Anda di halaman 1dari 2

Hidup dan mati adalah masa sedangkan kepemilikan adalah kepastian.

Jika kita sudah memastikan diri menjadi milik TUHAN maka baik masa
hidup maupun mati tetap miliki TUHAN. Tidak ada masa yang berbeda
dalam kepemilikan. Tidak ada manusia ketika hidup milik TUHAN
lantas setelah mati menjadi milik Iblis. Demikian sebaliknya, tidak ada
manusia yang semasa hidupnya milik Iblis lalu tiba mati dia menjadi
miliki TUHAN. Artinya, TUHAN tidak pernah memiliki manusia hanya
setengah masa, tetapi TUHAN memiliki kita sepanjang masa.

Dalam nas hari ini kita akan belajar tiga hal, yakni:
Pertama, jika kita hidup, hiduplah untuk Tuhan. Banyak orang yang
tidak memahami arti hidup ini. Mereka berpikir setelah mereka
dilahirkan, lalu besar, dan bersekolah, dan setelah selesai dalam
pendidikan mereka bekerja mencari uang kemudian menikah sampai
punya anak dan akhirnya menjadi tua lalu mati. Selesailah hidup ini.
Namun bagi kita, orang yang percaya kepada Yesus, kita mengerti arti
hidup ini di dalam Tuhan. Selama kita hidup harus punya arti dan makna
bahwa hidup ini berarti bekerja memberi buah. Kita sadar bahwa
sebelum mengenal Tuhan Yesus kita adalah orang yang berdosa. Semua
orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Tetapi
bersyukur kepada Tuhan karena melalui pengorbanan Yesus Kristus kita
menerima pengampunan dosa sehingga kita luput dari hukuman Allah
(Rm. 6:23). Oleh sebab itu, selama Tuhan masih memberikan kita hidup
maka berikanlah yang terbaik untuk Tuhan dengan melayani Tuhan
sungguh-sungguh sesuai dengan karunia yang Ia berikan kepada kita
masing-masing. Daud berkata dalam Mazmur 116:12, “Bagaimanakah
akan kubalas kepada Tuhan segala kebajikan-Nya kepadaku?”
Seringkali kita selalu meminta kepada Tuhan, tetapi sekarang biarlah
kita juga belajar seperti Daud untuk membalas kebajikan Tuhan yang
telah Ia nyatakan kepada kita. Inilah arti hidup bagi Tuhan.

Kedua, jika kita mati, matilah bagi Tuhan. Karena jika kita hidup
menurut segala perintah-Nya, maka kita akan hidup untuk Kristus. Bagi
umat beriman, kita tidak hidup untuk diri kita sendiri, dan juga tidak
mati untuk diri kita sendiri. Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk
Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Maka dengan selalu
tinggal di dalam Dia, tidak menjadi soal apakah kita hidup atau mati.
Rasul Paulus mengatakan, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan
mati adalah keuntungan” (Flp. 1:21) karena melalui kematian kita pergi
untuk bertemu dengan Kristus dan diam bersama-sama dengan Dia (lih.
Flp. 1:23). Pada saat itulah, kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya
yang sebenarnya (1Yoh. 3:2). Maka dalam arti kehidupan kekal ini,
maka dapat dikatakan, “hari kematian lebih baik dari hari kelahiran”
(Pkh. 7:1).
Ketiga, baik hidup atau mati kita adalah milik Tuhan. Hidup kita adalah
milik Tuhan. Kita sudah tidak “berhak” lagi atas hidup kita. Artinya
adalah apapun yang kita lakukan, apapun yang kita pikirkan, semua
harus bagi kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya. Bahkan ketika kita
berdoa, kita seharusnya tidak berdoa hanya untuk kepentingan diri kita
sendiri. Tetapi mulailah belajar berdoa dengan sikap hati yang benar,
yaitu dengan mendatangkan kerajaan Allah di dunia ini (melalui hidup
kita, termasuk doa yang sedang kita naikkan), dan menjadikan
kehendak-Nya dalam hidup kita. Dengan sikap yang benar dalam setiap
aspek kehidupan kita, maka kita akan mampu menjadi milik-Nya dengan
benar, dan kita akan dipantaskan untuk dapat memanggil Yesus Kristus
dengan sebutan Tuhan kita. Karena itu, pastikanlah bahwa kita adalah
milik TUHAN baik masa hidup maupun mati.

Anda mungkin juga menyukai