equalibrium). Ada empat faktor penting: keakraban, kontrol, respons yang
tepat, dan nada emosional yang tepat.

Hubungan interpersonal akan terpelihara apabila kedua belah pihak


sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Jika dua orang melakukan
tingkat keakraban yang berbeda akan terjadi ketidakserasian dan kejanggalan.
Jika A menggunakan teknik sosial berdiri lebih dekat, melihat lebih sering, dan
tersenyum lebih banyak daripada B, maka B akan merasa A bersifat agresif dan
terlalu akrab, sedangkan A akan merasa B bersikap acuh tak acuh dan sombong.

Faktor kedua adalah kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol


siapa dan bilamana. Jika dua orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum
mengambil kesimpulan, siapakah yang harus berbicara lebih banyak, siapakah
yang menentukan, siapakah yang dominan. Konflik terjadi umumnya bila
masing-masing ingin berkuasa atau tidak ada pihak yang mau mengalah.

Ketepatan respons artinya respons A harus diikuti oleh respons B yang


sesuai. Pertanyaan harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa,
permintaan keterangan dengan penjelasan. Respons diterima dengan pesan
verbal dan nonverbal. Jika pembicaraan yang serius dijawab dengan main-main,
ungkapan wajah yang bersungguh-sungguh diterima dengan air muka yang
menunjukkan sikap tidak percaya, hubungan interpersonal mengalami
keretakan.

Dalam konteks ini ada gunanya membagi respons ke dalam dua


kelompok: konfirmasi dan diskonfirmasi. Konfirmasi akan memperteguh
hubungan interpersonal, sedangkan diskonfimasi akan merusaknya.

1. Konfimasi

a. Pengakuan langsung (direct aknowledgement): Saya menerima


pernyataan Anda dan memberikan respons segera; misalnya “Saya
setuju. Anda benar”.
b. Perasaan positif (positive feeling): Saya mengungkapkan perasaan
yang positif terhadap apa yang sudah Anda katakan.
c. Respons meminta keterangan (clarifying response): Saya meminta
Anda menerangkan isi pesan Anda; misalnya, “Ceritakan lebih
banyak tentang itu”.
d. Respons setuju (agreeing response): Saya memperteguh apa yang
telah Anda katakan; misalnya, “Saya setuju−ia memang bintang
yang terbaik saat ini”.
e. Respons suportif (supportive response): Saya mengungkapkan
pengertian, sukungan, atau memperkuat Anda; misalnya, “Saya
mengerti apa yang Anda rasakan”.

2. Diskonfirmasi

a. Respons sekilas (tangential response): Saya memberikan respons


pada pernyataan Anda, tetapi dengan segera mengalihkan
pembicaraan.
b. Respons impersonal (impersonal response): Saya memberikan
komentar dengan menggunakan kata ganti orang ketiga; misalnya,
“Orang memang sering maraah diperlakukan seperti itu”.
c. Respons kosong (impervious response): Saya tidak menghiraukan
Anda sama sekali; tidak memberikan sambutan verbal atau
nonverbal.
d. Respons yang tidak relevan (irrelevant response): Seperti respons
sekilas, saya berusaha mengalihkan pembicaraan tanpa
menghubungkan sama sekali dengan pembicaraan Anda; misalnya,
“Buku ini bagus,” “Saya heran mengapa Rini belum juga pulang.
Menurut kamu kira-kira ke mana?”
e. Respons rancu (incoherent respons): Saya berbicara dengan
kalimat-kalimat yang kacau, rancu, atau tidak lengkap.
f. Respons interupsi (interrupting response): Saya memotong
pembicaraan Anda sebelum Anda selesai, dan mengambil alih
pembicaraan.
g. Respons kontradiktif (incongruous response): Saya menyampaikan
pesan verbal yang bertentangan dengan pesan nonverbal.

Faktor keempat yang memelihara hubungan interpersonal adalah


keserasian suasana emosional ketika berlangsungnya komunikasi. Saya turut
sedih ketika Anda mengungkapkan penderitaan Anda, saya menyamakan
suasana emosional saya dengan suasana emosional Anda. Anda akan
menganggap saya “dingin”, bila saya menanggapi penderitaan Anda dengan
perasaan netral.

3.Tahap Pemutusan hubungan

Jika keempat faktor di atas tidak ada, hubungan interpersonal akan


diakhiri. Akan tetapi, penelitian tentang pemutusan hubungan masih jarang
sekali dilakukan. Walaupun demikian, dapat kita ambil analisis R.D. Nye
(1973) yang menyebutkan lima sumber konflik: (1) kompetisi−salah satu pihak
berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain; misalnya
menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain;
(2) dominasi−salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain sehingga
orang itu merasa hak-haknya dilanggar; (3) kegagalan−masing-masing berusaha
menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai; (4)
provokasi−salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui
menyinggung perasaan orang lain; (5) perbedaan nilai−kedua pihak tidak
sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.

Faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan Interpersonal komunikasi


interpersonal yaitu percaya (Trust), sikap suportif dan sikap terbuka.

 Percaya(Trust)
Secara ilmiah, “percaya” didefinisikan sebagai “mengandalkan
perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang
pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh risiko”
(Giffin, 1967: 224-234). Definisi ini menyebutkan tiga unsur
percaya: (1) ada situasi yang menimbulkan risiko; (2) orang yang
menaruh kepercayaannya kepada orang lain berarti menyadari
bahwa akibat-akibatnya bergantung pada perilaku orang lain; (3)
orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik
baginya. Ada tiga faktor utama yang dapat menumbuhkan sikap
percaya: menerima, empati, dan kejujuran.

 Sikap suportif
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam
komunikasi. Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor
personal (ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah,
pengalaman defensif, dan sejenisnya) atau faktor-faktor situasional.

Perilaku Defensif dan Suportif dari Jack Gibb


Iklim Defensif Iklim Suportif
1. Evaluasi 1. Deskripsi
2. Kontrol 2. Orientasi Masalah
3. Strategi 3. Spontanitas
4. Netralitas 4. Empati
5. Superiotas 5. Persamaan
6. Kepastian 6. Provisionalisme
Dalam penelitian Gibb diungkapkan bahwa makin sering orang
menggunakan perilaku di sebelah kiri, makin besar kemungkinan
komunikasi menjadi defensif.

 Sikap terbuka.

Sikap terbuka Sikap tertutup


Menilai pesan secara objektif Menilai pesan berdasarkan
dengan menggunakan data dan motif-motif pribadi
keajegan logika
Membedakan dengan mudah, Berpikir simplistis, artinya
melihat nuansa, dsb. berpikir hitam-putih (tanpa
nuansa)
Berorientasi pada isi Bersandar lebih banyak pada
sumber pesan daripada isis
pesan.
Mencari informasi dari berbagai Mencari informasi tentang
sumber. kepercayaan orang lain dari
sumbernya sendiri, bukan dari
sumber kepercayaan orang lain.
Lebih bersifat provisional dan Secara kaku, mempertahankan
bersedia mengubah dan memegang teguh sistem
kepercayaannya. kepercayaannya.
Mencari pengertian pesan yang Menolak, mengabaikan, pesan
tidak sesuai dengan rangkaian yang tidak konsisten dengan
mendistorsi dan menolak sistem kepercayannya.
kepercayaannya.

Anda mungkin juga menyukai