Anda di halaman 1dari 96

LAPORAN AKHIR

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PRODUK


CACAT DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK
PADA UMKM BUNDA BAKERY

OLEH:
Setiawan
NIM. 1932555084

DOSEN PEMBIMBING:
Novie Astuti. S.Pd. M.AKT
NIDN 0719117702

PROGRAM STUDI D-III AKUNTANSI


PSDKU POLINEMA DI KOTA KEDIRI
POLITEKNIK NEGERI MALANG
KEDIRI
2020
LAPORAN AKHIR

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP


PRODUK CACAT DALAM PERHITUNGAN HARGA
POKOK PRODUK PADA UMKM BUNDA BAKERY

Laporan Akhir ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh


gelar A.Md. pada Program Studi D-III Akuntansi
Politeknik Negeri Malang

Oleh:
Setiawan
NIM. 1932555084

Dosen Pembimbing:
Novie Astuti. S.Pd. M.AT
NIDN 0719117702

PROGRAM STUDI D-III AKUNTANSI


PSDKU POLINEMA DI KOTA KEDIRI
POLITEKNIK NEGERI MALANG
KEDIRI
2020
i
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Setiawan
NIM : 1932555084
Tempat, Tgl. : Nganjuk, 16 Maret 1999
Lahir
Alamat Asal : Dsn. Sambong, Ds. Sumberkepuh, Kec.
Tanjunganom, Kab. Nganjuk.
No. Telepon : 083851397988
Riwayat : a. SDN 3 Sumberkepuh
Pendidikan Lulus tahun 2011
b. SMPN 1 Prambon
Lulus tahun 2014
c. SMAN 1 Prambon
Lulus tahun 2017

Kegiatan organisasi yang pernah dilakukan:


Data Orang Tua

Nama Ayah : Sukarjo


Pekerjaan : Karyawan Swasta
Ayah
Nama Ibu : Sri Amini
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

iii
ABSTRAK

Setiawan. 2019. Analisis Perlakuan Akuntansi terhadap Produk


Cacat dalam Perhitungan Harga Pokok Produk pada UMKM
Bunda Bakery. Laporan Akhir, Jurusan Akuntasi Politeknik Negeri
Malang PSDKU Kediri. Pembimbing: (1) Novie Astuti (2) Retno
Puspa Rini

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perlakuan akuntansi


terhadap produk cacat dalam perhitungan harga pokok produk pada
UMKM Bunda Bakery. Data yang digunakan adalah data sekunder.
Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif
dimana data dan informasi diperoleh dari UMKM Bunda
Bakeryberupa biaya produksi yang menjadi dasar dalam
perhitungan harga pokok produksi. Hasil penelitian ini adalah
perlakuan akuntansi produk cacat pada UMKM Bunda Bakery
didapati adanya produk cacat yang laku dijual. Perlakuan akuntansi
terhadap produk cacat yang laku dijual adalah hasil penjualan dari
produk cacat tersebut akan ditambahkan pada biaya rugi produk
cacat, sehingga tidak mengurangi harga pokok produksi. Pemilik
UMKM Bunda Bakeryseharusnya lebih mengontrol tenaga kerja
khususnya pada bagian produksi, serta diperlukan adanya
perbaikan perlatan mesin produksi agar dapat meminimalisir
terjadinya produk cacat.

Kata Kunci: Produk Cacat, Perlakuan Akuntansi Produk Cacat.

iv
ABSTRACT

Setiawan. 2019. Analysis of Accounting Treatment to Defective


Products in Products Price Calculation on Bunda Bakery Small
Medium Enterprise. Final report, Accounting Departement, State
Polytechnic of Malang PSDKU Kediri. Advisors: (1) Novie Astuti,
(2) Retno Pupa Rini

The purpose of this research is to determine the accounting


treatment to defective products in Products Price Calculation on
Bunda Bakery Small Medium Enterprise. The data usedsecondary
data.The method which was used was descriptive quantitative
analysis in which the data and the information were obtained from
Bunda Bakery Small Medium Enterprise in the form of production
costs as the basic in calculating the costs production. The results
of this research were the accounting treatment to defective
products in Bunda Bakery Small Medium Enterprise which were
found that the defective products were sold. Accounting treatment
to defective products which were sold were selling result from
those defective product could be addedon loss cost of defective
product, so it did not minimize cost production. Bunda Bakery
Small Medium Enterprise should more control the employee
especially for the production department, send it was needed the
production machine repair in order to minimize the occurrence of
defective products.

Keywords: defective products, accounting treatment of defective


products.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat
menyelesaikan Laporan Akhir berjudul “ANALISIS
PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PRODUK CACAT
DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK
PADA UMKM BUNDA BAKERY”. Laporan akhir ini disusun
sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan D3 di Politeknik
Negeri Malang PSDKU Kediri dan mendapatkan gelar madya.
Laporan akhir ini dapat terselesaikan tidak lepas dari
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Sukarjo dan Ibu Sri Amini, selaku kedua orang
tuaku yang telah memberikan doa dan semangat untuk
menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Dr. Ir. Drs. Raden Edy Purwanto, M.Sc , selaku
Koordinator Politeknik Negeri Malang PSDKU Kediri.
3. Dr. Aang Affandi, S.E., MM, selaku Ketua Program
Studi Akuntansi Politeknik Negeri Malang PSDKU
Kediri.
4. Novie Astuti Setianingsih, S.T.,S.Pd.,M.Akt , selaku
dosen pembimbing 1 dalam penyusunan laporan akhir
Penulis.
5. Retno Puspa Rini, S.E.,M.BA , selaku dosen
pembimbing 2 dalam penyusunan laporan akhir
penulis.
vi
6. Bapak Agus Ma’arif, selaku pemilik UMKM Laxefu
yang telah berkenan memberikan informasi guna
menunjang kelengkapan penyusunan laporan akhir ini.
7. Teman-teman mahasiswa angkatan 2017 Politeknik
Negeri Malang PSDKU Kediri.
8. Seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan
dukungan selama penyusunan laporan akhir ini.
9. Seluruh staf Politeknik Negeri Malang PSDKU Kediri
yang telah mempersiapkan segala keperluan penunjang
penyusunan laporan akhir.
10. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan laporan akhir ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat
kekurangan. Sehingga dengan kerendahan hati, penulis
mengharapkan masukan dan saran demi perbaikan dan
penyempurnaan atas laporan ini. Akhir kata, penulis mengucapkan
terima kasih. Semoga laporan ini dapat bermanfaat serta
menambah wawasan bagi penulis juga bagi pembaca.

Kediri, 16 Juli 2020


Penulis

Setiawan

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI

viii
DAFTAR TABEL i
DAFTAR LAMPIRAN ii
BAB IPENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Batasan Masalah 3
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Manfaat Penelitian 4
1.6 Daftar Istilah 4
BAB IIKAJIAN TEORI 6
2.1 Akuntansi 6
2.1.1 Pengertian Akuntansi 6
2.1.2 Perlakuan Akuntansi 6
2.2 Akuntansi Biaya 9
2.2.1 Pengertian Akuntansi Biaya 9

viii
2.2.2 Klasifikasi Biaya 10
2.3 Harga Pokok Produksi 16
2.3.1 Pengertian Harga Pokok Produksi 16
2.3.2 Tujuan Penentuan Harga Pokok Produksi 17
2.3.3 Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi 18
2.3.4 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi 20
2.3.5 Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi 21
2.3.6 Rumus Mencari Harga Pokok Produksi 22
2.4 Produk Cacat 23
2.4.1 Pengertian Produk Cacat 23
2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produk Cacat 23
2.4.3 Perlakuan Akuntansi Produk Cacat 24
2.4.4 Menghitung Biaya Kerugian dari Produk Cacat 26
2.5 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 26
BAB IIIMETODE PENELITIAN 29
3.1 Obyek Penelitian 29
3.2 Jenis Penelitian 29
3.3 Sumber Data dan Data yang Dibutuhkan 30
3.4 Metode Pengumpulan Data 30
3.5 Teknik Analisis Data 31
BAB IVHASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 34
4.1 Gambaran Umum Perusahaan dan Data Penelitian 34
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan 34
4.2 Data Penelitian 36
4.2.1 Total Penjualan 36
4.2.2 Total Biaya Produksi 38
4.2.3 Data Produk Cacat 39

ix
4.3 Hasil Analisis 41
4.3.1 Analisis Total Penjualan Produk Tahun 2017 dan
2018 43
4.4 Total Biaya Produksi 44
4.4.1 Analisis Total Biaya Produksi 2017 dan 2018 46
4.5 Total Produk Cacat 47
4.5.1 Analisis Total Produk Cacat Tahun 2017 dan 2018
49
4.6 Perhitungan Harga Pokok Produksi 49
4.6.1 Perhitungan HPP Tahun 2017 49
4.6.2 Perhitungan HPP Tahun 2018 52
4.6.3 Analisis Perhitungan HPP Tahun 2017 dan 2018 55
4.6.4 Perhitungan Biaya Kerugian 55
4.7 Perhitungan Penjualan 56
4.7.1 Hasil Penjualan Tahun 2017 57
4.7.3 Selisih Perhitungan Penjualan Tahun 2017 dan 2018
60
4.8 Perlakuan Produk Cacat 61
4.8.1 Pengakuan 61
4.8.2 Pengukuran 62
4.9 Pembahasan 64
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN 68
5.1 Kesimpulan 68
5.2 Saran 70
DAFTAR PUSTAKA 71
LAMPIRAN 73

x
xi
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Total Penjualan Tahun 2017 36


Tabel 4. 2 Total Penjualan Tahun 2018 37
Tabel 4. 3 Biaya Bahan Produksi Tahun 2017 38
Tabel 4. 4 Biaya Produksi Tahun 2018 39
Tabel 4. 5 Data Produk Cacat Tahun 2017 39
Tabel 4. 6 Data Produk Cacat Tahun 2018 40
Tabel 4. 7 Total Penjualan Produk Tahun 2017 41
Tabel 4. 8 Total Penjualan Produk Tahun 2018 42
Tabel 4. 9 Total Penjualan Produk Baik Tahun 2017 dan 2018
43
Tabel 4. 10 Total Biaya Produksi 2017 44
Tabel 4. 11 Total Biaya Produksi tahun 2018 45
Tabel 4. 12 Total Biaya Produksi tahun 2017 dan 2018 46
Tabel 4. 13 Total Produk Cacat Tahun 2017 47
Tabel 4. 14 Total Produk Cacat Tahun 2018 48
Tabel 4. 15 Total Produk Cacat Tahun 2017 dan 2018 49
Tabel 4. 16 Hasil Anasis Tahun 2017 50
Tabel 4. 17 Hasil Anasis Tahun 2018 53
Tabel 4. 18 Perhitungan Penjualan Tahun 2017 58
Tabel 4. 19Perhitungan Penjualan Tahun 2018 60
Tabel 4. 20 Selisih Perhitungan Penjualan Tahun 2017 dan 2018
60
Tabel 4. 21 Persentase Data Kecacatan Produk Tahun 2017 63
Tabel 4. 22 Presentase Data Kecacatan Tahun 2018 63

i
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Pertanyaan Wawancara


Lampiran 2 Foto Bersama Pemilik UMKM Bunda Bakery
Lampiran 3 Daftar Konsultasi Tugas Akhir
Lampiran 4 Lembar Revisi

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan perekonomian Indonesia bergantung pada
keberadaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang handal
dan kuat. UMKM merupakan bentuk usaha yang lebih banyak dikenal
oleh masyarakat dibandingkan dengan Usaha Besar. UMKM ini
disebabkan karena kebanyakan para pengusaha kecil dan menengah
yang berasal dari industri keluarga dan rumahan serta daya serap
UMKM terhadap tenaga kerja yang sangat besar. Seiring dengan
perkembangan zaman penduduk Indonesia semakin berinovasi
menciptakan sebuah lapangan pekerjaan yang mampu meningkatkan
taraf hidup masyarakat dengan semakin bertambahnya pendirian
UMKM perekonomian Indonesia semakin meningkat dan tingkat
pesaing bisnis mengalami peningkatan seperti di wilayah Jawa Timur
berdasarkan data dari Dinas Koperasi dan UKM provinsi Jawa Timur
jumlah UMKM pada tahun 2016 sebanyak 4.618.283 sedangkan pada
tahun 2018 menjadi 5.163.979 sehingga mengalami peningkatan
sebanyak 2,11%.
Peningkatan tersebut perlu diantisipasi oleh UMKM karena
dituntut untuk menjaga kualitas produk dalam menciptakan produk
demi menjaga kelangsungan usahanya dan tidak kalah saing dari
UMKM lainnya, serta dalam proses produksi yang memperhatikan
kualitas akan menghasilkan produk yang berkualitas yang diharapkan
bebas dari kecacatan sehingga pemborosan biaya dapat dihindari.
Akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak lepas dari kendala yang
disebabkan oleh kesalahan yang dilakukan oleh karyawan,
keterbatasan kemampuan mesin dan kurangnya pengawasan terhadap
1
2

pelaksanaan proses produksi. Hal tersebut mengakibatkan produk


yang dihasilkan tidak sesuai dengan standart mutu yang telah
ditetapkan.
Dengan adanya produk cacat maka akan timbul permasalahan
dalam perhitungan harga pokok produksi. MenurutSiregar (2013),
produk cacat adalah unit produk yang tidak memenuhi standar
produksi dan dapat diperbaiki secara teknis dan ekonomis untuk dapat
dijual sebagai produk baik atau tetap sebagai produk cacat. Dengan
kata lain, jika UMKM akan memperbaiki produk cacat tersebut akan
menambah biaya produksinya kembali sehingga total biaya produksi
meningkat tetapi tidak memberi nilai tambah pada UMKM.
Produk cacat telah memakan biaya karena karena telah
melalui proses produksi, sehingga akan berpengaruh terhadap produk
jadi yang akan dihasilkan. Adanya produk cacat akan berpengaruh
dalam perhitungan harga pokok produksi dan juga akan memberikan
dampak kerugian pada UMKM, maka oleh karena itu keberadaan
produk cacat tidak bisa dianggap remeh dalam proses produksi karena
akan berdampak pada UMKM yaitu adanya produk cacat akhirnya
akan mengurangi daya saing UMKM karena akan menaikkan biaya
produksi dengan demikian, harga jual akan menjadi lebih tinggi, dan
apabila dijual sesuai dengan harga pasar kemampuan UMKM untuk
memperoleh laba menjadi kecil.
UMKM Bunda Bakery merupakan UMKM yang bergerak
pada bidang produksi makanan berupa olahan roti, karena pada zaman
sekarang lebih banyak UMKM yang bergerak dibidang makanan
selain hasilnya menguntungkan juga lebih mudah untuk dipasarkan.
UMKM Bunda Bakery berlokasi di Desa Watudandang Kecamatan
Prambon, Kabupaten Nganjuk. UMKM Bunda Bakery adalah UMKM
3

berkualitas dalam produksinya karena melakukan kegitan produksi


tiap harinya dan tidak kalah saing dari UMKM lainnya yang berada di
wilayah Kabupaten Nganjuk, karena UMKM Bunda Bakery banyak
menciptakan produk roti terbaru dalam produksinya sehingga banyak
diminati oleh konsumen karena olahannya beraneka ragam. UMKM
Bunda Bakery adalah UMKM di Kabupaten Nganjuk, dengan adanya
UMKM yang semakin banyak perkembangan UMKM mampu
memajukan dan mendorong perekonomian serta menciptakan peluang
kerja bagi masyarakat yang ada disekitar UMKM dan mampu
mensejahterakan warga dan masyarakat Kabupaten Ngajuk. Dari
pemikiran diatas, maka penulis berkeinginan untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Analisis Perlaukan Akuntansi Terhadap
Produk Cacat Dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada
UMKM Bunda Bakery”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana perlakuan akuntansi terhadap
produk cacat dalam perhitungan harga pokok produksi pada UMKM
Bunda Bakery?
1.3 Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian tidak melebar luas dan
sesuai tujuan, maka penulis hanya menganalisis perlakuan akuntansi
produk cacat di UMKM Bunda Bakery tahun 2017-2018.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penilitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi terhadap
produk cacat dalam perhitungan harga pokok produk pada UMKM
Bunda Bakery.
4

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari kegiatan penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi :
1. UMKM Bunda Bakery
Membantu UMKM dalam perlakuan akuntasi produk cacat
dalam perhitungan harga pokok produksi.
2. Akademis
Laporan penelitian dapat digunakan sebagai tambahan bahan
bacaan di perpustakaan dan bahan pembelajaran bagi mahasiswa.

3. Peneliti Selanjutnya
Memberikan gambaran bagi para peneliti selanjutnya untuk
dapat dijadikan referensi mengenai bagaimana perlakuan akuntansi
produk cacat dalam perhitungan harga pokok produksi.
1.6 Daftar Istilah
Daftar istilah dari penelitian ini diantaranya :
1. Analisis
Menurut KBBI, analisis adalah penyelidikan terhadap suatu
peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab).
2. Perlakuan Akuntansi
Menurut Rahman (2012), ada beberapa konsep yang terkait
dengan perlakuan akuntansi yaitu konsep pengakuan, konsep
pengkuran/penilaian, konsep pencatatan, konsep penyajian, dan
konsep pengungkapan.
3. Perhitungan
Menurut KBBI perhitungan berarti proses, cara, perbuatan
menghitung.
5

4. Produk cacat
Menurut Hansen dan Mowen (2011), produk cacat adalah
produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi
spesifikasinya, hal ini berarti juga tidak sesuai dengan standar
kualitas yang ditetapkan.
5. Harga Pokok Produk
Menurut Kusuma (2015), harga pokok produk adalah biaya
yang dibebankan pada produk tersebut karena dalam proses
pembuatan atau pengadaannya produk tersebut menyerap biaya
seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya
overhead pabrik.
6. UMKM (Usaha Mikro Kecil, dan Menengah)
Menurut Isnawan (2012), UMKM adalah entitas usaha yang
mempunyai kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak
Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Sementara itu,usaha
menengah adalah entitas usaha milik warga negara Indonesia
yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp
10.000.0000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), tidak termasuk
bangunan tanah dan bangunan.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Akuntansi
2.1.1 Pengertian Akuntansi
Menurut Samryn (2014), akuntansi adalah suatu sistem
informasi yang digunakan untuk mengubah data dari transaksi
menjadi informasi keuangan. Menurut Rudianto (2012), akuntansi
adalah sistem informasi yang menghasilkan informasi keuangan
kepada pihak-pihak berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan
kondisi suatu perusahaan.
Menurut Sujarweni (2016), akuntansi adalah proses dari
transaksi yang dibuktikan dengan faktur, lalu dari transaaksi dibuat
jurnal, buku besar, neraca lajur, kemudian menghasilkan informasi
dalam bentuk laporan keuangan yang digunakan pihak-pihak tertentu.
Menurut Sadeli (2016), akuntansi adalah menganalisa data keuangan
yang dilakukan dengan cara tertentu dan ukuran moneter dapat
digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi atau perusahaan.
Berdasarkan pengertian akuntnasi dari peneliti terdahulu, maka
dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah proses kegiatan
mengidentifikasi, mencatat dan melaporkan peristiwa ekonomi berupa
laporan keuangan agar dapat digunakan oleh pihak-pihak yang
membutuhkan.
2.1.2 Perlakuan Akuntansi
Menurut Rahman (2012), ada beberapa konsep yang terkait
dengan perlakuan akuntansi yaitu konsep pengakuan, pengukuran atau
penilaian, pencatatan, penyajian, dan pengungkapan. Berikut konsep-
konsep perlakuan akuntansi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
6
7

A. Pengakuan
Pengakuan dalam akuntansi adalah sebuah proses
penetapan terpenuhikriteria pencatatan suatu kejadian atau
peristiwa dalam catatan akuntansi, sehingga kejadian atau
peristiwa itu akan menjadi bagian yang melengkapi unsur aset,
kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan beban sebagaimana akan
termuat pada laporan keuangan dari entitas pelaporan yang
bersangkutan.
Kriteria minumun yang perlu dipenuhi oleh suatu
kejadian atau peristiwa agar mendapatkan pengakuan, yaitu:
1. Terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang
berkaitan dengan kejadian atau peristiwa tersebut akan
mengalir keluar dari atau masuk ke dalam entitas pelaporan
bersangkutan.
2. Kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai yang
dapat diukuratau dapat diestimasi dengan andal.
Menurut Musyidi (2008), pengakuan dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
Barang dalam proses xxx
BBB xxx
BTKL xxx
BOP xxx
B. Pengukuran
Pengukuran dalam akuntansi adalah sebuah proses
penempatan nilai uang demi mengakui dan memasukkan setiap
pos pada laporan keuangan. Pengukuran terhadap pos-pos
laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah. Transaksi
yang menggunakan mata uang asing harus dikonversi terlebih
8

dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.


Menurut Kusumaning (2011), pengukuran dapat
dilakukan sebagai berikut :
n
PC = x 100 %
N
Keterangan :
PC = Produk Cacat (%)
n = Produk Cacat yang dihasilkan (unit)
N = Jumlah Produk yang dihasilkan (unit)
1. Pencatatan
Pencatatan dalam akuntansi adalah sebuah proses
analisis atau suatu transaksi atau peristiwakeuangan yang terjadi
dalam entitas dengan cara menempatkan transaksi di sisi debet
dan sisi kredit. Pencatatan terhadap suatu transaksi keuangan
menggunakan sistem tata buku berpasangan (double entry),
yaitu pencatatan secara berpasangan atau sering disebut dengan
istilah menjurnal. Setiappencatatan tersebut ada sisi debet dan
kredit.
2. Penyajian
Penyajian dalam akuntansi adalah sebuah proses
penempatan suatu akun secara terstruktur pada laporan
keuangan. Akun aset, kewajiban, dan ekuitas (akun riil)
disajikan dalam laporan neraca, sedangkan akun pendapatan
dan beban (akun nominal) disajikan dalam laporan laba rugi.
Penempatan akun secara terstruktur berarti bahwa akun
asetdisajikan dalam laporan keuangan berdasarkan sifat
likuidasi, yaitu asetyang lebih cepat likuiddisajikan terlebih
dahulu sehingga penyajiannya dimulai dari aset lancar
9

kemudian diikuti dengan asettetap. Akun kewajiban


disajikandalam laporan keuangan berdasarkan tanggal jatuh
tempo, yaitu kewajiban yangmemiliki jatuh tempolebih pendek
disajikan terlebih dahulu sehingga penyajiandimulai dari
kewajiban lancar (jangka pendek) kemudian diikuti kewajiban
jangka panjang. Pendapatandan beban disajikan berdasarkan
kegiatan perusahaan, yaitu pendapatan yang diperoleh dari
kegiatan pokok ditempatkan terlebih dahulu kemudian diikuti
oleh pendapatan yang diperoleh dari kegiatan lainnya.
Demikian juga dengan beban, di mana beban untuk pengeluaran
yang berkaitan dengan kegiatan pokok perusahaan ditempatkan
terlebih dahulu kemudian disusul dengan pengeluaran lainnya.
3. Pengungkapan
Pengungkapan dalam akuntansi adalah sebuah proses
penjelasan secara naratif atau rincian menyangkut angka-angka
yang tertera dalam laporan neraca, laporan laba rugi, dan
laporan arus kas. Penjelasan secara naratif terhadap pos-pos
laporan keuangan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK). Catatatn atas Laporan Keuangan ini jiga
mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang
digunakan oleh entitas dan informasi lain yang diharuskan serta
dianjurkan untuk diungkapkan demi menghasilkan penyajian
laporan keuangan yang wajar.
2.2 Akuntansi Biaya
2.2.1 Pengertian Akuntansi Biaya
MenurutSiregar (2013), menyatakan akuntansi biaya adalah
proses pengukuran, penganalisisan, perhitungan dan pelaporan biya,
profitabilitas, dan kinerja operasi. Menurut Kusuma (2015), akuntansi
10

biaya dapat didefinisikan sebagai bagian dari suatu sistem akuntansi


yang khusus membahas tentang perekaman informasi, pengelolahan
dan penyajian informasi terkait perhitungan besarnya biaya yang
dikeluarkan atau dibebankan pada suatu objek biaya dalam satu
periode untuk pengambilan keputusan.
Menurut Supriyono (2011) mengemukakan dalam bukunya
akuntansi biaya, menerangkan bahwa akuntansi biaya ialah salah satu
cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen untuk memonitor
dan merekam transaksi biaya secara sistematis serta menyajikan
informasi biaya dalam bentuk laporan biaya. Menurut Mulyadi (2012)
menyatakan akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan,
peringkasan dan penyajian biaya, pembuatan dan penjualan produk
atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya.
Menruut Christy dkk (2016) akuntansi biaya adalah pencatatan,
penggolongan, peringkasan yang menyajikan informasi biaya dalam
bentuk laporan biaya.
Berdasarkan pengertian akuntansi biaya dari para ahli, maka
dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya adalah merupakan suatu
proses pengukuran, pengelohan biaya dan penyajian informasi terkait
perhitungan besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan sehingga
mengetahui kualitas kinerja suatu perusahaan baik atau tidak baik.
2.2.2 Klasifikasi Biaya
Menurut Kusuma (2016), pengelompokan klasifikasi biaya
dapat dibedakan menjadi beberapa diantaranya :
1. Klasifikasi biaya berdasarkan produk terdiri dari :
a. Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku ini dibedakan menjadi 2 yaitu biaya
bahan baku utama dan biaya bahan baku penolong.
11

Menurut Kusuma (2016), biaya bahan baku adalah biaya


perolehan bahan baku utama dari produk yang dihasilkan,
salah satu contohnya biaya perolehan kayu pada produk
meja belajar berbahan kayu. Menurut Nafarin (2007),
bahan baku merupakan bahan langsung (direct materal)
yaitu bahan yang membentuk suatu kesatuan yang tak
terpisahkan dari produk jadi, sedangkan bahan baku
pembantu merupakan bahan pelengkap yang melekat
pada suatu produk.
Berdasarkan pengertian dari peneliti terdahulu, maka
dapat disimpulkan bahwa biaya bahan baku adalah biaya
yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam membeli suatu
bahan utama (bahan penting yang tidak dapat
tergantikan) dan bahan baku penolong untuk kegiatan
produksi.
b. Biaya Bahan Tenaga Kerja (Dicert Labor)
Biaya tenaga kerja ini dibedakan menjadi 2 yaitu biaya
tenaga kerja langsung. Menurut Kusuma (2016), biaya
bahan baku tenaga kerja langsung (direct labor) adalah
biaya atas perolehan bahan baku utama dari produk yang
dihasilkan, salah satu contohnya adalah upah untuk
tenaga pengrajin pada produk meja belajar berbahan
kayu. Menurut Nafarin (2007), biaya tenaga kerja
langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar
tenaga manusia yang bekerja langsung mengolah produk,
sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya
tenaga kerja manusia yang ikut membantu dalam
menyelesaikan produk seperti mandor, manajer produksi,
12

dan lain-lain.
Berdasarkan pengertian dari peneliti terdahulu maka
dapat disimpulkan bahwa biaya tenaga kerja adalah biaya
yang dikeluarkan untuk membiayai tenaga kerja baik
tenaga kerja langsung dan tidak langsung.
c. Biaya Overhead Pabrik(Factory Overhead)
Menurut Kusuma (2016), biaya overhead pabrik adalah
biaya produksi selain biaya bahan baku langsung dan
biaya tenaga kerja langsung. Menurut Nafarin (2007),
biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya pabrik selain
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya
overhead pabrik dibedakan menjadi 2 yaitu biaya
overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik
tetap. Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya
overhead pabrik yang dipengaruhi oeh besar kecilnya
volume kegatan produksi, sedangkan biaya overhead
pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang besar
kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya volume
kegiatan produksi.
Berdasarkan pengertian dari peneliti terdahulu, maka
dapat disimpulkan bahwa biaya overhead pabrik adalah
biaya yang dikelurakan selain biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja.
2. Klasifikasi biaya berdasarkan perilaku biaya
Menurut Kusuma (2016), klasifikasi biaya berdasarkan
perilaku biaya dibedakan menjadi 3 (tiga) diantaranya :
a. Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya Variabel adalah biaya yang berubah seiring dengan
13

perubahan volume produksi. Contohnya biaya bahan


baku dan biaya tenaga kerja.
b. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap (tidak
berubah) walaupun unit yang diproduksi berubah.
Contohnya biaya sewa gudang, biaya gaji satpam, dan
biaya penyusutan mesin pabrik bulanan dengan metode
garis lurus
c. Biaya Semi Variabel (Semi Variable Cost)
Biaya semi variabel adalah biaya yang didalamnya ada
unsur tetap dan unsur variabel. Contohnya biaya air,
listrik, dan telephon, biaya gaji tenaga salesmen.
Menurut Mulyadi (2015), klasifikasi biaya dapat dibedakan
menjadi 4 penggolongan diantaranya :
a) Penggolongan Biaya Menurut Objek Pengeluaran
Penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan
bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan
bakar disebut “biaya bahan bakar”. Contoh penggolongan biaya atas
dasar obyek pengeluaran dalam Perusahaan Kertas adalah sebagai
berikut: biaya merang, biaya jerami, biaya gaji dan upah, biaya soda,
biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga dan biaya zat
warna.
b) Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok Dalam
Perusahaan
Penggolongan biaya dalam perusahaan manufaktur, ada tiga
fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi
administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan
14

manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok


diantaranya :
1) Biaya produksi
2) Biaya pemasaran
3) Biaya administrasi dan umum
c) Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan
Sesuatu yang Dibiayai
Biaya yang dikeluarkan berupa sesuatu yang dibiayai dapat
berupa produk atau departemen. Hubungan biaya dengan sesuatu yang
dapat dibiayai dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) golongan yaitu :
1) Biaya Langsung
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab
satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika
sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung
ini tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan
mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya
produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung. Biaya langsung departemen (direct
departmental cost) adalah semua yang terjadi di dalam
departemen tertentu.
2) Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak
hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak
langsung dalam hubungnnya dengan produk disebut dengan
istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya
overheadpabrik (factory overheadcost). Biaya ini tidak mudah
diidentifikasikan dengan produk tertentu. Dalam hubungannya
15

dengan departemen, biaya tidak langsung adalah biaya yang


terjadi di suatu departemen.
d) Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya dalam
Hubungan dengan Perubahan Volume Penjualan
1) Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya
berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung.
2) Biaya semivariabel
Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya
semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan biaya
variabel.
3) Biaya semifixed
Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat
volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah
konstan pada volume produksi tertentu. d.Biaya
tetap.Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap
dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh dari biaya
tetap adalah biaya gaji.
e) Penggolongan Biaya atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya
1) Pengeluaran Modal (Capital Expenditures)
Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai
manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran
modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai harga
pokok aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang
menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi,
16

diamortisasi atau deplesi.


2) Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditures)
Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya
mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya
pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran
pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan
dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari
pengeluaran biaya tersebut.
Berdasarkan klasifikasi menurut para ahli, maka dapat
disimpulkan bahwa klasifikasi biaya yaitu biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
2.3 Harga Pokok Produksi
2.3.1 Pengertian Harga Pokok Produksi
Penerapan harga pokok produksi adalah untuk menentukan
harga pokok satuan produk yang nantinya dijual, sehingga ketika
produk dijual maka perusahaan dapat mengetahui laba serta kerugian
yang diterima perusahaan setelah dikurangi dengan biaya-biaya
lainnya. Menurut Hansen dan Mowen (2011), harga pokok produksi
adalah harga pokok produksi yang mewakili jumlah biaya barang
yang diselesaikan pada periode tersebut. Satu-satunya biaya yang
diberikan pada barang yang diselesaikan adalah biaya produksi dari
bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya lain-lain.
Sedangkan menurut Kusuma (2015), menyatakan bahwa harga pokok
produksi yaitu biaya yang dibebankan pada produk atas proses
produksi produk.
Menurut Mursyidi (2008:29) Harga pokok produksi adalah
pembebanan unsur biaya produksi terhadap produk yang dihasilkan
dari suatu proses produksi, atau bisa juga diartikan penentuan biaya
17

yang melekat pada produk jadi dan persediaan barang dalam proses.
Menurut Muliadi (2001), harga pokok penjualan adalah harga harga
pokok yang dikenakan pada suatu barang akibat dari proses produksi.
Harga Pokok Penjualan adalah harga barang yang dijual. Menurut Sari
(2018), harga pokok produksi adalah sejumlah biaya yang terjadi dan
dibebankan dalam proses produksi. Menurut Mulyadi (2013), harga
pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke
dalam kos produksi.
Berdasarkan pengertian harga pokok produksi dari peneliti
terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa harga proses produksi
adalah harga yang mewakili jumlah barang produksi yang terdiri dari
biaya-biaya yang dibebankan pada proses produksi terdiri dari biaya
bahan baku langsung, tenaga kerja langsung , serta biaya-biaya lain.
2.3.2 Tujuan Penentuan Harga Pokok Produksi
Menurut Widilestariningtyas,dkk (2012) tujuan penentuan
harga pokok produksi bagi manejemen yaitu:
a) Menentukan harga jual produk.
b) Memantau realisasi biaya produksi.
c) Menghitung laba atau rugi periodik.
d) Menentukan harga pokok persediaan produk jadi proses
yang disajikan dalam neraca.
Menurut Joko (2016), tujuan penentuan harga pokok produksi
adalah :
a) Sebagai dasar untuk menilai efisiensi perusahaan
b) Sebagai dasar dalam penentuan kebijakan pimpinan
perusahaan.
c) Sebagai dasar penilaian bagi penyusun neraca yang
menyangkut penilaian terhadap aktiva.
18

d) Sebagai dasar untuk menetapkan harga penawaran atau


harga jual terhadap konsumen.
e) Menentukan nilai persediaan dalam neraca, yaitu harga
pokok persediaan produk jadi
f) Untuk menghitung harga pokok produksi dalam laporan
laba rugi perusahaan.
g) Sebagai evaluasi hasil kerja.
h) Pengawasan terhadap efisiensi biaya, terutama biaya
produksi.
i) Sebagai dasar pengambilan keputusan.
j) Untuk tujuan perencanaan laba.
Berdasarkan hasil dari peneliti terdahulu mengenai tujuan
penentuan harga pokok produksi, maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan penentuan harga pokok produksi adalah untuk menentukan
harga pada produk yang nantinya akan dijual dan mengetahui biaya
yang dikeluarkan selama proses produksi.
2.3.3 Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi
Suatu perusahaan dalam menghasilkan suatu produk tentunya
memerlukan yang namanya proses produksi. Proses produksi pada
perusahaan biasanya mengeluarkan berbagai macam biaya. Menurut
Carter dan Usry (2009), unsur-unsur harga pokok produksi adalah
sebagai berikut :
1. Bahan Baku Langsung
Bahan baku langsung (Direct Materials) adalah setiap bahan
baku yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari produk
jadi. Sebagai contoh, dalam membuat pakaian pria, kain
merupakan bahan langsung.
19

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung


Biaya Tenaga Kerja Langsung adalah upah yang diperoleh
pekerja yang mengubah bahan dari keadaan mentah menjadi
produk jadi. Sebagai contoh, upah yang dibayarkan kepada
pekerja pabrik pakaian yang memotong kain dan menjahit hasil
potongan tersebut adalah biaya tenaga kerja langsung.
3. Overhead Pabrik
Overhead Pabrik terkadang biaya ini disebut sebagai
overheadproduksi (manufacturing overhead) atau beban pabrik
(factory burden). Overheadpabrik mencakup semua biaya
produksi selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung.
Penekanannya disini adalah pada istilah biaya produksi.
Sebagai contoh, upah pengendali persediaan adalah
overheadpabrik. Namun, gaji seorang tugas penjualan
merupakan beban pemasaran.
Menurut Siregar (2014), biaya-biaya produksi dibedakan
berdasarkan elemen-elemen, yang dimana elemen tersebut dibedakan
menjadi tiga yaitu:
1. Biaya bahan baku langsung (raw material cost)
Biaya bahan baku adalah besarnya nilai bahan baku yang
dimasukkan ke dalam proses produksi untuk diubah menjadi
barang jadi.
2. Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost)
Biaya tenaga kerja adalah besarnya biaya yang terjadi untuk
menggunakan tenaga karyawan dalam mengerjakan proses
produksi.
3. Biaya overhead pabrik (Manufacturer overhead cost)
20

Biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya yang terjadi di pabrik


selain biaya bahan baku maupun biaya tenaga kerja langsung.
Berdasarkan peneliti terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa
unsur-unsur harga pokok produksi adalah biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
2.3.4 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
Menurut Supriyono (2013), metode pengumpulan harga pokok
produksi dibedakan menjadi 2 (dua) adalah sebagai berikut :
1. Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost)
Menurut Supriyono (2013), metode harga pokok pesanan
merupakan metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya
dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara
terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan
identitasnya. Pengolahan produk akan dimulai setelah datangnya
pesanan dari langganan/pembeli melalui dokumen pesanan penjualan
(sales order), yang memuat jenis dan jumlah produk yang dipesan,
spesifikasi pesanan, tanggal pesanan diterima dan harus diserahkan.
Menurut Siregar (2014), metode harga pokok pesanan adalah
penentuan biaya dengan cara mengumpulkan biaya berdasarkan
pesanan produksi atau berdasarkan departemen.
Berdasarkan pegertian dari penelitian terdahulu, maka dapat
disimpulkan bahwa metode job order costing adalah metode
akumulasi biaya produksi yang dihitung berdasarkan per pesanan.
2. Metode Harga Pokok Proses (Process Cost Method)
Menurut Supriyono (2013), Metode harga pokok proses
merupakan metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya
dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu, misalnya : bulan,
triwulan, semester, tahun. Pada metode harga pokok proses
21

perusahaan menghasilkan produk yang homogen, bentuk bersifat


standar, dan tidak tergantung spesifikasi yang diminta oleh pembeli.
Tujuan produksi untuk mengisi persediaan yang selanjutnya akan
dijual kepada pembeli, oleh karena itu sifat produk homogen dan
bentuknya standar maka kegiatan dilakukan secara kontinyu atau
terusmenerus. Menurut Siregar (2014), biaya proses adalah penentuan
biaya dengan cara mengumpulkan biaya berdasarkan proses produksi
atau berdasarkan departemen.
Berdasarkan pengertian dari peneliti terdahulu, maka dapat
disimpulkan bahwa process Cost Method adalah metode perhitungan
biaya dalam setiap proses produksi (satuan waktu).
2.3.5 Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi
Menurut Maringka dkk (2014), metode perhitungan harga
pokok produksi adalah sebagai berikut :
1. Sistem perhitungan harga pokok penuh (Full Costing)
Menurut Maringka, dkk (2014), full costing terdiri dari bahan
baku, tenaga kerja, biaya overhead pabrik variabel dan tetap. Menurut
Mulyadi (2010), full costing adalah metode penentuan harga pokok
produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke
dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Menurut Joko
(2016), Full Costingmerupakan metode penentuan harga pokok
produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam
harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung dan biaya overheadpabrik, baik yang berperilaku
variabel maupun tetap ditambah dengan biaya nonproduksi (biaya
pemasaran dan biaya administrasi dan umum).
Berdasarkan pengertian dari sistem perhitungan full costing
22

dari peneliti terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa sistem


perhitungan full costing adalah sistem perhitungan mengenai biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
2. Sistem perhitungan harga pokok variabel (Variabel Costing)
Menurut Maringka dkk (2014), variabel costing terdiri dari
bahan baku, tenaga kerja, dan BOP Variabel. Menurut Mulyadi
(2010), variabel costing adalah metode penentuan harga pokok
produksi yang memperhitungkan biaya produksi yang berprilaku
variabel, kedalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tnaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
Menurut Joko (2016),variabel Costingmerupakan metode penentuan
harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi
yang berperilaku variabel kedalam harga pokok produksi yang terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overheadpabrik variabel ditambah dengan biaya nonproduksi variabel
(biaya pemasaran variabel dan biaya administrasi dan umum variabel)
dan biaya tetap.
Berdasarkan pengertian peneliti terdahulu maka dapat
disimpulkan bahwa variabel costing adalah metode penentuan harga
pokok produksi yang memperhitungkan biaya produksi yang
berprilaku variabel.
2.3.6 Rumus Mencari Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi merupakan harga yang mewakili jumlah
barang produksi yang terdiri dari biaya-biaya yang dibebankan pada
proses produksi terdiri dari biaya bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung , serta biaya-biaya lain. Dimana harga pokok produksi ini
digunakan oleh entitas dalam penentuan harga jual pada produk yang
dijualnya.
23

Untuk mencari harga pokok produksi per unit menurut


Mursyidi (2008), sebagai berikut:

∑ Biaya Produksi+ Biaya Pengerjaan Kembali


HPP Produk Cacat =
Unit Cacat

Keterangan :
HPP Produk Cacat = Harga Pokok Produksi Produk Cacat (Rp)
Biaya Pengerjaan Kembali = Biaya yang digunakan dalam
proses perbaikan produk
Unit Cacat = Jumlah Produk yang cacat (Dapat dijual atau
tidak)
2.4 Produk Cacat
2.4.1 Pengertian Produk Cacat
Produksi suatu perusahaan yang menciptakan sebuah produk
yang unggul untuk kemajuan dan kelangsungan perusahaan
merupakan tujuan dari semua berbagai perusahaan yang di Indonesia
namun semuanya masih banyak yang tidak memenuhi target dengan
istilah produk cacat dalam kegiatan produksi, menurut Hansen dan
Mowen (2011), produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi
spesifikasinya, hal ini berarti juga tidak sesuai dengan standar kualitas
yang ditetapkan. Sedangkan menurut Kusuma (2015), produk cacat
adalah produk yang kondisinya rusak (atau tidak memenuhi standar
mutu), akan tetapi produk tersebut masih bisa diperbaiki secara
ekonomis sehingga menjadi produk yang baik mutunya.
Berdasarkan pengertian para ahli diatas disimpulkan bahwa
produk cacat adalah suatu produk yang tidak sesuai dengan standar
yang ditetapkan perusahaan, namun masih bisa diperbaiki secara
24

ekonomis.
2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produk Cacat
Dalam proses produksi suatu perusahaan slalu terdapat produk
cacat. Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempegaruhi terjadinya
produk cacat. Menurut Lestari (2012) mengatakan bahwa faktor-faktor
terjadinya produk cacat yaitu:
a. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia tidak terlepas dari kesalahan-
kesalahan seperti ketidaktelitian, kecerobohan, kurangnya
kosentrasi, kelelahan, kurangnya disiplin serta rasa
tanggung jawab yang mengakibatkan terjadinya produk
yang tidak sesuai standart perusahaan.
b. Bahan Baku
Bahan baku sangat mempengaruhi kualitas dari suatu
produk yang akan dihasilkan.
c. Mesin
Mesin adalah salah satu alat yang bisa mempengaruhi
terjadinya produk cacat, karena untuk menghasilkan
produk dengan kualitas baik diperlukan mesin-mesin yang
baik dan terawat dengan baik.
2.4.3 Perlakuan Akuntansi Produk Cacat
Menurut PSAK 14(IAI, 2017), mendefinisikan persediaan
sebagai aset yang:
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa.
b. Dalam proses produksi untuk penjualan.
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan yang digunakan
dalam proses produksi ataupun pemberian jasa.
25

Berdasarkan definisi PSAK diatas barang milik perusahaan


yang diperuntukkan untuk dijual dalam kegiatan normal dalam
perusahaan dapat dikategorikan sebagai persediaan. Persediaan
tersebut mendominasikan aktiva lancar perusahaan yang menjadi
modal kerja guna memutar roda keuangan perusahaan.
Dalam unsur persediaan terdapat produk yang layak dijual dan
kurang layak dijual (produk cacat). Jika proses produksi terdapat
produk cacat, masalah yang timbul adalah bagaimana memperlakukan
produk cacat tersebut laku dijual atau tidak laku dijual. Mursyidi
(2008), menyatakan perlakuan produk cacat sebagai berikut:
a) Biaya pengerjaan kembali ditambahkan pada harga pokok
pesanan.
b) Ditambahkan pada biaya overhead pabrik.
c) Ditambahkan pada rugi produk cacat.
Menurut Mulyadi (2012), perlakuan akuntansi pada produk
cacat dapat dilakukan dengan cara jika:
a) Jika produk cacat terjadi karena karakteristik pengerjaan
pesaan tertentu, maka biaya pengerjaan kembali produk
cacat dibebankan sebagi tambahan biaya produksi pesanan
yang bersangkutan, dicatat pada akun Barang Dalam
Proses-biaya bahan baku, biaya TKL, BOP pesanan
tersebut, sehingga menambah harga pokok pesanan
tersebut (biaya produksi ditambah biaya pengerjaan
kembali).
b) Jika produk cacar bersifat normal (hal yang biasa terjadi)
dalam pengerjaan pesanan maka biaya pengerjaan kembali
26

produk cacat dibebankan kepada seluruh produksi dengan


mendebet akun BOP sesungguhnya.
Berdasarkan peneliti terdahulu, maka dapat disimpulkan
mengenai perlakuan mengenai produk cacat adalah dengan dilakukan
analisis terlebih dahulu mengenai kondisi produk cacat tersebut,
apabila masih dapat diperbaiki maka nantinya akan menimbulkan
biaya tambahan, namun jika tidak maka produk tersebut tidak dapat
dijual kembali.
2.4.4 Menghitung Biaya Kerugian dari Produk Cacat
Produk cacat adalah suatu produk yang tidak sesuai dengan
standar yang ditetapkan perusahaan, namun masih bisa diperbaiki
secara ekonomis.Setiap perusahaan pasti menghasilkan produk cacat.
Perlakuan setiap perusahaan pun berbeda-beda. Perlakuan pada
produk cacat dapat dijual kembali atau dimusnahkan dilihat dari
keadaan produk cacat tersebut. Adanya produk cacat, perusahaan pasti
mengalami yang namanya kerugian. Biaya kerugian perusahaan dapat
dihitung dengan menggunakan rumus dari Mursyidi (2008) sebagai
berikut :

Biaya Kerugian = Harga Pokok Produksi per Unit x Jumlah produk cacat

2.5 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)


Definisi dan kriteria entitas yang termasuk Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) adalah unit usaha produkif yang berdiri
sendiri yang dilakukan perorangan atau badan usaha semua sektor
ekonomi. UMKM telah diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia (No. 20 Tahun 2008), tentang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) yaitu :
27

1. Usaha Mikro
Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang
perorangan dan/ atau badan usaha perorangan yang
memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur
dalam undang-undang ini. Usaha mikro ini merupakan
usaha dengan mendapatkan laba atau kekayaan bersih
kurang dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
atau menghasilkan penjualan kurang dari Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) selama satu tahun.
2. Usaha Kecil
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini. Usaha kecil ini merupakan usaha
dengan kekayaan antara Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) atau menghasilkan penjualan antara Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) hingga mencapai
Rp 2.500.000.000,00 (dua koma lima miliar rupiah)
selama satu tahun.
3. Usaha Menengah
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan
atau badan usaha yang bukan merupakan anak
28

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,


dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Usaha menengah merupakan usaha dengan kekayaan
antara Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai
dengan Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
atau menghasilkan penjualan antara Rp 2.500.000.000,00
(dua koma lima miliar rupiah) hingga Rp 50.000.000.000
(lima puluh miliar rupiah).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian


Obyek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian
dalam suatu penelitian, obyek penelitian menjadi sasaran dalam
penelitian untuk mendapatkan jawaban maupun solusi dari
permasalahan yang terjadi. Menurut Sugiyono, (2017), obyek
penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal obyektif, valid dan
reliable tentang suatu hal (variabel tertentu). Pada penelitian ini objek
penelitian dilakukan pada UMKM Bunda Bakery yang terletak di
Desa Watudandang, Kecamatan Prambon, Kabupaten Nganjuk.
Merupakan salah satu UMKM yang bekembang di wilayah Kabupaten
Nganjuk. Berbagai macam produk roti dan kue yang di produksi di
UMKM Bunda Bakery.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam laporan ini merupakan
penelitian terapan. Menurut Mulyatiningsih (2011), penelitian terapan
adalah penelitian yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah
praktis atau menghasilkan produk baru. Sedangkan menurut Sugiyono
(2019), penelitian terapan adalah penelitian yang dilakukan dengan
tujuan menerapkan, menguji, dan mengevaluasi kemampuan suatu
teori yang diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah praktis.
Beberapa definisi berdasarkan para ahli, dapat disimpulkan bahwa
penelitian terapan adalah penelitian yang dilakukan dengan
memecahkan sebuah masalah dari suatu data yang bersifat praktis dan
29
30

diterapkan serta diuji dan dievaluasi untuk memecahkan permasalahan


yang dihadapi.

3.3 Sumber Data dan Data yang Dibutuhkan


Sumber data adalah faktor penting yang menjadi pertimbangan
saat penetuan metode pengumpulan data. Sumber data terbagi menjadi
dua yaitu data primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan
sumber data primer serta data sekunder digunakan sebagai data
pendukung dan pelengkap penelitan. Menurut Sugiyono (2016),
sumber data primer adalah sumber data yang dikumpulkan peneliti
langsung dari sumber utamanya. Sumber data yang penulis gunakan
dalam penelitian ini diperoleh dari UMKM Bunda Bakery. Berikut
sumber data yang digunakan:
1. Data bahan baku
Data biaya bahan baku yang digunakan yang dipakai sebagai
bahan utama produksi pembuatan roti.
1. Tahapan pembuatan produksi
Data tahapan-tahapan berlangsungnya proses produksi dari awal
sampai akhir.
2. Jumlah produk cacat dari kegiatan produksi
Data produk cacat kegiatan produksi UMKM Bunda Bakery
tahun 2017 dan 2018.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
1. Wawancara
Metode wawancara penelitian ini peneliti mengumpulkan data
dari narasumber ataupun pemilik dari UMKM Bunda Bakery
yang berkaitan langsung dengan penelitian dengan memberikan
31

pertanyan-pertanyaan yang menyangkut penelitian.


2. Observasi
Metode observasi penelitian ini peneliti terjun langsung dalam
kegiatan proses produksi berlangsung karena untuk mengamati
proses produksi dari awal sampai tahap akhir.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi penelitian ini peneliti melakukan
pengumpulan data berupa data produk cacat, data penjualan, data
produksi, serta logo UMKM Bunda Bakery.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menurut Sugiyono (2016), adalah kegiatan
mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh
dengan mengorganisasikan kedalam kategori lalu menjabarkan dan
memilih mana yang penting untuk dipelajari kemudian membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami diri sendiri dan orang lain.
Metode penelitian memiliki 2 jenis terdiri dari metode kualitatif dan
metode kuantitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang
menggunakan analisis mengacu pada data serta memanfaatkan teori
sebagai bahan pendukung ,sedangkan metode kuantitatif adalah
metode penelitian yang menggunakan data berupa angka. Penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif dan menggunakan data mentah
atau data yang belum dioleh yang diperoleh dari pemilik UMKM
Bunda Bakery.Urutan-urutan analisis data pada UMKM Bunda
Bakery sebagai berikut:
1. Studi Pustaka yang digunakan dengan menggunakan buku-buku
yang berkaitan dengan biaya seperti akuntansi biaya, untuk studi
pustaka juga menggunakan jurnal penelitan terdahulu sebagai
referensi penulisan laporan.
32

2. Peneliti melakukan wawancara kepada narasumber untuk


mengetahui berbagai informasi yang berkaitan dengan proses
produksi beserta produk cacat pada usaha tersebut. Perlakuan
pada produk cacat adalah dengan menjualnya kembali atau
dimusnakan, dilihat dari kriteria produk cacat tersebut, kemudian
entitas menghitung biaya kerugian yang ditimbulkan dari produk
cacat tersebut untuk mengetahui jumlah laba yang didapat agar
perusahaan tidak mengalami kerugian yang cukup besar.
Penentuan biaya kerugian dapat menggunakan rumus yaitu :
Untuk mengetahui Persentase Data Kecacatan Produk
Tahun 2017 dan menurut Kusumaning (2011) sebagai berikut :
n
PC = x 100 %
N
Keterangan :
PC = Produk Cacat (%)
n = Produk Cacat yang dihasilkan (unit)
N = Jumlah Produk yang dihasilkan (unit)
Untuk mencari harga pokok produksi per unit
menurut Mursyidi (2008), sebagai berikut:

∑ Biaya Produksi+ Biaya Pengerjaan Kembali


HPP Produk Cacat =
Unit Cacat

Keterangan :
HPP Produk Cacat = Harga Pokok Produksi Produk Cacat (Rp)
Biaya Pengerjaan Kembali = Biaya yang digunakan dalam
proses perbaikan produk
Unit Cacat= Jumlah Produk yang cacat (Dapat dijual atau tidak)
33

Selanjutnya untuk mencari biaya kerugian yang


dihasilkan dari produk cacat menurutMursyidi (2008) dalam
sebagai berikut:

Biaya Kerugian = Harga Pokok Produksi per Unit x Jumlah produk cacat

3. Menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian tersebut.


Penulis melakukan analisis pada data yang telah didapatkan yaitu
dari hasil wawancara dan data dari perusahaan. kemudian setelah
data tersebut dianalisis, penulis akan melakukan kesimpulan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan dan Data Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan
UMKM Bunda Bakery merupakan salah satu dari sekian
banyak UMKM roti di Nganjuk yang cukup populer. UMKM Bunda
Bakery cukup banyak diminati oleh masyarakat karena rasa dan harga
roti yang terjangkau mampu memiliki daya tarik sendiri dari produk
roti yang ada di UMKM lain. Selain itu UMKM Bunda Bakery tidak
hanya menjual roti saja melainkan menjual jajanan pasar sehingga
dengan penambahan produk UMKM Bunda Bakery mampu
menjadikan pembeda dari UMKM roti yang ada di wilayah Nganjuk.
a. Sejarah Perusahaan
UMKM Bunda Bakery berdiri sejak awal tahun 2014. Pemilik
dari UMKM ini adalah Bapak Agus Ma’arif. Nama Bunda Bakery
merupakan nama pemberian dari kedua orang tua bapak Agus. Bapak
agus dahulunya bekerja di pabrik roti yang berada di Solo selama 15
tahun dan akhirnya beliau memutuskan untuk mengundurkan diri.
Alasan bapak Agus mengundurkan diri dari pabrik roti dikarenakan
beliau tidak ingin bekerja dibawah tekanan terus menerus. Setelah
mengundurkan diri bapak Agus ingin mendirikan usaha roti sendiri
berbekal tabungan selama bekerja di pabrik roti akhirnya beliau
mampu mendirikan usahanya. Awalnya bapak Agus memperkenalkan
produk rotinya kepada tetangga dan teman-temannya. Produk pertama
yang dibuat adalah roti manis tidak hanya roti manis saja tapi banyak
aneka ragam jenis roti seperti roti ulang tahun, roti bolu, dan lain-lain.
34
35

Bapak agus juga mempromosikan produknya dengan meminta


bantuan saudaranya dengan menyebarkan brosur dijalan raya. Brosur
tersebut isinya membeli roti satu gratis satu roti dengan syarat
membawa brosur saat pembelian, serta juga mempromosikan
produknya secara online. Melalui perkenalan itu bapak Agus
mendapatkan umpan balik yang cukup baik. Banyak yang datang
membeli roti memesan roti dari bapak Agus. Sebuah usaha kurang
lengkap jika tidak ada pasang surutnya, ada sebuah masalah yang di
hadapi beliau yang mengharuskan untuk menjaga kualitas produknya
karena semakin banyaknya pesaing dalam usaha rotinya.
b. Lokasi Perusahaan
UMKM Bunda Bakery ini berlokasi di Jalan Raya Prambon
Desa Watudandang, Kecamatan Prambon, Kabupaten Nganjuk.
c. Ketenagakerjaan
UMKM Bunda Bakery memiliki 3 pegawai beserta pemilik
UMKM ini, yaitu Bapak Agus, Mas alif, Mbak Dewi yang merupakan
istri dari Bapak Agus. Proses produksi roti dilakukan setiap hari,
dimulai pukul 08.00 WIB – 15.00 WIB.
d. Kegiatan Produksi
Produksi roti manis membutuhkan peralatan yaitu mixer besar,
meja produksi, timbangan roti, loyang besar, roll pin, oven. Bahan-
bahan yang digunakan meliputi tepung terigu, telur, gula, coklat, selai,
butter, backing powder, garam, susu bubuk, bread improver, ragi
instant.
Proses Pembuatan Roti Manis sebagai berikut:
1. Adonan pertama campurkan tepung terigu, sama air beserta
ragi lalu diaduk dan didiamkan selama 5 menit.
36

2. Adonan kedua masukkan tepung terigu beserta bahan- bahan


beserta kuning telur kedalam mixer, aduk selama 15 menit.
3. Selanjutnya masukkan adonan pertama kedalam adonan kedua
serta tambahkan mentega lalu aduk sampai kalis.
4. Setelah kalis angkat adonan dan diamkan selama 3 menit.
5. Berikutnya bentuk bulat-bulat adonan setelah itu diamkan
selama 20 menit.
6. Bentuk adonan dari bulat-bulatan sebelumnya serta berikan
selai sesuai dengan pesanan
7. Selanjutnya diamkan selama 4 jam untuk proses
pengembangan..
8. Setelah itu masukkan kedalam oven selama 15 menit.
9. Angkat roti yang sudah matang serta diamkan beberapa menit
lalu bungkus kedalam kemasan.
4.2 Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari UMKM
Bunda Bakery dan wawancara dengan narasumber. Berikut data yang
digunakan peneliti dalam melakukan penelitian sebagai berikut:
4.2.1 Total Penjualan
Tabel 4. 1Total Penjualan Tahun 2017
Bulan Total Produk Harga @ Total Penjualan
Januari 11.276 biji Rp 1.500 Rp 16.913.700
Februari 10.155 biji Rp 1.500 Rp 15.232.000
Maret 12.447 biji Rp 1.500 Rp 18.669.800
April 14.670 biji Rp 1.500 Rp 22.005.100
Mei 12.655 biji Rp 1.500 Rp 18.982.600
Juni 8.224 biji Rp 1.500 Rp 12.336.500
Bulan Total Produk Harga @ Total Penjualan
37

Juli 14.170 biji Rp 1.500 Rp 21.254.400


Agustus 16.967 biji Rp 1.500 Rp 25.450.500
September 20.291 biji Rp 1.500 Rp 30.436.900
Oktober 16.536 biji Rp 1.500 Rp 24.804.100
November 12.671 biji Rp 1.500 Rp 19.006.500
Desember 16.634 biji Rp 1.500 Rp 24.951.100
Jumlah 166.695 biji Rp 1.500 Rp 250.043.200
Sumber: (Data UMKM Bunda Bakery)
Tabel 4. 2Total Penjualan Tahun 2018
Bulan Total Produksi Harga @ Total Penjualan
Januari 13.826 biji Rp 1.500 Rp 20.739.000
Februari 11.691 biji Rp 1.500 Rp 17.536.500
Maret 14.498 biji Rp 1.500 Rp 21.747.000
April 17.022 biji Rp 1.500 Rp 25.533.000
Mei 12.048 biji Rp 1.500 Rp 18.072.000
Juni 15.706 biji Rp 1.500 Rp 23.559.000
Juli 17.811 biji Rp 1.500 Rp 26.716.500
Agustus 16.572 biji Rp 1.500 Rp 24.858.000
Septembe
r 16.928 biji Rp 1.500 Rp 25.392.000
Oktober 17.273 biji Rp 1.500 Rp 25.909.500
November 17.504 biji Rp 1.500 Rp 26.256.000
Desember 18.734 biji Rp 1.500 Rp 28.101.000
Jumlah 189.613 biji Rp 1.500 Rp 284.419.500
Sumber:
(Data
UMKM
Bunda
Bakery)
38

4.2.2 Total Biaya Produksi


Tabel 4. 3Biaya Bahan Produksi Tahun 2017
Bulan BBB BTKL BOP Total Biaya
Januari Rp11.239.875 Rp2.247.975 Rp1.498.650 Rp 14.986.500
Februari Rp10.641.525 Rp2.128.305 Rp1.418.870 Rp 14.188.700
Maret Rp12.230.325 Rp2.446.065 Rp1.630.710 Rp 16.307.100
April Rp12.788.925 Rp2.557.785 Rp1.705.190 Rp 17.051.900
Mei Rp14.857.275 Rp2.971.455 Rp1.980.970 Rp 19.809.700
Juni Rp8.234.700 Rp1.646.940 Rp1.097.960 Rp 10.979.600
Juli Rp12.761.625 Rp2.552.325 Rp1.701.550 Rp 17.015.500
Agustus Rp17.655.150 Rp3.531.030 Rp2.354.020 Rp 23.540.200
September Rp16.429.200 Rp3.285.840 Rp2.190.560 Rp 21.905.600
Oktober Rp16.770.450 Rp3.354.090 Rp2.236.060 Rp 22.360.600
November Rp8.927.400 Rp1.785.480 Rp1.190.320 Rp 11.903.200
Desember Rp13.823.700 Rp2.764.740 Rp1.843.160 Rp 18.431.600
Jumlah Rp156.360.150 Rp31.272.030 Rp20.848.020 Rp208.480.200
Sumber: (Data UMKM Bunda Bakery)
39

Tabel 4. 4 Biaya Produksi Tahun 2018


2018 BBB BTKL BOP Total
Januari Rp14.070.225 Rp2.814.045 Rp1.876.030 Rp18.760.300
Februari Rp10.149.000 Rp2.029.800 Rp1.353.200 Rp13.532.000
Maret Rp13.210.725 Rp2.642.145 Rp1.761.430 Rp17.614.300
April Rp16.180.200 Rp3.236.040 Rp2.157.360 Rp21.573.600
Mei Rp12.673.575 Rp2.534.715 Rp1.689.810 Rp16.898.100
Juni Rp12.000.825 Rp2.400.165 Rp1.600.110 Rp16.001.100
Juli Rp18.646.500 Rp3.729.300 Rp2.486.200 Rp24.862.000
Agustus Rp14.789.775 Rp2.957.955 Rp1.971.970 Rp19.719.700
Septembe
Rp19.217.200
r Rp14.412.900 Rp2.882.580 Rp1.921.720
Oktober Rp14.243.775 Rp2.848.755 Rp1.899.170 Rp18.991.700
Novembe
Rp20.518.700
r Rp15.389.025 Rp3.077.805 Rp2.051.870
Desembe
Rp20.145.800
r Rp15.109.350 Rp3.021.870 Rp2.014.580
Rp170.875.87 Rp34.175.17 Rp22.783.45 Rp227.834.50
Jumlah
5 5 0 0
Sumber: (Data UMKM Bunda Bakery)

4.2.3 Data Produk Cacat


Tabel 4. 5 Data Produk Cacat Tahun 2017
2017 Biaya Produksi Produk Cacat
Januari Rp14.986.500 85
Februari Rp14.188.700 53
40

Maret Rp16.307.100 80
April Rp17.051.900 45
Mei Rp19.809.700 75
Juni Rp10.979.600 90
Juli Rp17.015.500 60
2017 Biaya Produksi Produk Cacat
Agustus Rp23.540.200 20
September Rp21.905.600 40
Oktober Rp22.360.600 55
November Rp11.903.200 33
Desember Rp18.431.600 64
Jumlah Rp208.480.200 700
Sumber: (Data UMKM Bunda Bakery)

Tabel 4. 6 Data Produk Cacat Tahun 2018


2018 Biaya Produksi Produk Cacat
Januari Rp 18.760.300 55
Februari Rp 13.532.000 76
Maret Rp 17.614.300 45
April Rp 21.573.600 88
Mei Rp 16.898.100 65
Juni Rp 16.001.100 45
Juli Rp 24.862.000 55
Agustus Rp 19.719.700 40
September Rp 19.217.200 41
Oktober Rp 18.991.700 78
November Rp 20.518.700 34
41

Desember Rp 20.145.800 90
Jumlah Rp 227.834.500 712
Sumber: (Data UMKM Bunda Bakery)

4.3 Hasil Analisis


Tabel 4. 7 Total Penjualan Produk Tahun 2017
Bulan Total Produk Harga @ Total Penjualan
Januari 11.276 biji Rp 1.500 Rp 16.913.700
Februari 10.155 biji Rp 1.500 Rp 15.232.000
Maret 12.447 biji Rp 1.500 Rp 18.669.800
April 14.670 biji Rp 1.500 Rp 22.005.100
Mei 12.655 biji Rp 1.500 Rp 18.982.600
Juni 8.224 biji Rp 1.500 Rp 12.336.500
Juli 14.170 biji Rp 1.500 Rp 21.254.400
Agustus 16.967 biji Rp 1.500 Rp 25.450.500
September 20.291 biji Rp 1.500 Rp 30.436.900
Oktober 16.536 biji Rp 1.500 Rp 24.804.100
November 12.671 biji Rp 1.500 Rp 19.006.500
Desember 16.634 biji Rp 1.500 Rp 24.951.100
Jumlah 166.695 biji Rp 1.500 Rp 250.043.200
Sumber : (Data diolah tahun 2020)
Berdasarkan Tabel 4.7 mengenai total penjualan produk
pada tahun 2017, maka dapat disimpulkan bahwaUMKM
Bunda Bakery memproduksi roti manis sejumlah 166.695 biji
dengan menghasilkan total penjualan sebesar Rp 250.043.200.
42

Bulan September UMKM Bunda Bakery penjualan tertinggi roti


manis sejumlah 20.291 biji dengan total penjualan sebesar Rp
30.436.900 sedangkan untuk penjualan terendah UMKM Bunda
Bakery untuk roti manis terjadi di bulan Juni sejumlah 8.224
unit dengan total penjualan sebesar Rp 12.336.500.
Tabel 4. 8 Total Penjualan Produk Tahun 2018
Total
Bulan Produksi Harga @ Total Penjualan
Januari 13.826 biji Rp 1.500 Rp 20.739.000
Februari 11.691 biji Rp 1.500 Rp 17.536.500
Maret 14.498 biji Rp 1.500 Rp 21.747.000
April 17.022 biji Rp 1.500 Rp 25.533.000
Mei 12.048 biji Rp 1.500 Rp 18.072.000
Juni 15.706 biji Rp 1.500 Rp 23.559.000
Juli 17.811 biji Rp 1.500 Rp 26.716.500
Agustus 16.572 biji Rp 1.500 Rp 24.858.000
September 16.928 biji Rp 1.500 Rp 25.392.000
Oktober 17.273 biji Rp 1.500 Rp 25.909.500
November 17.504 biji Rp 1.500 Rp 26.256.000
Desember 18.734 biji Rp 1.500 Rp 28.101.000
Jumlah 189.613 biji Rp 1.500 Rp 284.419.500
Sumber: (Data Diolah tahun 2020)
Berdasarkan Tabel 4.8 mengenai total penjualan produk
pada tahun 2018 maka dapat disimpulkan bahwa UMKM
Bunda Bakery memproduksi roti manis sejumlah 189.613 biji
dengan menghasilkan total penjualan sebesar Rp 284.419.500.
Penjualan tertinggi di tahun 2018 terjadi pada bulan September
43

UMKM Bunda Bakery berhasil memproduksi roti manis


sejumlah 18.734 biji dengan total penjualan roti semua sebesar
Rp 28.101.000 sedangkan untuk penjualan terendah pada tahun
2018 UMKM Bunda Bakery untuk roti manis terjadi di bulan
Juni sejumlah 12.048 unit dengan total penjualan sebesar Rp
18.072.000.
4.3.1 Analisis Total Penjualan ProdukTahun 2017 dan 2018
Tabel 4. 9 Total Penjualan Produk Baik Tahun 2017 dan 2018
Tahun Total Produk Total Penjualan
2017 166.695 Rp 250.043.200
2018 189.613 Rp 284.419.500
Selisih 22.918 Rp 34.376.300
Sumber : (Data diolah tahun 2020)
Berdasarkan Tabel 4.9 mengenai total penjualan produk
pada tahun 2017 dan 2018 dapat diketahui bahwa pada tahun
2017 total produk sebanyak 166.695 unit dengan total penjualan
sebesar Rp 250.043.200. sedangkan tahun 2018 total produk
sebanyak 189.613 unit dengan total penjualan UMKM Bunda
Bakery sebesar Rp 284.419.500. Maka dapat disimpulkan total
penjualan tahun 2017 dan 2018 mengalami peningkatan dan
terdapat selisih total produk sebanyak 22.918 dan total
penjualan sebesar Rp 34.376.300.
44

4.4 Total Biaya Produksi


Tabel 4. 10 Total Biaya Produksi 2017
Bulan BBB BTKL BOP Total B
Januari Rp11.239.875 Rp2.247.975 Rp1.498.650 Rp14.986.
Februari Rp10.641.525 Rp2.128.305 Rp1.418.870 Rp14.188.
Maret Rp12.230.325 Rp2.446.065 Rp1.630.710 Rp16.307.
April Rp12.788.925 Rp2.557.785 Rp1.705.190 Rp17.051.
Mei Rp14.857.275 Rp2.971.455 Rp1.980.970 Rp19.809.
Juni Rp 8.234.700 Rp1.646.940 Rp1.097.960 Rp10.979.
Juli Rp12.761.625 Rp2.552.325 Rp1.701.550 Rp17.015.
Agustus Rp17.655.150 Rp3.531.030 Rp2.354.020 Rp23.540.
September Rp16.429.200 Rp3.285.840 Rp2.190.560 Rp21.905.
Oktober Rp16.770.450 Rp3.354.090 Rp2.236.060 Rp22.360.
November Rp8.927.400 Rp1.785.480 Rp1.190.320 Rp11.903.
Desember Rp13.823.700 Rp2.764.740 Rp1.843.160 Rp18.431.
Jumlah Rp156.360.150 Rp31.272.030 Rp20.848.020 Rp208.480
Sumber : (Data diolah tahun 2020)
Berdasarkan tabel 4.10mengenai total biaya produksi
tahun 2017, dapat diketahui bahwa UMKM Bunda Bakery pada
tahun 2017 mengeluarkan biaya total produksi sebesar Rp
208.480.200 dengan rincian yaitu biaya bahan baku berjumlah
45

sebesar Rp 156.360.150, biaya tenaga kerja langsung sebesar


Rp 31.272.030, dan biaya overhead pabrik sebesar Rp
20.848.020.

Tabel 4. 11 Total Biaya Produksi tahun 2018


2018 BBB BTKL BOP Total
Januari Rp 14.070.225 Rp 2.814.045 Rp 1.876.030 Rp 18.760.300
Februari Rp 10.149.000 Rp 2.029.800 Rp 1.353.200 Rp 13.532.000
Maret Rp 13.210.725 Rp 2.642.145 Rp 1.761.430 Rp 17.614.300
April Rp 16.180.200 Rp 3.236.040 Rp 2.157.360 Rp 21.573.600
Mei Rp 12.673.575 Rp 2.534.715 Rp 1.689.810 Rp 16.898.100
Juni Rp 12.000.825 Rp 2.400.165 Rp 1.600.110 Rp 16.001.100
Juli Rp 18.646.500 Rp 3.729.300 Rp 2.486.200 Rp 24.862.000
Agustus Rp 14.789.775 Rp 2.957.955 Rp 1.971.970 Rp 19.719.700
September Rp 14.412.900 Rp 2.882.580 Rp 1.921.720 Rp 19.217.200
Oktober Rp 14.243.775 Rp 2.848.755 Rp 1.899.170 Rp 18.991.700
November Rp 15.389.025 Rp 3.077.805 Rp 2.051.870 Rp 20.518.700
Desember Rp 15.109.350 Rp 3.021.870 Rp 2.014.580 Rp 20.145.800
Jumlah Rp170.875.875 Rp34.175.175 Rp22.783.450 Rp227.834.500
Sumber : (Data diolah tahun 2020)
Berdasarkan tabel 4.11 mengenai total biaya produksi
tahun 2018 dapat diketahui bahwa UMKM Bunda Bakery pada
tahun 2018 mengeluarkan biaya total produksi roti manis
sebesar Rp 227.834.500 dengan rincian yaitu biaya bahan baku
46

berjumlah sebesar Rp 170.875.875, biaya tenaga kerja langsung


sebesar Rp 34.175.175, dan biaya overhead pabrik sebesar Rp
22.783.450.

4.4.1 Analisis Total Biaya Produksi 2017 dan 2018


Tabel 4. 12 Total Biaya Produksi tahun 2017 dan 2018
Tahun BBB BTKL BOP Total Biaya
2017 Rp156.360.150 Rp31.272.03 Rp20.848.020 Rp208.480.200
0
2018 Rp170.875.875 Rp34.175.17 Rp22.783.450 Rp227.834.500
5
Selisih Rp14.515.725 Rp2.903.145 Rp1.935.430 Rp19.354.300
Sumber : (Data diolah tahun 2020)
Berdasarkan tabel 4.12 mengenai total biaya produksi
tahun 2017 dan 2018 dapat diketahui bahwa pada tahun 2017
mengeluarkan biaya total produksi sebesar Rp 208.480.200
dengan rincian yaitu biaya bahan baku berjumlah sebesar Rp
156.360.150, biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp
31.272.030, dan biaya overhead pabrik sebesar Rp 20.848.020,
sedangkan pada tahun 2018 mengeluarkan biaya total produksi
sebesar Rp 227.834.500 dengan rincian yaitu biaya bahan baku
berjumlah sebesar Rp 170.875.875, biaya tenaga kerja langsung
sebesar Rp 34.175.175, dan biaya overhead pabrik sebesar Rp
22.783.450. Maka dapat disimpulkan bahwa total biaya
47

produksi antara tahun 2017 dan 2018 mengalami peningkatan


sebesar Rp 19.354.300 dengan rincian total biaya bahan baku
sebesar Rp 14.515.725, biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp
2.903.145 dan biaya overhead pabrik sebesar Rp 1.935.430.

4.5 Total Produk Cacat


Tabel 4. 13 Total Produk Cacat Tahun 2017
2017 Produk Cacat
Januari 85
Februari 53
Maret 80
April 45
Mei 75
Juni 90
Juli 60
Agustus 20
September 40
Oktober 55
November 33
Desember 64
Jumlah 700
Rata-rata 58
48

Sumber : (Data diolah tahun 2017)


Berdasarkan tabel 4.13 diatas mengenai total produk
cacat tahun 2017 menunjukkan bahwa jumlah produk cacat
pada tahun 2017 sebanyak 700 biji roti. Produk cacat terbanyak
terjadi pada bulan Juni sebanyak 90 biji sedangkan produk cacat
sedikit terjadi pada bulan Agustus sebanyak 20 biji roti,
sehingga apabila dibuat rata-rata dari bulan Januari – Desember
produk cacat yang dihasilkan sebanyak 58 biji, rata-rata tersebut
berasal dari jumlah keseluruhan produk cacat pada tahun 2017
dibagi dengan jumlah bulan satu tahun.
Tabel 4. 14 Total Produk Cacat Tahun 2018
2018 Produk Cacat
Januari 55
Februari 76
Maret 45
April 88
Mei 65
Juni 45
Juli 55
Agustus 40
September 41
Oktober 78
November 34
Desember 90
Jumlah 712
Rata-rata 59
Sumber : (Data diolah tahun 2020)
49

Berdasarkan Tabel 4.14 diatas mengenai total produk


cacat tahun 2018 menunjukkan bahwa jumlah produk cacat
pada tahun 2018 sebanyak 712 biji roti. Produk cacat terbanyak
terjadi pada bulan Desember sebanyak 90 biji sedangkan
produk cacat sedikit terjadi pada bulan November sebanyak 34
biji roti, sehingga apabila dibuat rata-rata dari bulan Januari –
Desember produk cacat yang dihasilkan sebanyak 59 biji, rata-
rata tersebut berasal dari jumlah keseluruhan produk cacat pada
tahun 2018 dibagi dengan jumlah bulan satu tahun.
4.5.1 Analisis Total Produk Cacat Tahun 2017 dan 2018
Tabel 4. 15 Total Produk Cacat Tahun 2017 dan 2018
Tahun Total Produk Cacat Rata-rata
2017 700 58
2018 712 59
Selisih 12 1
Sumber : (Data diolah tahun 2020)
Berdasarkan Tabel 4.15 mengenai total produk cacat
tahun 2017 dan 2018 diatas dapat diketahui bahwa total produk
cacat pada tahun 2017 sebanyak 700 biji roti dengan rata-rata
sebanyak 58 biji, sedangkan produk cacat tahun 2018 sebanyak
712 biji roti dengan rata-rata sebanyak 59 biji. Maka dapat
disimpulkan bahwa total produk cacat antara tahun 2017 dan
2018 mengalami peningkatan sebanyak 12 biji roti dengan rata-
rata sebanyak 1 biji roti.
4.6 Perhitungan Harga Pokok Produksi
Harga proses produksi adalah harga yang mewakili jumlah
barang produksi yang terdiri dari biaya-biaya yang dibebankan pada
proses produksi terdiri dari biaya bahan baku langsung, tenaga kerja
50

langsung , serta biaya-biaya lain dibagi dengan jumlah unit ekuivalen


(jumlah total produksi).

4.6.1 Perhitungan HPP Tahun 2017


Berikut Tabel 4.16 mengenai perhitungan HPP tahun
2017 sebagai berikut :
51

Tabel 4. 16 Hasil Anasis Tahun 2017


Bulan Total Total Produk Jumlah Unit Biaya Produksi Biaya Produksi pada Biaya Produksi Biaya Produksi
Produk Baik Cacat Ekuivalen Produk perunit pada Produk pada Produk
Baik perunit Cacat perunit
a b C d = b+c E f = e/d g = f*b h = f*c
Januari 11.276 85 11.361 Rp 14.986.500 Rp 1.319 Rp 14.874.375 Rp 112.125
Februari 10.155 53 10.208 Rp 14.188.700 Rp 1.390 Rp 14.115.032 Rp 73.668
Maret 12.447 80 12.527 Rp 16.307.100 Rp 1.302 Rp 16.202.960 Rp 104.140
April 14.670 45 14.715 Rp 17.051.900 Rp 1.159 Rp 16.999.754 Rp 52.146
Mei 12.655 75 12.730 Rp 19.809.700 Rp 1.556 Rp 19.692.989 Rp 116.711
Juni 8.224 90 8.314 Rp 10.979.600 Rp 1.321 Rp 10.860.745 Rp 118.855
Juli 14.170 60 14.230 Rp 17.015.500 Rp 1.196 Rp 16.943.755 Rp 71.745
Agustus 16.967 20 16.987 Rp 23.540.200 Rp 1.386 Rp 23.512.484 Rp 27.716
September 20.291 40 20.331 Rp 21.905.600 Rp 1.077 Rp 21.862.502 Rp 43.098
Oktober 16.536 55 16.591 Rp 22.360.600 Rp 1.348 Rp 22.286.473 Rp 74.127
November 12.671 33 12.704 Rp 11.903.200 Rp 937 Rp 11.872.280 Rp 30.920
Desember 16.634 64 16.698 Rp 18.431.600 Rp 1.104 Rp 18.360.955 Rp 70.645
Jumlah 166.695 700 167.395 Rp208.480.200   Rp 207.584.305 Rp 895.895
Sumber : (Data diolah tahun 2020)
52

Berdasarkan tabel 4.16 mengenai hasil analisis Tahun 2017


dapat diketahui total produk yang dihasilkan oleh UMKM Bunda
Bakery tahun 2017 sebanyak 167.395 biji diperoleh dari total produk
baik sebanyak 166.695 biji dan total produk cacat sebanyak 700 biji.
Total biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp 208.480.200 yang
diperoleh dari total biaya produksi pada produk baik sebesar Rp
207.584.305 dan total biaya produksi pada produk cacat sebesar Rp
895.895.Namun pada UMKM Bunda Bakery ini tidak memasukkan
tentang biaya pengerjaan kembali dari produk cacat yang terjadi
tersebut. Apabila biaya pengerjaan kembali tersebut ditaksirkan
sebasar Rp 355.000, maka dapat disimpulkan bahwa HPP tahun 2017
dapat diperoleh dengan rumus :
Untuk mencari harga pokok produksi per unit menurut
Mursyidi (2008), sebagai berikut:

∑ Biaya Produksi+ Biaya Pengerjaan Kembali


HPP Produk Cacat =
Unit Cacat
(Mursyidi, 2008)

Keterangan :
HPP Produk Cacat = Harga Pokok Produksi Produk Cacat (Rp)
Biaya Pengerjaan Kembali = Biaya yang digunakan dalam
proses perbaikan produk
Unit Cacat= Jumlah Produk yang cacat (Dapat dijual atau tidak)

HPP = Total Biaya = Rp 895.895 = Rp 1.786


53

Produksi Produk + Rp 355.000


Produk Cacat + Biaya
Cacat pengerjaan kembali
Unit Cacat 700
Total Biaya Rp
HPP
Produksi+ Biaya 208.480.200 +
Produk = = = Rp 1.247
pengerjaan kembali Rp 355.000
perunit
Unit Cacat 167.395

Sumber : (Data diolah tahun 2020)


Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui bahwa, HPP
Produk Cacat sebesar Rp 1.786 dan HPP Produk perunit (seharusnya)
sebesar Rp 1.247.
4.6.2 Perhitungan HPP Tahun 2018
Berikut Tabel 4.18 mengenai perhitungan HPP tahun 2018
sebagai berikut :
54

Tabel 4. 17 Hasil Anasis Tahun 2018


Total
Total Jumlah Unit Biaya Produksi Biaya Produksi Biaya Produksi Produk
Bulan Produk Biaya Produksi
Produk Baik Ekuivalen Produk per unit Produk Baik per unit Cacat per unit
Cacat
a B C d = b+c e f = e/d g = f*b h = f*c
Januari 13.771 55 13.826 Rp 18.760.300 Rp 1.357 Rp 18.685.671 Rp 74.629
Februari 11.615 76 11.691 Rp 13.532.000 Rp 1.157 Rp 13.444.032 Rp 87.968
Maret 14.453 45 14.498 Rp 17.614.300 Rp 1.215 Rp 17.559.627 Rp 54.673
April 16.934 88 17.022 Rp 21.573.600 Rp 1.267 Rp 21.462.069 Rp 111.531
Mei 11.983 65 12.048 Rp 16.898.100 Rp 1.403 Rp 16.806.933 Rp 91.167
Juni 15.661 45 15.706 Rp 16.001.100 Rp 1.019 Rp 15.955.254 Rp 45.846
Juli 17.756 55 17.811 Rp 24.862.000 Rp 1.396 Rp 24.785.227 Rp 76.773
Agustus 16.532 40 16.572 Rp 19.719.700 Rp 1.190 Rp 19.672.102 Rp 47.598
September 16.887 41 16.928 Rp 19.217.200 Rp 1.135 Rp 19.170.656 Rp 46.544
Oktober 17.195 78 17.273 Rp 18.991.700 Rp 1.100 Rp 18.905.939 Rp 85.761
November 17.470 34 17.504 Rp 20.518.700 Rp 1.172 Rp 20.478.844 Rp 39.856
Desember 18.644 90 18.734 Rp 20.145.800 Rp 1.075 Rp 20.049.018 Rp 96.782
Jumlah 188.901 712 189.613 Rp227.834.500 Rp 226.975.373 Rp 859.127
(Sumber : Data diolah tahun 2020)
55

Berdasarkan tabel 4.17 mengenai hasil analisis Tahun 2018


dapat diketahui total produk yang dihasilkan oleh UMKM Bunda
Bakery tahun 2018 sebanyak 188.901 biji diperoleh dari total
produk baik sebanyak 189.613 biji dan total produk cacat sebanyak
712 biji. Total biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp
227.834.500 yang diperoleh dari total biaya produksi pada produk
baik sebesar Rp 226.975.373 dan total biaya produksi pada produk
cacat sebesar Rp 859.127. Disebabkan terdapat produk cacat
makadiperlukan biaya pengerjaan kembali, namun UMKM Bunda
Bakery tidak memasukkan biaya tersebut. Apabila biaya
pengerjaan kembali dimasukkan dan ditaksir biaya tersebut sebesar
Rp 375.000, maka dapat disimpulkan bahwa HPP tahun 2018 dapat
diperoleh dengan rumus :
∑ Biaya Produksi+ Biaya Pengerjaan Kemba
HPP Produk Cacat =
Unit Cacat
(Sumber : Mursyidi, 2008)
HPP Total Biaya Produksi Rp 859.127 +
Produ Produk Cacat + Biaya Rp 375.000 Rp1.73
= pengerjaan kembali = =
k 3
Cacat Unit Cacat 712

HPP Total Biaya Produksi+ Rp


Produ Biaya pengerjaan 227.834.500+
Rp1.20
k = kembali = Rp 375.000 =
3
peruni Unit Cacat 189.613
t
Sumber : (Data diolah tahun 2020)
Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui bahwa HPP
Produk Cacat sebesar Rp 1.733 dan HPP Produk perunit
(seharusnya) sebesar Rp 1.203.
56

4.6.3 Analisis Perhitungan HPP Tahun 2017 dan 2018


Berdasarkan Tabel 4.16 dan 4.17 diatas maka dapat
disimpulkan bahwa semakin besar biaya produksinya maka produk
cacat yang dihasilkan semakin banyak, tetapi HPP yang dihasilkan
semakin kecil.
4.6.4 Perhitungan Biaya Kerugian
Biaya kerugian merupakan biaya yang dikeluarkan akibat
permasalahan yang ditimbulkan oleh perusahaan seperti kerusakan
pada peralatan, menghasilkan produk cacat, dan pengeluaran-
pengeluaran lain. Biaya kerugian yang dialami oleh UMKM Bunda
Bakery biasanya timbul dari produk cacat. Produk cacat yang
dialami oleh UMKM Bunda Bakery seperti roti terlalu hitam
(hangus), pecah isiannya dan bentuk roti yang penyet, sehingga
perlakuannya pun berbeda. Produk cacat UMKM Bunda Bakery
pada tahun 2017 berjumlah 700 biji, sedangkan pada tahun 2018
berjumlah 712. Peningkatan jumlah produk cacat dari per tahun
dikarenakan oleh penggunaan mesin operasional yang perlu
dibenahi serta dikarenakan keteledoran tenaga kerja pada bagian
operasional produksi yang menyebabkan adanya produk cacat.
Kebijakan yang diambil pemilik UMKM Bunda Bakery
yaitu menjual produk tersebut dibawah harga jual produk baik,
agar bisa menutupi kerugian yang dialami oleh UMKM. Produk
cacat tersebut tidaklah dijual dengan cara dipajang di toko, namun
produk tersebut dijulan kepada pelanggan tetap yang mengambil
produk cacat tersebut. Perhitungan biaya kerugian menggunakan
rumus:

Biaya Kerugian = HPP per Unit x Jumlah Produk Cacat


57

Sumber : Mursyidi (2008)


Tahun 2017 :
Biaya Kerugian = HPP perunit x Jumlah Produk Cacat
= Rp 1.733x 700 biji
= Rp 1.213.100
Tahun 2018 :
Biaya Kerugian = HPP perunit x Jumlah Produk Cacat
= Rp 1.203x 712 biji
= Rp 856.536
Selisih biaya kerugian = Biaya kerugian 2017 – biaya
kerugian 2018
= Rp 1.213.100 -Rp 856.536
= Rp 356.564

Berdasarkan perhitungan diatas mengenai biaya kerugian


tahun 2017 dan 2018 yang dialami oleh UMKM Bunda Bakery
yaitu biaya kerugian tahun 2017 sebesar Rp 1.213.100, sedangkan
tahun 2018 biaya kerugiannya sebesar Rp 856.536. Biaya kerugian
tahun 2017 dan 2018 mengalami penurunan sebesar Rp 356.564.
Hal ini disebabkan kan jumlah produk yang dihasilkan antara
produk baik dan produk cacat lebih banyak produk baiknya.
4.7 Perhitungan Penjualan
Penjualan merupakan aktivitas dalam menjual barang
produksinya. Penjualan akan menghasilkan pendapatan. Hasil dari
pendapatan tersebut nantinya akan digunakan dalam mengetahui
jumlah laba/rugi yang diterima oleh perusahaan. Pendapat bersih
diperoleh dari penjualan produk baik ditambah dengan produk
cacat laku dijual. Penjualan yang dilakukan oleh perusahaan
58

dibedakan menjadi 2 yaitu produk baik dan produk cacat. Biasanya


produk cacat dijual dibawah harga jual produk baik, hal ini
dilakukan agar mengurangi kerugian yang dihadapi. UMKM
Bunda Bakery menjual produk cacat sebesar Rp 500. Berikut tabel
mengenai perhitungan penjualan yang diterima oleh UMKM
Bunda Bakery dari penjualan produk baik dan produk cacat tahun
2018 dan 2019 sebagai berikut :
4.7.1 Hasil Penjualan Tahun 2017
Berikut Tabel 4.18 mengenai hasil perhitungan penjualan
tahun 2017 sebagai berikut :
59

Tabel 4. 18 Perhitungan Penjualan Tahun 2017

Bulan Total Harga @ Total Penjualan Total Harga @ Total Total Penjualan
Produk Produk Penjualan
Baik Cacat
a b C D e f g h = d+g
Januari 11.276 Rp 1.500 Rp 16.914.000 85 Rp 500 Rp 42.500 Rp 16.956.500
Februari 10.155 Rp 1.500 Rp 15.232.500 53 Rp 500 Rp 26.500 Rp 15.259.000
Maret 12.447 Rp 1.500 Rp 18.670.500 80 Rp 500 Rp 40.000 Rp 18.710.500
April 14.670 Rp 1.500 Rp 22.005.000 45 Rp 500 Rp 22.500 Rp 22.027.500
Mei 12.655 Rp 1.500 Rp 18.982.500 75 Rp 500 Rp 37.500 Rp 19.020.000
Juni 8.224 Rp 1.500 Rp 12.336.000 90 Rp 500 Rp 45.000 Rp 12.381.000
Juli 14.170 Rp 1.500 Rp 21.255.000 60 Rp 500 Rp 30.000 Rp 21.285.000
Agustus 16.967 Rp 1.500 Rp 25.450.500 20 Rp 500 Rp 10.000 Rp 25.460.500
Septembe 20.291 Rp 1.500 Rp 30.436.500 40 Rp 500 Rp 20.000 Rp 30.456.500
r
Oktober 16.536 Rp 1.500 Rp 24.804.000 55 Rp 500 Rp 27.500 Rp 24.831.500
November 12.671 Rp 1.500 Rp 19.006.500 33 Rp 500 Rp 16.500 Rp 19.023.000
Desember 16.634 Rp 1.500 Rp 24.951.000 64 Rp 500 Rp 32.000 Rp 24.983.000
Jumlah 166.695 Rp 1.500 Rp 250.043.200 700 Rp 500 Rp 350.000 Rp 250.393.200
Sumber : (Data diolah tahun 2020)
60

Berdasarkan Tabel 4.18 diatas mengenai perhitungan penjualan


tahun 2017 maka dapat diketahui bahwa total penjualan sebesar Rp
250.393.200 diperoleh dari total penjualan pada produk baik sebesar
Rp 250.393.200 dan total penjualan produk cacat sebesar Rp 350.000.
Total penjualan produk baik diperoleh dari Total produk baik
dikalikan dengan harga harga yang telah ditetapkan oleh UMKM
Bunda Bakery yaitu Rp 1.500 maka hasilnya 166.695 biji x @Rp
1.500 adalah Rp 250.043.200, sedangkan perhitungan penjualan
produk cacat diperoleh dari total produk cacat dikalikan dengan harga
yang telah ditetapkan oleh UMKM Bunda Bakery yaitu Rp 500 maka
hasilnya 700 biji x @Rp 500 adalah Rp 350.000.
4.7.2 Hasil Penjualan Tahun 2018
Berikut Tabel 4.19 mengenai hasil perhitungan penjualan tahun
2018 sebagai berikut :
61

Tabel 4. 19 Perhitungan Penjualan Tahun 2018


Total Harga @ Total Penjualan Total Harga @ Total Penjualan Total Penjualan
Produk Produk
Baik Cacat
B c d e f g h = d+g
13.771 Rp 1.500 Rp 20.656.500 55 Rp 500 Rp 27.500 Rp 20.684.000
11.615 Rp 1.500 Rp 17.422.500 76 Rp 500 Rp 38.000 Rp 17.460.500
14.453 Rp 1.500 Rp 21.679.500 45 Rp 500 Rp 22.500 Rp 21.702.000
16.934 Rp 1.500 Rp 25.401.000 88 Rp 500 Rp 44.000 Rp 25.445.000
11.983 Rp 1.500 Rp 17.974.500 65 Rp 500 Rp 32.500 Rp 18.007.000
15.661 Rp 1.500 Rp 23.491.500 45 Rp 500 Rp 22.500 Rp 23.514.000
17.756 Rp 1.500 Rp 26.634.000 55 Rp 500 Rp 27.500 Rp 26.661.500
16.532 Rp 1.500 Rp 24.798.000 40 Rp 500 Rp 20.000 Rp 24.818.000
16.887 Rp 1.500 Rp 25.330.500 41 Rp 500 Rp 20.500 Rp 25.351.000
17.195 Rp 1.500 Rp 25.792.500 78 Rp 500 Rp 39.000 Rp 25.831.500
17.470 Rp 1.500 Rp 26.205.000 34 Rp 500 Rp 17.000 Rp 26.222.000
18.644 Rp 1.500 Rp 27.966.000 90 Rp 500 Rp 45.000 Rp 28.011.000
188.901 Rp 1.500 Rp 283.351.500 712 Rp 500 Rp 356.000 Rp 283.707.500
Sumber : (Data diolah tahun 2020)
60

Berdasarkan Tabel 4.19 diatas mengenai perhitungan penjualan


tahun 2018 maka dapat diketahui bahwa total penjualan sebesar Rp
283.707.500 diperoleh dari total penjualan pada produk baik sebesar
Rp 283.351.500 dan total penjualan produk cacat sebesar Rp 356.000.
Total penjualan produk baik diperoleh dari Total produk baik
dikalikan dengan harga harga yang telah ditetapkan oleh UMKM
Bunda Bakery yaitu Rp 1.500 maka hasilnya 188.901 biji x @Rp
1.500 adalah Rp 283.707.500, sedangkan perhitungan penjualan
produk cacat diperoleh dari total produk cacat dikalikan dengan harga
yang telah ditetapkan oleh UMKM Bunda Bakery yaitu Rp 500 maka
hasilnya 712 biji x @Rp 500 adalah Rp 356.000.
4.7.3 Selisih Perhitungan Penjualan Tahun 2017 dan 2018
Berikut Tabel 4.20 mengenai hasil perhitungan penjualan tahun
2017 dan 2018 sebagai berikut :
Tabel 4. 20 Selisih Perhitungan Penjualan Tahun 2017 dan 2018
Tahun Total Penjualan
2017 Rp 250.393.200
2018 Rp 283.707.500
Total Rp 33.314.300
Sumber : (Data diolah tahun 2020)
Berdasarkan Tabel 4.20 mengenai selisih perhitungan
penjualan tahun 2017 dan 2018 dapat diketahui bahwa total penjualan
mengalami peningkatan sebesar Rp 33.314.300 diperoleh dari total
penjualan tahun 2018 sebesar Rp 283.707.500 dikurangi dengan total
penjualan tahun 2017 sebesar Rp 250.393.200.
61

4.8 Perlakuan Produk Cacat


4.8.1 Pengakuan
Menrut PSAK (2009), pengakuan merupakan proses
pembentukan suatupos yang memenuhi definisi unsur serta kriteria
pengakuan yang dikemukakan dalamparagraf 83 dalam neraca atau
laporan laba rugi. Pengakuan dilakukan denganmenyatakan pos
tersebut baik dalam kata-kata maupun jumlah uang
danmencantumkannya ke dalam neraca atau laporan laba rugi. Pos
yang memenuhikriteria tersebut harus diakui dalam neraca atau
laporan laba rugi.Paragraf 83 menjelaskan tentang pos yang
memenuhi definisi suatu unsur harusdiakui kalau ada kemungkinan
bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan postersebut akan
mengalir dari atau ke dalam perusahaan dan pos tersebut
mempunyainilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Berikut
pengakuan dari produk cacat tahun 2017 dan 2018 sebagai berikut :
Tahun 2017
Barang dalam proses Rp 208.480.200
BBB Rp 156.360.150
BTKL Rp 31.272.030
BOP Rp 20.848.020
Tahun 2018
Barang dalam proses Rp 227.834.500
BBB Rp 170.875.875
BTKL Rp 34.175.175
BOP Rp 22.784.450
62

4.8.2 Pengukuran
PengukuranMenurut PSAK (2009), definisi pengukuran adalah
proses penetapan jumlah uanguntuk mengakui dan memasukkan
setiap unsur laporan keuangan dalam neraca danlaporan laba rugi.
Proses ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran
tertentu.Hendrikson dan Breda (2011) mengemukakan bahwa biaya
diukur dengan nilaikini dari sumberdaya ekonomi yang diserahkan
atau akan diserahkan dalamperolehan produk dan jasa yang digunakan
dalam operasi. Sewaktu kas dibayar atausetuju untuk dibayar untuk
produk dagang, perlengkapan dan jasa pribadi,pengukuran biaya
cukup pasti. Kas yang dibayar atau setuju untuk dibayarkanmerupakan
nilai pertukaran ditentukan oleh harga pasar atau dengan
persetujuanantara pembeli dan penjual. Berikut pengukuran pada
produk cacat tahun 2017 dan 2018 sebagai berikut :
1. Analisa Produk Cacat menggunakan rumus dari
Kusumaningarti (2011) sebagai berikut :
n
PC = x 100 %
N
Keterangan :
PC = Produk Cacat (%)
n = Produk Cacat yang dihasilkan (unit)
N = Jumlah Produk yang dihasilkan (unit)
63

Berikut tabel 4.21 dan tabel 4.22 mengenai persentase


data kecatatan produk pada UMKM Bunda Bakery tahun
2017 :
Tabel 4. 21 Persentase Data Kecacatan Produk Tahun 2017
Tahun 2017
Bulan Jumlah Unit Total Produk Prosentase
Ekuivalen Cacat (%)
Januari 11.276 85 1%
Februari 10.155 53 1%
Maret 12.447 80 1%
April 14.670 45 0%
Mei 12.655 75 1%
Juni 8.224 90 1%
Juli 14.170 60 0%
Agustus 16.967 20 0%
September 20.291 40 0%
Oktober 16.536 55 0%
November 12.671 33 0%
Desember 16.634 64 0%
Jumlah 166.695 700  
Sumber : (Data diolah tahun 2020)
Tabel 4. 22 Presentase Data Kecacatan Tahun 2018
Tahun 2018
Bulan Jumlah Unit Total Produk Prosentase
Ekuivalen Cacat (%)
Januari 13826 55 0%
Februari 11691 76 1%
Maret 14498 45 0%
April 17022 88 1%
Mei 12048 65 1%
Juni 15706 45 0%
Juli 17811 55 0%
Agustus 16572 40 0%
September 16928 41 0%
Oktober 17273 78 0%
November 17504 34 0%
Bulan Jumlah Unit Total Produk Prosentase
64

Ekuivalen Cacat (%)


Desember 18734 90 0%
Jumlah 189.613 712  
Sumber : (Data diolah tahun 2020)
Batas toleransi kecacatan produk perusahaan adalah 1%.
Produk yang mempunyai persentase sebesar 1% maka produk
tersebut masih bisa ditoleransi untuk kecacatannya dan dapat
dijual kembali, karena perusahaan memiliki batas toleransi
sebesar 1%. Apabila produk melebih 1% maka produk tersebut
perlu ada perhatian khusus dalam upaya menekan kecacatannya.
Berdasarkan tabel 4.22 dan 4.23,diatas mengenai persentase
data kecacatan produk pada UMKM Bunda Bakery tahun 2017
dan 2018 dapat diketahui bahwa tingkat prosentase tidak
melebih 1%, yang artinya produk tersebut pada tingkat
kecacatannya tidak terlalu bermasalah sehingga akhirnya
nantinya dapat dijual kembali namun dengan harga dibawah
harga jual produk yang baik.
4.9 Pembahasan
Berdasarkan data diatas mengenai total penjualan produk cacat,
biaya produksi, produk cacat, hasil wawancara, perhitungan HPP,
perhitungan biaya kerugian dan total penjualan (penjualan produk baik
dan produk cacat) tahun 2017 dan 2018 diatas menunjukkan bahwa
perusahaan menggunakan perlakuan akuntansi yaitu pengukuran
karena dengan adanya pengukuran maka perusahaan mendapatkan
informasi yang dibutuhkan sehingga informasi tersebut nantinya akan
digunakan dalam pembuatan keputusan mengenai proses produksi
selanjutnya:
65

1. Total penjualan produk baik tahun 2017 dan 2018 dapat


diketahui bahwa pada tahun 2017 total produk sebanyak
166.695 unit dengan total penjualan sebesar Rp 250.043.200.
sedangkan tahun 2018 total produk sebanyak 189.613 unit
dengan total penjualan sebesar Rp 284.419.500. Maka dapat
disimpulkan total penjualan tahun 2017 dan 2018 mengalami
peningkatan dan terdapat selisih total produk sebanyak 22.918
dan total penjualan sebesar Rp 34.376.300.
2. Total biaya produksi tahun 2017 dan 2018 dapat diketahui
bahwa pada tahun 2017 mengeluarkan biaya total produksi
sebesar Rp 208.480.200 dengan rincian yaitu biaya bahan baku
berjumlah sebesar Rp 156.360.150, biaya tenaga kerja langsung
sebesar Rp 31.272.030, dan biaya overhead pabrik sebesar Rp
20.848.020, sedangkan pada tahun 2018 mengeluarkan biaya
total produksi sebesar Rp 227.834.500 dengan rincian yaitu
biaya bahan baku berjumlah sebesar Rp 170.875.875, biaya
tenaga kerja langsung sebesar Rp 34.175.175, dan biaya
overhead pabrik sebesar Rp 22.783.450. Maka dapat
disimpulkan bahwa total biaya produksi antara tahun 2017 dan
2018 mengalami peningkatan sebesar Rp 19.354.300 dengan
rincian total biaya bahan baku sebesar Rp 14.515.725, biaya
tenaga kerja langsung sebesar Rp 2.903.145 dan biaya overhead
pabrik sebesar Rp 1.935.430.
3. Total produk cacat tahun 2017 dan 2018 diatas dapat diketahui
bahwa total produk cacat pada tahun 2017 sebanyak 700 biji
roti dengan rata-rata sebanyak 58 biji, sedangkan produk cacat
tahun 2018 sebanyak 712 biji roti dengan rata-rata sebanyak 59
66

biji. Maka dapat disimpulkan bahwa total produk cacat antara


tahun 2017 dan 2018 mengalami peningkatan sebanyak 12 biji
roti dengan rata-rata sebanyak 1 biji roti.
4. Hasil analisis penelitian ini bahwa UMKM Bunda Bakery
memiliki kelemahan atau kekurangan yaitu tidak melakukan
perhitungan HPP produk cacat secara benar, oleh karena itu
penulis sebagai akuntan memberikan informasi perhitungan
untuk mengetahui HPP produk cacat yang timbul dengan benar,
sehingga diketahui HPP produk cacat pada tahun 2017 sebesar
Rp 1.786 sedangkan pada tahun 2018 sebesar Rp 1.733.
5. Biaya kerugian tahun 2017 dan 2018 yang dialami oleh UMKM
Bunda Bakery yaitu biaya kerugian tahun 2017 sebesar Rp
1.213.100, sedangkan tahun 2018 biaya kerugiannya sebesar Rp
856.536. Biaya kerugian tahun 2017 dan 2018 mengalami
penurunan sebesar Rp 356.564. Hal ini disebabkan kan jumlah
produk yang dihasilkan antara produk baik dan produk cacat
lebih banyak produk baiknya.
6. Selisih perhitungan penjualan tahun 2017 dan 2018 dapat
diketahui bahwa total penjualan mengalami peningkatan
sebesar Rp 33.314.300 diperoleh dari total penjualan tahun
2018 sebesar Rp 283.707.500 dikurangi dengan total penjualan
tahun 2017 sebesar Rp 250.393.200.
Berdasarkan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa produk
cacat yang dihasilkan oleh UMKM Bunda Bakery laku bersifat normal
dan laku dijual namun dengan harga dibawah dengan harga produk
baik. Pada perhitungan HPP, jika semakin besar biaya produksinya
maka produk cacat yang dihasilkan semakin banyak, tetapi HPP yang
67

dihasilkan semakin kecil. Meskipun laba yang diharapkan belum


sesuai karena timbul biaya kerugian yang cukup banyak, namun dapat
ditutupi dengan perbandingan total produk jadi lebih besar (>) dari
pada produk cacat sehingga total penjualannya meningkat. Untuk itu,
apabila perusahaan ingin mengurangi biaya kerugian maka perusahaan
harus menghasilkan produk baik lebih banyak dari biaya cacatnya
dengan cara melakukan pengecekan pada peralatan yang digunakan
saat proses produksi, pengecekan pada tenaga kerja langsung, dan
juga bahan baku yang digunakan.
Hal ini sesuai dengan peneliti terdahulu yaitu Christy etc (2016)
dengan hasil penelitiannya yaitu penelitian pada CV. Pulau Siau
terdapat produk rusak yang bersifat normal dan laku dijual. Perlakuan
akuntansi terhadap produk rusak yang bersifat normal dan laku dijual
maka hasil penjualan dari produk rusak tersebut akan menjadi
pendapatan lain-lain, tidak untuk mengurangi harga pokok produksi.
Dikarenakan adanya produk rusak ini, maka laba pada CV. Pulau Siau
menjadi berkurang, hal ini tentunya berpengaruh pada perolehan laba
yang diharapkan oleh perusahaan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang kemudian diuraikan dalam
pembahasan menghasilkan kesimpulan mengenai terdapatnya produk
cacat atau rusak pada saat produksi. Produk cacat terbagi menjadi dua
jenis yaitu produk cacat yang laku dijual dan produk cacat yang tidak
laku untuk dijual. Adanya produk cacat juga dapat menjadi salah satu
penyebab dari kurang maksimalnya pencapaian laba di UMKM Bunda
Bakery.Berikut kesimpulan dari pembahasan diatas :
1. Total penjualan produk baik tahun 2017 dan 2018 dapat
diketahui bahwa pada tahun 2017 total produk sebanyak
166.695 unit dengan total penjualan sebesar Rp 250.043.200.
sedangkan tahun 2018 total produk sebanyak 189.613 unit
dengan total penjualan sebesar Rp 284.419.500. Maka dapat
disimpulkan total penjualan tahun 2017 dan 2018 mengalami
peningkatan dan terdapat selisih total produk sebanyak 22.918
dan total penjualan sebesar Rp 34.376.300.
2. Total biaya produksi tahun 2017 dan 2018 dapat diketahui
bahwa pada tahun 2017 mengeluarkan biaya total produksi
sebesar Rp 208.480.200 dengan rincian yaitu biaya bahan baku
berjumlah sebesar Rp 156.360.150, biaya tenaga kerja langsung
sebesar Rp 31.272.030, dan biaya overhead pabrik sebesar Rp
20.848.020, sedangkan pada tahun 2018 mengeluarkan biaya
total produksi sebesar Rp 227.834.500 dengan rincian yaitu
biaya bahan baku berjumlah sebesar Rp 170.875.875, biaya
tenaga kerja langsung sebesar Rp 34.175.175, dan biaya
68
69

overhead pabrik sebesar Rp 22.783.450. Maka dapat


disimpulkan bahwa total biaya produksi antara tahun 2017 dan
2018 mengalami peningkatan sebesar Rp 19.354.300 dengan
rincian total biaya bahan baku sebesar Rp 14.515.725, biaya
tenaga kerja langsung sebesar Rp 2.903.145 dan biaya overhead
pabrik sebesar Rp 1.935.430.
3. Total produk cacat tahun 2017 dan 2018 diatas dapat diketahui
bahwa total produk cacat pada tahun 2017 sebanyak 700 biji
roti dengan rata-rata sebanyak 58 biji, sedangkan produk cacat
tahun 2018 sebanyak 712 biji roti dengan rata-rata sebanyak 59
biji. Maka dapat disimpulkan bahwa total produk cacat antara
tahun 2017 dan 2018 mengalami peningkatan sebanyak 12 biji
roti dengan rata-rata sebanyak 1 biji roti.
4. Hasil analisis penelitian ini diketahui bahwa UMKM Bunda
Bakery memiliki kelemahan atau kekurangan yaitu tidak
melakukan perhitungan HPP secara benar, oleh karena itu
penulis sebagai akuntan memberikan informasi perhitungan
untuk mengetahui HPP produk cacat yang timbul dari kegiatan
operasional yang dilakukan oleh UMKM Bunda Bakery.
5. Biaya kerugian tahun 2017 dan 2018 yang dialami oleh UMKM
Bunda Bakery yaitu biaya kerugian tahun 2017 sebesar Rp
1.213.100, sedangkan tahun 2018 biaya kerugiannya sebesar Rp
856.536. Biaya kerugian tahun 2017 dan 2018 mengalami
penurunan sebesar Rp 356.564. Hal ini disebabkan jumlah
produk yang dihasilkan antara produk baik dan produk cacat
lebih banyak produk baiknya.
70

6. Selisih perhitungan penjualan tahun 2017 dan 2018 dapat


diketahui bahwa total penjualan mengalami peningkatan
sebesar Rp 33.314.300 diperoleh dari total penjualan tahun
2018 sebesar Rp 283.707.500 dikurangi dengan total penjualan
tahun 2017 sebesar Rp 250.393.200.
5.2 Saran
Adapun beberapa saran yang diberikan, antara lain yaitu:
1. Untuk UMKM Bunda Bakery
a. Agar lebih memperhatikan para pegawai bagian produksi
pada saat pembuatan roti supaya tidak menghasilkan produk
cacat atau setidaknya meminimalisir adanya produk cacat.
b. UMKM Bunda Bakery sebaiknya merawat kondisi peralatan
yang digunakan saat produksi roti untuk menghindari dari
kerusakan yang nantinya menimbulkan produk cacat.
2. Untuk penelitian selanjutnya.
a. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti
perlakuan akuntansi terhadap produk cacat tidak hanya
dibidang usaha makanan saja, tetapi juga dapat dilakukan
dibidang usaha lainnya.
b. Bagi penelitian selanjutnya diharapakan untuk
mempersiapkan lebih matang dan sebelumnya sudah
melakukan koordinasi dengan perusahaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Carter, William Kdan Usry, 2009.Akuntansi BiayaII.Edisi 14. Jakarta:


Salemba Empat

Hansen , D., & Mowen, M. M. (2011). Akuntansi Manajerial (8 ed.).


Jakarta: Salemba Empat.

Joko, R. (2016). Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada


Pd Berkat Mulia (Doctoral Dissertation, Politeknik Negeri
Sriwijaya).

Karouw, C. P., Tinangon, J. J., & Budiarso, N. (2016). Perlakuan


Akuntansi Terhadap Produk Rusak Dalam Perhitungan Harga
Pokok Produk Pada Cv. Pulau Siau. Jurnal Emba: Jurnal
Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 4(1).

Kusuma, M. (2016). Akuntansi Biaya 1. Kediri: 2016.

Kusumanaingarti, M. (2016). Pemeriksaan Operasional Proses


Produksi Dalam Usaha Menekan Tingkat Produk Cacat Pada
CV. Yudistira Kediri. Jurnal : Cendekia Akuntansi Vol. 4 No.
3, ISSN 2338-3593. Kediri : September 2016.

Lili M. Sadeli, Dasar-Dasar Akuntansi, (Jakarta:Bumi Aksara, cet 11,


2016)

Mulyadi. 2015. Akuntansi Biaya, Edisi5. Yogyakarta: Sekolah Tinggi


Ilmu Manajemen YKPN

Mulyatiningsih, E. (2011). Riset Terapan Bidang pendidikan dan


Teknik. Yogyakarta: 2011.

Mursyidi, 2008. Akuntansi Biaya. cetakan pertama. Penerbit : Refika


Aditama, Bandung

Nafarin, M. (2007). Penganggaran Perusahaan. Edisi 3. Penerbit :


Salemba Empat

Pearce, J., & robinson, r. (2018). Manajemen Strategis. Jakarta: 2018.

71
Pemerintah Indonesia. (2008). UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 20 Tahun 2008Tentang Usaha mikro,
kecil, dan Menengah (UMKM). Diambil kembali dari
Peraturan Pemerintah Indonesia: https://www.bi.go.id

Porter, M. (1998). Competitive advantange (keunggulan bersaing. (D.


L. saputra, Penyunt.) Tangerang Selatan: 1998.

Samryn, L.M. 2014. Pengantar Akuntansi: Mudah Membuat Jurnal


dengan Pendekatan Siklus Transaksi Edisi Revisi cetakan ke-
3.Jakarta: Rajawali Pers.

Siregar, b. (2013). Akuntansi biaya. Jakarta: 2019.

Sugiyono. (2019). Metode penelitian kuantitatif,kualitatif,dan R&D.


Bandung: 2019.

Supriyono R. A. 2011. Akuntansi Biaya:Pengumpulan Biaya dan


Penetuan Harga Pokok Buku I. Edisi ke2.BPFE-UGM,
Yogyakarta.

Windarti, T. (2014). Pengendalian Kualitas untuk Meminimasi Produk


Cacat pada Proses Produksi Besi Beton. Jurnal Tehnik
Industri Vol. 9 No.3.

Wiratna Sujarweni, Pengantar Akuntansi, (Yogyakarta : Pustaka Buku


Pers,2016), h. 1

72
LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Pertanyaan Wawancara

Tabel 4.5 Daftar Pertanyaan Wawancara

No Pertanyaan
1 Apakah dalam produksi UMKM Bunda Bakery memiliki
produk cacat pada tahun 2017 dan 2018?
2 Bagaimana perlakuan terhadap produk cacat pada UMKM
Bunda Bakery?
3 Untuk pembagian biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead dalam setiap produksi itu
bagaimana pak, atau setidaknya berapa persen dari seluruh
biaya yang dikeluarkan pada tahun 2017 sampai 2018 ?

Tabel 4.6 Daftar Jawaban Wawancara


No Jawaban
Produk cacat selalu ada dalam setiap produksi dari tahun
1
2017 dan 2018 dan selalu dicatat dalam dalam catatan
khusus.
Sejauh ini untuk perlakuan produk cacat yang masih
2
layak saya jual dengan harga 500 sedangkan yang tidak
layak saya kasih ke peternakan kepada tetangga saya.
Sebelumnya untuk pembagian per tahunnya secara
3
pembagian biaya bahan baku 75%, untuk biaya tenaga
kerja langsung 15% sedangkan biaya overhead 10% dari
pembagian seluruh biaya pada tahun 2017 dan 2018.

73
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh penulis

dengan pemilik UMKM Bunda Bakery, dapat diketahui bahwa dalam

kegiatan produksi pertahunnya produk cacat masih ada. Bahkan

pemilik UMKM Bunda Bakery memberikan kebijakan untuk

penjualan produk cacat dengan harga murah.

74
Lampiran 2 Foto Saat Melakukan Wawancara

75
Lampiran 3 Kartu Konsultasi

76
77
Lampiran 4 Lembar Revisi

78
79
80

Anda mungkin juga menyukai