Anda di halaman 1dari 2

BATU MENANGIS

Pada zaman dahulu kala, ada seorang anak perempuan cantik bernama Cahaya. Ia tinggal
bersama ibunya yang sudah tua. Mereka tinggal di gubuk jelek di tengah hutan. Ibunya bekerja
sebagai penjual sapu lidi di pasar. cahaya adalah anak yang malas. Ia jarang membantu ibunya
bekerja. Ia lebih suka bermain-main dengan teman-temannya.

Suatu hari ibunya jatuh sakit. cahaya marah-marah kepada ibunya karena ibunya tidak bisa
membuatkan sarapan dan mencuci bajunya.
“Ibu, sarapanku mana? Aku lapar.” tanya cahaya dengan suara keras.
“Maaf cahaya. Hari ini ibu sakit. Ibu tidak bisa memasak. Ada ubi di dapur, kamu bisa
merebusnya untuk sarapan.” Jawab ibunya.
“Ah, Ibu!. Aku mau nasi! Aku lapar, bu. Jika ibu tidak masak nasi sekarang, cahaya tak mau
makan.” Kata cahaya sambil memaksa ibunya memasak.
Akhirnya Ibu cahaya mencoba bangun dari tempat tidur dan masak nasi untuknya.

Beberapa tahun kemudian, cahaya tumbuh menjadi gadis cantik yang disukai teman-temannya.
cahaya hanya selalu dengan satu temannya bernama Soraya. Suatu ketika, Soraya ingin
mengajak Cahaya datang ke acara ulang tahunnya. Ia sangat senang dan segera pulang ke rumah
mencari baju yang bagus.

“Dudududu… Mana ya baju yang kelihatannya bagus untuk datang ke ulang tahun Soraya.” Kata
Cahaya, sambil melempari seluruh bajunya untuk mencari baju yang bagus.
“Ibu, Aku mau datang ke acara ulang tahun Soraya. Aku harus terlihat cantik dengan memakai
baju yang bagus. Tapi semua baju ini jelek semua, bu.” Kata Cahaya pada ibunya.
“Kamu sudah cantik, nak. Mau pakai baju yang seperti apapun, kamu akan tetap terlihat cantik
anakku.” Kata Ibu.
“Ah, Ibu berkata seperti itu karena ibu tidak mau membelikan Cahaya baju bagus kan? sekarang
Cahaya mau beli baju baru di pasar. Cahaya minta uang bu, Mana uangnya?”
“Ibu tak punya cukup uang untuk membeli baju baru, nak. Uang ini hanya bisa untuk makan
saja. Ibu yakin Soraya akan tetap menyambutmu dengan senang hati meski bajumu sederhana”
kata Ibu kepada Cahaya.

Cahaya membentak meminta baju baru dan mengambil uang ibunya dengan paksa hingga ibunya
terjatuh. Ibu Cahaya kecewa dan berlari ke dalam hutan.

Suatu ketika, Ibunya duduk di dekat sebuah pohon besar dan berkata
“Jika anak yang kucintai tidak mencintaiku lebih baik aku hidup sendiri seperti batu.”

Tiba-tiba cuaca berubah. Hujan dan petir berdatangan seperti menjawab perkataan Ibu Cahaya.
Petir itu menyambar ibu Cahaya. Sang Ibu berubah menjadi Batu yang luarnya memiliki rumput
hitam seperti rambut ibu Cahaya.

Keesokan paginya, Cahaya mencari ibunya karena ia ingin dibuatkan sarapan. Cahaya segera
berlari ke hutan mencari ibunya namun dia tak bisa menemukan ibunya.Cahaya kelelahan dan
bersandar pada sebuah batu besar.
“huhuhu… anakku. Aku sayang padamu, nak.” Terdengar suara menangis yang berasal dari batu
itu. Batu itu mengeluarkan air bagaikan seseorang yang menangis. Batu itu mengeluarkan suara
merintih seperti menangis menahan kecewa. cahaya ketakutan dan pulang ke rumah.

cahaya memberi tahu penduduk. Sejak saat itu, penduduk menyangka bahwa ibu cahaya menjadi
batu karena kecewa memiliki anak seperti cahaya. Penduduk setempat memberi nama Batu
Cahaya Menangis.

batu itu tidak benar-benar menangis, ibu cahaya lah yang bersuara dengan bersembunyi dibalik
batu. tetesan air dari pohon-pohon jatuh kebetulan tepat di atas batu itu. setelah tahu bahwa
anaknya menyesal, ibu cahaya pulang ke rumah. cahaya memeluk ibunya kemudian bertekuk
lutut mencium kaki ibunya mbdan meminta maaf. kini cahaya dan ibunya hidup bahagia.

Anda mungkin juga menyukai