Anda di halaman 1dari 21

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka Tentang Keluarga Berencana (KB)

1. Pengertian

a. KB menurut undang-undang RI No.10 tahun 1992 adalah upaya

peningkatan kependudukan, peran masyarakat melalui pengendalian

kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan

kesejahteraan keluarga dalam rangka melembagakan dan

membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera

(NKKBS) (Sibagariang, 2010).

b. KB menurut WHO (World Health Organisation) adalah tindakan

yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk:

1) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.

2) Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.

3) Mengatur interval diantara kehamilan.

4) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur

suami istri.

5) Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2014).

2. Tujuan Keluarga Berencana (KB)

Untuk mencapai keberhasilan program KB Nasional diperlukan

suatu tujuan dalam memberikan arah yang jelas. Adapun tujuan program

nasional kependudukan dan keluarga berencana adalah:

6
7

a. Tujuan demografis yaitu dapat dikendalikannya tingkat pertumbuhan

penduduk sebagai usaha mencapai penurunan fertilitas.

b. Tujuan normatif yaitu dapat dihayati Norma Keluarga Kecil Bahagia

dan Sejahtera (NKKBS) yang pada waktunya akan menjadi falsafah

hidup masyarakat Indonesia (Sibagariang, 2010).

Tinjauan Pustaka tentang Kontrasepsi

1. Pengertian

a. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.

Upaya itu dapat bersifat sementara dapat pula bersifat permanen.

Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang

mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2010).

b. Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma

(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah

dibuahi ke dinding rahim (Mulyani & Rinawati, 2013).

c. Macam-macam Metode Kontrasepsi

a. Metode sederhana

6) Metode kalender

Metode kalender atau pantang berkala adalah metode

kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri

dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada

masa subur atau ovulasi (Mulyani & Rinawati, 2013).

7
8

7) Metode suhu basal

Metode suhu basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh

tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur).

Pengukuran suhu basal dilakukan dipagi hari segera setelah

bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya (Mulyani

& Rinawati, 2013).

8) Metode lendir serviks

Metode lendir serviks atau metode ovulasi merupakan

metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) dengan cara

mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan mengamati

lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari

ovulasi (Mulyani & Rinawati, 2013).

9) Metode senggama terputus

Coitus interuptus atau senggama terputus adalah metode

keluaraga berencana tradisional atau alamiah dimana pria

mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum

mencapai ejakulasi (Mulyani & Rinawati, 2013).

10) Kondom

Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang

terbuat dari berbagai bahan diantaranya karet (lateks), plastik

(vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada

penis untuk menampung sperma ketika seorang pria mencapai

ejakulasi saat berhubungan seksual (Mulyani & Rinawati, 2013).

8
9

11) Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung terbuat dari

karet (lateks) yang diinsersikan kedalam vagina sebelum

berhubungan seksual dan menutup serviks (Mulyani &

Rinawati, 2013).

12) Spermisida

Spermisida merupakan sediaan kimiawi (biasanya non

oksinol-9) yang dapat membunuh sperma. Tersedia dalam

bentuk busa vagina, krim, gel dan suppositoria. Spermisida

ditempatkan di vagina sebelum berhubungan seksual (Mulyani

& Rinawati, 2013).

b. Metode modern

1) Kontrasepsi pil

a) Kontrasepsi pil progestin (mini pil) adalah metode

kontrasepsi yang mengandung hormon steroid (progesteron

sintetik saja) yang digunakan per oral (Sibagariang, 2010).

b) Pil kombinasi adalah pil yang mengandung hormon

estrogen dan progesteron, sangat efektif (bila diminum

setiap hari) (Mulyani & Rinawati, 2013).

2) Kontrasepsi suntikan

a) Suntik kombinasi (1 bulan) merupakan metode suntikan

yang pemberiannya tiap bulan dengan jalan penyuntikan

secara intramuscular sebagai usaha pencegahan kehamilan

9
10

berupa hormon progesteron dan estrogen pada wanita usia

subur (Mulyani & Rinawati, 2013).

b) Suntik tribulan atau progestin merupakan metode

kontrasepsi yang diberikan secara intramuscular setiap tiga

bulan (Mulyani & Rinawati).

3) Kontrasepsi Implan

Impant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung

levonorgetrel yang dibungkus dalam kapsul silastic silicon

(polydimethylsiloxane) dan dipasang dibawah kulit (Mulyani &

Rinawati).

4) Intra Uterine Device (IUD)

Intra Uterine Device (IUD) merupakan alat kontrasepsi

yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran,

bahan dan masa aktif fungsi reproduksinya) yang diletakkan

dalam cavum uteri sebagai usaha kontrasepsi, menghalangi

fertilisasi dan menyulitkan telur berimplantasi dalam uterus

(Sibagariang dkk, 2010).

c. Kontasepsi mantap

1) Tubektomi

Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur

wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan

mendapatkan keturunan lagi (Mulyani & Rinawati, 2013).

10
11

2) Vasektomi

Vasektomi adalah pemotongan sebagian (0,5 cm–1 cm)

pada vas deferensia atau tindakan operasi ringan dengan cara

mengikat dan memotong saluran sperma sehingga sperma tidak

dapat lewat dan air mani tidak mengandung spermatozoa,

dengan demikian tidak terjadi pembuahan. Operasi berlangsung

kurang lebih 15 menit dan pasien tidak perlu dirawat. (Mulyani

& Rinawati, 2013).

Tinjauan Pustaka tentang Kontrasepsi Suntik 3 Bulan

1. Kontrasepsi Suntik Progestin (3 bulan)

a. Pengertian

1) Suntik tribulan atau progestin merupakan metode kontrasepsi

yang diberikan secara intramuscular setiap tiga bulan (Mulyani

& Rinawati).

2) Suntikan 3 bulan (Depo Provera) adalah 6-alfa-

medroksiprogesteron yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi

parenteral, mempunyai efek progesteron yang kuat dan sangat

efektif (Anwar, 2011).

b. Profil

1) Sangat efektif.

2) Aman.

3) Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.

11
12

4) Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan.

5) Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI

(Sulistyawati, 2013).

c. Jenis

1) DMPA (Depot medroxy progesteron acetat) atau Depo Provera

yang diberikan setiap 3 bulan dengan dosis 150 miligram yang

disuntik secara IM (Mulyani dan Rinawati, 2013).

2) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung

200 mg Noretidron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan

cara disuntik intramuscular (Saifuddin, 2011).

d. Cara kerja

1) Mencegah dan menghambat ovulasi.

2) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan

penetrasi sperma.

3) Menjadikan selaput lendir mulut rahim tipis dan atrofi.

4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba (Saifuddin, 2011 dan

Sibagariang dkk, 2010).

e. Efektifitas

Kontrasepsi Depo Progestin suntik 3 bulan tersebut memiliki

efektivitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100

perempuan/tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur

sesuai jadwal yang telah ditentukan (Saifuddin, 2011).

f. Keuntungan

12
13

1) Sangat efektif.

2) Pencegahan kehamilan jangka panjang.

3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri.

4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius

terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.

5) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.

6) Sedikit efek samping.

7) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

8) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai

perimenopause.

9) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan

ektopik.

10) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.

11) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.

12) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).

13) Wanita tidak harus melakukan apapun sebelum melakukan

persetubuhan (Saifuddin, 2011).

g. Keterbatasan

1) Sering ditemukan gangguan haid, seperti:

a) Siklus haid yang memendek atau memanjang.

b) Perdarahan yang banyak atau sedikit.

c) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting).

d) Tidak haid sama sekali.

13
14

2) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan

kesehatan (harus kembali untuk suntikan).

3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan

berikut.

4) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersebut.

5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi

menular seksual, hepatitis B virus atau infeksi virus HIV.

6) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian

pemakaian.

7) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya

kerusakan/kelainan pada organ genetalia, melainkan karena

belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat

suntikan).

8) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka

panjang.

9) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan

kepadatan tulang (densitas).

10) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan

kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi

(jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat (Saifuddin, 2011).

h. Yang dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan 3 Bulan

1) Usia reproduksi.

2) Nulipara.

14
15

3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki

efektivitas tinggi.

4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

6) Setelah abortus atau keguguran.

7) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.

8) Perokok.

9) Tekanan darah < 180/110 mmHg dengan masalah gangguan

pembekuan darah atau anemia bulan sabit.

10) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau

obat tuberculosis (rifampisin).

11) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.

12) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

13) Anemia defesiensi besi.

14) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh

menggunakan pil kontrasepsi kombinasi (Saifuddin, 2011).

i. Akseptor KB yang tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan 3

Bulan

1) Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per 100.000

kelahiran).

2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama

amenorea.

15
16

4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

5) Diabetes mellitus disertai komplikasi (Saifuddin, 2011).

j. Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan 3 Bulan

1) Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.

2) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.

3) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap

saat asalkan saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah

suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.

4) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin

mengganti dengan kontrasepsi suntikan.

5) Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan

ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain

lagi, kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat

jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.

6) Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin

menggantinya dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama

kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan,

asal saja ibu tersebut tidak hamil dan pemberiannya tidak perlu

menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik setelah hari

ke 7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh

melakukan hubungan seksual.

16
17

7) Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal.

8) Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan

pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak

hamil dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan

hubungan seksual (Saifuddin, 2011).

k. Cara Penggunakan Kontrasepsi Suntikan 3 Bulan

1) Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara

disuntik intramuscular dalam di daerah pantat. Apabila suntikan

diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan

lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan

setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikan Neoristerat untuk

3 injeksi berikutnya diberikan setiap 8 minggu. Mulai dengan

injeksi kelima diberikan setiap 12 minggu.

2) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang

dibasahi oleh etil/isopropyl alkohol 60–90%. Biarkan kulit kering

sebelum disuntik, setelah kulit kering baru disuntik.

3) Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-

gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan.

Bila terdapat endapan putih pada dasar ampul, upayakan

menghilangkannya dengan menghangatkannya (Saifuddin, 2011).

17
18

l. Peringatan bagi Pemakai Kontrasepsi Suntikan 3 Bulan

1) Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan

kehamilan.

2) Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan

ektopik terganggu.

3) Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.

4) Sakit kepala migraine, sakit kepala berulang yang berat, atau

kaburnya penglihatan.

5) Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2

kali lebih banyak dalam satu periode masa haid (Sulistyawati,

2013).

m. Penanganan Efek Samping yang Sering Dijumpai

3) Amenorea (tidak terjadi perdarahan/spotting).

Penanganan:

a) Bila tidak hamil, pengobatan apa pun tidak perlu. Jelaskan

bahwa darah haid tidak terkumpul dalam rahim. Nasehati

untuk kembali keklinik.

b) Bila telah terjadi kehamilan, rujuk klien. Hentikan

penyuntikan. Jelaskan bahwa hormon progestin tidak akan

menimbulkan kelainan pada janin.

c) Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien segera. Jangan

berikan terapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan

18
19

karena tidak akan berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian, bila

tidak terjadi perdarahan juga, rujuk ke klinik.

4) Perdarahan / perdarahan bercak (spotting)

Penanganan:

a) Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi

hal ini bukanlah hal yang serius dan biasanya tidak

memerlukan pengobatan. Bila klien tidak dapat menerima

perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan suntikan, maka

dapat disarankan 2 pilihan pengobatan.

b) 1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 µg etinilestradiol),

ibuprofen (sampai 800 mg, 3x/hari untuk 5 hari) atau obat

sejenis lain. Jelaskan bahwa selesai pemberian suntik 3 bulan

dapat terjadi perdarahan. Bila terjadi perdarahan banyak

selama pemberian suntikan ditangani dengan pemberian 2

tablet pil kontrasepsi kombinasi/hari selama 3-7 hari

dilanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi hormonal atau

diberi 50 µg etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin

konjugasi untuk 14-21 hari.

5) Meningkatnya/menurunnya berat badan

Penanganan:

Informasikan bahwa kenaikan/penurunan berat badan

sebanyak 1-2 kg dapat saja terjadi. Perhatikan diet klien bila

perubahan berat badan terlalu mencolok. Bila berat badan

19
20

berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi

lain (Saifuddin, 2011).

n. Instruksi bagi Klien

Klien harus kembali ke tempat pelayanan kesehatan atau klinik

untuk mendapatkan suntikan kembali setiap 12 minggu untuk DMPA

atau setiap 8 minggu untuk noristerat (Sulistyawati, 2013).

Tinjauan Pustaka tentang Amenorea Sekunder

1. Pengertian Amenorea Sekunder

Dikatakan amenorea sekunder bila seorang wanita usia reproduktif yang

pernah mengalami haid, tiba-tiba haidnya berhenti untuk sedikitnya tiga

bulan berturut-turut.

Penyebab tidak datangnya haid ialah gangguan pada organ-organ yang

bertanggung jawab terhadap proses terjadinya siklus haid, yaitu:

hipotalamus-hipofisis (amenorea sentral), ovarium (amenorea ovarium),

dan uterus (amenorea uteriner). Pervalensi amenorea sekunder sekitar 3-

4% wanita usia reproduktif, sebagian besar kasus disebabkan oleh

sindroma ovarium polikistik (SOPK), amenorea hipotalamik,

hiperprolaktinemia, dan kegagalan ovarium dini.

2. Sebab-sebab Amenorea Sekunder

1) Obat-obatan.

2) Stress dan depresi.

20
21

3) Nutrisi yang kurang, penurunan berat badan berlebihan, olahraga

berlebihan dan obesitas.

4) Gangguan hipotalamus dan hipofisis.

5) Gangguan indung telur.

6) Kelainan endokrin (misalnya sindroma Cushing yang

menghasilkan sejumlah besar hormon kortisol oleh kelenjar

adrenal).

7) Penyakit kronik dan sindrom Asherman (Kumalasari &

Andhyantoro, 2012).

Penyebab lain yang perlu dipertimbangkan antara lain berbagai

bentuk kontrasepsi, termasuk depo provera, pil yang hanya

mengandung progesteron, koil mirena, amenorea pasca penggunaan

pil dan analog hormon pelepas gonadotropin (Hollingworth, 2015).

3. Gejala Amenorea Sekunder

Gejalanya bervariasi, bergantung pada penyebabnya.

a. Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak

akan ditemukan tanda-tanda pubertas seperti pembesaran payudara,

pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak serta perubahan

bentuk tubuh.

b. Jika penyebabnya adalah kehamilan, akan ditemukan morning

sickness dan pembesaran perut.

c. Jika penyebabnya adalah kadar hormon tiroid yang tinggi maka

gejalanya adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan serta kulit

21
22

yang hangat dan lembab. Sindroma Cushing menyebabkan wajah

bulat (moon face), perut buncit serta lengan dan tungkai yang kurus

(Kumalasari & Andhyantoro, 2012).

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenorea Sekunder:

a. Sakit kepala.

b. Galaktore (pembentukan air susu pada perempuan yang tidak hamil

dan tidak sedang menyusui).

c. Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisis).

d. Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti.

e. Vagina yang kering.

f. Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti

pola pria), perubahan suara dan perubahan ukuran payudara

(Kumalasari & Andhyantoro, 2012).

4. Terapi Amenorea Sekunder

Untuk terapinya sendiri, pada anamnesis yang perlu dicari adalah

usia menarche, pertumbuhan badan, adanya stress berat, penyakit berat,

penggunaan obat penenang, peningkatan atau penurunan berat badan

yang mencolok. Pemeriksaan ginekologi yang dilakukan adalah

pemeriksaan genitalia interna/eksterna. Pemeriksaan penunjang berupa

uji kehamilan dan uji progesteron (Nasrudin, 2011).

Tindakan pengobatan amenorea sekunder bergantung kepada

penyebab dan kepada keinginan pasien. Terapi harus diarahkan kepada

22
23

latar belakang penyebab. Bila didapati ada latar belakang penyakit-

penyakit medik, penyakit tersebut harus ditangani. Bilamana tidak

ditemui latar belakang penyebab yang bisa ditangani, maka tindakan

pengobatan bergantung kepada keinginan pasien atau kesuburannya

(Nasrudin, 2011).

B. PENELITIAN TERKAIT

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sedikit banyak terinspirasi

dan mereferensi dari penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan

dengan latar belakang masalah pada skripsi ini. Berikut ini penelitian

terdahulu yang berhubungan dengan skripsi ini antara lain;

Hasil penelitian dari Afrizalaila (2018) didapati hasil bahwa yang

menggunakan kontrasepsi suntik dengan lama penggunaan 1 tahun

sebanyak 20 responden (62,5%), yang mengalami amenorea 7 responden

(22,1%) dan yang tidak mengalami amenorea sebanyak 13 responden

(40,7%). Sedangkan responden yang menggunakan suntik KB 3 bulan < 1

tahun 12 responden (37,5%) yang mengalami amenorea sebanyak 11

responden (34,7%) dan yang tidak mengalami amenorea sebanyak 1

responden (3,1%).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Partha, Anak agung Ngurah

Alit Y, Dwi (2019). Hasil penelitian menunjukkan akseptor KB suntik

3 bulan sebagian besar (73,7%) mengalami amenorea. 

23
24

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Lena Juliana Harahap,

Lia Amelia (2020) menunjukkan Berdasarkan lama pemakaian mayoritas

responden memakai kontrasepsi KB Suntik 3 Bulan lebih dari satu tahun.

Dari 59 responden lama pemakaian lebih dari 1 tahun yang mengalami

efek samping KB Suntik 3 Bulan berupa gangguan haid 51 orang (86,4%),

yang mengalami sakit kepala 8 orang (13,6%).

Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Terkait

No Nama dan Judul Metode Parameter Hasil

. tahun

24
25

1. Afrizalaila, Hubungan Survei Kb suntik 3 Ada hubungan

2018 penggunaan Analitik bulan, yang akurat

suntik 3 kejadian antara

bulan amenorea hubungan

dengan penggunaan

amenorea KB suntik 3

diklinik bulan dengan

Nis’an amenorea di

Fauziah klinik Nis’an

Kab.Aceh Fauziah

barat Tahun dengan nilai

2018 probabilitasnya

0,002

atau<0,005.

2. Partha,Anak Hubungan Analitik Jenis  Hasil

agung jenis dengan kontrasepsi penelitian

Ngurah Alit pemakaian pendekatan suntik, menunjukkan

Y,Dwi KB suntik case control. kejadian Akseptor KB

2019 dengan amenorea suntik 1 bulan

kejadian hampir

amenorrhoe seluruhnya

pada (94,7%) tidak

akseptor mengalami

25
26

KB suntik amenorea.

di Sedangkan

puskesmas akseptor KB

Kerudus, suntik 3 bulan

kecamatan sebagian besar

Kerudus, (73,7%)

Kota mengalami

Surabaya. amenorea.

3. Lena Hubungan survei Lama ada hubungan

Juliana lama analitik pemakaian, lama

Harahap, pemakaian dengan efeksamping pemakaian KB

Lia Amelia, dengan efek menggunakan , jenis Suntik 3 Bulan

2020 samping pendekatan kontrasepsi. dengan

kontrasepsi cross terjadinya efek

suntik 3 sectional samping.

bulan pada

akseptop

KB.

26

Anda mungkin juga menyukai