Anda di halaman 1dari 14

RANCANGAN

PERATURAN ORGANISASI TENTANG


FORUM PERTEMUAN DAN PERSIDANGAN KARANG TARUNA

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Organisasi ini, yang dimaksud dengan:

1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Karang Taruna adalah hukum yang
tertinggi di mana semua hukum dan peraturan organisasi lahir daripadanya, yang bersifat
mengikat bagi seluruh warga dan kelengkapan organisasi, yang selanjutnya disingkat
AD/ART;
2. Peraturan Organisasi adalah suatu peraturan yang mengatur dan mengikat seluruh aparat
organisasi termasuk mekanisme kerjanya yang belum diatur dalam AD/ART dan Keputusan
TKN Karang Taruna;
3. Musyawarah Warga Karang Taruna yang selanjutnya disingkat MWKT adalah forum
pengambilan keputusan tertinggi Warga Karang Taruna ditingkat desa/kelurahan yang
diselenggarakan setiap 5 (lima) tahun sekali;
4. Temu Karya adalah forum pengambilan keputusan tertinggi pada setiap tingkatan
organisasi yang diselenggarakan setiap lima (5) tahun sekali, yang selanjutnya disingkat
TKNKT untuk tingkat nasional, TKKTP untuk tingkat provinsi, TKKTK untuk tingkat
kabupaten/kota, dan TKKTC untuk tingkat kecamatan;
5. Musyawarah Warga Karang Taruna Luar Biasa yang selanjutnya disingkat MWKT-LB
adalah Musyawarah Warga Karang Taruna yang diselenggarakan diluar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat 3 di atas;
6. Temu Karya Luar Biasa adalah Temu Karya yang diselenggarakan diluar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat 4 di atas;
7. Forum Pertemuan adalah forum-forum yang dilaksanakan oleh organisasi untuk
membahas dan merumuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan agenda
organisasi dan program Karang Taruna;
8. Persidangan adalah rapat-rapat yang dilaksanakan oleh organisasi dalam rangka
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pelaksanaan (program dan non-
program) Karang Taruna;
9. Pengurus adalah pemegang mandat Temu Karya pada wilayah organisasi yang
bersangkutan;
10. Majelis Pertimbangan Karang Taruna yang selanjutnya disingkat MPKT adalah lembaga
konsultasi yang menampung aspirasi para mantan pengurus yang mempunyai tugas untuk
memberikan pertimbangan, nasehat, membangun dan memberikan akses baik material
maupun moril kepada Karang Taruna;
11. Rapat Kerja adalah forum yang dilaksanakan oleh Karang Taruna di semua tingkatan dalam
rangka menjabarkan lebih lanjut hasil Temu Karya dan Musyawarah Warga Karang Taruna
yang dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali dalam masa bakti kepengurusan, yang
selanjutnya disingkat Rakernas untuk tingkat nasional, Rakerprov untuk tingkat provinsi,
Rakerkab untuk tingkat kabupaten, Rakerkot untuk tingkat kota, Rakercam untuk tingkat
kecamatan, Rakerdes untuk tingkat desa, dan Rakerlur untuk tingkat kelurahan;
12. Rapat Konsultasi (Rakon) adalah forum yang dilaksanakan bersama para mitra kerja
dalam rangka memantapkan program-program kerja dan mengkonsolidasikan kinerja
organisasi, yang selanjutnya disingkat Rakonnas untuk tingkat nasional, Rakonprov untuk
tingkat provinsi, Rakonkab untuk tingkat kabupaten, Rakonkot untuk tingkat kota, Rakoncam
untuk tingkat kecamatan, Rakondes untuk tingkat desa, dan Rakonlur untuk tingkat
kelurahan;
13. Rapat Pengurus Pleno adalah rapat yang dilaksanakan oleh pengurus tingkat wilayah
yang bersangkutan secara periodik yang dihadiri oleh seluruh Pengurus, yang selanjutnya
disingkat RPP;
14. Rapat Pengurus Pleno Diperluas adalah rapat yang dilaksanakan oleh pengurus tingkat
wilayah yang bersangkutan secara periodik yang dihadiri oleh Pengurus Pleno (PP) dan/atau
pihak lain yang dianggap berkompeten dengan topik permasalahan yang dibahas, yang
selanjutnya disingkat RPPD;
15. Rapat Pengurus Harian adalah rapat yang dilaksanakan oleh pengurus masing-masing
yang bersangkutan secara periodik sesuai dengan tingkatan wilayahnya yang dihadiri hanya
oleh Pengurus Harian (PH), yang selanjutnya disingkat RPH;
16. Rapat Pengurus Harian Diperluas adalah rapat yang dilaksanakan oleh pengurus tingkat
wilayah yang bersangkutan secara periodik yang dihadiri oleh Pengurus Harian (PH)
dan/atau pihak lain yang dianggap berkompeten dengan topik permasalahan yang dibahas,
yang selanjutnya disingkat RPHD;
17. Rapat Tim Kerja Keuangan adalah rapat yang dilaksanakan oleh Tim Kerja (Otorisator)
Keuangan (Ketua/Ketua Umum, Sekretaris/Sekretaris Umum dan Bendahara/Bendahara
Umum) dari pengurus tingkat wilayah yang bersangkutan secara periodik, yang selanjutnya
disingkat RTKT;
18. Rapat Kesekretariatan adalah rapat yang dilaksanakan oleh Tim Kesekretariatan
(Sekretaris/Sekretaris Umum, para Sekretaris/Wakil Sekretaris dan unsur staf administrasi)
dari pengurus tingkat wilayah yang bersangkutan secara periodik, yang selanjutnya disingkat
RK;
19. Rapat Departemen/Biro/Bidang/Bagian/Seksi adalah rapat yang dilaksanakan oleh
setiap departemen/biro/bidang/bagian/seksi dari pengurus tingkat wilayah yang
bersangkutan sesuai kebutuhan, yang selanjutnya disingkat Radep untuk tingkat nasional,
Rabir untuk tingkat provinsi, Rabid untuk tingkat kabupaten/kota, Rabag untuk tingkat
kecamatan, dan Rasie untuk tingkat desa/kelurahan;
20. Hak Suara adalah Hak untuk memberikan Suara dalam bentuk voting untuk menentukan
dan memutuskan pilihan (opsi) terhadap sesuatu hal apabila jalan musyawarah untuk
mufakat tidak tercapai;
21. Hak Bicara adalah Hak untuk menyampaikan pendapat, pernyataan, pertanyaan, kritik dan
saran yang disampaikan baik berupa lisan maupun tertulis.

Pasal 2
Maksud dan Tujuan
Peraturan Organisasi tentang Forum Pertemuan dan Persidangan Karang Taruna disusun dengan
maksud dan tujuan untuk memberikan pedoman bagi pengurus Karang Taruna yang bertanggung
jawab disemua jajaran Karang Taruna, agar dalam menjalankan tugasnya dapat dicapai dasar
pengertian dan tata cara pelaksanaannya yang seragam sehingga koordinasi dan sinkronisasi
dalam proses pengambilan keputusan yang berpihak pada kepentingan organisasi Karang Taruna
dapat terselenggara dengan baik.

Pasal 3
Ruang Lingkup
1. Sesuai dengan maksud dan tujuannya, maka ruang lingkup PO ini meliputi:
a. Temu Karya;
b. Rapat Kerja;
c. Rapat Pengurus Pleno;
d. Rapat Pengurus Harian;
e. Rapat Konsultasi;
f. Rapat-rapat lainnya;
2. Pengaturan yang menyangkut forUM pertemuan dan persidangan Karang Taruna sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 pasal ini meliputi ketentuan tentang ruang lingkup (klasifikasi) fora
pertemuan, kepesertaan, kewenangan, waktu, dan tata cara atau mekanisme pelaksanaannya.

BAB
MUSYAWARAH WARGA KARANG TARUNA TINGKAT DESA/KELURAHAN (MWKT)

Pasal

1. Peserta. Peserta MWKT ditentukan oleh PKTL yang mempersiapkan MWKT tersebut yang
terdiri dari unsur-unsur:
a. Peserta Penuh (perseorangan) yakni: PKTC, PKTL, Pengurus Karang Taruna Unit
RW/RK sebagai utusan (apabila telah dilakukan pembentukan Karang Taruna Unit
RW/RK), pengurus organisasi/kelembagaan generasi muda (kepemudaan) ditingkat
desa/kelurahan dan para tokoh/eksponen generasi muda/pemuda potensial sebagai
utusan (apabila tidak ada Karang Taruna Unit RW/RK didesa/ kelurahan yang
bersangkutan);
b. Peninjau yakni: MPKTL, Pembina Fungsional, Pembina Teknis dan Para Pejabat tingkat
desa/kelurahan;
c. Undangan dari Lembaga/Perorangan lainnya.
2. Hak Peserta:
a. Hak Suara hanya diberikan kepada Peserta Penuh dengan format Satu Orang Satu
Suara atau One Man One Vote.
b. Hak Bicara diberikan kepada Peserta Penuh dan Peserta Peninjau
c. Hak Bicara untuk Peserta Peninjau baru dapat disampaikan atas ijin dari Pimpinan
Sidang dan seluruh Peserta MWKT.
3. Wewenang MWKT:
a. Memberikan Catatan Strategis kinerja PKTL yang tersusun dalam Laporan
Pertanggungjawaban (LPJ) PKTL. Sebelum ditetapkan menjadi dokumen organisasi
dan/atau sebagai bahan didalam MWKT itu sendiri, LPJ dimaksud harus melalui proses
penilaian yang jujur dan objektif dengan mengacu dari keputusan MWKT dan/atau
peraturan dan ketentuan lainnya yang mengatur tentang pokok dimaksud;
b. Menetapkan Kerangka Pokok Program (KPP) Karang Taruna tingkat desa/ kelurahan
yang bersangkutan yang mengacu dari KPP tingkat kecamatan dan menjadi dasar bagi
pengurus dalam menyusun program kerja konkrit;
c. Menetapkan Struktur dan Uraian Tugas (SUT) PKTL masa bakti berikutnya;
d. Memilih Ketua PKTL, PKTL, dan MPKTL masa bakti berikutnya;
e. Menetapkan Pokok-pokok Pikiran sebagai Rekomendasi MWKT dan rekomendasi
MWKT lainnya baik yang bersifat internal maupun eksternal, yang harus dilaksanakan
oleh PKTL masa bakti berikutnya;
4. Pelaksanaan MWKT:
a. MWKT berlangsung atas panggilan PKTL;
b. PKTL dalam masa bakti berjalan membuka persidangan MWKT dengan syarat jumlah
Peserta Penuh sekurang-kurangnya setengah ditambah satu dari jumlah seluruh
Peserta Penuh yang harus hadir dan disetujui oleh sekurang-kurangnya setengah
ditambah satu dari Peserta Penuh yang hadir;
c. Peserta Penuh yang hadir adalah individu/aktivis/kader yang dalam kepengurusannya
masih sah sebagai pengurus dan/atau memenuhi syarat sebagai Warga Karang Taruna
diwilayah desa/kelurahannya masing-masing;
d. PKTL dalam masa bakti berjalan sebagai Pimpinan Sidang Sementara (PSS) memimpin
pembahasan: Agenda Acara, Tata Tertib, dan Pemilihan Pimpinan Sidang Pleno (PSP)
MWKT sesuai Tata Tertib dan menyerahkan palu persidangan kepada PSP MWKT;
e. PSP berjumlah tiga (3) yang berasal dari unsur PKTL 1 (satu) orang serta unsur dari
Peserta Penuh lainnya 2 (dua) orang;
f. PSP berwewenang untuk menutup seluruh persidangan dan bertanggung-jawab
merumuskan hasil-hasil MWKT lalu diserahkan kepada PKTL yang terpilih;
g. PKTL DEMISIONER atau Kepala Desa/Lurah menutup MWKT.

BAB
TEMU KARYA (TK)

Pasal
Temu Karya Karang Taruna Kabupaten/Kota (TKKTK)

1. Peserta. Peserta TKKTK ditentukan oleh PKTK yang mempersiapkan TKKTK tersebut yang
terdiri dari unsur-unsur:
a. Peserta Penuh (utusan) yakni: PKTK, PKTP, dan Para PKTC;
b. Peserta Peninjau yakni: MPKTK, Para PKTL desa/kelurahan tuan rumah TKKTK,
Pembina Fungsional dan para Pembina Teknis tingkat kabupaten/kota;
c. Undangan dari Lembaga/Perorangan lainnya.
d. Hak Peserta:
e. Hak Suara hanya diberikan kepada Peserta Penuh (utusan) dengan format Satu
Utusan/Delegasi Satu Suara atau One Delegation One Vote.
f. Hak Bicara diberikan kepada Peserta Penuh (utusan) dan Peserta Peninjau
g. Hak Bicara untuk Peserta Peninjau baru dapat disampaikan atas ijin dari Pimpinan
Sidang dan seluruh Peserta TKKTK.
2. Wewenang TKKTK:
a. Memberikan Catatan Strategis kinerja PKTK yang tersusun dalam Laporan
Pertanggungjawaban (LPJ) PKTK. Sebelum ditetapkan menjadi dokumentasi organisasi
dan/atau sebagai bahan didalam TKKTK itu sendiri, LPJ dimaksud harus melalui proses
penilaian yang jujur dan objektif dengan mengacu dari keputusan TKKTK dan/atau
peraturan dan ketentuan lainnya yang mengatur tentang pokok dimaksud;
b. Menetapkan Kerangka Pokok Program (KPP) Karang Taruna tingkat kabupaten/kota
yang bersangkutan yang mengacu dari KPP tingkat provinsi dan menjadi dasar bagi
pengurus dalam menyusun program kerja konkrit;
c. Menetapkan Struktur dan Uraian Tugas (SUT) PKTK masa bakti berikutnya;
d. Memilih Ketua PKTK secara langsung serta menyusun PKTK dan MPKTK melalui
mekanisme formatur, untuk masa bakti berikutnya;
e. Menetapkan Pokok-pokok Pikiran sebagai Rekomendasi TKKTK dan rekomendasi
TKKTK lainnya baik yang bersifat internal maupun eksternal, yang harus dilaksanakan
oleh PKTK masa bakti berikutnya;
3. Pelaksanaan TKKTK:
a. TKKTK berlangsung atas panggilan PKTK dan/atau atas sekurang-kurangnya usulan
dua per tiga (2/3) dari jumlah seluruh PKTC;
b. PKTK dalam masa bakti berjalan membuka persidangan TKKTK dengan syarat jumlah
Peserta Penuh (utusan) sekurang-kurangnya setengah ditambah satu dari jumlah
seluruh Peserta Penuh (utusan) yang harus hadir (PKTK dan PKTC) dan disetujui oleh
sekurang-kurangnya setengah ditambah satu dari seluruh Peserta Penuh (utusan)
yang hadir;
c. Peserta Penuh (utusan) yang hadir adalah pengurus yang kepengurusannya masih sah,
dan harus membawa mandat dari organisasinya dan SK Kepengurusan bagi Peserta
Penuh dari PKTC;
d. PKTK dalam masa bakti berjalan sebagai Pimpinan Sidang Sementara (PSS) memimpin
pembahasan: Agenda Acara, Tata Tertib, dan Pemilihan Pimpinan Sidang Pleno (PSP)
TKKTK sesuai Tata Tertib dan menyerahkan palu persidangan kepada PSP TKKTK;
e. PSP berjumlah lima (5) yang terdiri dari dua (2) orang dari unsur PKTK dan tiga (3)
orang dari unsur PKTC;
f. PSP berwewenang untuk menutup seluruh persidangan dan bertanggung jawab
merumuskan hasil-hasil TKKTK lalu diserahkan kepada PKTK yang terpilih;
g. PKTK DEMISIONER atau Pembina Fungsional menutup TKKTK.

Pasal 8
Temu Karya Karang Taruna Kecamatan (TKKTC)

1. Peserta. Peserta TKKTC ditentukan oleh PKTC yang mempersiapkan TKKTC tersebut yang
terdiri dari unsur-unsur:
a. Peserta Penuh (utusan) yakni: PKTC, PKTK, dan para PKTL;
b. Peserta Peninjau yakni: MPKTC, Pembina Fungsional dan Para Pembina Teknis tingkat
kecamatan;
c. Undangan dari Lembaga/Perorangan lainnya.
2. Hak Peserta:
a. Hak Suara hanya diberikan kepada Peserta Penuh (utusan) dengan format Satu
Utusan/Delegasi Satu Suara atau One Delegation One Vote.
b. Hak Bicara diberikan kepada Peserta Penuh (utusan) dan Peserta Peninjau
c. Hak Bicara untuk Peserta Peninjau baru dapat disampaikan atas ijin dari Pimpinan
Sidang dan seluruh Peserta TKKTC.
3. Wewenang TKKTC:
a. Memberikan Catatan Strategis kinerja PKTC yang tersusun dalam Laporan
Pertanggungjawaban (LPJ) PKTC. Sebelum ditetapkan menjadi dokumentasi organisasi
dan/atau sebagai bahan didalam TKKTC itu sendiri, LPJ dimaksud harus melalui proses
penilaian yang jujur dan objektif dengan mengacu dari keputusan TKKTC dan/atau
peraturan dan ketentuan lainnya yang mengatur tentang pokok dimaksud;
b. Menetapkan Kerangka Pokok Program (KPP) Karang Taruna tingkat kecamatan yang
bersangkutan yang mengacu dari KPP tingkat kabupaten/kota dan menjadi dasar bagi
pengurus dalam menyusun program kerja konkrit;
c. Menetapkan Struktur dan Uraian Tugas (SUT) PKTC masa bakti berikutnya;
d. Memilih Ketua PKTC secara langsung serta menyusun PKTC dan MPKTC melalui
mekanisme formatur, untuk masa bakti berikutnya;
e. Menetapkan Pokok-pokok Pikiran sebagai Rekomendasi TKKTC dan rekomendasi
TKKTC lainnya baik yang bersifat internal maupun eksternal, yang harus dilaksanakan
oleh PKTC masa bakti berikutnya;
4. Pelaksanaan TKKTC:
a. TKKTC berlangsung atas panggilan PKTC dan/atau atas usulan sekurang-kurangnya
dua per tiga (2/3) dari jumlah seluruh PKTL;
b. PKTC dalam masa bakti berjalan membuka TKKTC dengan syarat jumlah Peserta Penuh
(utusan) sekurang-kurangnya setengah ditambah satu dari jumlah seluruh Peserta
Penuh (utusan) yang harus hadir (PKTC dan PKTL) dan disetujui oleh sekurang-
kurangnya setengah ditambah satu dari seluruh Peserta Penuh (utusan) yang hadir;
c. Peserta Penuh (utusan) yang hadir adalah pengurus yang kepengurusannya masih sah,
dan harus membawa mandat dari organisasinya dan SK Kepengurusan bagi Peserta
Penuh dari PKTL;
d. PKTC dalam masa bakti berjalan sebagai Pimpinan Sidang Sementara (PSS) memimpin
pembahasan: Agenda Acara, Tata Tertib, dan Pemilihan Pimpinan Sidang Pleno (PSP)
TKKTC sesuai Tata Tertib dan menyerahkan palu persidangan kepada PSP TKKTC;
e. PSP berjumlah lima (5) yang terdiri dari dua (2) orang dari unsur PKTC dan tiga (3)
orang dari unsur PKTL;
f. PSP berwewenang untuk menutup seluruh persidangan dan bertanggung jawab untuk
merumuskan hasil-hasil TKKTC lalu diserahkan kepada PKTC yang terpilih;
g. PKTC DEMISIONER atau Camat menutup TKKTC.

Pasal 9
Formatur

1. Formatur adalah mekanisme yang digunakan untuk menyusun kepengurusan dan Majelis
Pertimbangan Karang Taruna disetiap tingkatan, dalam forum Temu Karya.
2. Mandat dari Temu Karya dalam penyusunan kepengurusan dan majelis pertimbangan untuk
masa bakti berikutnya diberikan kepada Ketua Terpilih (formatur tunggal), namun dalam
kapasitas sebagai organisasi sosial Karang Taruna meniscayakan pembentukan formatur
dalam sebuah tim untuk membantu Ketua Terpilih sekaligus mewujudkan cerminan
perwakilan kepengurusan dalam Karang Taruna yang bersifat collective colegial dengan
dasar nilai kesetiakawanan sosial dan semangat musyawarah Karang Taruna;
3. Keanggotaan formatur tidak dapat digantikan, dan setiap anggota formatur mempunyai
tanggung jawab moral dan organisasional dalam penyusunan dan penempatan
kepengurusan dan MPKT;
4. Keputusan (hasil) Sidang Formatur adalah bersifat mutlak karena mendapatkan
mandat/kewenangan penuh dari forum pengambilan keputusan tertinggi organisasi;
5. Waktu formatur bersidang adalah sesuai dengan kesepakatan yang diambil oleh forum TK
dan TKL, sehingga apabila melebihi batas waktu yang ditentukan maka harus tetap
melaporkan hasilnya yang apabila belum sempurna maka akan kembali menjadi kewenangan
forum TK dan TKL untuk memutuskannya.
6. Pelanggaran mekanisme kerja formatur akan menggugurkan keanggotaan formatur dan
hasil kerjanya, sehingga akan menjadi tugas dan tanggungjawab Ketua Terpilih.

BAB
Rapat-Rapat

Pasal
Rapat Kerja Kabupaten (Rakerkab)/Rapat Kerja Kota (Rakerkot)

1. Peserta. Peserta Rakerkab/Rakerkot ditentukan oleh PKTK yang mempersiapkan


Rakerpkab/Rakerkot tersebut yang terdiri dari unsur-unsur:
a. Peserta Penuh (utusan) yakni: PKTK, PKTC dan Pembina Fungsional;
b. Peserta Peninjau yakni: PKTP, MPKTK, dan Para Pembina Teknis tingkat
kabupaten/kota;
c. Undangan dari Lembaga/Perorangan lainnya.
2. Hak Peserta:
a. Hak Suara hanya diberikan kepada Peserta Penuh (utusan) dengan format Satu
Utusan/Delegasi Satu Suara atau One Delegation One Vote.
b. Hak Bicara diberikan kepada Peserta Penuh (utusan) dan Peserta Peninjau
c. Hak Bicara untuk Peserta Peninjau baru dapat disampaikan atas ijin dari Pimpinan
Sidang dan seluruh Peserta Rakerkab/Rakerkot.
3. Wewenang Rakerkab/Rakerkot:
a. Menetapkan peraturan organisasi dan ketentuan lainnya pada tingkatan yang
bersangkutan sesuai amanat AD/ART Karang Taruna, Keputusan TKN, Keputusan
PNKT, Keputusan TKKTP, Keputusan TKKTK, dan Rakerprov;
b. Menetapkan kebijakan umum di bidang organisasi, manajemen dan usaha.
c. Mengukuhkan pemberhentian pengurus yang berhenti sebelum masa jabatannya
berakhir.
d. Menetapkan program kerja Karang Taruna yang mencakup program kerja jangka
pendek, menengah, dan panjang selanjutnya;
e. Menetapkan Pokok-pokok Pikiran sebagai Rekomendasi Rakerkab/Rakerkot dan
Rekomendasi Rakerkab/Rakerkot lainnya baik yang bersifat internal maupun eksternal
yang harus dilaksanakan oleh PKTK.
f. Membahas dan mengesahkan pertanggungjawaban Pengurus atas pelaksanaan
tugasnya masing-masing.
4. Pelaksanaan Rakerkab/Rakerkot:
a. Rakerkab/Rakerkot berlangsung sekurang kurangnya satu kali dalam masa bakti
kepengurusan;
b. Rakerkab/Rakerkot berlangsung atas panggilan PKTK dan/atau atas usulan sekurang-
kurangnya dua per tiga (2/3) dari jumlah seluruh PKTC;
c. PKTK dalam masa bakti berjalan membuka Rakerkab/Rakerkot dengan syarat jumlah
utusan sekurang-kurangnya setengah ditambah satu dari jumlah seluruh utusan yang
harus hadir (PKTK dan PKTC) dan disetujui oleh sekurang-kurangnya setengah
ditambah satu dari seluruh utusan yang hadir;
d. Utusan yang hadir adalah pengurus yang kepengurusannya masih sah, dan harus
membawa mandat dari organisasinya;
e. PKTK dalam masa bakti berjalan memimpin seluruh agenda persidangan sebagai
Pimpinan Sidang Pleno (PSP) Rakerkab/Rakerkot sesuai Tata Tertib;
f. PSP berjumlah tiga (3) orang yang terdiri dari seorang ketua merangkap anggota,
seorang sekretaris merangkap anggota, dan seorang anggota;
g. PSP berwewenang untuk menutup seluruh persidangan dan bertanggung jawab
merumuskan hasil-hasil Rakerkab/Rakerkot lalu diserahkan kepada PKTK;
h. PKTK atau Pembina Fungsional menutup Rakerkab/Rakerkot.

Pasal 13
Rapat Kerja Kecamatan (Rakercam)

1. Peserta. Peserta Rakercam ditentukan oleh PKTC yang mempersiapkan Rakercam tersebut
yang terdiri dari unsur-unsur:
a. Peserta Penuh (utusan) yakni: PKTC, PKTL dan Pembina Fungsional;
b. Peserta Peninjau yakni: PKTK, MPKTC, dan Para Pembina Teknis tingkat kecamatan;
c. Undangan dari Lembaga/Perorangan lainnya.
2. Hak Peserta:
a. Hak Suara hanya diberikan kepada Peserta Penuh (utusan) dengan format Satu
Utusan/Delegasi Satu Suara atau One Delegation One Vote.
b. Hak Bicara diberikan kepada Peserta Penuh (utusan) dan Peserta Peninjau
c. Hak Bicara untuk Peserta Peninjau baru dapat disampaikan atas ijin dari Pimpinan
Sidang dan seluruh Peserta Rakercam.
3. Wewenang Rakercam:
a. Menetapkan petunjuk teknis/operasional dan prosedur lainnya pada tingkatan yang
bersangkutan sesuai amanat AD/ART KT, Keputusan TKNKT, Keputusan PNKT,
Keputusan TKKTP, Keputusan TKKTK, Rakerprov, Keputusan TKKTC, dan Rakerkab/
Rakerkot;
b. Menetapkan program kerja Karang Taruna yang mencakup program kerja jangka
pendek, menengah, dan panjang selanjutnya;
c. Menetapkan Pokok-pokok Pikiran sebagai Rekomendasi Rakercam dan Rekomendasi
Rakercam lainnya baik yang bersifat internal maupun eksternal yang harus
dilaksanakan oleh PKTC.
4. Pelaksanaan Rakercam:
a. Rakercam berlangsung sekurang kurangnya satu kali dalam masa bakti kepengurusan;
b. Rakercam berlangsung atas panggilan PKTC dan/atau atas usulan sekurang-kurangnya
dua per tiga (2/3) dari jumlah seluruh PKTL;
c. PKTC dalam masa bakti berjalan membuka Rakercam dengan syarat jumlah utusan
sekurang-kurangnya setengah ditambah satu dari jumlah seluruh utusan yang harus
hadir (PKTC dan PKTL) dan disetujui oleh sekurang-kurangnya setengah ditambah satu
dari utusan yang hadir;
d. Utusan yang hadir adalah pengurus yang kepengurusannya masih sah, dan harus
membawa mandat dari organisasinya;
e. PKTC dalam masa bakti berjalan memimpin seluruh agenda persidangan Rakercam
sebagai Pimpinan Sidang Pleno (PSP) Rakercam sesuai Tata Tertib;
f. PSP berjumlah tiga (3) yang terdiri dari seorang ketua merangkap anggota, seorang
sekretaris merangkap anggota, dan seorang anggota;
g. PSP berwewenang untuk menutup seluruh persidangan dan bertanggung jawab untuk
merumuskan hasil-hasil Rakercam lalu diserahkan kepada PKTC;
h. PKTC atau Camat menutup Rakercam.

Pasal 14
Rapat Kerja Desa (Rakerdes)/Rapat Kerja Kelurahan (Rakerlur)

1. Peserta. PesertaRakerdes/Rakerlur ditentukan oleh PKTL yang mempersiapkan


Rakerdes/Rakerlur tersebut yang terdiri dari unsur-unsur:
a. Peserta Penuh yakni: PKTL, Pengurus Karang Taruna Unit RW/RK dan SubUnit RT
(apabila telah ada) serta Kepala Desa/Lurah;
b. Peserta Peninjau yakni: PKTC, MPKTS/MPKTL, dan Pembina Teknis tingkat desa/
kelurahan;
c. Undangan dari Lembaga/Perorangan lainnya.
2. Hak Peserta:
a. Hak Suara hanya diberikan kepada Peserta Penuh dengan format Satu Orang Satu
Suara atau One Man One Vote.
b. Hak Bicara diberikan kepada Peserta Penuh dan Peserta Peninjau
c. Hak Bicara untuk Peserta Peninjau baru dapat disampaikan atas ijin dari Pimpinan
Sidang dan seluruh Peserta Rakerdes/Rakerlur.
3. Wewenang Rakerdes/Rakerlur:
a. Menetapkan pedoman pelaksanaan keorganisasian dan ketentuan lainnya pada
tingkatan yang bersangkutan sesuai amanat AD/ART Karang Taruna, Keputusan
TKNKT, Keputusan PNKT, Keputusan TKKTP, Keputusan TKKTK, Rakerprov, Keputusan
TKKTC, Rakerkab/Rakerkot, TKL, dan Rakercam;
b. Menetapkan program kerja Karang Taruna yang mencakup program kerja jangka
pendek, menengah, dan panjang selanjutnya;
c. Menetapkan Pokok-pokok Pikiran sebagai Rekomendasi Rakerdes/Rakerlur dan
Rekomendasi Rakerdes/Rakerlur lainnya baik yang bersifat internal maupun eksternal
yang harus dilaksanakan oleh PKTL.
4. Pelaksanaan Rakerdes/Rakerlur:
a. Rakerdes berlangsung sekurang kurangnya satu kali dalam masa bakti kepengurusan;
b. Rakerdes/Rakerlur berlangsung atas panggilan PKTL;
c. PKTL dalam masa bakti berjalan membuka Rakerdes/Rakerlur dengan syarat jumlah
peserta penuh sekurang-kurangnya setengah ditambah satu dari jumlah seluruh
peserta penuh yang harus hadir dan disetujui oleh sekurang-kurangnya setengah
ditambah satu dari peserta penuh yang hadir;
d. Peserta penuh yang hadir adalah individu yang kepengurusannya masih sah sebagai
pengurus;
e. PKTL dalam masa bakti berjalan memimpin seluruh agenda persidangan sebagai
Pimpinan Sidang Pleno (PSP) Rakerdes/Rakerlur sesuai Tata Tertib;
f. PSP berjumlah sebanyak-banyaknya tiga (3) orang yakni seorang ketua merangkap
anggota, seorang sekretaris merangkap anggota, dan seorang anggota;
g. PSP berwewenang untuk menutup seluruh persidangan dan bertanggung jawab
merumuskan hasil-hasil Rakerdes/Rakerlur lalu diserahkan kepada PKTL;
h. PKTL atau Kepala Desa/Lurah menutup Rakerdes/Rakerlur.

Pasal
Rapat Konsultasi Kabupaten (Rakonkab)/Rapat Konsultasi Kota (Rakonkot)

1. Peserta. Peserta Rakonkab/Rakonkot ditentukan oleh PKTK yang mempersiapkan


Rakonkab/Rakonkot tersebut yang terdiri dari unsur-unsur: PKTK yang bersangkutan, Para
PKTC, MPKTK, Pembina Fungsional dan para Pembina Teknis tingkat kabupaten/kota, para
mitra kerja tingkat kabupaten/kota, dan lembaga/perorangan lainnya;
2. Tugas:
a. Membahas dan merumuskan bentuk dan program kerjasama antara PKTK dengan
mitra kerja tingkat kabupaten/kota dan PKTC;
b. Membahas dan merumuskan program konsolidasi organisasi baik secara internal
maupun eksternal tingkat kabupaten/kota;
c. Membahas dan merumuskan permasalahan yang bersifat aktual yang dapat
mempengaruhi kinerja organisasi tingkat kabupaten/kota.
3. Waktu:
Rakonkab/Rakonkot dilaksanakan sekurang-kurangnya satu (1) kali dalam satu tahun yang
disesuaikan dengan pelaksanaan Bulan Bakti Karang Taruna (BBKT) tingkat kabupaten/kota
dalam rangka memperingati hari ulang tahun Karang Taruna pada tanggal 26 September;
4. Pelaksanaan:
a. Rakonkab/Rakonkot berlangsung atas panggilan PKTK dan/atau atas usulan pihak lain yang
berkompeten dengan pokok permasalahan;
b. Peserta yang hadir mewakili lembaga/perorangan;
c. PKTK memimpin Rakonkab/Rakonkot;
d. PKTK bertanggung jawab untuk merumuskan hasil-hasil Rakonkab/Rakonkot lalu dikirim ke
pihak-pihak yang terkait.

Pasal
Rapat Konsultasi Kecamatan (Rakoncam)

1. Peserta. Peserta Rakoncam ditentukan oleh PKTC yang mempersiapkan Rakoncam tersebut
yang terdiri dari unsur-unsur: PKTC yang bersangkutan, Para PKTL, MPKTC, Pembina
Fungsional dan para Pembina Teknis tingkat kecamatan, para mitra kerja tingkat kecamatan,
dan lembaga/perorangan lainnya.
2. Tugas:
a. Membahas dan merumuskan bentuk dan program kerjasama antara PKTC dengan
mitra kerja tingkat kecamatan dan PKTL;
b. Membahas dan merumuskan program konsolidasi organisasi baik secara internal
maupun eksternal tingkat kecamatan;
c. Membahas dan merumuskan permasalahan yang bersifat aktual yang dapat
mempengaruhi kinerja organisasi tingkat kecamatan.
3. Waktu:
Rakoncam dilaksanakan sekurang-kurangnya satu (1) kali dalam satu tahun yang
disesuaikan dengan pelaksanaan Bulan Bakti Karang Taruna (BBKT) tingkat kecamatan,
dalam rangka memperingati hari ulang tahun Karang Taruna pada tanggal 26 September;
4. Pelaksanaan:
a. Rakoncam berlangsung atas panggilan PKTC dan/atau atas usulan pihak lain yang
berkompeten dengan pokok permasalahan;
b. Peserta yang hadir mewakili lembaga/perorangan;
c. PKTC memimpin Rakoncam;
d. PKTC bertanggung jawab untuk merumuskan hasil-hasil Rakoncam lalu dikirim ke
pihak- pihak yang terkait.

Pasal
Rapat Pengurus Pleno (RPP)

1. Berlangsung atas panggilan Ketua/Ketua Umum dan Sekretaris/Sekretaris Umum dan/atau


atas usulan dua per tiga jumlah pengurus yang bersangkutan;
2. Dihadiri oleh seluruh Pengurus Pleno Karang Taruna;
3. Dipimpin oleh Ketua/Ketua Umum dan para Wakil Ketua/Ketua;
4. Sekurang-kurangnya dilaksanakan 4 (empat) bulan sekali bagi PNKT dan PKTP, PKTK dan
PKTC, PKTL, atau sesuai dengan kebutuhan;
5. Tugas:
a. Membahas dan merumuskan program kerja pengurus sebagai penjabaran dari
Keputusan Temu Karya (TKL untuk tingkat desa/kelurahan) dan Raker di masing-
masing tingkatannya;
b. Membahas Strategi dan Kebijakan Program Kerja dan Keuangan Pengurus Karang
Taruna yang bersangkutan;
c. Membahas dan merumuskan mekanisme kerja pengurus yang bersangkutan;
d. Mengevaluasi dinamika organisasi dan batas-batas tugas, tanggung jawab, dan
wewenang pengurus yang bersangkutan;
e. Membahas dan merumuskan hal-hal lain yang dianggap perlu.

Pasal
Rapat Pengurus Pleno Diperluas (RPPD)

1. Berlangsung atas panggilan Ketua/Ketua Umum dan Sekretaris/Sekretaris Umum, atau atas
usulan 2/3 jumlah pengurus yang bersangkutan;
2. Dihadiri oleh seluruh Pengurus Pleno Karang Taruna bersama pengurus satu tingkat
dibawahnya atau MPKT yang bersangkutan atau Pembina dan/atau pihak lain yang dianggap
kompeten sesuai tingkatan organisasi, masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan agenda
rapatnya;
3. Dipimpin oleh Ketua/Ketua Umum dan para Wakil Ketua/Ketua;
4. Dilaksanakan sesuai kebutuhan;
5. Tugas:
a. Membahas/merumuskan kerjasama/dukungan bagi pelaksanaan program kerja;
b. Membahas dan merumuskan konsep penanggulangan terhadap permasalahan aktual
yang dihadapi organisasi;
c. Membahas dan merumuskan hal-hal lain yang dianggap perlu dan mendesak.

Pasal
Rapat Pengurus Harian (RPH)

1. Berlangsung atas panggilan Ketua/Ketua Umum dan Sekretaris/Sekretaris Umum dan/atau


atas usulan dua per tiga jumlah Pengurus Harian yang bersangkutan;
2. Dihadiri hanya oleh Pengurus Harian Karang Taruna sesuai tingkatan organisasinya;
3. Dipimpin oleh Ketua/Ketua Umum dan para Wakil Ketua/Ketua;
4. Sekurang-kurangnya dilaksanakan sekali dalam sebulan dan/atau sesuai kebutuhan;
5. Tugas:
a. Membahas dan merumuskan hal-hal yang lebih teknis (perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi) menyangkut program kerja pengurus sebagai penjabaran dari Keputusan
Temu Karya masing-masing;
b. Membahas kebijakan internal menyangkut pelaksanaan program kerja dan strategi
penggalangan dan pengelolaan keuangan Pengurus yang bersangkutan;
c. Mengambil sikap terhadap permasalahan yang membutuhkan keputusan secara cepat
dan mendesak tetapi tetap dipertanggungjawabkan dalam RPP berikutnya;
d. Mengevaluasi pendelegasian wewenang Pengurus Harian yang bersangkutan;
e. Membahas dan merumuskan hal-hal lain yang dianggap perlu.

Pasal
Rapat Pengurus Harian Diperluas (RPHD)

1. Berlangsung atas panggilan Ketua/Ketua Umum dan Sekretaris/Sekretaris Umum, atau atas
usulan dua per tiga jumlah Pengurus Harian yang bersangkutan;
2. Dihadiri oleh Pengurus Harian Karang Taruna dan pihak lain yang berkompeten sesuai
tingkatan organisasi;
3. Dipimpin oleh Ketua/Ketua Umum dan para Wakil Ketua/Ketua;
4. Dilaksanakan sesuai kebutuhan;
5. Tugas:
a. Membahas dan merumuskan hal-hal yang lebih spesifik sesuai dengan pokok
permasalahan yang aktual seuai tingkatan organisasi;
b. Membahas kebijakan yang lebih spesifik menyangkut pelaksanaan program kerja dan
strategi penggalangan dan pengelolaan keuangan pengurus;
c. Mengambil sikap terhadap permasalahan spesifik yang membutuhkan pengambilan
keputusan secara cepat dan mendesak tetapi harus dipertanggungjawabkan dalam
RPH dan/atau RPP berikutnya;
d. Membahas dan merumuskan hal-hal lain yang dianggap perlu.

Pasal
Rapat Tim Kerja Keuangan (RTKK)
1. Berlangsung atas panggilan Ketua/Ketua Umum, Sekretaris/Sekretaris Umum, atau
Bendahara/Bendahara Umum pengurus yang bersangkutan;
2. Dihadiri oleh Ketua/Ketua Umum, Sekretaris/Sekretaris Umum, dan Bendahara/ Bendahara
Umum;
3. Dipimpin oleh Ketua/Ketua Umum;
4. Dilaksanakan sesuai jadwal yang ditetapkan dan/atau sesuai kebutuhan;
5. Tugas:
a. Membahas/merumuskan kebijakan keuangan operasional, program dan rutin;
b. Membahas dan merumuskan mekanisme pengelolaan dan
pertanggung jawaban keuangan pengurus;
c. Membahas dan merumuskan hal-hal lain yang dianggap perlu.

Pasal
Rapat Kesekretariatan (RK)

1. Berlangsung atas panggilan Sekretaris/Sekretaris Umum dan/atau atas usulan para Wakil
Sekretaris/Sekretaris pengurus yang bersangkutan;
2. Dihadiri oleh Sekretaris/Sekretaris Umum, para Wakil Sekretaris/Sekretaris, dan staf
kesekretariatan;
3. Dipimpin oleh Sekretaris/Sekretaris Umum;
4. Dilaksanakan sesuai jadwal yang ditetapkan dan/atau sesuai kebutuhan;
5. Tugas:
a. Membahas dan merumuskan agenda operasional, program, dan rutin pengurus;
b. Mengkoordinasi berbagai kebutuhan kesekretariatan dan kerumahtanggaan;
c. Mendokumentasikan seluruh dokumen dan inventaris organisasi;
d. Membahas dan merumuskan hal-hal lain yang dianggap perlu.

Pasal
Rapat Departemen/Rapat Biro/Rapat Bidang/Rapat Bagian/Rapat Seksi
(Radep/Rabi/Rabid/Rabag/Rasie)

1. Berlangsung atas panggilan Ketua yang membawahi departemen/biro/bidang/ bagian/seksi


dan/atau atas usulan Anggota departemen/biro/bidang/bagian/seksi pengurus yang
bersangkutan;
2. Dihadiri ketua dan anggota departemen/biro/bidang/bagian/seksi;
3. Dipimpin oleh Ketua;
4. Dilaksanakan sesuai jadwal yang ditetapkan dan/atau sesuai kebutuhan;
5. Tugas:
a. Membahas dan merumuskan program kerja departemen/biro/bidang/bagian /seksi
yang bersangkutan;
b. Merumuskan kebijakan interdepartemen/biro/bidang/bagian/seksi;
c. Membahas dan merumuskan hal-hal lain yang dianggap perlu.

BAB VII
PENUTUP

Pasal
Aturan Peralihan

Peraturan atau badan-badan yang ada tetap berlaku selama belum diadakan penyesuaian dan
keberadaannya tidak boleh bertentangan dengan PO ini.

Pasal 27

Peraturan Organisasi ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian hari ditemukan
kekeliruan, maka akan diperbaiki sebagaimana mestinya.

Anda mungkin juga menyukai