LAPORAN Kimia
LAPORAN Kimia
PENDAHULUAN
berwarna.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
RM/BM : C4H5O2/88,1
benzen.
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat Dan Bahan
3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu corong pisah, gelas
ukur, gelas kimia, pipet tetes, dan chamber.
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu sampel ekstrak
sereh, , etanol dan lempeng KLT
3.2 Prosedur Kerja
Hasil KLT
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perbandingan nilai Rf
Batas Bawah =1
Diketahui :
Jarak noda a = 3
Rf = HRF= Rf x 100
1. Noda 1 = 0,6
HRf = 0,6 x 100 = 60%
2. Noda 2 = 0,76
HRf = 0,76 x 100 = 76%
3. Noda 3 = 0,74
HRf = 0,74 x 100 = 74%
4. Noda 4 = 0,86
HRf = 0,86 x 100 = 86%
5. Noda 5 = 0,76
HRf = 0,76 x 100 = 76%
Rf = HRF= Rf x 100
1. Noda 1 = 0,5
HRf = 0,5 x 100 = 50%
2. Noda 2 = 0,62
HRf = 0,62 x 100 = 62%
3. Noda 3 = 0,88
HRf = 0,88 x 100 = 88%
4. Noda 4 = 0,92
HRf = 0,92 x 100 = 92%
5. Noda 5 = 0,9
HRf = 0,9 x 100 = 90%
6. Noda 6 = 0,9
HRf = 0,9 x 100 = 90%
4.2 Pembahasan
Kromatografi lapis tipis merupakan cara pemisahan campuran senyawa
menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya. Kromatografi juga
merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap
maupun cuplikannya, KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa
yang sifatnya hidrofobik seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang sukar
dikerjakan dengan kromatografi kertas.
Deteksi noda KLT terkadang lebih mudah dibandingkan dengan
kromatografi kertas karena dapat digunakan teknik-teknik umum yang lebih
banyak. Kerap kai, noda tidak berwarna atau tidak berpendar jika dikenai sinar
ultra violet dapat ditampakkan dengan cara mendedahkan papan pengembang
pada uap iod. Uap iod akan berinteraksi dengan komponen-komponen sampel
baik secara kimia atau berdasarkan kelarutan membentuk warna-warna tertentu
(Soebagio, 2002 ).
Cara Pembuatan fase gerak pelarut Etil asetat : Metanol → 5 : 5 kedua
bahan masing – masing di ambil 50ml, dicampur kemudian masukkan ke dalam
erlenmeyer lalu panaskan di atas hot plate selama ± 20 menit. Masukkan ke
camber sebanyak 10ml, lapisi kertas saring tunggu hingga jenuh.
Butanol : Asam Asetat : Air → 4 : 1 : 5 perbandingan ke 3 bahan diaduk di atas
hot plate selama ± 20 menit, ambil lapisan atas sebanyak 10ml untuk di lakukan
percobaan di dalam camber, lapisi dengan kertas saring tunggu hingga jenuh.
Pelarut 10 ml ditambahkan ke dalam camber, tidak boleh hingga kerendam atau
melebihi batas.
Hasil setelah camber :pada metanol dan butanol : masukkan kertas plat
KLT ke dalam camber hingga cairan naik sampai ke batas garis atas, kemudian
keringkan, dilihat di bawah sinar UV kemudian tandai garis yang terjadi dalam
pengamatan tersebut.
Selanjutnya jika ingin melihat garis lebih berwarna, kertas plat KLT
tersebut di semprotkan dengan larutan H2SO4, kemudian keringkan diatas
waterbath hingga kering, dinginkan lalu amati kembali perubahan yang terjadi di
bawah sinar UV. Lakukan hal yang sama pada reaksi Butanol
Pada praktikum kali ini sampel yang digunakan ialah ekstrak dari sereh,
dengan menggunakan pelarut fase gerak butanol dan metanol,fase diam dengan
silika gel. sampel ekstrak dilarutkan terlebih dahulu kemudian sampel yang telah
larut ditotolkan pada lempeng KLT yang telah disediakan dan dimasukan kedalam
chamber yang telah berisi eluen, dan setelah itu dilakukan pengamatan terhadap
noda pada lempeng KlT tersebut. Prinsip dari pemisahan noda adalah berdasarkan
kepolarannya sehingga menghasilkan kecepatan yang berbeda – beda pada saat
terpartisi dan terjadilah pemisahan. Untuk pemisahan noda dengan sebaik-baiknya
maka digunakan kombinasi eluen non polar dan polar, apabila noda diperlukan
terlalu tinggi maka dapat dikurangi dengan mengurangi kepolaran. Data yang
diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa.
Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengn nilai Rf dri senyawa
standar. Nilai Rf dapat diidentifikasi sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa
dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari tiitik awal.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini bahwa semakin tinggi polaritas
senyawa, fase diam dari senyawa dengan afinitas yang lebih besar akan
mempunyai nilai Rf yang semakin kecil. Dan sebaliknya semakin rendah polaritas
senyawa semakin tinggi afinitas untuk pelarut dan semakin besar nilai Rf
5.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum, praktikan lebih memperhatikan tata tertib
serta prosedur kerja dan memahami faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan
pada saat praktikum sedang berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Harborne.1987.”Metode Fitokimia”.Bandung : Penerbit ITB.
Khopkar. 2007. “Konsep Dasar Kimia Analitik”. Jakarta : UI-Press.
Lide, David. 2001. Handbook of Chemistry And Physic. Copyright CRC Press
LLCRudi,L. 2010.Penuntun Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Universitas
Haluoleo. Kendari
Rohman, Abdul. 2009. “Kromatografi untuk Analisis Obat”. Graha Ilmu : Jakarta
Sofia, Lenny. 2006. Isolasi dan Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama Puding
Merah dengan Metoda Uji Brine Shrimp. USU Repository.
Sumatera Utara
Speight, James. G. 2006. The Chemistry and Technology of Petroleum. Taylor &
Francis Group,LLC.
Soebagio. 2002. “Kimia Analitik II”. Malang : JICA.
Munson, James,W., 1991, “Analisis Farmasi”, Airlangga University Press,
Surabaya
Roth, Herman, J., Blaschike, G., 1988, “Analisis Farmasi”, Gadjah Mada
University Press, Yogya
Sienko, Plane and Marcus, 1984, “Experimental Chemistry 6th Edition”.Mc Graw
Hill Book Co, Singapore
Sudjadi. 1986. “Metode Pemisahan”. UGM Press: Yogyakarta
Surmono, Rb. 1986. “Proses Aproasi”. Universitas Pancasila: Jakarta
Gritter J.R., James, M.B., (1991), “Pengantar Kromatografi”, Penerbit ITB,
Bandung
Sastrohamidjojo, Dr.H., (1985),”Kromatografi”, Penerbit Liberty, Yogyakarta
LAMPIRAN