Anda di halaman 1dari 9

Pertumbuhan Ekonomi

Definisi menurut Kuznets (1955) pertumbuhan ekonomi adalah kemampuan suatu negara dalam
kenaikan jangka Panjang dalam menyediakan barang ekonomi untuk masyarakatnya,
kemampuan ini menyesuaikan dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian dengan
kelembagaan dan ideologis yang diperlukan. Menurut Boediono (1992) pertumbuhan ekonomi
adalah suatu proses pertumbuhan output perkapita jangka panjang yang terjadi apabila ada
kecenderungan (output perkapita untuk naik) yang bersumber dari proses intern perekonomian
tersebut, bukan berasal dari luar dan bersifat sementara atau dengan kata lain bersifat
selfgenerating, yang berarti bahwa proses pertumbuhan itu sendiri menghasilkan suatu kekuatan
atau momentum bagi kelanjutan pertumbuhan tersebut dalam periode-periode selanjutnya.
Indikator penting yang dapat digunakan untuk mengukur besarnya pertumbuhan ekonomi suatu
negara/daerah salah satunya adalah melalui Produk Domestik Bruto (PDB) atau nilai Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). Menurut Sukirno, (1985) Produk Domestik Bruto (PDB) atau
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa
yang diciptakan dalam suatu perekonomian dalam masa satu tahun. Dernburg (1988)
menjelaskan bahwa pengukuran PDB atau PDRB dapat dilakukan dilakukan melalui tiga
pendekatan, yaitu:
1) Pendekatan Produksi
PDB atau PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai
unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu satu tahun. Dalam menghitung
PDB atau PDRB dengan pendekatan produksi yang dihitung adalah nilai produksi
tambahan atau value added yang diciptakan. Dengan cara ini dapat dihindarkan
berlakunya perhitungan panda.
2) Pendekatan Pendapatan
PDB atau PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang
ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa
yang dimaksud adalah gaji dan upah, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan sebelum
di potong pajak langsung.
3) Pendekatan pengeluaran
PDB atau PDRB adalah semua komponen pengeluaran yang dilakukan oleh rumah
tangga dalam bentuk Konsumsi (C), perusahaan dalam bentuk Investasi (I), Pemerintah
(G), dan perdagangan luar negeri dalam bentuk Net Ekspor (X-M) biasanya dalam jangka
waktu satu tahun.
Todaro (2006) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses yang mantap dimana
kapasitas produksi dari suatu perekonomian meningkat sepanjang waktu untuk menghasilkan
tingkat pendapatan nasional yang semakin besar. Dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan
ekonomi adalah proses perubahan kon disi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan
menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan
juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam
bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi
keberhasilan pembangunan ekonomi dalam kehidupan masyarakat.
Kemiskinan
Tidak sedikit penjelasan mengenai sebab-sebab kemiskinan. Kemiskinan massal yang terjadi di
banyak negara yang baru saja merdeka setelah Perang Dunia II memfokuskan pada
keterbelakangan dari perekonomian negara tersebut sebagai akar masalahnya (Hardiman dan
Midgley, dalam Kuncoro, 1997:131). Penduduk negara tersebut miskin menurut Kuncoro
(1997:131) karena menggantungkan diri pada sektor pertanian yang subsistem, metode produksi
yang tradisional, yang seringkali dibarengi dengan sikap apatis terhadap lingkungan. Sharp, et.al
(dalam Kuncoro, 1997:131) mencoba mengidentifikasi penyebab kemiskinan dipandang dari sisi
ekonomi. Pertama, secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola
kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk
miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua,
kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya
manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah.
Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang
beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat
perbedaan akses dalam modal.Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran
setan kemiskinan (vicious circle of poverty) menurut Nurkse (dalam Kuncoro, 1997:132):
adanya keterbelakangan, ketidaksempumaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan
rendahnya produktifitas. Rendahnya produktivitasnya mengakibatkan rendahnya pendapatan
yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan
investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan, dan seterusnya Negara
berkembang sampai kini masih saja memiliki ciri-ciri terutama sulitnya mengelola pasar dalam
negerinya menjadi pasar persaingan yang lebih sempurna. Ketika mereka tidak dapat mengelola
pembangunan ekonomi, maka kecenderungan kekurangan kapital dapat terjadi, diikuti dengan
rendahnya produktivitas, turunnya pendapatan riil, rendahnya tabungan, dan investasi mengalami
penurunan sehingga melingkarulang menuju keadaan kurangnya modal. Demikian seterusnya,
berputar. Oleh karena itu, setiap usaha memerangi kemiskinan seharusnya diarahkan untuk
memotong lingkaran dan perangkap kemiskinan ini. Soetrisno (1990:2-3), menguraikan bahwa
munculnya kemiskinan berkaitan dengan budaya yang hidup dalam masyarakat, ketidakadilan
dalam pemilikan faktor produksi dan penggunaan model pendekatan pembangunan yang dianut
oleh suatu negara. Sementara itu Robert Chambers (1983:149) menegaskan bahwa faktor
penyebab terjadinya kemiskinan adalah:
Lilitan kemiskinan hilangnya hak atau. kekayaan yang sukar untuk kembali, mungkin
disebabkan desakan kebutuhan yang melampaui ambang batas kekuatannya, misalnya
pengeluaran yang sudah diperhitungkan sebelumnya, namun jumlahnya sangat besar, atau tiba-
tiba dihadapkan pada krisis yang hebat.
Lazimnya kebutuhan yang mendorong sesorang yang terlilit kemiskinan, berkaitan dengan lima
hal; kewajiban adat; musibah; ketidak mampuan fisik, pengeluaran tidak produktif dan
pemerasan. Dan uraian tersebut diatas menunjukkan bahwa faktor penyebab terjadinya
kemiskinan adalah adanya faktor internal berupa kebutuhan yang segera harus terpenuhi namun
tidak memiliki kemampuan yang cukup dalam beaisaha mengelola sumber daya yang dimiliki
(keterampilan tidak memadai, tingkat pendidikan yang minim dan lain-lain). Faktor ekstemal
berupa bencana alam seperti halnya krisis ekonomi ini, serta tidak adanya pemihakan berupa
kebijakan yang memberikan kesempatan dan peluang bagi masyarakat miskin. Meskipun banyak
pendapat yang dikemukakan oleh para ahli sehubungan dengan sebab-sebab terjadinya
kemiskinan, paling tidak ada dua macam teori yang lazim dipergunakan untuk menjelaskan akar
kemiskinan yaitu teori marginalisasi dan teori ketergantungan (Usman,1993:23-27). Dalam teori
marginalisasi, kemiskinan dianggap sebagai akibat dari tabiat apatis, fatalisme, tergantung,
rendah diri, pemboros dan konsumtif serta kurang berjiwa wiraswasta.

Pemilihan model terbaik


Hipotesis Uji Chow
H0 : Jika Cross section Chi-square < 0,05 maka FEM terpilih, maka dilanjutkan ke Uji Hausman
H1 : Jika Cross section Chi-square > 0,05 maka CEM terpilih, maka dilanjutkan ke Uji Lagrange
Multiplier
Berdasarkan tabel di atas nilai F-Statistik sebesar 2.442343 dengan probabilitas sebesar 0.0112 <
0,05 atau signifikan pada alpha = 5%. Karena F-Statistik signifikan maka H0 diterima dan H1
ditolak, maka model yang akan dipilih adalah model Fixed Fffect Model dan dilanjutkan ke Uji
Hausman.
Hipotesis Uji Hausman
H0 : Jika Cross section Chi-square < 0,05 maka FEM terpilih, maka selesai.
H1 : Jika Cross section Chi-square > 0,05 maka REM terpilih, maka dilanjutkan ke Uji Lagrange
Multiplier.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai chi-square statistik sebesar 17.874108
dengan probabilitas 0.0001 < 0,05 atau signifikan pada alpha = 5%. Karena probabilitas < 0,05
maka H0 diterima dan H1 ditolak, sehingga terpilih model terbaik yaitu Fixed Effect Model.
Karena yang terpilih moel FEM maka uji yang dilakukan selesai

FEM

 Uji Signifikansi Simultan


Prob (F-Statistic) sebesar 0,00 < 0,05, sehingga variabel X secara simultan
berpengaruh terhadap Y.
 Koefisien Determinasi
Nilai Adjusted R-squared sebesar 0,019 (19%) mengandung arti bahwa variasi
Y dapat dijelaskan oleh X sebesar 19% sedangkan sisanya 81% dijelaskan oleh
variabel lain diluar model. 
 Uji Signifikansi Parsial
Nilai probabilitas X sebesar 0,04 < 0,05 sehingga menerima H1 yaitu X
berpengaruh terhadap Y.
Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan pendapatan antar
wilayah di Indonesia hanya memiliki pengaruh sebesar 19%, hal ini mungkin
karena tidak setiap penduduk berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi secara
rata. Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi tidak meningkatkan belanja daerah untuk
penciptaan lapangan kerja, jadi tidak dapat mengurangi ketimpangan pendapatan.

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

14
Series: Standa rdized Res idua ls
12 Sa mpl e 2015 2020
Obs erva ti ons 78
10
Mea n -4.55e-17
8 Media n 0.618203
Maximum 3.517171
6 Minimum -7.101345
Std. Dev. 2.138175
4 Skewnes s -1.000120
Kurtos is 3.606161
2
Ja rque-Bera 14.19727
0 Probabi lity 0.000826
-6 -4 -2 0 2 4

Interpretasi: Berdasarkan gambar diatas, nilai probabilitas 0,0008 < 0,05 maka data tidak
terdistribusi normal. 

Uji Multikolinearitas

Y C X1 X2

Y 1.000000 NA 0.255260 0.104914


C NA NA NA NA
X1 0.255260 NA 1.000000 0.037018
X2 0.104914 NA 0.037018 1.000000

Interpretasi : Berdasarkan data diatas diperoleh hasil 0,104914 < 0,90 maka tidak terjadi
multikolineritas.

Uji Heteroskedastisitas
Dependent Variable: RESABS
Method: Panel Least Squares
Date: 06/09/22 Time: 10:22
Sample: 2015 2020
Periods included: 6
Cross-sections included: 13
Total panel (balanced) observations: 78

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 3.779620 1.465528 2.579016 0.0119


X1 -3.855189 4.106920 -0.938706 0.3509
X2 -0.169241 0.136880 -1.236420 0.2202

R-squared 0.032249 Mean dependent var 1.708211


Adjusted R-squared 0.006442 S.D. dependent var 1.271186
S.E. of regression 1.267085 Akaike info criterion 3.349018
Sum squared resid 120.4129 Schwarz criterion 3.439661
Log likelihood -127.6117 Hannan-Quinn criter. 3.385304
F-statistic 1.249628 Durbin-Watson stat 1.274964
Prob(F-statistic) 0.292510

Interpretasi: Berdasarkan tabel diatas, nilai prob chi-square (yang obs*R-Squared) sebesar 0,03 <
0,05 maka terjadi masalah heterokedastisitas.
Uji Autokorelasi
Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Date: 06/09/22 Time: 10:24
Sample: 2015 2020
Periods included: 6
Cross-sections included: 13
Total panel (balanced) observations: 78

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -20.39198 5.261267 -3.875870 0.0003


X1 7.861854 10.60761 0.741152 0.4614
X2 4.387124 1.008944 4.348235 0.0001

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.368201 Mean dependent var 3.745769


Adjusted R-squared 0.227802 S.D. dependent var 2.690011
S.E. of regression 2.363842 Akaike info criterion 4.729495
Sum squared resid 352.0282 Schwarz criterion 5.182708
Log likelihood -169.4503 Hannan-Quinn criter. 4.910924
F-statistic 2.622522 Durbin-Watson stat 1.608237
Prob(F-statistic) 0.004677

Interpretasi: Berdasarkan tabel diatas, nilai prob. chi-square (yang obs*R-squared) sebesar 0,368
> 0,05 maka tidak terjadi masalah autokorelasi
Y = a + bx + e

Y = a + bX1 + bX2 + e

Y = -3,632688 (a) – 0, + 0.28821 + e

b0 = -0.035942 yang artinya apabila variabel X1 (PDB), X2 (Suku Bunga) nilainya sama
dengan 0 atau tidak ada perubahan maka variabel Y (Inflasi) meningkat sebesar -0.035942
%

bX1 = 0.018719 yang artinya apabila terjadi kenaikan variabel X1 (PDB) sebesar 0.01%
maka Y (Inflasi) akan mengalami peningkatan sebesar 0.018719 % dengan asumsi variabel
lain adalah konstan atau ceteris paribus.

bX2 = 0.28821 yang artinya apabila terjadi kenaikan variabel X2 (Suku Bunga) sebesar
0.2% maka variabel Y(Inflasi) akan mengalami peningkatan sebesar 0.28821 % dengan
asumsi variabel lain adalah konstan atau ceteris paribus.

1.1 Uji T

 Berdasarkan hasil pada Uji Parsial ini bahwa nilai koefisien regresi variabel
X1(PDB) sebesar 0.018719 dengan std error 0.026580, t statisticnya 0.704223 dan
probabilitas 0.4842. Hal ini menunjukkan pengaruh X1 (PDB) terhadap Y (Inflasi)
positif (0.018719) dan tidak signifikan (probabilitas < 0,05).
 Berdasarkan hasil pada Uji Parsial ini bahwa nilai koefisien regresi variabel X2
(Suku Bunga) sebesar 0.28821 dengan std error 0.040668, t statistiknya 3.708693
dan probabilitas 0.4814. Hal ini menunjukkan pengaruh X2 (Suku Bunga) terhadap
Y (Inflasi) positif (0.28821) dan signifikan (probabilitas < 0,05).

1.2 Uji Koefesien Determinasi

Uji Koefisien Determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan


variabel independen dalam menjelaskan secara komperehensif terhadap variabel dependen
dengan melihat R-squared.

Hasil dari regresi dengan metode OLS diperoleh R-squared atau koefisien determinasinya
adalah 0.015631 yang artinya variasi variabel dependen atau Y (Inflasi) dalam model Y
(Inflasi) dapat menjelaskan hubungan atau variasi variabel independen yaitu X1 dan X2
sebesar 15,63%. Jika nilai dari R-squared dibawah 50% berarti memiliki hubungan
variabel yang kurang kuat

1.3 Uji F

Uji F adalah uji bersama-sama yang digunakan untuk mengatahui pengaruh variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Perumusan Hipotesis :

 H0 = b1 = b2 = 0 atau tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel


independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama.
 H1 = b1 = b2 < 0 atau ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen
terhadap variabel dependen secara bersama-sama.

Berdasarkan hasil uji F menunjukkan nilai probabilitas F statistik sebesar 0.638271 > 0,05
sehingga dapat disimpulkan secara bersama-sama variabel X1 (PDB) dan X2 (Suku
Bunga) tidak berpengaruh secara signifikan dan simultan terhadap Y (Inflasi).

Anda mungkin juga menyukai