Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai negara

kepulauan ini memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi poros

maritim dunia dapat diamati dari wilayah teritorial laut Indonesia yang

terhampar sangat luas dengan persentase wilayah laut sekitar 70 persen

dari total wilayahnya yang dapat dijadikan sebagai peluang pembangunan

industri dalam sektor maritim. Hal ini diperkuat dengan predikat Negara

Indonesia sebagai negara kepulauan dikarenakan jumlah pulau yang

terbentang sangat banyak dari Sabang hingga Merauke dengan total

berkisar pada 17.000 pulau yang mewajibkan Negara Indonesia untuk

dapat memperkuat fungsi kelautan khususnya pada armada transportasi

laut yang mampu mendukung arus perdagangan di dalam maupun di luar

wilayah Negara Indonesia guna mewujudkan perekonomian negara yang

stabil berkelanjutan. Salah satu moda transportasi laut yang dioperasikan

di wilayah laut Negara Indonesia yaitu kapal.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun

2008 tentang Pelayaran Pasal 01 Nomor 36 dijelaskan bahwa kapal adalah

kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan

tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda,

termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah

permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak

berpindah-pindah. Sedangkan kapal asing adalah kapal yang berbendera

1
2

selain bendera Indonesia dan tidak di catat dalam daftar kapal Indonesia

(Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang pelayaran). Kegiatan

kapal asing tersebut di pelabuhan Indonesia yang terbuka untuk

perdagangan luar negeri harus menunjuk agen umum (General Agen) hal

ini berarti perusahaan pelayaran asing tidak diperkenankan membuka

cabangnya di pelabuhan–pelabuhan Indonesia khususnya untuk pelabuhan

yang terbuka untuk perdagangan luar negeri (Sesuai dengan SK Menhub

NO. KM 33 Tahun 2001 tentang Agen Umum). Kebijakan tersebut di

ambil adalah untuk melindungi perusahaan pelayaran nasional guna

memberi peluang atau kesempatan untuk memperoleh kelangsungan

kegiatan perusahaan dan tambahan pendapatan dalam kegiatan pelayaran

keagenan kapal asing.

Untuk memanfaatkan peluang yang ada, PT. Jayden Lintas

Samudera ikut peran dalam penanganan keagenan kapal-kapal asing yang

merupakan kegiatan-kegiatan angkutan laut dari Indonesia ke luar negeri

dan sebaliknya termasuk melanjutkan kunjungan antar pelabuhan di

wilayah perairan Indonesia yang di selenggarakan perusahaan. PT. Jayden

Lintas Samudera sebagai agency selalu berusaha mengoptimalkan seluruh

proses kegiatan yang berlangsung dapat berjalan dengan teratur dan lancar

sebagaimana tugas pokok dari agency yang merupakan perwakilan dari

owner atau principal dalam memenuhi ketentuan dan kewajiban kapal di

pelabuhan singgah kapal dari kapal yang diageni. Terlepas dari tugas

pokok agency tersebut PT. Jayden Lintas Samudera lebih berperan

terhadap kegiatan crew change kapal asing yang sudah menjadi kegiatan
3

rutin di PT. Jayden Lintas Samudera. Sama dengan kegiatan lainnya PT.

Jayden Lintas Samudera menginginkan seluruh proses kegiatan crew

change kapal dapat berjalan dengan baik dan teratur. Namun salah satu

permasalahan yang terjadi pada saat ini yang secara global yang tidak

hanya berdampak pada sektor industri maritim, namun berdampak pada

hampir seluruh sektor dan bidang di Indonesia dan dunia hingga saat ini,

yaitu wabah Corona Virus Disease 19 yang familiar dengan istilah wabah

Covid 19.

Masyarakat Dunia dan di Indonesia dihebohkan dengan adanya

wabah Covid 19 dengan dampak yang di akibatkan sangat luas, tidak

hanya berdampak pada masalah medis namun juga berpengaruh terhadap

pola hidup masyarakat dan perekonomian Negara. Penyebaran Covid 19

ini menyebar sangat cepat hingga menyebabkan beberapa Negara di dunia

menerapkan kebijakan lockdown di setiap wilayahnya yang berarti

diberlakukannya penutupan akses untuk segala kegiatan dan aktivitas

masyarakat serta bagi orang yang akan masuk dan keluar dari suatu

wilayah negara tersebut. Wabah Covid 19 dinyatakan oleh Organisasi

Kesehatan Dunia (World Health Organization) sebagai suatu pandemi

yang terus mengalami peningkatan dan telah menimbulkan cukup banyak

korban jiwa.

Implikasi pandemi Covid 19 berdampak pada memburuknya usaha

dalam industri maritim Indonesia sehingga diperlukannya suatu

penanganan khusus untuk mengantisipasi adanya kerugian secara material

serta sebagai pemulihan perekonomian Indonesia melalui sektor industri


4

maritim. Perusahaan PT. Jayden Lintas Samudera sebagai bagian dari

industri maritim Indonesia juga terkena dampak yang disebabkan oleh

pandemi Covid 19 ini. Masa pandemi ini sangat berpengaruh terhadap

keberlangsungan dalam proses penanganan crew kapal khususnya dalam

proses crew change kapal yang pasti melibatkan lokasi pelabuhan dan

bandara tertentu di dunia sebagai bagian dari prosedur crew change kapal.

Hal tersebut berpengaruh terhadap proses crew change kapal

dikarenkan lockdown pada suatu negara menyebabkan wilayah pelabuhan

juga ditutup bagi para crew kapal yang akan sign off ataupun yang akan

melaksanakan pesiar sehingga pelaksanaan crew change kapal menjadi

siklus agenda rutin yang dilakukan oleh beberapa bahkan hampir seluruh

perusahaan agency di Indonesia menindak lanjuti keberlangsungan dalam

proses penanganan crew kapal, hal ini mengharuskan perusahaan PT.

Jayden Lintas Samudera untuk meninjau kembali dan bersikap tegas

dalam menanggulangi masalah selama masa pandemi Covid 19 ini sebagai

bentuk pencegahan keterlambatan crew kapal yang akan bekerja dan

berlayar di atas kapal dengan menyesuaikan terhadapa kebijakan baru

yang dikeluarkan di Indonesia maupun negara lokasi crew change kapal

tersebut.

Memahami kondisi suatu pandemi baru yang muncul secara

serentak di berbagai negara di dunia, sehingga suatu bentuk kebijakan dan

langka untuk keberlangsungan suatu posedur agar tetap dapat berlangsung

dan berjalan dengan baik, lancar, dan aman tentunya bagi setiap pihak

serta kebijakan yang juga diharapkan dapat mengurangi dampak yang


5

dihasilkan dari meluasnya penyebaran pandemi Covid 19. Berdasarkan

uraina tersebut, maka penulis membuat skripsi dengan judul “ Optimalisasi

Kegiatan Crew Change pada masa Pandemic Covid 19 pada Kapal Asing

di PT. Jayden Lintas Samudera “

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana cara penanganan kegiatan crew change pada kapal asing di

masa pandemic Covid 19 di PT. Jayden Lintas Samudera ?

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kegiatan crew change pada

kapal asing di masa pandemic Covid 19 di PT. Jayden Lintas

Samudera ?

3. Bagaimana cara mengoptimalkan kegiatan crew change pada kapal

asing di PT. Jayden Lintas Samudera ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui cara penanganan kegiatan crew change pada kapal

asing di masa pandemic Covid 19 di PT. Jayden Lintas Samudera.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan crew

change pada kapal asing di masa pandemic Covid 19 di PT. Jayden

Lintas Samudera.

3. Untuk mengetahui cara mengoptimalkan kegiatan crew change pada

kapal asing di masa pandemic Covid 19 di PT. Jayden Lintas

Samudera.
6

1.4. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Diharapkan Penelitian yang dilakukan di PT. Jayden Lintas Samudera ini

akan diperoleh manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Untuk mengetahui kegiatan crew change yang dilakukan pada masa

pandemic Covid 19 pada kapal asing di PT. Jayden Lintas Samudera.

2. Manfaat Praktis

Dapat menjadi bahan pertimbangan di PT. Jayden Lintas Samudera

untuk diterapkan sebagai solusi terhadap permasalahan kegiatan crew

change Covid 19 di kapal asing.

1.5. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam mengikuti seluruh uraian dan pembahasan atas

skripsi ini maka penulisan skripsi ini dilakukan dengan sistematikan

sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menerangkan tentang latar belakang

penelitian, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

Manfaat Penelitian, serta Sistematika Penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini di uraikan tentang pengertian crew kapal

dan kerangka penelitian.


7

BAB III : METEDOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini menerangkan tentang jenis Metode

Penelitian, Metode Observasi, Metode Wawancara dan

Pengumpulan Data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi tentang gambaran umum PT. Jayden

Lintas Samudera, dalam Pelaksanaan kegiatan crew

change pada kapal asing di masa pandemic Covid 19.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini berisi tentang Kesimpulan dan Saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Crew Kapal

Menurut Undang-Undang RI No. 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 40, crew kapal adalah

orang yang bekerja atau dipekerjakan di atas kapal oleh pemilik atau

operator kapal untuk melakukan tugas di atas kapal sesuai dengan

jabatannya yang tercantum di dalam buku sijil . Semua posisi di kapal

dari Nakhoda sampai messboy adalah awak kapal. Dalam ayat 41

disebutkan bahwa Nakhoda adalah salah seorang dari awak kapal

yang menjadi pemimpin tertinggi di kapal dan mempunyai wewenang

dan tanggung jawab tertentu sesuai dengan dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan dan pada ayat 42 Nakhoda cukup di

istimewakan oleh Undang-Undang negara yang berbunyi, Anak Buah

kapal adalah Awak kapal selain Nakhoda, dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa crew atau awak kapal adalah seseorang yang

bekerja atau dipekerjakan di atas kapal oleh pemilik atau operator

kapal untuk melakukan tugas sesuai dengan jabatannya yang

tercantum dalam buku sijil.

1. Syarat menjadi crew kapal

a. Berumur sekurang-kurangnya 18 tahun.

b. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan

rumah sakit yang di tunjuk pemerintah.


9

c. Memiliki sertifikat keahlian pelaut.

d. Buku pelaut disahkan oleh KSOP (Kantor Syahbandar dan

Otoritas Pelabuhan)

2. Hak Sebagai crew Kapal

a. Hak atas upah

b. Hak atas permakanan dan tempat tinggal di kapal

c. Hak atas cuti

d. Hak atas parawatan kalau sakit di kapal

e. Hak atas angkutan bebas

f. Hak atas ganti rugi jika kapalnya musnah atau tenggelam

3. Kewajiban Sebagai crew Kapal

a. Mentaati perintah perusahaan

b. Bekerja sesuai dengan jangka waktu perjanjian

c. Melaksanakan tugas sesuai jam kerja yang telah di tetapkan

d. Bekerja sekuat tenaga dan wajib mengerjakan segala sesuatu

yang di perintahkan oleh Nakhoda.

4. Pekerjaan crew kapal di jelaskan di dalam :

a. Perjanjian kerja laut

b. Sijil awak kapal

c. Peraturan dinas di kapal yang di buat oleh Nakhoda

a. Taat kepada atasan teristimewah menjalankan perintah

Nakhoda
10

b. Tidak boleh membawa atau memiliki minuman keras, tidak

membawa barang-barang terlarang, senjata dan sebagainya

di kapal tanpa seizin Nakhoda

c. Keluar dari kapal denga izin Nakhoda dan pulang kembali

tidak terlambat

d. Wajib membantu memberikan pertolongan dalam

penyelamatan kapal dengan muatan dengan menerima

upah tambahan

5. Jabatan-jabatan awak kapal

a. Deck Department

Bertanggung jawab untuk navigasi kapal, perawatan kargo dan

bongkar muat di pelabuhan. Deck Department juga

bertanggung jawab untuk pemeliharaan kapal, operasional

kapal, operasional pelayaran, dan semua urusan hukum dan

perizinan perjalanan kapal. Berikut ini adalah bagian-bagian

jabatan dari deck department :

1) Master/Nakhoda

Master adalah perwira tertinggi serta wakil manajemen

perusahaan dan otoritas tertinggi di struktural kapal.

Master bertanggung jawab atas kehidupan semua personel

di kapal, keamanan kapal, kargo, lingkungan, dan juga

harus bertanggung jawab kepada perusahaan. UU No. 21

Tahun 1992 dan juga pasal 341 b KUHD dengan tegas

menyatakan bahwa Nakhoda adalah pemimpin kapal,


11

kemudian dengan pasal 341 KUHD dan pasal 1 ayat 12

UU No. 21 Tahun.1992, maka definisi dari Nakhoda

adalah seseorang yang sudah menandatangani Perjanjian

Kerja Laut (PKL) dengan pengusaha kapal dimana

dinyatakan sebagai Nakhoda, serta memenuhi syarat

sebagai Nakhoda dalam arti untuk memimpin kapal sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 342

KUHD secara ekplisit menyatakan bahwa tanggung jawab

atas kapal hanya berada pada tangan Nakhoda, tidak ada

yang lain. Jadi apapun yang terjadi diatas kapal menjadi

tanggung jawab Nakhoda, kecuali perbuatan kriminal.

Master/Nakhoda bertanggung jawab untuk memastikan

bahwa kapal tersebut dinavigasikan dan dioperasikan

dengan aman dan efisien, sesuai dengan peraturan

internasional, nasional dan perusahaan.

1) Chief Officer/Mualim I

Chief Officer adalah Pewira tinggi di bawah

Kapten/Nahkoda yang bertugas mengatur muatan,

persediaan air tawar, pengatur arah navigasi, dan

bertanggung jawab penuh atas semua peralatan deck

department. Chief Officer bertanggung jawab kepada

Nahkoda atas semua hal deck department terkait,

termasuk perencanaan dan pelaksanaan semua operasi

kargo dan bongkar muat.


12

2) Second Officer/Mualim II

Second Officer adalah perwira tinggi dibawah Chief

Officer/pejabat kedua yang bertugas membantu Chief

Officer. Pejabat yang bertanggung jawab untuk

peralatan navigasi ruang kemudi, membuat jalur/route

peta pelayaran yang akan dilakukan, dan sebagai

pengatur arah navigasi.

3) Third Officer/Mualim III

Third Officer merupakan perwira tinggi diatas kapal

dibawah Second Off. Third officer bertugas membantu

Second Officer. Pejabat bertanggung jawab sebagai

mengatur, memeriksa, memelihara semua alat-alat

keselamatan atau safety kapal, pengatur arah navigasi,

dan pemegang urusan administrasi umum termasuk

UJBM (Uang Jatah Bahan Makan).

4) Markonis/Radio Officer/Spark

Markonis bertugas sebagai operator radio/komunikasi

serta bertanggung jawab menjaga keselamatan kapal

dari marabahaya, baik itu yang di timbulkan dari alam

seperti badai, ada kapal tenggelam, dll.

5) Bosun/Boatswain (serang)

Bosun bertugas membuat laporan kepada Chief Officer

dan bertanggung jawab atas semua ABK serta


13

mengawasi atau memimpin seaman madya dan seaman

biasa.

6) Operator Pompa/Pumpman (khusus kapal tanker)

Operator Pompa bertugas membuat laporan kepada

Chief Officer, membantu operasional kargo dan

melakukan pemeliharaan rutin mesin dek dan peralatan

terutama pompa.

7) AB (Seaman madya) atau Juru Mudi

Juru Mudi bertugas mendukung pejabat deck dalam

semua aspek kegiatan di ruang kemudi, kargo, dan

operasional pelayaran, di bawah pengawasan kepala

kelasi, dan pumpman jika diperlukan.

8) O/S (Seaman biasa) atau Kelasi

Kelasi bertugas membantu AB, mendukung pejabat

deck dalam semua aspek kegiatan ruang kemudi, kargo,

operasional pelayaran, kesiapan peralatan, kebersihan

deck di bawah pengawasan bosun, dan pumpman jika

diperlukan.

b. Engine Department

Engine Department bertanggung jawab untuk menjalankan dan

pemeliharaan peralatan mekanik dan listrik di seluruh kapal

termasuk mesin utama, boiler, pompa, generator listrik,

generator plant refrigerasi, dan penyimpanan air tawar. Berikut

ini adalah bagian-bagin jabatan dari engine department :


14

1) Chief Engineer/Kepala Kamar Mesin

Chief Engineer adalah seorang pejabat tertinggi yang

bertanggung jawab penuh terhadap engien department dan

bertanggung jawab langsung kepada Master/Nahkoda atas

segala hal yang berhubungan dengan engine. Chief

Engineer juga bertanggung jawab atas semua mesin yang

ada di kapal baik itu mesin induk, mesin bantu, mesin

pompa, mesin crane, mesin sekoci, mesin kemudi, mesin

freezer, dll.

2) First Engineer/Masinis I

Masinis I sebagai pejabat engineer bertugas membantu

Chief Engineer, bertanggung jawab atas kegiatan operasi

sehari-hari yang dilakukan di engine department,

bertanggung jawab penuh atas mesin induk/main engine,

dan memimpin anak buah kapal bagian mesin.

3) Second Engineer/Masinis II

Masinis II sebagai pejabat engineer dibawah Masinis I,

bertanggung jawab atas kondisi dan pemeliharaan

generator, mesin bantu, pompa kargo, pompa-pompa bahan

bakar, dan minyak pelumas.

4) Third Engineer/Masinis III

Masinis III sebagai pejabat engineer dibawah Masinis II,

bertanggung jawab penuh atas kondisi dan pemeliharaan

kompresor udara, pemurni, generator air tawar, boiler,


15

mesin sekoci, dan bersama dengan Third Officer,

menyipakan pemadam kebakaran dan peralatan yang

menyelamatkan jiwa di ruang mesin. Serta membantu

dalam pengisian bahan bakar.

5) Electrician/Juru Listrik

Electrician/juru listrik bertanggung jawab atas semua

mesin yang menggunakan tenaga listrik dan seluruh tenaga

cadangan.

6) Foreman/Mandor Mesin

Foreman bertugas membuat laporan kegiatan di ruang

mesin ke Masinis I serta memimpin dan mengawasi Oiler

dan Wiper, mendelegasikan pekerjaan seperti yang

diarahkan oleh Masinis I dan perwira mesin lainnya.

7) Oiler/Juru Minyak

Oiler bertugas membantu mandor mesin, mendukung

pejabat engineer di semua aspek tugas menjaga mesin,

pemeliharaan, dan perbaikan.

8) Fitter/Juru Las

Fitter bertugas membantu mandor mesin dan bosun dalam

pengelasanbaik di ruang mesin ataupun di ruang geladak.

9) Wiper

Posisi junior bertugas di tanki kapal membatu mandor

mesin, juru minyak. Wiper bertanggung jawab di semua


16

aspek tugas menjaga mesin, pemeliharaan, pembersihan,

dan perbaikan.

c. Catering Departmen

Catering Department bertanggung jawab untuk semua aspek

kuliner di atas kapal, dan kebersihan. Berikut ini adalah

bagian-bagian jabatan dari catering department :

1) Chief Cook

Chief Cook bertanggung jawab atas catering department

yang ada di kapal, laporan kepada Master/Nakhoda, dan

mengawasi atau memimpin Second Cook dan utility/helper

dalam semua aspek termasuk disiplin dan kebersihan.

Chief Cook mengatur anggaran dan kontrol pedoman

makanan dalam batas-batas yang ditetapkan oleh

Master/Nakhoda, merencanakan menu bervariasi, dan

bertanggung jawab untuk mempromosikan nilai-nilai gizi

serta memasak untuk petugas.

2) Second Cook

Second Cook bertugas membantu Chief Cook, membuat

laporan kepada Chief Cook, bertugas memasak sehari-hari

atas perintah Chief Cook, dan membantu atau mengawasi

utility pada aspek tugasnya.


17

3) Utility/Cook/Helper

Melayani Pejabat saat makan, membantu Chief Cook,

Second Cook, dan melakukan persiapan peralatan dapur

dan tugas kebersihan sehari-hari.

2.1.2. Crew Change

Crew Change merupakan proses pertukaran pelaut

berdasarkan rencana atau jadwal yang telah di tentukan

perusahaan pelayaran, dikarenakan kontrak pelaut tersebut

sudah selesai sehingga harus berganti posisinya diatas kapal.

1. Terjadinya crew change atau pergantian awak kapal di atas

kapal (mutasi naik turun) disebabkan beberapa

kemungkinan, yaitu :

a) Cuti

b) Atas Permintaan Sendiri

c) Menunggu penempatan dan Standby

d) Sakit

e) Habis masa kontrak, dan sebagainya

f) Pemeriksaan kesehatan sampai mendapatkan surat sehat

g) Mengikuti diklat kepelautan

h) Mengurus surat-surat yang habis masa berlakunya atau

revalidasi (passport, buku pelaut, sertifikat

ketrampilan, dan sebagainya).


18

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mutasi

atau pergantian awak kapal merupakan salah satu kegiatan paling

penting pada perusahaan agency dikarenakan crew kapal memiliki

batasan waktu dalam satu kontrak kerja di atas kapal. Kegiatan

tersebut memerlukan perhatian khusus dalam perusahaan agency

karena melibatkan banyak pihak, yaitu ship owner, Nakhoda

(sebagai perwakilan dari kapal) dan crew kapal yang akan di

gantikan ataupun yang akan menggantikannya.

2.1.3. Aturan yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan crew

change :

a. Aturan Keimigrasian

Sesuai rekomendasi International Maritime Organization

(IMO) tanggal 5 Mei 2020 dalam protokol crew change kapal

selama masa pandemi Covid 19, Direktorat Jendral Imigrasi

mengeluarkan kebijakan dispensasi Peraturan Menteri Hukum

dan HAM Nomor 11 Tahun 2020 tentang pelarangan sementara

orang asing masuk wilayah Indonesia, yaitu pemberian

persetujuan visa bagi orang asing yang akan bergabung dengan

alat angkutnya di wilayah Indonesia. Adapun persyaratannya

sebagai berikut :
19

1. Crew asing yang akan Sign On

a) Proses sebelum masuk ke wilayah Indonesia

1) Penjamin atau agen kapal mengajukan permohonan

persetujuan visa kunjungan dalam rangka

bergabung dengan kapal di wilayah Indonesia (Join

Vessel) melalui situs persetujuan visa online.

2) Persetujuan visa kunjungan indeks B211A di

terbikan.

3) Crew asing mengambil visa kunjungan indeks

B211A di Perwakilan Republik Indonesia di luar

negeri. Crew asing tidak perlu mengambil visa di

Perwakilan Republik Indonesia jika visa elektonik

diterbitkan.

2. Crew asing yang akan Sign Off

a) Agen kapal menyampaikan secara tertulis daftar crew

asing yang akan turun (Sign Off) dan mengajukan

permohonan pengembalian dokumen (Return Of

Document) kepada Kantor Imigrasi setempat, dengan

melampirkan dokumen perjalanan dan tiket

penerbangan ke negara asal atau keluar wilayah

Indonesia.

b) Pada dokumen perjalanan crew akan diterakan cap Exit

Pass oleh pejabat Imigrasi.


20

c) Terhadap crew asing yang akan meninggalkan wilayah

Indonesia akan dilakukan pemeriksaan Keimigrasian

dan pemberian tanda keluar oleh pejabat Imigrasi di

tempat pemeriksaan Imigrasi.

b. Aturan Karantina Pelabuhan

Kepada para Pemilik Kapal/Operator Kapal/Perusahaan

Keagenan Kapal (SIUPAL/ SIUPKK)/Perusahaan Perekrutan

dan penempatan Awak Kapal (SIUPKK), Unit Pelaksana

Teknis (UPT) di lingkungan Direktorat Jendral Perhubungan

Laut atau tenaga penunjang lainnya untuk dapat menerapkan

awak kapal sesuai yang tertuang dalam Surat Edaran Nomor

SE 43 Tahun 2020. Dengan diberlakukannya Surat Edaran

Nomor SE 43 Tahun 2020 ini, maka Surat Edaran Nomor SE

13 Tahun 2020 tentang pembatasan penumpang di kapal,

angkutan logistik dan pelayanan pelabuhan selama masa

darurat penanggulangan bencana Covid 19 KSOP Khusus

Batam, KSOP Kelas I, II, III, dan IV, UPP Kelas I, II, dan III

untuk dapat menyampaikan perubahan ini kepada seluruh

pemangku kepentingan (Stakeholder) dipelabuhan serta

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya.

1. Protokol Pengoperasian Transportasi Laut

Untuk Pelaku perjalanan Internasional harus memenuhi

ketentuan sebagai berikut :


21

a) Crew Kapal yang melakukan perjalanan Internasional

yang berstatus warga negara Indonesia (WNI) dari luar

negeri diijinkan memasuki Indonesia. Crew kapal

perjalanan Internasional merupakan penumpang yang

melakukan perjalanan dari luar negeri pada 14 hari

terakhir.

b) Crew WNA dari luar negeri dilarang masuk ke

Indonesia baik kedatangan secara lansung dipelabuhan

domestik atau kelanjutan antarmoda menuju pelabuhan

domestik kecuali memenuhi kriteria sebagai berikut :

1) Sesuai ketentuan yang diatur dalam Peraturan

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 315

26 Tahun 2020 Tentang visa dan izin tinggal dalam

masa adaptasi kebiasaan baru.

2) Sesuai skema perjanjian Bilateral Travel Corridor

Arrangment (TCA)

3) Mendapatkan pertimbangan atau izin khusus secara

tertulis dari Kementerian/Lembaga.

4) Seluruh penumpang WNI dan WNA dari luar negeri

harus tetap mengikuti ketentuan protocol kesehatan

yang ditetapkan oleh Pemerintah.

5) Penumpang WNI dan WNA harus menunjukan hasil

negative melalui tes Polymerase Chain Reaction

(PCR) sampelnya dilakukan dalam kurun waktu


22

maksimal 3 X 24 jam sebelum keberangkatan dan di

lampirkan pada saat pemeriksaan kesehatan atau E-

hac Internasional Indonesia.

2.2. Kerangka Teoritis

2.2.1. Penanganan crew kapal asing masuk ke perairan Indonesia

Penanganan pengurusan crew asing yang masuk di Indonesia

harus sesuai dengan ketentuan dan syarat yang berlaku oleh instansi

terkait atau dalam hal ini adalah Imgrasi. Apabila tidak sesuai dengan

prosedur yang berlaku maka akan menimbulkan kerugian dan sanksi.

Dengan resiko terbesar adalah dengan dipulangkannya kembali crew

atau orang tersebut ke negara asalnya. Maka sebagai agen harus

memberitahukan jenis visa apa yang harus dipakai untuk crew yang

masuk dan bekerja di kapal yang berda di wilayah perairan Indonesia,

jenis-jenis visa yang dapat digunakan oleh warga negara asing untuk

bekerja sebagai crew kapal di wilayah perairan Indonesia :

a) Visa B-211

Visa B-211 adalah visa kunjungan dalam jangka 60 hari dan dapat

digunakan bekerja di atas kapal berupa stiker yang tertempel di

dalam halaman passport dan sebelum visa ini habis (Expired)

pihak perusahaan atau cabang haurs mengkonversi ke Dahsuskim.

b) Visa singgah satu kunjungan (VSSK)

VSSK adalah visa singgah satu kunjungan berupa surat keterangan

pemberian visa untuk crew kapal dari warga negara asing yang

ingin bergabung ke kapal yang berlaku selama 14 hari, dan


23

sebelum 14 hari harus di Sign On dan di konversikan ke

Dahsuskim.

c) Visa On Arrival (VOA)

Adalah visa yang diberikan pada saat kedatangan untuk crew asing

yang akan bekerja dan tinggal di Indonesia, masa berlaku VOA

adalah 30 Hari visa diberikan.

2.2.2. Penanganan crew kapal asing yang keluar perairan Indonesia

Berikut prosedur crew asing yang keluar wilayah perairan

Indonesia :

a) Dahsuskim (Kemudahan Khusus Keimigrasian)

Dahsuskim adalah ketetapan pemerintah yang digunakan untuk

setiap crew yang berada diatas kapal yaitu kemudahan khusus

Keimigrasian yang diberikan oleh pihak Imigrasi selam 90 hari

kerja.

b) Multiple Exit Re-Entry Permit (MERP)

MERP adalah izin keluar wilayah Indonesia dan kembali lagi

bergabung dengan kapal yang sama tanpa mengurus Visa lagi

hanya dengan menunjukkan MERP tersebut kepada pihak

Imigrasi.

c) Exit Permit Only (EPO Crew)

EPO Crew adalah izin meninggalkan wilayah perairan

Indonesia dan tidak pernah kembali lagi, dan hanya untuk crew

asing yang bekerja diatas kapal yang diberikan oleh pihak

Imgrasi.
24

d) EPO Dahsuskim

EPO Dahsuskim adalah izin meninggalkan wilayah perairan

Indonesia dan tidak pernah kembali lagi, tetapi crew tersebut

adalah pemegang dahsuskim dan masih memiliki sisa waktu

dahsuskim maka dahsuskimnya harus di matikan karena akan

meninggalkan wilayah Indonesia dan hanya untuk crew asing

yang bekerja diatas kapal yang diberikan oleh pihak Imigrasi.

2.2.3. Instansi yang berkaitan dengan crew kapal asing

Dalam menangani crew kapal asing beberapa instansi yang

ditangani berkaitan guna dalam melayani crew kapal asing

diantaranya :

a) Keimigrasian

Untuk mencegah penyebaran Covid 19 di Indonesia,

Pemerintah RI melakukan pembatasan perjalanan bagi dan

orang asing ke wilayah Indonesia. Pembatasan lalu lintas orang

melalui pintu pemeriksaan Imigrasi dilaksanakan berdasarkan

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor

11 Tahun 2020 tentang Pelangaran Sementara Orang asing

masuk wilayah Republik Indonesia yang berlaku sejak tanggal

02 April 2020 pukul 00.00 WIB hingga batas waktu yang

belum di tentukan.
25

b) Kantor Kesehatan Kepelabuhan (KKP)

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dibentuk sebagai Unit

Pelaksanaan Teknis (UPT) Departemen Kesehatan yang

berperan sangat penting dan strategi dalam melaksanakan

fungsi cegah dan tanggal penyakit karantina dan penyakit

menular potensial wabah, meminimalisasi resiko yang timbul

dengan melaksanakan kegiatan kekarantinaan.

c) Kesyahbandaran

Menurut Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2008 pasal 1

ayat 56 Sayahbandar adalah pejabat pemerintah di pelabuhan

yang diangkat oleh Menteri dan memiliki kewenangan tertinggi

untuk menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap

dipenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan untuk

menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran.

2.2.4. Hambatan yang terjadi dalam menangani crew kapal asing

Dalam menangani crew asing yang masuk ke wilayah Indonesia

khususnya Kepulauan Batam terdapat hambatan yang sering terjadi

yaitu :

1) Crew datang dengan visa yang tidak sesuai dengan tujuan

kegiatannya masuk ke Indonesia maka crew tersebut tidak di

perkenakan masuk ke Indonesia sehingga dipulangkan kembali

ke negara asalnya.
26

2) Overstay, sering terjadi karena owner terlambat

mengkonfirmasi untuk pengajuan perpanjangan ijin tinggal.

3) Sering terjadinya Missunderstanding atau kesalah pahaman

anatara crew dan agen di karenakan kendala dalam berbahasa.


27

2.3. Kerangka Pikir

KEGIATAN CREW CHANGE PADA MASA PANDEMIC COVID 19

PADA KAPAL ASING DI PT. JAYDEN LINTAS SAMUDERA

PERATURAN KEGIATAN CREW CHANGE PADA MASA

PANDEMIC COVID 19 PADA KAPAL ASING

HAMBATAN YANG TERJADI DALAM MENANGANI CREW

KAPAL ASING PADA MASA PANDEMIC COVID 19

SOLUSI PENANGANAN CREW KAPAL ASING PADA MASA

PANDEMIC COVID 19

KELANCARAN KEGIATAN CREW CHANGE KAPAL ASING

PADA MASA PANDEMIC COVID 19 DI PT. JAYDEN LINTAS

SAMUDERA
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif,

pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang penting untuk memahami

suatu fenomena sosial dan perspektif indifidu yang di teliti. Tujuan

pokoknya adalah menggambarkan, mempelajari, dan menjelaskan

fenomena itu. Menurut Sugiyono (2019:18) metode penelitian kualitatif

adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai

lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci,

teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan) ,

analisisi data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif

lebih menekankan dari generalisasi.

3.2. Waktu dan Tempat

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama sepuluh bulan ketika masa praktek darat

berlangsung, yaitu terhitung dari tanggal 13 Agustus 2020 Sampai

dengan tanggal 21 Juni 2021.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama melaksanakan praktek darat, di sebuah

perusahaan pelayaran yaitu PT. Jayden Lintas Samudera yang

28
29

beralamatkan di Jalan Ruko Mega Legenda 2 Blok C3. No. 27, Batam

Centre, Kepulauan Riau.

3.3. Sumber Data

Data artinya informasi yang di dapatkan melalui pengukuran tertentu,

untuk digunakan sebagai landasan dalam menyusun argumentasi logis

menjadi fakta. Sedangkan fakta itu sendiri adalah kenyataan yang telah

diuji kebenarnya secara analisis data. Untuk mendapatkan data yang benar

sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian, serta untuk menyusun data

yang ada agar teratur. Menurut macam atau jenisnya, data di bedakan

menjadi dua, yaitu :

1. Data Primer

Menurut Sugiyono (2019:456) data primer yaitu sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data dikumpulkan

sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek

penelitian di lakukan. Dalam hal ini, data pada penelitian ini di peroleh

dengan cara atau metode survey dan terjun secara lansung langsung

pada objek penelitian yang diteliti pada waktu praktek darat, yaitu

dengan cara memahami dan mengamati secara lansung di lokasi

penelitian. Data ini di peroleh dengan melaksanakan observasi lansung

ke lokasi penelitian, dengan tujuan memperoleh data yang konkrit.

Pada umumnya, data dari sumber primer selalu di anggap lebih baik

dari pada data sumber sekunder. Hal ini di karenakan data primer

adalah data penunjang utama. Istilah-istilah dan unit pengukuran yang


30

di gunakan dalam data primer selalu di rumuskan secara lebih

sempurna. Dalam hal ini, penulis mendapatkan data primer dengan

pengamatan lansung dan wawancara, dengan narasumber tentang

masalah yang terjadi yaitu Optimaliasi kegiatan crew change pada

masa pandemic Covid 19 pada kapal asing di PT. Jayden Lintas

Samudera.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh tidak

berhubungan langsung memberikan data kepada pengumpul data

(Sugiyono, 2018:137). Sumber data yang dimaksud berupa bukti,

catatan atau laporan historis yang telah di tersusun. Data sekunder

digunakan sebagai data penunjang data primer yang di dapat.

Klarifikasi itu mungkin tidak sesuai bagi keperluan penelitian, karena

itu harus menyusun nya kembali. Sumber-sumber data sekunder dapat

di peroleh dari buku harian serta buku catatan PT. Jayden Lintas

Samudera. Bahan ini dapat mengungkapkan pengalaman orang lain,

serta pengembangan kelakuannya atas pengaruh lingkungan social

budaya. Biasanya bahan-bahan ini tiak mudah di peroleh kecuali

dengan hubungan pribadi.


31

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data yang diperoleh data dari suatu suatu proses

teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang memungkinkan

diperoleh dengan waktu yang relatitif lama. Teknik pengumupulan data

merupakan langkah yang strategis digunakan oleh peneliti yang bertujuan

untuk mendapatkan data dalam penelitian. Pada penelitian ini peneliti

memilih jenis kualitatif yang harus membutuhkan data yang jelas dan

spesifik. Menurut Sugiyono, (2018:224) bahwa pengumpulan data di

peroleh dari observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan pengamatan, wawancara, studi pustaka dan dokumentasi.

1. Metode Observasi (Pengamatan)

Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan

melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan terhadap keadaan

atau perilaku objek sasaran. Orang yang melakukan observasi disebut

pengobservasi (Observer) dan pihak yang di observasi disebut

terobservasi. Sedangkan menurut (Sugiyono, 2018) mengemukakan

bahwa Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri

yang spesifik bila di bandingkan dengan teknik yang lain, yaitu

wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu

berkomunikasi dengan orang maka observasi tidak terbatas pada orang,

tetapi juga objek alam yang lain. Dalam hal ini penulis melaksanakan

pengamatan di lokasi PT. Jayden Lintas Samudera mengenai


32

Optimalisasi Kegiatan crew change pada masa pandemic Covid 19 pada

kapal asing, mulai 13 Agustus 2020 sampai dengan 21 Juni 2021.

2. Metode Wawancara Menurut Sugiyono, (2018:140) wawancara adalah

percakapan dengan maksud tertentu yang di lakukan oleh dua pihak

yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan yang

di wawancarai (interviewe) untuk memberikan jawaban atas pertanyaan

yang di berikan. Objek penelitian ini menggunakan teknik wawancara

terstruktur yaitu dimana pewawancara memberikan pertanyaan yang

tidak sesuai dengan daftar pertanyaan yang sudah tertulis atau lebih

fleksibel, selain itu memberikan pertanyaan kepada informan seperti

intograsi pertukaran informasi dengan subjek yang di teliti dengan

situasi dan informasi yang di butuhkan oleh peneliti secara mendalam.

3. Studi Pustaka

Kepustakaan juga merupakan metode pelengkap dalam teknik

pengumpulan data. Metode kepustakaan di gunakan dengan maksud

untuk mendapatkan atau mengumpulkan data dengan jalan mempelajari

data yang berkaitan dengan pokok masalah yang akan di teliti yaitu

optimalisasi kegiatan crew change pada masa pandemic covid 19 pada

kapal asing. Metode kepustakaan ini digunakan juga sebagai pedoman

dalam penelitian dengan mempelajari teori yang berhubungan dengan

pokok permasalahan, sehingga pemecahan masalahnya tepat.


33

4. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2018:240) dokumentasi merupakan catatan

peristiwa yang berlalu berbentuk gambar, foto, sketsa, dan lain – lain ,

dokumentasi merupakan pelengkap dari pengguna metode observasi

dan wawancara. Objek penelitian ini dokumentasi sebagai pendukung

mengenai hasil penelitian dari observasi dan wawancara pada

operasional PT. Jayden Lintas Samudera agara semakin akurat dan

dipercaya.

3.5. Teknik Analisa Data

Menurut Sugiyono (2018:285) teknik analisa data berkenaan dengan

perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan pengujian hipotesis

yang di ajukan, digunakan untuk menguji parameter populasi melalui

statistik atau menguji ukuran populasi melalui data sampel. Dalam skripsi

penulis menganalisa data yang di peroleh dari hasil penelitian, berupa

fakta yang terjadi di lingkungan, studi pustaka dan juga metode

dokumentasi. Kemudian dibandingkan dengan teori yang ada sehingga

bisa diberikan solusi untuk masalah tersebut. Analisis data secara

sistematis dilakukan sebagai dengan tiga langkah secara bersamaan, yaitu :

1. Reduksi Data

Merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhaan

data, pengabstrakan dari transformasi data besar yang muncul dari

catatan catatan tertulis di lapangan.


34

2. Penyajian data penyajian sekumpulan informasi sistemastis yang

memeberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan.

3. Penarikan kesimpulan yang dilakukan sejak permulaan, pengumpulan

data, pembuatan pola, dan alur sebab akibat serta prosisi.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

PT. Jayden Lintas Samudera mulai berdiri pada tahun 2018 yang

sebelumnya merupakan cabang dari salah satu perusahaan ship agency

yaitu PT. Kanaka Dwimitra Manunggal yang memiliki banyak cabang

kantor di Indonesia. Untuk kantor PT. Jayden Lintas Samudera sendiri

beralamat di Jalan Ruko Mega Legenda 2 Blok 2 C3, No. 27, Batam

Centre, Kepualuan Riau. Selain beroperasi pada kegiatan crew change PT.

Jayden Lintas Samudera juga berperan dalam melayani kapal yang masuk

dan keluar dari pelabuhan batam, mengurus izin di Syahbandar, Bea

Cukai, Imigrasi dan Karantina, mengurus dokumen-dokumen kapal yang

telah habis masa berlakunya berupa sertifikat kapal, paspor, buku pelaut,

dan juga mengurus izin labuh dan bunker dan lainya. PT. Jayden Lintas

Samudera selalu berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada

pihak owner oleh karena itu beberapa perusahaan seperti Batamec

Shipyard, Aldive Diving Company, Meratus, Shelf Subsea, Transcoal

Pacific, Norstar, Splosna Plovba Ltd, dan Ecogreen Oleochemicals Telah

mempercayai jasa pelayanan PT. Jayden Lintas Samudera.

Visi PT. Jayden Lintas Samudera adalah menjadi perusahaan ship agency

nasional kelas dunia. Maka untuk mewujudkan hal tersebut PT. Jayden

Lintas Samudera selalu memberikan pelayanan yang sangat baik kepada

pihak owner agar pihak owner selalu mempercayai PT. Jayden Lintas

Samudera. Misi PT. Jayden Lintas Samudera adalah menjalankan usaha

35
36

ship agency secara terintegrasi dan berdasarkan prinsip-prinsip komersial

yang kuat yaitu seperti :

a. Clean

Dikelola secara professional, menghindari benturan kepentingan,

menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas.

b. Competitive

Mampu berkompentensi dalam skala regional maupun internasional.

c. Confident

Membangun kebanggaan bangsa.

d. Customer Focused

Berorientasi pada kepentingan pelanggan, dan berkomitmen untuk

memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.

e. Commercial

Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil

keputusan berdasarkan prinsip bisnis yang sehat.

f. Berkemampuan

Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang professional yang memiliki

talenta dan penguasaan teknis yang tinggi, berkomitmen dalam

membangun kemampuan riset dan pengembangan.


37

4.2. Proses Crew Change Kapal Asing di PT. Jayden Lintas Samudera

Prosedur Crew Change untuk join dikapal melalui beberapa

tahapan mulai dari seleksi sesuai kebutuhan dikapal sampai dengan

Crew tersebut on di kapal. Untuk Crew yang telah berakhir masa

kontrak, mutasi atau keperluan lain yang akan off dari kapal wajib

diberikan pelayanan atau pengurusan sampai Crew tersebut

diberangkatkan ketempat tujuan sesuai kontrak kerja. Pelayanan PT.

Jayden Lintas Samudera dalam pengurusan crew asing adalah

memberikan pelayanan didalam mengurusi dokumen izin

Keimigrasian, dan Karantina Pelabuhan di instansi Imigrasi dan

Karantina Kepelabuhan penyediaan fasilitas hotel, tiket kembali ke

negara asal maupun fasilitas rumah sakit apabila ada crew yang sakit

dan pelayanan akomodasi transportasi. Adapun syarat-syarat izin

masuk ke wilayah Indonesia antara lain:

a. Memiliki dokumen perjalanan yang valid dan sah (Masa berlaku

yang tertera didalam pasport tidak boleh kurang dari 6 bulan)

b. Tidak termasuk dalam daftar pencekalan untuk masuk di wilayah

Perairan Indonesia (Buronan atau seseorang yang mempunyai

masalah hukum di negara asalnya dan tidak diperkenankan untuk

keluar dari negara tersebut).

c. Keterangan jaminan tersedianya biaya hidup selama di Indonesia

(Izin tinggal maupun singgah).


38

d. Memegang visa yang sesuai dengan tujuan tinggal di Indonesia

(Visa kunjungan sebagai wisatawan atau turis selama di Indonesia

tidak diperkenankan digunakan untuk bekerja di Indonesia).

e. Terbebas dari paparan virus covid-19 dan telah diuji mengunakan

Swab PCR (Polymerase Chain Reaction) Test yang valid.

1. Kedatangan crew kapal

Proses penanganan kedatangan crew kapal yang akan begabung

atau yang akan join ke kapal asing :

a. Penjemputan crew kapal dibandara oleh agen.

b. Mengantar crew ke kapal untuk karantina selama 5 hari

dihotel apabila crew sudah melakukan satu kali vaksin. Jika

crew sudah full dose atau dua kali vaksin maka crew hanya

melakukan karantina 3 hari saja.

c. Setelah hari ke 3 crew kapal akan melaksanakan test PCR

(Polymerase Chain Reaction) yang diawasi oleh pihak

kesehatan pelabuhan.

d. Hari ke 4 nya crew yang hasil PCR (Polymerase Chain

Reaction) nya negatif dapat bergabung ke kapal dengan

melaksanakan Health Certificate di Kantor Kesehatan

Pelabuhan (KKP).

e. Setelah melaksanakan Health Certificate, crew dapat

bergabung di kapal .

f. Setelah crew bergabung di kapal, pasport yang dipegang agen

segera di bawa keimigrasi untuk dicap join vessel.


39

2. Keberangkatan crew kapal

Proses penanganan keberangakatan crew kapal yang akan pulang

ke negaranya masing masing atau keberangkatan crew kapal yang

sudah berakhir masa kerjanya dikapal :

a. Pengawasan PCR-1 (Polymerase Chain Reaction) bagi crew

yang akan sign off apabila kapal baru saja datang dari luar

negeri. Seluruh crew diwajibkan untuk mempunyai hasil test

PCR last port atau pelabuhan terakhir yang dikunjungi.

Apabila kapal atau crew tidak memilikinya diwajibkan untuk

PCR kedatangan dipelabuhan yang akan dilakukan crew

change.

b. PCR-2 dilaksanakan setelah crew kapal PCR-1 karantina

selama 3 hari diatas kapal. Setelah karantina ke 3, hari ke 4

dilaksanakan PCR-2 dengan diawasi oleh petugas Kesehatan

Pelabuhan.

c. Pengurusan EPO (Exit Permit Only) bagi crew kapal yang

belum memiliki Dahsuskim (kemudahan khusus keimigrasian).

d. Setelah pengurusan dokumen EPO, shore pas, sign off dan

waskat (pengawasan melekat) di Imigrasi. Hasil PCR-2

divalidasi di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).

e. Keesokan hari nya crew kapal diantar ke bandara sesuai jam

tiket yang sudah dipesan.


40

4.3. Analisa Masalah

4.3.1. Faktor-faktor penyebab kegiatan crew change tidak

berjalan dengan lancar pada PT. Jayden Lintas Samudera

Pada setiap perusahaan pelayaran pasti ingin perusahaan tersebut

dapat berkembang sesuai dengan yang diinginkan. Pada setiap

perusahaan selalu memberikan pelayanan yang berbeda–beda

untuk crew kapalnya.

1. Pengiriman crew kapal (Sign On) yang tidak sesuai jadwal di

karenakan crew terpapar Covid 19

Perusahaan menginginkan pengiriman crew kapal tepat waktu

sesuai dengan yang di jadwalkan untuk memangkas biaya

akomodasi perusahaan. Pengiriman crew kapal tepat waktu

juga akan memudahkan proses rotasi crew kapal baik yang

sedang melaksanakan on board maupun crew kapal yang

sedang melaksankan cuti di darat. Namun karena masa

pandemi Covid 19 menyebabkan ketidakstabilan dan kurang

berjalan lancarnya kegiatan crew change karena sering

terjadinya crew yang akan on board atau pun dalam perjalan

yang akan join ke kapal sering terpapar Covid 19 dan

menyebabkan pengiriman crew kapal tidak sesuai dengan yang

diharapkan maka akan menggangu proses rotasi crew kapal

yang direncanakan dan membengkaknya biaya akomodasi

perusahaan.
41

2. Crew kapal yang tidak mematuhi Protokol Kesehatan Covid

19

Pada masa pandemi Covid 19, biaya akomodasi perusahaan

meningkat namun selain dari biaya perusahaan yang

meningkat. Pemerintah mengambil kebijakan ataupun

peraturan baru untuk kegiatan industri maritim dalam upaya

pencegah atau pemutusan penyebaran Covid 19, termasuk

dalam kegiatan crew change yang dimana diterapkan nya

protokol kesehatan untuk crew kapal untuk pencegahan virus

Covid 19 pada masa pandemi tersebut agar kegiatan dapat

berjalan dengan baik dan lancar, tetapi masih saja ada crew

kapal yang tidak mematuhi aturan baru tersebut yang membuat

petugas instansi kurang nyaman saat melakukan pengecekan

ataupun pemantaun kegiatan yang sedang berlangsung dan

membuat kegiatan tidak berlangsung dengan lancar. Untuk itu

pihak agen selalu di minta untuk selalu memantau atau pun

mengingat kan crew kapal harus selalu mematuhi protokol

kesehatan dan jika masih ada tidak megikuti peraturan tersebut

maka ada di berikan sanksi

3. Permintaan crew change kapal yang mendadak karena ada

crew yang terpapar covid 19

Kualitas crew di atas kapal sangat dipengaruhi oleh

pelaksanaan rekrutmen awal pada saat crew tersebut

melaksanakan rangkaian seleksi. Permintaan crew kapal yang


42

mendadak karena adanya crew kapal terpapar oleh virus Covid

19 dan harus di karantina khusus untuk beberapa hari atau pun

beberapa minggu menyebab pemilik kapal atau owner harus

segera mengganti crew tersebut untuk menghindari biaya

tambahan akibat kapal mengalami keterlambatan (demurrage).

Tidak hanya dari segi permintaan crew kapal yang mendadak

juga sangat mempengaruhi proses pada tahapan persiapan

dokumen. Dengan waktu yang singkat rawan terjadi kekeliruan

pada saat persiapan dokumen karena tidak sedikitnya dokumen

yang harus dipersiapkan.

4. Crew yang tidak stand by pada saat di karantina atau isolasi

untuk join ke kapal (sign on) atau pulang ke negara asal nya

(sign off ) di masa pandemi Covid 19 ini crew kapal di minta

untuk menjalankan karantina atau isolasi di hotel yang telah di

setujui oleh pihak kesehatan kepelabuhan sebelum join ke

kapal atau pun yang akan pulang ke negara asalnya berdasarkan

peraturan yang telah di tetapkan. Namun untuk peraturan

tersebut masih banyak saja crew yang melanggar aturan

tersebut yang menyebabkan ketidaklancaran kegiatan, karena

tidak menutup kemungkinan crew kapal yang tidak stand by

atau tidak mengikuti prosedur yang ada sangat berpeluang

besar terpapar Covid 19 yang akan berdampak pada penundaan

waktu yang membuat proses crew change menjadi lebih lama


43

di karenakan tidak sesuai nya jadwal crew yang akan sign on

atau pun sign off dengan jadwal yang telah di tentukan.

4.4. Solusi yang dilakukan PT. Jayden Lintas Samudera dalam

mengoptimalkan kegiatan crew change pada masa pandemi

Covid 19

4.4.1. Pemberlakuan surat pernyataan dan pemberian Sanksi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sanksi adalah

tindak (hukuman) demi memaksa seseorang untuk mengikuti

atauran atau untuk mematuhi ketentuan undang-undang. PT.

Jayden Lintas Samudera memberikan sanksi resmi kepada crew

kapal yang melanggar sebuah aturan. Misalnya ketika kapal yang

akan masuk ke pelabuhan singgah mereka akan mendapat surat

pernyataan yang harus ditanda tangani. Surat pernyataan tersebut

berisi tentang pelaksanaan surat perjanjian (statement letter) yang

menyatakan bahwa seluruh crew kapal tidak di perbolehkan untuk

pesiar atau turun kapal tanpa alasan yang jelas dan sepengetahuan

dari pihak instansi yang terikat mau pun agen. Hal ini dilakukan

untuk mencegah crew kapal terpapar covid 19, meraupkan

peraturan yang telah di tetapkan untuk pemutusan rantai Covid 19.

Hanya crew yang akan sign off di perbolehkan turun dari kapal

sesuai dengan perizinan dari pihak kesehatan kepelabuhan dan akan

lansung di jemput untuk di antarkan ke tempat isolasi yang telah di

setujui oleh pihak kesehatan pelabuhan sehingga untuk crew kapal


44

yang akan sign off bisa berjalan sesuai rencana. Bagi crew kapal

yang tetap melanggar aturan yang telah ditetapkan akan

mendapatkan sanski berupa :

1. Penurunan DWT kapal, misalnya kapal sebelumnya memiliki

DWT 30.000 diturunkan ke kapal yang memiliki DWT 6.500

(diturunkan ke kapal yang lebih kecil).

2. Penundaaan proses promosi jabatan, misalnya dari jabatan

Third Officer menjadi Second Officer akan terhambat apabila

crew kapal melanggar peraturan yang telah ditetapkan, begitu

juga berlaku untuk jabatan lainnya.

3. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

4.4.2. Memperbaiki SOP kegiatan crew change terhadap pelayanan crew

kapal asing agar dapat berjalan dengan lancar seperti menghindari

terjadi nya keterlambatan kegiatan crew change yang di akibatkan

oleh pandemi Covid 19.

4.4.3. Menambahkan jumlah perekrutan crew untuk di cadangkan kan,

jika ada crew yang akan Sign on terpapar Covid 19 lnsung bisa di

gantikan oleh crew yang telah stand by tersebut lebih cepat dan

tidak mengalami keterlambatan jadwal saat kegiatan crew

berlangsung agar kegiatan crew change dapat berjalan sesuai

dengan jadwal yang telah di tentukan.


BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis selama

melaksanakan penelitian di PT. Jayden Lintas, maka penulis dapat

menyimpulkan dari permasalahan yang terjadi tersebut adalah :

1. Yang menyebabkan kegiatan crew change pada kapal asing kurang

berjalan lancar dalam proses kegiatan crew change pada masa pandemi

Covid 19 disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :

a. Pengiriman crew kapal yang akan Sign On yang tidak sesuai dengan

jadwal yang telah di tentukan di karena crew terpapar Covid 19.

b. Crew kapal yang tidak mematuhi Protokol Kesehatan Covid 19.

c. Crew yang tidak stand by pada saat di karantina / isolasi untuk join ke

kapal (sign on) atau pulang ke negara asal nya (sign off ).

2. Solusi yang dilakukan oleh PT. Jayden Lintas Samudera terhadap kurang

berjalan dengan lancarnya kegiatan crew change pada kapal asing antara

lain :

a. Pemberlakuan surat pernyataan (statement letter) dan sanksi bagi para

crew kapal yang melanggar aturan agar lebih disiplin dalam mengikuti

aturan yang telah ditetapkan.

b. Memperbaiki SOP kegiatan crew change terhadap pelayanan crew

kapal asing agar dapat berjalan dengan lancar seperti untuk

45
46

menghindari terjadi nya keterlambatan sign on / sign off crew kapal

yang telah di tentukan jadwalnya.

c. Menambahkan jumlah perekrutan crew untuk di cadangkan kan,

sebagai bentuk mengantisipasi jika terjadi crew yang akan Sign on

terpapar Covid 19 langsung bisa di gantikan oleh crew kapal lain nya

yang telah stand by agar tidak mengalami keterlambatan jadwal saat

kegiatan crew berlangsung dan supaya kegiatan dapat berjalan sesuai

dengan jadwal yang telah di tentukan.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian yang telah dilaksanakan oleh

penulis, maka penulis memberikan saran guna sebagai bahan pertimbangan

dan masukan bagi PT. Jayden Lintas Samudera adalah sebagai berikut :

1. Pihak perusahaan crewing diharapkan dapat memberikan motivasi dan

pengertian tentang pentingnya disiplin dalam menjalankan setiap kegiatan

agar para crew kapal dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan

ketentuan perusahaan, seperti mengikuti SOP yang telah di terapkan pada

saat masa pandemi Covid 19.

2. Pihak perusahaan agar bisa memberikan reward dan punishment kepada

crew kapal. Sehingga crew kapal akan lebih giat dalam bekerja atau pun

mengikuti aturan yang telah di tetapkan dan meminimalisir melakukan

kesalahan-kesalahan agar tidak mendapatkan punishment dari perusahaan.

Pemberian reward yang dimaksud antara lain pemberian bonus, proses


47

promosi jabatan yang lebih cepat, dan lain seabagainya. Sedangkan untuk

punishment yang diberikan antara lain seperti proses penundaan promosi

jabatan, diturunkan grade kapal ke DWT yang lebih kecil, sampai bisa

terjadi (Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

3. Menambahkan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk ditempatkan di

bagian crew kapal, agar jika terjadi crew kapal yang terpapar covid 19

bisa langsung di gantikan karena pada masa pandemi Covid 19 tidak

jarang crew kapal yang terpapar Covid 19 supaya tidak terjadi

keterlambatan kegiatan yang mengakibatkan kerugian perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai