POLICY
BRIEF
Volume 11 No. 02
Tahun 2017
Pengembangan energi dari kayu sebagai salah satu alternatif pengembangan yang
sangat penting dalam pengusahaan hutan dan hasil hutan. Hal ini sejalan dengan
program prioritas 2018 pada Sidang Kabinet Paripurna tanggal 1 Pebruari 2017 tentang
ketahanan energi 2018 yang meliputi 1) Energi baru terbarukan (EBT) dan konservasi
energi; 2) Pemenuhan kebutuhan energi nasional. Kontribusi sub sektor kehutanan
dalam program tersebut antara lain yaitu mengoptimalkan manfaat ekonomi
pengusahaan budidaya tanaman penghasil energi, pasokan/pemanfaatan limbah kayu
dan pengolahan energi biomassa hutan sebagai EBT dalam pemenuhan kebutuhan
energi nasional, selain itu dapat menciptakan lapangan kerja serta meningkatkan
pendapatan bagi masyarakat dan penduduk sekitar hutan. Berkaitan dengan hal tersebut
Ringkasan
dalam jangka pendek, menengah dan panjang, policy brief ini dimaksudkan untuk
Eksekutif memberi informasi sebagai gagasan dalam mengembangkan sumber energi terbarukan
yang bersumber dari biomassa hutan. Kajian difokuskan pada aspek sosial, ekonomi
dan kebijakan energi biomassa hutan sebagai energi terbarukan dalam upaya
menyamakan presepsi dalam pengembangan energi biomassa hutan. Selain itu bagi
industri pengolahan kayu dapat mendaur ulang limbah kayu untuk energi terbarukan.
Hasil kajian menunjukkan bahwa pengembangan Hutan Tanaman Industri Energi
(HTI-E) perlu digagas oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK)
untuk dimotivasi dan mendapat dukungan politik dari legislatif sehingga menjadi
komitmen program prioritas bersama.
Kondisi 1) Hutan sebagai mesin devisa dengan pasokan/ pemanfaatan limbah kayu,
Saat Ini membabat kayu, telah mengakibatkan peng-olahan energi biomassa hutan
kehancuran sumber-daya hutan, sebagai E B T dalam pemenuhan
pengembangan energi dari kayu kebutuhan energi nasional,
sebagai salah satu alternatif menciptakan lapangan kerja dan
pengembangan yang sangat penting meningkatkan pendapatan bagi
dalam pengusahaan hutan dan hasil masyarakat dan penduduk sekitar
hutan. hutan.
2) Program prioritas 2018 pada Sidang 4) Di bawah pengaruh Protokol Kyoto,
Kabinet Paripurna tanggal 1 Pebruari Pemerintah Indonesia
2017 tentang ketahanan energi 2018 memperkenalkan kebijakan untuk
y a n g m e l i p u t i a ) E n e rg i b a r u mempromosikan pengembangan
terbarukan (EBT) dan konservasi bahan bakar biomassa hutan dan pada
energi, b) Pemenuhan kebutuhan tanggal 31 Januari 2012 telah
energi nasional. mengeluarkan beberapa subsidi pajak
3) Kementerian LHK dapat berkontribusi untuk pengembangan bio-energi, bio-
dalam manfaat ekonomi pengusahaan gas dan pemanfaatan kembali limbah
budidaya tanaman penghasil energi, padat lainnya.
ELECTRICITY
ELECTRICITY
Referensi Ahmad, N. R. 2015. Energi biomassa hutan. Effendi, dkk. 2014. Prospek ekonomi kayu energi
Disampaikan Dalam FGD Efektifitas (untuk bisnis energi terbarukan). Presentasi
Kebijakan Hutan Tanaman Energi, Jakarta, 16 Pengembangan Kayu Energi Badan Litbang
Desember 2015. kehutanan, Bogor, 2014. Tidak diterbitkan
Anonim. (2017). Panduan penggunaan untuk sektor Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 tahun
pasokan bioenergi: Indonesia 2050 Pathway 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan
Calculator. Diunduh 1 Maret 2017 dari Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan
http://calculator2050.esdm.go.id/assets/mini Bakar Lain.
_paper/bioenergi/id/Panduan%20Pengguna Kemenkeu. (2014). Analisis biaya dan manfaat
%20untuk%20Sektor%20Bioenergi.pdf. pembiayaan investasi limbah menjadi energi
Bustomi, S. dan Effendi, R. (2013). Aspek sosial melalui kredit program. Diunduh 1 Maret
ekonomi pengolaham wood pellet. 2017 dari http://www.kemenkeu.go.id.
Presentasi Hasil Penelitian Balitbang Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.12/Menlhk-
Kehutanan, Cisarua, Bogor, April 2013. II/2015 tentang Pembangunan Hutan
Effendi, R., Bangsawan, I., dan Mulyadin, R.M. 2010. Tanaman Industri.
Analisis nilai tegakan (stumpage value) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18/Menhut-
hutan tanaman. (Laporan Hasil Penelitian). II/2011 tentang Pedoman Pinjam Pakai
Bogor: Puslitbang Perubahan Iklim dan Kawasan Hutan.
Kebijakan. Tidak Dipublikasikan.Effendi, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
R., Bangsawan, I., dan Astana, S. 2010. Nomor P.39/MenLHK-Setjen/2015 tentang
Analisis kelayakan finansial usaha hutan Rencana Strategis Kementerian Lingkungan
tanaman dan perkebunan. (Laporan Hasil Hidup Dan Kehutanan tahun 20152019.
Penelitian). Bogor: Puslitbang Perubahan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 tahun
Iklim dan Kebijakan. Tidak Dipublikasikan. 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional
Effendi, R., Astana, S., dan Bangsawan, I. 2012. Santoso, H. 2006. Energi hayati sebagai solusi krisis
Analisis kelayakan finansial usaha hutan energi: Peluang dan tantangannya di
tanaman dan perkebunan. (Laporan Hasil Indonesia. Prosiding Seminar Nasional,
Penelitian). Bogor: Puslitbang Perubahan Surakarta, 8 April 2006.
Iklim dan Kebijakan. Tidak Dipublikasikan. Syahadat, E., Karyono, O.K., dan Parlinah, N. 2010.
Effendi, R., Rofandi, N., S., Puspitojati, T., dan Analisis kebijakan penyediaan hutan
Bangsawan, I. 2016. Kajian aspek sosial tanaman. (Laporan Hasil Penelitian). Bogor:
ekonomi kebijakan terkait biomassa hutan Puslitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan.
sebagai energi terbarukan. (Laporan Kajian Tidak Dipublikasikan.
Isu Aktual Strategis). Bogor: Puslitbang
Perubahan Iklim dan Kebijakan. Tidak
Dipublikasikan.