Anda di halaman 1dari 6

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL, ISSN: 2085-787X

EKONOMI, KEBIJAKAN DAN PERUBAHAN IKLIM


BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

POLICY
BRIEF
Volume 11 No. 02
Tahun 2017

Sumber foto: benergi.com

MENGGAGAS ENERGI BIOMASSA HUTAN


SEBAGAI SUMBER ENERGI TERBARUKAN
Rachman Effendi, Nanang Roffandi, Triyono Puspitodjati, dan Indah Bangsawan

Pengembangan energi dari kayu sebagai salah satu alternatif pengembangan yang
sangat penting dalam pengusahaan hutan dan hasil hutan. Hal ini sejalan dengan
program prioritas 2018 pada Sidang Kabinet Paripurna tanggal 1 Pebruari 2017 tentang
ketahanan energi 2018 yang meliputi 1) Energi baru terbarukan (EBT) dan konservasi
energi; 2) Pemenuhan kebutuhan energi nasional. Kontribusi sub sektor kehutanan
dalam program tersebut antara lain yaitu mengoptimalkan manfaat ekonomi
pengusahaan budidaya tanaman penghasil energi, pasokan/pemanfaatan limbah kayu
dan pengolahan energi biomassa hutan sebagai EBT dalam pemenuhan kebutuhan
energi nasional, selain itu dapat menciptakan lapangan kerja serta meningkatkan
pendapatan bagi masyarakat dan penduduk sekitar hutan. Berkaitan dengan hal tersebut
Ringkasan
dalam jangka pendek, menengah dan panjang, policy brief ini dimaksudkan untuk
Eksekutif memberi informasi sebagai gagasan dalam mengembangkan sumber energi terbarukan
yang bersumber dari biomassa hutan. Kajian difokuskan pada aspek sosial, ekonomi
dan kebijakan energi biomassa hutan sebagai energi terbarukan dalam upaya
menyamakan presepsi dalam pengembangan energi biomassa hutan. Selain itu bagi
industri pengolahan kayu dapat mendaur ulang limbah kayu untuk energi terbarukan.
Hasil kajian menunjukkan bahwa pengembangan Hutan Tanaman Industri Energi
(HTI-E) perlu digagas oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK)
untuk dimotivasi dan mendapat dukungan politik dari legislatif sehingga menjadi
komitmen program prioritas bersama.

1 Policy Brief Volume 11 No. 02 Tahun 2017


Pernyataan 1) Terjadinya penurunan peranan industri produktif, seharusnya untuk
Masalah bebasis kayu, ketersediaan energi yang mendorong percepatan mandatnya
semakin langka, sumber daya alam termasuk:
yang semakin rusak, dan bencana alam Ÿ Penyediaan bahan baku BBN
merupakan isu-isu yang sangat kritis yaitu Pembangunan Hutan
di masa depan. Tanaman Industri Energi (HTI-E).
2) Pengembangan energi dari biomassa Ÿ Penyiapan teknologi pengolahan.
hutan yang ada saat ini belum Ÿ Pengembangan energi alternatif
didukung oleh kebijakan bidang berbasis tanaman hutan.
perekonomian yang berpihak kepada 4) Bio-energi mulai dipikirkan para pakar
usaha kecil menengah dan koperasi energi global sebagai salah satu
(UMKM) serta pemerataan sumber energi terbarukan potensial
kesempatan dan peluang kerja bagi yang ramah lingkungan dan
masyarakat, padahal potensinya berkelanjutan, utamanya yang
sangat besar dan letak hutan yang berbasis biomassa hutan.
sangat strategis. 5) Permasalahan dalam meng-upayakan
3) Berdasarkan Instruksi Presiden kemandirian dan ketahanan energi
Republik Indonesia Nomor 1 tahun nasional sangat luas dan komplek
2006 tentang Penyediaan dan menyangkut aspek : ekonomi, teknis,
Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati perdagangan, infrastruktur, dilematis,
(Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain, etik, pemahaman, politik, serta konflik
biomassa merupakan salah satu interes.
sumber energi terbarukan yang 6) Pengembangan energi biomassa hutan
berasal dari sumberdaya alam, tetapi sebagai EBT memerlukan dukungan
potensi biomassa hutan sangat besar penelitian dan pengembangan dengan
dan posisi hutan juga sangat strategis sumber pendanaan yang cukup yang
belum dimanfaatkan. Inpres tersebut dikelola secara khusus dan
perlu segera direvisi karena berkelanjutan dalam kaitannya
membatasi peran sektor kehutanan dengan keekonomian pemanfaatan
(Kementerian LHK) dalam peng- jenis-jenis kayu energi, peningkatan
embangan biofuel, dimana peran produktivitas dan nilai kalor, sistim
Kementerian LHK hanya mendapat silvikultur, pemuliaan pohon, dan
mandat terkait penyediaan lahan pengayaan variasi genetik.
pengembangan pada lahan tidak

Kondisi 1) Hutan sebagai mesin devisa dengan pasokan/ pemanfaatan limbah kayu,
Saat Ini membabat kayu, telah mengakibatkan peng-olahan energi biomassa hutan
kehancuran sumber-daya hutan, sebagai E B T dalam pemenuhan
pengembangan energi dari kayu kebutuhan energi nasional,
sebagai salah satu alternatif menciptakan lapangan kerja dan
pengembangan yang sangat penting meningkatkan pendapatan bagi
dalam pengusahaan hutan dan hasil masyarakat dan penduduk sekitar
hutan. hutan.
2) Program prioritas 2018 pada Sidang 4) Di bawah pengaruh Protokol Kyoto,
Kabinet Paripurna tanggal 1 Pebruari Pemerintah Indonesia
2017 tentang ketahanan energi 2018 memperkenalkan kebijakan untuk
y a n g m e l i p u t i a ) E n e rg i b a r u mempromosikan pengembangan
terbarukan (EBT) dan konservasi bahan bakar biomassa hutan dan pada
energi, b) Pemenuhan kebutuhan tanggal 31 Januari 2012 telah
energi nasional. mengeluarkan beberapa subsidi pajak
3) Kementerian LHK dapat berkontribusi untuk pengembangan bio-energi, bio-
dalam manfaat ekonomi pengusahaan gas dan pemanfaatan kembali limbah
budidaya tanaman penghasil energi, padat lainnya.

Menggagas Energi Biomassa Hutan Sebagai Sumber Energi Terbarukan 2


5) Instruksi Presiden Republik Indonesia sebesar 23% dan 10% dalam bauran
Nomor 1 tahun 2006 tentang 31% pada tahun 2050.
Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan 9) Kayu yang digunakan sebagai sumber
Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai biomassa hutan untuk bahan baku
Bahan Bakar Lain, dimana biomassa energi dapat bersumber dari:
merupakan salah satu sumber energi Ÿ Limbah logging (sebesar 20% sd
terbarukan yang berasal dari 40% dari total tegakan kayu)
sumberdaya alam yang pada dasarnya Ÿ Limbah industri pengolahan kayu
dapat berasal dari biomassa hutan Ÿ Hutan tanaman (HTI-E, HTR)
yaitu tanaman kayu-kayuan. Ÿ Hutan desa
7) Energi biomassa hutan sebagai sumber Ÿ Hutan adat / rakyat
energi terbarukan yang dihasilkan dari Ÿ Tanaman hasil penghijauan (1
p e n g o l a h a n k a y u e n e rg i d a p a t Milyar/Tahun)
berbentuk padat, cair atau gas. Yang Ÿ Agroforestry
berbentuk padat antara lain kayu bakar, Ÿ Land Clearing HTI, tambang dan
serpih (chip), pelet atau briket dan kebun
arang. Penggunaan energi tersebut 10)Gambaran tingkat keuntungan usaha
dapat untuk sektor rumah tangga, pemanfaatan kayu energi masing-
sektor industri, sektor transportasi dan masing untuk kayu bakar (KB), wood
perdagangan. pellet (WB) dan listrik (rumah tangga
8) Komitmen Kementerian LHK telah dan industri):
menetapkan peran energi terbarukan 11)Hasil kajian keekonomian me-
berbasis biomassa hutan akan berperan
nunjukan usaha H T I-E sebagai
5% dari bauran energi tahun 2025

ELECTRICITY

ELECTRICITY

b i o m a s s a h u t a n u n t u k e n e rg i 13)Adanya gagasan pemanfaatan energi


terbarukan cukup menguntungkan biomassa hutan untuk energi
dan layak ditumbuhkembangkan terbarukan akan berdampak terhadap
secara finansial & ekonomi. peningkatan aktivitas perekonomian,
12)Beberapa faktor ekonomi dan adanya adopsi inovasi dan
kelembagaan yang berpengaruh nyata pengembangan energi biomassa
terhadap daya saing usaha HTI-E hutan.
adalah harga jual kayu bulat, 1 4 ) G a g a s a n p e m a n f a a t a n e n e rg i
kebijakan larangan ekspor kayu bulat, biomassa (terutama dari limbah)
jaminan pemberian kredit bank untuk energi terbarukan ke-
(Bankable), biaya transaksi, dan tata berhasilannya tergantung pada
usaha kayu. beberapa hal, di antaranya adalah: (a)

3 Policy Brief Volume 11 No. 02 Tahun 2017


Adanya kebijakan yang lebih mendukung eksternalitas lingkungan dan sosial ke
pengembangan EBT, (b) Ketersedian dalam biaya produksinya, sehingga
bahan baku (limbah) yang menghasilkan harga feed stock yang
berkelanjutan (sustainable), (c) Energi berkeadilan untuk menjamin
fosil dan listrik yang tinggi harganya keberlanjutan pasokannya.
dan tidak bersubsidi, (d) 18)Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
Pengembangan dilakukan untuk P. 1 8 / M e n h u t - I I / 2 0 11 t e n t a n g
mensubstitusi jenis energi fosil yang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan
digunakan; (e) Adanya keterbatasan Hutan dan Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.12/Menlhk-
lahan untuk pembuangan limbah; (f)
II/2015 tentang Pembangunan Hutan
Tipping fee yang tinggi untuk
Tanaman Industri, dikelompokkan
pembuangan limbah; dan (g) adanya
menjadi 3 kelompok yaitu: (a)
dukungan publik akan pengembangan tanaman hutan berkayu penghasil
EBT (Kemenkeu, 2014). kayu, pangan dan energi; (b) tanaman
15)Pembangunan HTI-E terus budidaya tahunan berkayu penghasil
digalakkan sebagai sumber energi kayu, pangan dan energi; dan (c)
potensial dan terpercaya untuk tanaman lainnya penghasil pangan dan
dikembangkan sebagai sumber bahan energi. Jadi beragam jenis hutan
baku (feed stock) yang berkelanjutan tanaman, yaitu Hutan Tanamn Industri
dibandingkan dengan sawit yang (HTI), Hutan Desa, Hutan Tanaman
bertabrakan dengan pangan. Besarnya Rakyat (HTR), Hutan Tanaman Hasil
potensi energi biomassa tersebut Hutuan Bukan Kayu (HT-HHBK) dan
belum ter-manfaatkan dengan baik Hutan Kemasyarakatan (HKm) dapat
sebagai-mana yang tercantum pada dikelola untuk menghasilkan beragam
Panduan Penggunaan untuk Sektor produk, termasuk energi.
Pasokan Bioenergi: Indonesia 2050 19)Rencana Penelitian Integratif (RPI)
Pathway Calculator (Anonim, 2017), Badan Penelitian dan Pengembangan
bahwa biomassa yang termanfaatkan Kehutanan 2010-2014 sudah ada
hingga tahun 2013 kurang dari 5% kebijakan pengembangan HTI-E
(dari potensi umum) yakni hanya antara lain adanya 1 (satu) judul
mencapai 865,73 MWe. Untuk itu penelitian di antaranya berkaitan
berbagai studi menyarankan agar dengan energi. Hasil penelitian
pasokan biomassa yang bersumber merekomendasikan empat jenis
dari limbah, residu, dan tanaman tanaman cepat tumbuh yang potensial
dapat tersedia secara berkelanjutan dikembangkan sebagai HTI-E energi
dikhususkan untuk tanaman energi. b i o m a s s a , y a i t u : a k o r, g a m a l ,
16)Dari aspek teknis yaitu daur tanaman kaliandra dan lamtorogung, dan tiga
dan sistem silvikulturnya HTI-E jenis tanaman penghasil biofuel, yaitu:
harus berdaur pendek Short Rotation nyamlung, bintaro dan malapari.
Forestry (SRF) sehingga lebih mudah 20)Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
untuk mendapatkan pembiayaan dari dan Kehutanan Nomor
lembaga keuangan, tetapi di lain pihak P.39/MenLHK-Setjen/2015 tentang
SRF kurang baik tehadap aspek Rencana Strategis Kementerian
lingkungan dan menguras kesuburan Lingkungan Hidup Dan Kehutanan
lahan serta tidak akan menghasilkan tahun 2015-2019, bahwa luas usaha
“carbon credit”. Seandainya HTI-E pemanfaatan hutan produksi untuk
berdaur panjang, maka hal ini akan biomassa atau bioenergi ditargetkan
berdampak pada turunnya Internal meningkat 100.000 ha. Sampai saat ini
Rate of Return (IRR) dan naiknya terdapat 32 unit Izin Usaha
kebutuhan modal kerja dan investasi Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan
serta tidak bankable. Tanaman Industri (IUPHHK-HTI)
17)Paradigma “Ekonomi Hijau” dimana seluas ± 1,1 juta ha yang mendukung
pelaku usaha secara sukarela pembangunan HTI-E
menginternalisasikan dua 21)Beberapa kendala dalam pengem-

Menggagas Energi Biomassa Hutan Sebagai Sumber Energi Terbarukan 4


lain: c. Harga jual produk (biomasa/pelet)
a. Konflik lahan hutan dengan yang memberi keuntungan bagi
masyarakat. pengusaha HTI.
b. Kesesuaian antara lokasi HTI-E d. Kesesuaian harga energi listrik yang
dengan lokasi jaringan PLN (saat akan dihasilkan oleh pengusaha
ini pembangunan HTI-E belum HTI-E, yang ditetapkan PLN masih
dikaitkan dengan jaringan PLN rendah Rp 1.300 sampai dengan Rp
atau rencana pengembangan 1.500 per kwh.
jaringan PLN).
1. Terciptanya bio-energi dari bahan baku 2030 dan 23% bauran energi tahun
Implikasi limbah industri pengelolaan hutan dan 2025 serta 31% tahun 2050
Manajerial tanaman kayu energi yang dapat b. Sumber bahan baku terpercaya
dikelola secara berkelanjutan dalam karena dapat dibangun dan dikelola
bentuk HTI-E. secara berkelanjutan dalam bentuk:
2. Pengembangan HTI-E juga akan Hutan Tanaman Industri (HTI),
membantu mengurangi tekanan pada Hutan Desa, Hutan Tanaman Rakyat
hutan alam dan meningkatkan upaya (H T R), Hutan Tanaman Hasil
konservasi, merehabilitasi lahan yang Hutuan Bukan Kayu (HT-HHBK),
rusak, dan memelihara/melindungi dan Hutan Kemasyarakatan (HKm),
bumi serta menyimpan cadangan hutan rakyat, Hutan Adat, dan
karbon sehingga dapat memberikan Hutan/Kebun Energi.
jasa lingkungan yang lebih baik. c. Membantu meningkatkan ketahanan
3. Manfaat penggunaan bio-energi dari dan kemandirian, diversifikasi serta
biomassa hutan yang dikembangkan konservasi energi, tanpa
oleh Kementerian LHK, antara lain: mengganggu ketahanan pangan.
a. Berperan nyata dalam pelaksanaan d. Sejalan dengan program prioritas
komitmen pemerintah untuk pemerintah tahun 2018 pada Sidang
menurunkan emisi 29% pada tahun Paripurna tanggal 1 Pebruari 2017.

1. Diperlukan penyusunan kebijakan kondusif.


Pilihan dan bersama yang digagas oleh Menteri 3. Kementerian LHK mengkoordinasi
Rekomendasi LHK dengan Kementerian Energi seluruh jajaran para pihak terkait
Kebijakan Sumber Daya Mineral tentang untuk membahas masalah
kebijakan hulu hilir pembangunan pengembangan HTI-E sebagai bahan
HTI-E yang menguntungkan semua baku EBT.
pihak. 4. Ditjen PHL bersama BLI Kementerian
2. Direktorat Pengelolaan Hutan Lestari LHK mengkaji peningkatan daya
(P H L) dan Badan Penelitian, saing usaha HTI-E melalui
Pengembangan dan Inovasi (BLI) optimalisasi alokasi pemanfaatan jenis
perlu merancang kebijakan untuk kayu energi sebagai sumber energi
memaksimalkan peran industri energi biomassa hutan, baik untuk ekspor
biomassa hutan sebagai konsep maupun domestik.
kebijakan yang tepat dalam mengatur 5. Pengembangan HTI-E perlu digagas
pengembangan energi biomassa hutan oleh Kementerian L H K untuk
sebagai bagian dari energi terbarukan, dimotivasi dan mendapat dukungan
diikuti dengan fasilitas insentif, baik politik dari legislatif sehingga menjadi
fiskal maupun non fiskal yang komitmen program prioritas bersama.

5 Policy Brief Volume 11 No. 02 Tahun 2017


Rujukan Rachman Effendi
Untuk (rch_167@yahoo.com)
Nanang Roffandi
Konsultasi (nanang.roffandi@gmail.com)
Triyono Puspitodjati
(tp_jati@yahoo.co.id)
Indah Bangsawan
(bangsawan.in@gmail.com)

Referensi Ahmad, N. R. 2015. Energi biomassa hutan. Effendi, dkk. 2014. Prospek ekonomi kayu energi
Disampaikan Dalam FGD Efektifitas (untuk bisnis energi terbarukan). Presentasi
Kebijakan Hutan Tanaman Energi, Jakarta, 16 Pengembangan Kayu Energi Badan Litbang
Desember 2015. kehutanan, Bogor, 2014. Tidak diterbitkan
Anonim. (2017). Panduan penggunaan untuk sektor Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 tahun
pasokan bioenergi: Indonesia 2050 Pathway 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan
Calculator. Diunduh 1 Maret 2017 dari Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan
http://calculator2050.esdm.go.id/assets/mini Bakar Lain.
_paper/bioenergi/id/Panduan%20Pengguna Kemenkeu. (2014). Analisis biaya dan manfaat
%20untuk%20Sektor%20Bioenergi.pdf. pembiayaan investasi limbah menjadi energi
Bustomi, S. dan Effendi, R. (2013). Aspek sosial melalui kredit program. Diunduh 1 Maret
ekonomi pengolaham wood pellet. 2017 dari http://www.kemenkeu.go.id.
Presentasi Hasil Penelitian Balitbang Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.12/Menlhk-
Kehutanan, Cisarua, Bogor, April 2013. II/2015 tentang Pembangunan Hutan
Effendi, R., Bangsawan, I., dan Mulyadin, R.M. 2010. Tanaman Industri.
Analisis nilai tegakan (stumpage value) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18/Menhut-
hutan tanaman. (Laporan Hasil Penelitian). II/2011 tentang Pedoman Pinjam Pakai
Bogor: Puslitbang Perubahan Iklim dan Kawasan Hutan.
Kebijakan. Tidak Dipublikasikan.Effendi, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
R., Bangsawan, I., dan Astana, S. 2010. Nomor P.39/MenLHK-Setjen/2015 tentang
Analisis kelayakan finansial usaha hutan Rencana Strategis Kementerian Lingkungan
tanaman dan perkebunan. (Laporan Hasil Hidup Dan Kehutanan tahun 20152019.
Penelitian). Bogor: Puslitbang Perubahan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 tahun
Iklim dan Kebijakan. Tidak Dipublikasikan. 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional
Effendi, R., Astana, S., dan Bangsawan, I. 2012. Santoso, H. 2006. Energi hayati sebagai solusi krisis
Analisis kelayakan finansial usaha hutan energi: Peluang dan tantangannya di
tanaman dan perkebunan. (Laporan Hasil Indonesia. Prosiding Seminar Nasional,
Penelitian). Bogor: Puslitbang Perubahan Surakarta, 8 April 2006.
Iklim dan Kebijakan. Tidak Dipublikasikan. Syahadat, E., Karyono, O.K., dan Parlinah, N. 2010.
Effendi, R., Rofandi, N., S., Puspitojati, T., dan Analisis kebijakan penyediaan hutan
Bangsawan, I. 2016. Kajian aspek sosial tanaman. (Laporan Hasil Penelitian). Bogor:
ekonomi kebijakan terkait biomassa hutan Puslitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan.
sebagai energi terbarukan. (Laporan Kajian Tidak Dipublikasikan.
Isu Aktual Strategis). Bogor: Puslitbang
Perubahan Iklim dan Kebijakan. Tidak
Dipublikasikan.

Menggagas Energi Biomassa Hutan Sebagai Sumber Energi Terbarukan 5

Anda mungkin juga menyukai