BAB I PENDAHULUAN………………………... 1
A. Latar Belakang………………………... 1
B. Dasar Hukum…………………………. 6
C. Definisi Pembinaan Ideologi 8
Pancasila……………………………….
D. Tujuan Pembinaan Ideologi 8
Pancasila……………………………….
E. Tujuan Pembinaan Ideologi
Pancasila dalam Pendidikan Formal.. 9
BAB V PENUTUP………………………………... 41
SAMBUTAN KEPALA
Adji Samekto
A. Latar Belakang
Pancasila merupakan dasar, ideologi dan falsafah negara
yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Oleh
karena itu, setiap warga negara harus menghayati,
memahami, dan mengamalkan Pancasila dalam segala
bidang kehidupan. Salah satunya, yaitu pada bidang
Pendidikan Formal.
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara harus
menjadi jiwa yang menginspirasi seluruh pengaturan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Nilai-nilai Pancasila baik sebagai dasar dan ideologi
negara sampai hari ini tetap kokoh menjadi landasan
dalam bernegara. Pancasila juga tercantum dalam
konstitusi negara, menunjukkan bahwa Pancasila
merupakan konsesus nasional dan dapat diterima oleh
semua kelompok masyarakat Indonesia.
Beberapa Isu Strategis terkait Pembinaan Ideologi
Pancasila pada Pendidikan Formal, yaitu kurangya
pemahaman Pancasila akibat intensitas pembelajaran
yang kurang, pembelajaran yang tidak menarik dan
tidak efektif, adanya distorsi sejarah, rendahnya
kedalaman literasi, pemahaman Pancasila tidak
Bab I Pendahuluan |1
dikembangkan secara ilmiah, kurang intensifnya ruang
kebudayaan, serta belum diarusutamakannya
keteladanan berpancasila.
Penanaman nilai-nilai ideologi Pancasila di abad ke-21
ini menghadapi tantangan teknologi informasi dan
komunikasi. Abad ke-21 dipandang sebagai abad dimana
informasi tersebar, teknologi berkembang, dan lahirnya
generasi milenial. Oleh karena itu pembinaan ideologi
Pancasila memiliki peran strategis untuk menghadapi era
kompetitif dalam memasuki era revolusi industri 4.0
(warga global). Di tengah ketatnya persaingan,
ketidakpastian, peluang, dan tantangan yang dihadapi
diperlukan proses pembelajaran yang dapat memperkuat
karakter anak-anak bangsa. Nilai-nilai Pancasila perlu
diberikan penguatan melalui pemahaman dan
pengamalan sikap perilaku, kemampuan, pembiasaan
dan pembudayaan secara maksimal agar dapat
mempertahankan, memantapkan dan mengokohkan
kualitas ideologi Pancasila dalam tata kehidupan bangsa
Indonesia.
Terdapat setidaknya 5 (lima) alasan yang menjadi latar
belakang pentingnya pembinaan ideologi Pancasila dan
peran Pancasila yang lebih besar, yaitu mewujudkan
masyarakat adil dan makmur ini sebagai berikut.
Pertama, alasan filosofis, yang menunjukkan bahwa
Pancasila bukanlah agama, tetapi adalah lima dasar tata
Bab I Pendahuluan | 3
ke masa depan adalah untuk mengantisipasi gejolak
masa depan. Dalam hubungan inilah maka pemaknaan
nilai-nilai Pancasila dapat bersifat dinamis bukan statis,
tetapi tidak menyimpang dari kehendak pendiri bangsa.
Keempat, alasan yuridis, yang menunjukkan bahwa
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara dirumuskan
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) dan
dijabarkan dalam pasal-pasalnya. Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang memuat
landasan idiil, yaitu Pancasila, dan landasan strukturil,
yaitu pemerintahan yang stabil menjadi landasan hukum
untuk menyelenggarakan negara dan menegakkan
wujud 3 (tiga) cita-cita Bangsa Indonesia, yakni: (1)
pembentukan satu Negara Republik Indonesia yang
berbentuk Negara Kesatuan dan Negara Kebangsaan
yang demokratis dengan wilayah kekuasaan dari Sabang
sampai Merauke dan dari Miangas sampai pulau Rote;
(2) pembentukan satu masyarakat adil dan makmur
material dan spiritual dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia; dan (3) pembentukan satu
persahabatan yang baik antara Negara Republik
Indonesia dengan negara lain di dunia atas dasar saling
menghormati dan ikut menciptakan ketertiban dunia. Di
dalam Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Perundang-
Undangan dinyatakan bahwa Pancasila merupakan
Bab I Pendahuluan | 5
telah muncul di dalam kehidupan bangsa. Keadaan itu
tidak merubah amanat untuk menciptakan dan
mewujudkan tata kehidupan dan penghidupan yang
diliputi oleh Keadilan dan Kesejahteraan atau
Masyarakat Adil dan Makmur yang berdasarkan sifat-
sifat kepribadian bangsa Indonesia sebagaimana terlukis
dalam rumusan Pancasila yang dicantumkan dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945).
B. Dasar Hukum
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003, Pendidikan Nasional adalah
Pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman. Dalam rangka turut serta dalam
pelaksanaan pembangunan nasional, sebagai
implementasi Pancasila di bidang Pendidikan maka
pendidikan nasional dalam hal ini mengupayakan dua
hal. Pertama, pembentukan karakter manusia Pancasila.
Kedua, memberikan dukungan bagi perkembangan
zaman, masyarakat bangsa, dan negara Indonesia yang
terwujud pada ketahanan nasional untuk mewujudkan
cita-cita bangsa dan mewujudkan kemampuan bangsa
Bab I Pendahuluan | 7
pada Pendidikan Formal (PAUD, SD, SMP, SMA,
PT); dan
3) menjadi rujukan pengetahuan dalam memahami
makna dan implementasi nilai-nilai Pancasila bagi
Pendidikan Formal (PAUD, SD, SMP, SMA, PT).
Bab I Pendahuluan | 9
bahwa manusia sejatinya diciptakan dalam kebersamaan
dengan sesamanya.
Sesuai dengan konsep Tri Pusat Pendidikan yang
dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara, PIP dalam
pendidikan formal dilakukan menyentuh semua unsur
warga sekolah dan masyarakat atau stakeholder terkait.
Dengan konsep ini meskipun sasaran pembinaan adalah
peserta didik, tetapi akan mempengaruhi seluruh pihak
yang berhubungan dengan mereka, sehingga mereka
menerima intervensi secara utuh.
PIP dalam pendidikan formal memberi peserta didik
kesempatan untuk menyelidiki sistem ekonomi, hukum,
dan politik yang berlandaskan Pancasila, serta
mengeksplorasi sifat kewarganegaraan, keragaman, dan
identitas dalam masyarakat. Penekanan berada pada
nilai religiusitas, keadilan, gotong-royong, musyawarah,
dan mengakui keberagaman sebagai kodrat bagi bangsa
Indonesia. Melalui pembinaan ini, peserta didik
mengeksplorasi bagaimana mereka sebagai warga negara
juga menjadi bagian dari masyarakat dunia, memahami
jati diri, memahami budaya, dan makna kearifan lokal di
dalam budaya serta memiliki pemahaman antarbudaya.
Melalui PIP, peserta didik dapat mengembangkan
keterampilan inkuiri, nilai-nilai, dan disposisi yang
memungkinkan mereka untuk menjadi warga negara
yang aktif dan berpengetahuan: untuk mempertanyakan,
Bab I Pendahuluan | 11
BAB II
STANDAR KOMPETENSI
Dimensi Ketrampilan:
Menunjukkan yang diketahui, dirasakan, dibutuhkan,
dan dipikirkan melalui bahasa, musik, gerakan, dan
karya secara produktif dan kreatif, serta mencerminkan
perilaku anak berakhlak mulia.
B. Kompetensi PAUD-TK
Dengan mempertimbangkan karakteristik, dan strategi
pembinaan diatas, Kompetensi PIP tingkat PAUD-TK
yang disusun dalam standar ini adalah sebagai berikut:
RUANG LINGKUP
NO KOMPETENSI
MATERI
1 Meyakini 1. Mengenal berbagai
keberadaan Tuhan mahluk ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa YME
melalui ciptaan-Nya 2. Mengenal nilai agama
yang dianut
3. Mengerjakan ibadah
sesuai keyakinan
4. Mengetahui hari besar
agama-agama di
Indonesia
5. Menghormati
perbedaan agama dan
bersedia bergaul
dengan teman yang
berbeda agama.
2 Sopan Sopan dalam bergaul,
berinteraksi di rumah,
Bab V Penutup | 41
Keberhasilan dan ketidakberhasilan dalam upaya
mengimplementasikan konsep standar materi dan
metode PIP, sangat ditentukan oleh organisasi dan
manajemen yang didukung oleh kepemimpinan yang
kuat dan dengan keteladanan yang tinggi dari para
penyelenggara, fasilitator, pendidik, dan tenaga
kependidikan di tingkat pendidikan dasar dan
menengah yang menjadi subjek sasaran.
Sehubungan dengan itu, maka dalam kondisi perubahan
yang amat cepat serta kompleksitas masalah PIP yang
akan dihadapi berkenaan dengan pelaksanaan
pembelajaran di sekolah, selain ke dua hal tersebut, maka
prinsip-prinsip manajemen modern seperti koordinasi,
kerja sama, networking, dan profesionalisme, serta adanya
kebijakan pemerintah daerah yang berpihak merupakan
faktor yang amat penting untuk diperhatikan.
Konsekuensi dari pemikiran di atas, maka pemangku
kepentingan pada tingkat PAUD-TK, baik di pusat
maupun di provinsi, harus memiliki rasa tanggung
jawab penuh atas terimplementasinya standar materi dan
metode pembinaan ideologi Pancasila guna mewujudkan
hasil yang sebaik-baiknya. Hal ini juga sekaligus
menunjukkan dukungan kepada kebijakan BPIP secara
keseluruhan.
Keberhasilan konsep standar materi dan metode PIP
memerlukan dukungan moril dan materil yang kuat.
Bab V Penutup | 42
Selain itu, diperlukan juga kerja sama dari berbagai
pihak yang mempunyai peranan stategis dalam
menunjang keberhasilan penyelenggaraan program
BPIP.
Standardisasi PIP ini merupakan rekomendasi sebagai
bagian dari upaya pendidikan dan pembentukan
karakter dan watak kewarganegaraan agar siap
menghadapi tantangan sebagai warga global dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila.
Demikian konsep standar materi dan metode PIP tingkat
PAUD-TK ini dapat tersusun atas dukungan dan
bantuan pemikiran dari berbagai pihak, untuk itu kami
ucapkan terimakasih. Semoga standar materi dan metode
PIP ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam
penyelenggaraan program peningkatan kapasitas
pendidik dan tenaga kependidikan pada tingkat PAUD-
TK sehingga dapat terselenggara dengan baik serta
tercapainya tujuan yang diharapkan.