Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah Metode yang menggunakan


lempeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap untuk lapisan tipis dan
kering bentuk silika gel, alomina, selulosa dan polianida. Untuk menotolkan
larutan cuplikan pada lempeng kaca, pada dasarnya dgunakan mikro pipet/ pipa
kapiler. Setelah itu, bagian bawah dari lempeng dicelup dalam larutan pengulsi di
dalam wadah yang tertutup.
Pemisahan campuran dengan cara kromatografi didasarkan pada
perbedaan kecepatan merambat antara partikel-partikel zat yang bercampur pada
medium tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari pemisahan secara kromatografi
dapat kita temui pada rembesan air pada dinding yang menghasilkan garis-garis
dengan jarak ternentu.
Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan tahun 1938 oleh Ismailoff
dan Schraiber. Adsorben dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai
peunjang fase diam. Fase bergerak akan merayap sepanjang fase diam dan
terbentuklah kromatogram. Ini dikenal juga sebagai kromatografi kolom
terbuka.Metode ini sederhana, cepat dalam pemisahan tinggi dan mudah untuk
memperoleh kembali senyawa-senyawa yang terpisahkan.
Penentuan jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan
kromatografi lapis tipis (KLT) dengan menggunakan plat KLT yang sudah siap
pakai. Terjadinya pemisahan komponen-komponen pada KLT dengan Rf tertentu
dapat dijadikan sebagai panduan untuk memisahkan komponen kimia tersebut
dengan menggunakan kolom kromatografi dan sebagai fasa diam dapat digunakan
silika gel dan eluen yang digunakan berdasarkan basil yang diperoleh dari KLT
dan akan lebih baik kalau kepolaraan eluen pada kolom kromatografi sedikit
dibawah kepolaran eluen pada KLT
Pada percobaan ini di lakukan praktikum mengenai analisis secara
kualitatif yakni pemisahan senyawa secara kromatografi lapis tipis yang
didasarkan pada fase gerak yakni eluen dan fase diamnya adalah silica gel.
1.2 Maksud Dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari praktikum ini ialah agar mahasiswa mampu
memahami dan mengtahui cara atau teknik yang digunakan dalam metode
kromatografi lapis tipis.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini ialah untuk mengidentifikasi golongan
senyawa kimia ekstrak Etanol dan ekstrak kloroform dari ekstrak daun sirih
dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi KLT


Istilah kromatografi digunakan pada beberapa teknik pemisahan
berdasarkan pada “migration medium” yang berbeda, yaitu distribusinya terhadap
fase diam dan fase gerak.terdapat 3 hal yang wajib ada pada teknik ini. yang
pertama yaitu harus terdapat medium perpindahan tempat, yaitu tempat terjadinya
pemisahan. Kedua harus terdapat gaya dorong agar spesies dapat berpisah
sepanjang “migration medium“. Yang ketiga harus terdapat gaya tolakan selektif.
Gaya yang terakhir ini dapat menyebabkan pemisahan dari bahan kimia yang
dipertimbangkan (Sienko, 1984).
Kromatografi Lapis Tipis merupakan teknik pemisahan cara lama yang
digunakan secara luas, terutama dalam analisis campuran yang rumit dari sumber
alam. Tetapi dalam kuantisasi belakangan ini kromatografi lapis tipis digantikan
oleh “HPLC” (High Performance Thin-layer Chromatography) atau Kromatografi
Lapis Tipis Kinerja Tinggi (Munson, 1991).
Bahan adsorben sebagai fasa diam digunakan silica gel, alumina, dan
serbuk selulosa. Partikel silica gel mengandung gugus hidroksil di permukaannya
yang akan membentuk ikatan hidrogen dengan molekul-molekul polar. Alumina
lebih disukai untuk memisahkan senyawa-senyawa polar lemah, sedangkan silica
gel lebih disukai untuk memisahkan molekul-molekul seperti asam-asam amino
dan gula.Magnesium silikat, kalsium silikat, dan arang aktif mungkin juga dapat
digunakan sebagai adsorben (Soebagio, 2002).
Eluen pengembang dapat berupa pelarut tunggal dan campuran pelarut
dengan susunan tertentu. Pelarut-pelarut pengembang harus mempunyai
kemurnian yang tinggi. Terdapatnya sejumlah kecil air atau zat pengotor lainnya
dapat menghasilkan kromatogram yang tidak diharapkan (Soebagio, 2002).
Deteksi noda KLT terkadang lebih mudah dibandingkan dengan
kromatografi kertas karena dapat digunakan teknik-teknik umum yang lebih
banyak. Kerap kai, noda tidak berwarna atau tidak berpendar jika dikenai sinar
ultra violet dapat ditampakkan dengan cara mendedahkan papan pengembang
pada uap iod. Uap iod akan berinteraksi dengan komponen-komponen sampel
baik secara kimia atau berdasarkan kelarutan membentuk warna-warna tertentu
(Soebagio, 2002 ).
2.1.1 Keuntungan Dan Kekurangan KLT
Keuntungan KLT adalah lebih serba guna, cepat, kepekaannya lebih tinggi
dan pemisahan komponen senyawa lebih sempurna. Sedangkan kelemahannya
adalah pada prosedur pembuatan lempengnya yang memerlukan tambahan waktu
kecuali bila tersedia lempeng yang diproduksi secara komersial. (Gritter,1991).
Satu kekurangan KLT yang asli ialah kerja penyaputannya, pelat kaca
dengan penjerap. Kerja ini kemudian agak diringankan dengan adanya penyaput
otomatis. Meskipun begitu, dengan menggunakan alat itu pun tetap diperlukan
tindakan pencegahan tertentu (Harborne, 1987).
2.1.2 Fase Gerak
Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan
mecoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling
sederhana ialah dengan menggunakan campuran 2 pelarut organik karena daya
elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga
pemisahan dapat terjadi secara optimal (Rohman, 2009).
2.2 Uraian Sampel
Sirih (Gembong, 1998)
Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )
Subkingdom Tanaman : Viridiplanate
Super Divisi : Embryophyta
Divisi :Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Cimbopogon Spreng
Spesies : Cimbopogon Nardus L. Rendle
2.3 Uraian Bahan
1. Etanol (FI III, 1979)
Nama Resmi : Etil Alkohol / etanol
Nama Lain : Etil alkohol; hidroksietana; alkohol; etil hidrat
Berat molekul : 46,07 g/mol
Rumus Molekul : C2H5OH
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak

berwarna.
Kegunaan : Sebagai pelarut.

2. Etil asetat (Excipients. Edisi 6 hal : 253)

Nama Resmi : ETHYL ACETATE

Nama Lain : Etil Asetat

RM/BM : C4H5O2/88,1

Pemerian : Cairan tidak berwarna, bau seperti eter

Kelarutan : Larut dalam air, dalam methanol, dapat

bercampur dengan asetat, dietil eter dan

benzen.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai eluen


3. n-Butanol (DIRJEN POM; 1979)
Nama Resmi : BUTANOL
Sinonim : n-Butanol
RM/BM : C4H9OH/ 46,07
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna
Kelarutan : Larut dalam 11 bagian air pada suhu 15,5°
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pereaksi
4. Asam Asetat (F.I edisi III hal : 41)

Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM

Nama Lain : Asam asetat

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, bau menusuk,

rasa asam, tajam

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol

(95 %) p dan dengan Gliserol P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai Pereaksi

BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat Dan Bahan
3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu corong pisah, gelas
ukur, gelas kimia, pipet tetes, dan chamber.
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu sampel ekstrak
sereh, , etanol dan lempeng KLT
3.2 Prosedur Kerja

Disiapkan alat dan bahan

- Disiapkan lempeng KLT dengan


cara dipotong sesuai ukuran.
- Disiapkan dua buah chamber
yang berisi lengkap dengan
penutupnya.
- Kemudian dimasukkan potongan
lempeng yang panjangnya lebih
dari tinggi chamber dan
kemudian ditutup.
- Dibiarkan hingga eluen naik pada
kertas saring hingga melewati
penutup kaca (chamber telah
jenuh).
- Ekstrak diambil dengan
menggunakan pipa kapiler,
kemudian ditotolkan pada
lempeng yang telah disiapkan.
- Lempeng dilakukan penotolan
- Bila eluen telah mencapai batas
atas dari lempeng silica gel, maka
lempeng tersebut dapat
dikeluarkan

Hasil KLT

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


(BUTANOL) (METANOL)

Perbandingan nilai Rf

Jarak yang ditempuℎ


Rf (Rate Of Flow) = x 100%
Jarak yang ditempuℎ pelarut

Panjang Plat KLT = 6,5cm

Batas Atas = 0,5cm

Batas Bawah =1

Jarak Elusi = 6,5 – (0.5+1) = 5

Fase Gerak Pelarut

A. Etil Asetat : Metanol

Diketahui :

Jarak noda a = 3

Jarak noda b = 3,8

Jarak noda c = 3,7


Jarak noda d = 4,3

Jarak noda e = 3,5

Jarak Elusi (f) = 5

Rf = HRF= Rf x 100

1. Noda 1 = 0,6
HRf = 0,6 x 100 = 60%

2. Noda 2 = 0,76
HRf = 0,76 x 100 = 76%

3. Noda 3 = 0,74
HRf = 0,74 x 100 = 74%

4. Noda 4 = 0,86
HRf = 0,86 x 100 = 86%

5. Noda 5 = 0,76
HRf = 0,76 x 100 = 76%

B. Butanol : Asam Asetat : Air


Diketahui :

Jarak noda a = 2,5

Jarak noda b = 3,1

Jarak noda c = 4,4

Jarak noda d = 4,6

Jarak noda e = 4,5

Jarak noda f = 4,5

Jarak Elusi (g) = 5

Rf = HRF= Rf x 100

1. Noda 1 = 0,5
HRf = 0,5 x 100 = 50%

2. Noda 2 = 0,62
HRf = 0,62 x 100 = 62%

3. Noda 3 = 0,88
HRf = 0,88 x 100 = 88%

4. Noda 4 = 0,92
HRf = 0,92 x 100 = 92%

5. Noda 5 = 0,9
HRf = 0,9 x 100 = 90%

6. Noda 6 = 0,9
HRf = 0,9 x 100 = 90%

4.2 Pembahasan
Kromatografi lapis tipis merupakan cara pemisahan campuran senyawa
menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya. Kromatografi juga
merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap
maupun cuplikannya, KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa
yang sifatnya hidrofobik seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang sukar
dikerjakan dengan kromatografi kertas.
Deteksi noda KLT terkadang lebih mudah dibandingkan dengan
kromatografi kertas karena dapat digunakan teknik-teknik umum yang lebih
banyak. Kerap kai, noda tidak berwarna atau tidak berpendar jika dikenai sinar
ultra violet dapat ditampakkan dengan cara mendedahkan papan pengembang
pada uap iod. Uap iod akan berinteraksi dengan komponen-komponen sampel
baik secara kimia atau berdasarkan kelarutan membentuk warna-warna tertentu
(Soebagio, 2002 ).
Cara Pembuatan fase gerak pelarut Etil asetat : Metanol → 5 : 5 kedua
bahan masing – masing di ambil 50ml, dicampur kemudian masukkan ke dalam
erlenmeyer lalu panaskan di atas hot plate selama ± 20 menit. Masukkan ke
camber sebanyak 10ml, lapisi kertas saring tunggu hingga jenuh.
Butanol : Asam Asetat : Air → 4 : 1 : 5 perbandingan ke 3 bahan diaduk di atas
hot plate selama ± 20 menit, ambil lapisan atas sebanyak 10ml untuk di lakukan
percobaan di dalam camber, lapisi dengan kertas saring tunggu hingga jenuh.
Pelarut 10 ml ditambahkan ke dalam camber, tidak boleh hingga kerendam atau
melebihi batas.
Hasil setelah camber :pada metanol dan butanol : masukkan kertas plat
KLT ke dalam camber hingga cairan naik sampai ke batas garis atas, kemudian
keringkan, dilihat di bawah sinar UV kemudian tandai garis yang terjadi dalam
pengamatan tersebut.
Selanjutnya jika ingin melihat garis lebih berwarna, kertas plat KLT
tersebut di semprotkan dengan larutan H2SO4, kemudian keringkan diatas
waterbath hingga kering, dinginkan lalu amati kembali perubahan yang terjadi di
bawah sinar UV. Lakukan hal yang sama pada reaksi Butanol
Pada praktikum kali ini sampel yang digunakan ialah ekstrak dari sereh,
dengan menggunakan pelarut fase gerak butanol dan metanol,fase diam dengan
silika gel. sampel ekstrak dilarutkan terlebih dahulu kemudian sampel yang telah
larut ditotolkan pada lempeng KLT yang telah disediakan dan dimasukan kedalam
chamber yang telah berisi eluen, dan setelah itu dilakukan pengamatan terhadap
noda pada lempeng KlT tersebut. Prinsip dari pemisahan noda adalah berdasarkan
kepolarannya sehingga menghasilkan kecepatan yang berbeda – beda pada saat
terpartisi dan terjadilah pemisahan. Untuk pemisahan noda dengan sebaik-baiknya
maka digunakan kombinasi eluen non polar dan polar, apabila noda diperlukan
terlalu tinggi maka dapat dikurangi dengan mengurangi kepolaran. Data yang
diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa.
Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengn nilai Rf dri senyawa
standar. Nilai Rf dapat diidentifikasi sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa
dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari tiitik awal.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini bahwa semakin tinggi polaritas
senyawa, fase diam dari senyawa dengan afinitas yang lebih besar akan
mempunyai nilai Rf yang semakin kecil. Dan sebaliknya semakin rendah polaritas
senyawa semakin tinggi afinitas untuk pelarut dan semakin besar nilai Rf
5.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum, praktikan lebih memperhatikan tata tertib
serta prosedur kerja dan memahami faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan
pada saat praktikum sedang berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Harborne.1987.”Metode Fitokimia”.Bandung : Penerbit ITB.
Khopkar. 2007. “Konsep Dasar Kimia Analitik”. Jakarta : UI-Press.
Lide, David. 2001. Handbook of Chemistry And Physic. Copyright CRC Press
LLCRudi,L. 2010.Penuntun Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Universitas
Haluoleo. Kendari
Rohman, Abdul. 2009. “Kromatografi untuk Analisis Obat”. Graha Ilmu : Jakarta
Sofia, Lenny. 2006. Isolasi dan Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama Puding
Merah dengan Metoda Uji Brine Shrimp. USU Repository.
Sumatera Utara
Speight, James. G. 2006. The Chemistry and Technology of Petroleum. Taylor &
Francis Group,LLC.
Soebagio. 2002. “Kimia Analitik II”. Malang : JICA.
Munson, James,W., 1991, “Analisis Farmasi”, Airlangga University Press,
Surabaya
Roth, Herman, J., Blaschike, G., 1988, “Analisis Farmasi”, Gadjah Mada
University Press, Yogya
Sienko, Plane and Marcus, 1984, “Experimental Chemistry 6th Edition”.Mc Graw
Hill Book Co, Singapore
Sudjadi. 1986. “Metode Pemisahan”. UGM Press: Yogyakarta
Surmono, Rb. 1986. “Proses Aproasi”. Universitas Pancasila: Jakarta
Gritter J.R., James, M.B., (1991), “Pengantar Kromatografi”, Penerbit ITB,
Bandung
Sastrohamidjojo, Dr.H., (1985),”Kromatografi”, Penerbit Liberty, Yogyakarta
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai