OLEH:
Setiawan
NIM. 1932555084
DOSEN PEMBIMBING:
Novie Astuti. S.Pd. M.AKT
NIDN 0719117702
Oleh:
Setiawan
NIM. 1932555084
Dosen Pembimbing:
Novie Astuti. S.Pd. M.AT
NIDN 0719117702
iii
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
Setiawan
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL i
DAFTAR LAMPIRAN ii
BAB IPENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Batasan Masalah 3
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Manfaat Penelitian 4
1.6 Daftar Istilah 4
BAB IIKAJIAN TEORI 6
2.1 Akuntansi 6
2.1.1 Pengertian Akuntansi 6
2.1.2 Perlakuan Akuntansi 6
2.2 Akuntansi Biaya 9
2.2.1 Pengertian Akuntansi Biaya 9
viii
2.2.2 Klasifikasi Biaya 10
2.3 Harga Pokok Produksi 16
2.3.1 Pengertian Harga Pokok Produksi 16
2.3.2 Tujuan Penentuan Harga Pokok Produksi 17
2.3.3 Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi 18
2.3.4 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi 20
2.3.5 Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi 21
2.3.6 Rumus Mencari Harga Pokok Produksi 22
2.4 Produk Cacat 23
2.4.1 Pengertian Produk Cacat 23
2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produk Cacat 23
2.4.3 Perlakuan Akuntansi Produk Cacat 24
2.4.4 Menghitung Biaya Kerugian dari Produk Cacat 26
2.5 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 26
BAB IIIMETODE PENELITIAN 29
3.1 Obyek Penelitian 29
3.2 Jenis Penelitian 29
3.3 Sumber Data dan Data yang Dibutuhkan 30
3.4 Metode Pengumpulan Data 30
3.5 Teknik Analisis Data 31
BAB IVHASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 34
4.1 Gambaran Umum Perusahaan dan Data Penelitian 34
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan 34
4.2 Data Penelitian 36
4.2.1 Total Penjualan 36
4.2.2 Total Biaya Produksi 38
4.2.3 Data Produk Cacat 39
ix
4.3 Hasil Analisis 41
4.3.1 Analisis Total Penjualan Produk Tahun 2017 dan
2018 43
4.4 Total Biaya Produksi 44
4.4.1 Analisis Total Biaya Produksi 2017 dan 2018 46
4.5 Total Produk Cacat 47
4.5.1 Analisis Total Produk Cacat Tahun 2017 dan 2018
49
4.6 Perhitungan Harga Pokok Produksi 49
4.6.1 Perhitungan HPP Tahun 2017 49
4.6.2 Perhitungan HPP Tahun 2018 52
4.6.3 Analisis Perhitungan HPP Tahun 2017 dan 2018 55
4.6.4 Perhitungan Biaya Kerugian 55
4.7 Perhitungan Penjualan 56
4.7.1 Hasil Penjualan Tahun 2017 57
4.7.3 Selisih Perhitungan Penjualan Tahun 2017 dan 2018
60
4.8 Perlakuan Produk Cacat 61
4.8.1 Pengakuan 61
4.8.2 Pengukuran 62
4.9 Pembahasan 64
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN 68
5.1 Kesimpulan 68
5.2 Saran 70
DAFTAR PUSTAKA 71
LAMPIRAN 73
x
xi
DAFTAR TABEL
i
DAFTAR LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan perekonomian Indonesia bergantung pada
keberadaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang handal
dan kuat. UMKM merupakan bentuk usaha yang lebih banyak dikenal
oleh masyarakat dibandingkan dengan Usaha Besar. UMKM ini
disebabkan karena kebanyakan para pengusaha kecil dan menengah
yang berasal dari industri keluarga dan rumahan serta daya serap
UMKM terhadap tenaga kerja yang sangat besar. Seiring dengan
perkembangan zaman penduduk Indonesia semakin berinovasi
menciptakan sebuah lapangan pekerjaan yang mampu meningkatkan
taraf hidup masyarakat dengan semakin bertambahnya pendirian
UMKM perekonomian Indonesia semakin meningkat dan tingkat
pesaing bisnis mengalami peningkatan seperti di wilayah Jawa Timur
berdasarkan data dari Dinas Koperasi dan UKM provinsi Jawa Timur
jumlah UMKM pada tahun 2016 sebanyak 4.618.283 sedangkan pada
tahun 2018 menjadi 5.163.979 sehingga mengalami peningkatan
sebanyak 2,11%.
Peningkatan tersebut perlu diantisipasi oleh UMKM karena
dituntut untuk menjaga kualitas produk dalam menciptakan produk
demi menjaga kelangsungan usahanya dan tidak kalah saing dari
UMKM lainnya, serta dalam proses produksi yang memperhatikan
kualitas akan menghasilkan produk yang berkualitas yang diharapkan
bebas dari kecacatan sehingga pemborosan biaya dapat dihindari.
Akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak lepas dari kendala yang
disebabkan oleh kesalahan yang dilakukan oleh karyawan,
keterbatasan kemampuan mesin dan kurangnya pengawasan terhadap
1
2
3. Peneliti Selanjutnya
Memberikan gambaran bagi para peneliti selanjutnya untuk
dapat dijadikan referensi mengenai bagaimana perlakuan akuntansi
produk cacat dalam perhitungan harga pokok produksi.
1.6 Daftar Istilah
Daftar istilah dari penelitian ini diantaranya :
1. Analisis
Menurut KBBI, analisis adalah penyelidikan terhadap suatu
peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab).
2. Perlakuan Akuntansi
Menurut Rahman (2012), ada beberapa konsep yang terkait
dengan perlakuan akuntansi yaitu konsep pengakuan, konsep
pengkuran/penilaian, konsep pencatatan, konsep penyajian, dan
konsep pengungkapan.
3. Perhitungan
Menurut KBBI perhitungan berarti proses, cara, perbuatan
menghitung.
5
4. Produk cacat
Menurut Hansen dan Mowen (2011), produk cacat adalah
produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi
spesifikasinya, hal ini berarti juga tidak sesuai dengan standar
kualitas yang ditetapkan.
5. Harga Pokok Produk
Menurut Kusuma (2015), harga pokok produk adalah biaya
yang dibebankan pada produk tersebut karena dalam proses
pembuatan atau pengadaannya produk tersebut menyerap biaya
seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya
overhead pabrik.
6. UMKM (Usaha Mikro Kecil, dan Menengah)
Menurut Isnawan (2012), UMKM adalah entitas usaha yang
mempunyai kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak
Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Sementara itu,usaha
menengah adalah entitas usaha milik warga negara Indonesia
yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp
10.000.0000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), tidak termasuk
bangunan tanah dan bangunan.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Akuntansi
2.1.1 Pengertian Akuntansi
Menurut Samryn (2014), akuntansi adalah suatu sistem
informasi yang digunakan untuk mengubah data dari transaksi
menjadi informasi keuangan. Menurut Rudianto (2012), akuntansi
adalah sistem informasi yang menghasilkan informasi keuangan
kepada pihak-pihak berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan
kondisi suatu perusahaan.
Menurut Sujarweni (2016), akuntansi adalah proses dari
transaksi yang dibuktikan dengan faktur, lalu dari transaaksi dibuat
jurnal, buku besar, neraca lajur, kemudian menghasilkan informasi
dalam bentuk laporan keuangan yang digunakan pihak-pihak tertentu.
Menurut Sadeli (2016), akuntansi adalah menganalisa data keuangan
yang dilakukan dengan cara tertentu dan ukuran moneter dapat
digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi atau perusahaan.
Berdasarkan pengertian akuntnasi dari peneliti terdahulu, maka
dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah proses kegiatan
mengidentifikasi, mencatat dan melaporkan peristiwa ekonomi berupa
laporan keuangan agar dapat digunakan oleh pihak-pihak yang
membutuhkan.
2.1.2 Perlakuan Akuntansi
Menurut Rahman (2012), ada beberapa konsep yang terkait
dengan perlakuan akuntansi yaitu konsep pengakuan, pengukuran atau
penilaian, pencatatan, penyajian, dan pengungkapan. Berikut konsep-
konsep perlakuan akuntansi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
6
7
A. Pengakuan
Pengakuan dalam akuntansi adalah sebuah proses
penetapan terpenuhikriteria pencatatan suatu kejadian atau
peristiwa dalam catatan akuntansi, sehingga kejadian atau
peristiwa itu akan menjadi bagian yang melengkapi unsur aset,
kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan beban sebagaimana akan
termuat pada laporan keuangan dari entitas pelaporan yang
bersangkutan.
Kriteria minumun yang perlu dipenuhi oleh suatu
kejadian atau peristiwa agar mendapatkan pengakuan, yaitu:
1. Terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang
berkaitan dengan kejadian atau peristiwa tersebut akan
mengalir keluar dari atau masuk ke dalam entitas pelaporan
bersangkutan.
2. Kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai yang
dapat diukuratau dapat diestimasi dengan andal.
Menurut Musyidi (2008), pengakuan dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
Barang dalam proses xxx
BBB xxx
BTKL xxx
BOP xxx
B. Pengukuran
Pengukuran dalam akuntansi adalah sebuah proses
penempatan nilai uang demi mengakui dan memasukkan setiap
pos pada laporan keuangan. Pengukuran terhadap pos-pos
laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah. Transaksi
yang menggunakan mata uang asing harus dikonversi terlebih
8
dan lain-lain.
Berdasarkan pengertian dari peneliti terdahulu maka
dapat disimpulkan bahwa biaya tenaga kerja adalah biaya
yang dikeluarkan untuk membiayai tenaga kerja baik
tenaga kerja langsung dan tidak langsung.
c. Biaya Overhead Pabrik(Factory Overhead)
Menurut Kusuma (2016), biaya overhead pabrik adalah
biaya produksi selain biaya bahan baku langsung dan
biaya tenaga kerja langsung. Menurut Nafarin (2007),
biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya pabrik selain
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya
overhead pabrik dibedakan menjadi 2 yaitu biaya
overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik
tetap. Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya
overhead pabrik yang dipengaruhi oeh besar kecilnya
volume kegatan produksi, sedangkan biaya overhead
pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang besar
kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya volume
kegiatan produksi.
Berdasarkan pengertian dari peneliti terdahulu, maka
dapat disimpulkan bahwa biaya overhead pabrik adalah
biaya yang dikelurakan selain biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja.
2. Klasifikasi biaya berdasarkan perilaku biaya
Menurut Kusuma (2016), klasifikasi biaya berdasarkan
perilaku biaya dibedakan menjadi 3 (tiga) diantaranya :
a. Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya Variabel adalah biaya yang berubah seiring dengan
13
yang melekat pada produk jadi dan persediaan barang dalam proses.
Menurut Muliadi (2001), harga pokok penjualan adalah harga harga
pokok yang dikenakan pada suatu barang akibat dari proses produksi.
Harga Pokok Penjualan adalah harga barang yang dijual. Menurut Sari
(2018), harga pokok produksi adalah sejumlah biaya yang terjadi dan
dibebankan dalam proses produksi. Menurut Mulyadi (2013), harga
pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke
dalam kos produksi.
Berdasarkan pengertian harga pokok produksi dari peneliti
terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa harga proses produksi
adalah harga yang mewakili jumlah barang produksi yang terdiri dari
biaya-biaya yang dibebankan pada proses produksi terdiri dari biaya
bahan baku langsung, tenaga kerja langsung , serta biaya-biaya lain.
2.3.2 Tujuan Penentuan Harga Pokok Produksi
Menurut Widilestariningtyas,dkk (2012) tujuan penentuan
harga pokok produksi bagi manejemen yaitu:
a) Menentukan harga jual produk.
b) Memantau realisasi biaya produksi.
c) Menghitung laba atau rugi periodik.
d) Menentukan harga pokok persediaan produk jadi proses
yang disajikan dalam neraca.
Menurut Joko (2016), tujuan penentuan harga pokok produksi
adalah :
a) Sebagai dasar untuk menilai efisiensi perusahaan
b) Sebagai dasar dalam penentuan kebijakan pimpinan
perusahaan.
c) Sebagai dasar penilaian bagi penyusun neraca yang
menyangkut penilaian terhadap aktiva.
18
Keterangan :
HPP Produk Cacat = Harga Pokok Produksi Produk Cacat (Rp)
Biaya Pengerjaan Kembali = Biaya yang digunakan dalam
proses perbaikan produk
Unit Cacat = Jumlah Produk yang cacat (Dapat dijual atau
tidak)
2.4 Produk Cacat
2.4.1 Pengertian Produk Cacat
Produksi suatu perusahaan yang menciptakan sebuah produk
yang unggul untuk kemajuan dan kelangsungan perusahaan
merupakan tujuan dari semua berbagai perusahaan yang di Indonesia
namun semuanya masih banyak yang tidak memenuhi target dengan
istilah produk cacat dalam kegiatan produksi, menurut Hansen dan
Mowen (2011), produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi
spesifikasinya, hal ini berarti juga tidak sesuai dengan standar kualitas
yang ditetapkan. Sedangkan menurut Kusuma (2015), produk cacat
adalah produk yang kondisinya rusak (atau tidak memenuhi standar
mutu), akan tetapi produk tersebut masih bisa diperbaiki secara
ekonomis sehingga menjadi produk yang baik mutunya.
Berdasarkan pengertian para ahli diatas disimpulkan bahwa
produk cacat adalah suatu produk yang tidak sesuai dengan standar
yang ditetapkan perusahaan, namun masih bisa diperbaiki secara
24
ekonomis.
2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produk Cacat
Dalam proses produksi suatu perusahaan slalu terdapat produk
cacat. Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempegaruhi terjadinya
produk cacat. Menurut Lestari (2012) mengatakan bahwa faktor-faktor
terjadinya produk cacat yaitu:
a. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia tidak terlepas dari kesalahan-
kesalahan seperti ketidaktelitian, kecerobohan, kurangnya
kosentrasi, kelelahan, kurangnya disiplin serta rasa
tanggung jawab yang mengakibatkan terjadinya produk
yang tidak sesuai standart perusahaan.
b. Bahan Baku
Bahan baku sangat mempengaruhi kualitas dari suatu
produk yang akan dihasilkan.
c. Mesin
Mesin adalah salah satu alat yang bisa mempengaruhi
terjadinya produk cacat, karena untuk menghasilkan
produk dengan kualitas baik diperlukan mesin-mesin yang
baik dan terawat dengan baik.
2.4.3 Perlakuan Akuntansi Produk Cacat
Menurut PSAK 14(IAI, 2017), mendefinisikan persediaan
sebagai aset yang:
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa.
b. Dalam proses produksi untuk penjualan.
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan yang digunakan
dalam proses produksi ataupun pemberian jasa.
25
Biaya Kerugian = Harga Pokok Produksi per Unit x Jumlah produk cacat
1. Usaha Mikro
Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang
perorangan dan/ atau badan usaha perorangan yang
memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur
dalam undang-undang ini. Usaha mikro ini merupakan
usaha dengan mendapatkan laba atau kekayaan bersih
kurang dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
atau menghasilkan penjualan kurang dari Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) selama satu tahun.
2. Usaha Kecil
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini. Usaha kecil ini merupakan usaha
dengan kekayaan antara Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) atau menghasilkan penjualan antara Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) hingga mencapai
Rp 2.500.000.000,00 (dua koma lima miliar rupiah)
selama satu tahun.
3. Usaha Menengah
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan
atau badan usaha yang bukan merupakan anak
28
Keterangan :
HPP Produk Cacat = Harga Pokok Produksi Produk Cacat (Rp)
Biaya Pengerjaan Kembali = Biaya yang digunakan dalam
proses perbaikan produk
Unit Cacat= Jumlah Produk yang cacat (Dapat dijual atau tidak)
33
Biaya Kerugian = Harga Pokok Produksi per Unit x Jumlah produk cacat
Maret Rp16.307.100 80
April Rp17.051.900 45
Mei Rp19.809.700 75
Juni Rp10.979.600 90
Juli Rp17.015.500 60
2017 Biaya Produksi Produk Cacat
Agustus Rp23.540.200 20
September Rp21.905.600 40
Oktober Rp22.360.600 55
November Rp11.903.200 33
Desember Rp18.431.600 64
Jumlah Rp208.480.200 700
Sumber: (Data UMKM Bunda Bakery)
Desember Rp 20.145.800 90
Jumlah Rp 227.834.500 712
Sumber: (Data UMKM Bunda Bakery)
Keterangan :
HPP Produk Cacat = Harga Pokok Produksi Produk Cacat (Rp)
Biaya Pengerjaan Kembali = Biaya yang digunakan dalam
proses perbaikan produk
Unit Cacat= Jumlah Produk yang cacat (Dapat dijual atau tidak)
Bulan Total Harga @ Total Penjualan Total Harga @ Total Total Penjualan
Produk Produk Penjualan
Baik Cacat
a b C D e f g h = d+g
Januari 11.276 Rp 1.500 Rp 16.914.000 85 Rp 500 Rp 42.500 Rp 16.956.500
Februari 10.155 Rp 1.500 Rp 15.232.500 53 Rp 500 Rp 26.500 Rp 15.259.000
Maret 12.447 Rp 1.500 Rp 18.670.500 80 Rp 500 Rp 40.000 Rp 18.710.500
April 14.670 Rp 1.500 Rp 22.005.000 45 Rp 500 Rp 22.500 Rp 22.027.500
Mei 12.655 Rp 1.500 Rp 18.982.500 75 Rp 500 Rp 37.500 Rp 19.020.000
Juni 8.224 Rp 1.500 Rp 12.336.000 90 Rp 500 Rp 45.000 Rp 12.381.000
Juli 14.170 Rp 1.500 Rp 21.255.000 60 Rp 500 Rp 30.000 Rp 21.285.000
Agustus 16.967 Rp 1.500 Rp 25.450.500 20 Rp 500 Rp 10.000 Rp 25.460.500
Septembe 20.291 Rp 1.500 Rp 30.436.500 40 Rp 500 Rp 20.000 Rp 30.456.500
r
Oktober 16.536 Rp 1.500 Rp 24.804.000 55 Rp 500 Rp 27.500 Rp 24.831.500
November 12.671 Rp 1.500 Rp 19.006.500 33 Rp 500 Rp 16.500 Rp 19.023.000
Desember 16.634 Rp 1.500 Rp 24.951.000 64 Rp 500 Rp 32.000 Rp 24.983.000
Jumlah 166.695 Rp 1.500 Rp 250.043.200 700 Rp 500 Rp 350.000 Rp 250.393.200
Sumber : (Data diolah tahun 2020)
60
4.8.2 Pengukuran
PengukuranMenurut PSAK (2009), definisi pengukuran adalah
proses penetapan jumlah uanguntuk mengakui dan memasukkan
setiap unsur laporan keuangan dalam neraca danlaporan laba rugi.
Proses ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran
tertentu.Hendrikson dan Breda (2011) mengemukakan bahwa biaya
diukur dengan nilaikini dari sumberdaya ekonomi yang diserahkan
atau akan diserahkan dalamperolehan produk dan jasa yang digunakan
dalam operasi. Sewaktu kas dibayar atausetuju untuk dibayar untuk
produk dagang, perlengkapan dan jasa pribadi,pengukuran biaya
cukup pasti. Kas yang dibayar atau setuju untuk dibayarkanmerupakan
nilai pertukaran ditentukan oleh harga pasar atau dengan
persetujuanantara pembeli dan penjual. Berikut pengukuran pada
produk cacat tahun 2017 dan 2018 sebagai berikut :
1. Analisa Produk Cacat menggunakan rumus dari
Kusumaningarti (2011) sebagai berikut :
n
PC = x 100 %
N
Keterangan :
PC = Produk Cacat (%)
n = Produk Cacat yang dihasilkan (unit)
N = Jumlah Produk yang dihasilkan (unit)
63
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang kemudian diuraikan dalam
pembahasan menghasilkan kesimpulan mengenai terdapatnya produk
cacat atau rusak pada saat produksi. Produk cacat terbagi menjadi dua
jenis yaitu produk cacat yang laku dijual dan produk cacat yang tidak
laku untuk dijual. Adanya produk cacat juga dapat menjadi salah satu
penyebab dari kurang maksimalnya pencapaian laba di UMKM Bunda
Bakery.Berikut kesimpulan dari pembahasan diatas :
1. Total penjualan produk baik tahun 2017 dan 2018 dapat
diketahui bahwa pada tahun 2017 total produk sebanyak
166.695 unit dengan total penjualan sebesar Rp 250.043.200.
sedangkan tahun 2018 total produk sebanyak 189.613 unit
dengan total penjualan sebesar Rp 284.419.500. Maka dapat
disimpulkan total penjualan tahun 2017 dan 2018 mengalami
peningkatan dan terdapat selisih total produk sebanyak 22.918
dan total penjualan sebesar Rp 34.376.300.
2. Total biaya produksi tahun 2017 dan 2018 dapat diketahui
bahwa pada tahun 2017 mengeluarkan biaya total produksi
sebesar Rp 208.480.200 dengan rincian yaitu biaya bahan baku
berjumlah sebesar Rp 156.360.150, biaya tenaga kerja langsung
sebesar Rp 31.272.030, dan biaya overhead pabrik sebesar Rp
20.848.020, sedangkan pada tahun 2018 mengeluarkan biaya
total produksi sebesar Rp 227.834.500 dengan rincian yaitu
biaya bahan baku berjumlah sebesar Rp 170.875.875, biaya
tenaga kerja langsung sebesar Rp 34.175.175, dan biaya
68
69
71
Pemerintah Indonesia. (2008). UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 20 Tahun 2008Tentang Usaha mikro,
kecil, dan Menengah (UMKM). Diambil kembali dari
Peraturan Pemerintah Indonesia: https://www.bi.go.id
72
LAMPIRAN
No Pertanyaan
1 Apakah dalam produksi UMKM Bunda Bakery memiliki
produk cacat pada tahun 2017 dan 2018?
2 Bagaimana perlakuan terhadap produk cacat pada UMKM
Bunda Bakery?
3 Untuk pembagian biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead dalam setiap produksi itu
bagaimana pak, atau setidaknya berapa persen dari seluruh
biaya yang dikeluarkan pada tahun 2017 sampai 2018 ?
73
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh penulis
74
Lampiran 2 Foto Saat Melakukan Wawancara
75
Lampiran 3 Kartu Konsultasi
76
77
Lampiran 4 Lembar Revisi
78
79
80