Anda di halaman 1dari 19

[Type text]

MAKALAH
BUDIDAYA UDANG WINDU DI TAMBAK

Disusun Oleh:
Nama : Redho Maryanto Kusnadi
Npm : 19090006
Prodi : Akuakultur

JURUSAN AKUAKULTUR
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PROF. DR. HAZAIRIN, SH BENGKULU
2021/2022
[Type text]

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran allah swt. Atas kehadiranya yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul budidaya Udang windu di tambak ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
matakuliah budidaya perairan umum. Selain itu,makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya menyadari makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh
Karena itu,kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demikian untuk
sempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 19 Juli 2022

Penulis

ii
[Type text]

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
I. I Latar Belakang...................................................................................................1
I.2 Tujuan dan Manfaat..........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3
2.1 Pengertian Udang Windu..................................................................................3
2.2 Klasifikasi Udang Windu..................................................................................4
BAB III METODELOGI............................................................................................6
3.1 Penentuan Lokasi...............................................................................................6
3.2 Penyediaan Benih...............................................................................................6
3.3 Metode Budidaya Udang windu.......................................................................8
3.4 Teknik Budidaya Udang Windu.......................................................................8
3.5 Panen dan Pemasaran Udang Windu............................................................14
3.6 Usaha Budidaya Udang Windu.....................................................................14
BAB IV PENUTUP....................................................................................................16
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................17
4.2 Saran.................................................................................................................17

iii
[Type text]

BAB I
PENDAHULUAN

I. I Latar Belakang
Udang windu merupakan komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis
yang cukup tinggi karena udang windu sangat digemari oleh konsumen lokal dan
konsumen luar negeri. Hal ini disebabkan oleh rasa udang windu yang enak dan gurih
serta kandungan gizinya sangat tinggi. Menurut Amri (2003), daging udang windu
diperkirakan mengandung 90% protein. Menurut Hirota dalam Amri (2003), protein
dalam udang mengandung asam amino esensial cukup lengkap, sehingga usaha
budidaya udang windu masih terbuka luas selain itu udang salah satu produk
perikanan yang menjadi penyumbang devisa negara.
Dalam usaha budidaya udang windu, lingkungan sangat mempengaruhi
keberhasilan budidaya. Banyaknya pemukiman dan industri yang berdiri tidak jauh
dari daerah budidaya, akan menyebabkan pencemaran limbah di daerah budidaya.
Pada tahun 2006 terjadi kebocoran pipa pengeboran minyak PT. Lapindo Brantas di
Kabupaten Sidoarjo yang mengeluarkan lumpur dan bahan –bahan tambang yang
lain, salah satunya logam berat. Menurut Santosa (2006), lumpur Lapindo
mengandung logam berat total Cd 10,45 ppm, Cr 105,44 ppm, As 0,99 ppm, dan Hg
1,96 ppm.
Apabila logam berat masuk kedalam tubuh udang maka logam berat tersebut
tidak mampu diurai dan akan terakumulasi didalam tubuh udang. Timbunan logam
berat juga akan mengganggu kesehatan udang yang akan mempengaruhi keberhasilan
budidaya.
Untuk mengetahui kerusakan jaringan yang disebabkan oleh logam berat dapat
melalui cara identifikasi paparan jaringan pada daging karena logam berat
perakumulasi pada daging. Pencemaran logam berat juga dapat dilihat dari insang
karena insang kontak langsung dengan perairan dan insang juga menyaring air dalam
difusi oksigen dan plankton.

1
[Type text]

Histologi adalah bidang biologi yang mempelajari tentang struktur jaringan


secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis.
Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu anatomi mikroskopis.(Anonim, 2010).
Aplikasi histopatologi merupakan suatu cara membuat preparat dengan
menipiskan sel jaringan dari organ-organ tubuh baik ikan maupun udang . Untuk itu
jaringan halus dapat ditanam pada parafin dengan pembekuan, selanjutnya jaringan
dipotong, pewarnaan jaringan dan sediaan preparat serta pengamatan preparat.

I.2 Tujuan dan Manfaat


Tujuannya adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi pakan pelet dengan pakan
buatan terhadap pertumbuhan, laju konversi pakan (FCR), efisiensi pakan, dan
sintasan.
2. Untuk menentukan dosis yang optimal untuk memperoleh pertumbuhan, laju
konversi pakan (FCR), efisiensi pakan, dan sintasan yang terbaik.
Manfaatnya adalah :
Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi pada petani udang,
khususnya udang windu mengenai teknik pemberian pakan dengan dosis yang
optimal dan kombinasi pakan tertentu pada budidaya udang windu. Perlakuan
kombinasi pakan tersebut diharapkandapat meningkatkan pertumbuhan udang windu,
sehingga produksi udang yang diharapkan akan lebih efisien dan meningkat serta
dapat menekan/menghemat biaya produksi.

2
[Type text]

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Udang Windu


Keberadaan udang windu (Penaeus monodon) di Indonesia saat ini memang
hampir kalah bersaing dengan udang vannamei (Litopenaeus vannamei). Meskipun
harganya sedikit lebih tinggi dari udang vannamei, namun udang windu(Penaeus
monodon) dinilai lebih sulit dalam proses budidayanya. Oleh sebab ituudang
vannamei (Litopenaeus vannamei) menjadi primadona budidaya diIndonesia.
Direktur jenderal perikanan budidaya kementerian kelautan danperikanan (KKP)
Slamet Subiyakto menjelaskan, meski petani banyak yangberminat untuk
membudidayakan udang vannamei (Litopenaeus vannamei),namun udang windu
justru dinilai memiliki peluang pasar lebih besar.
Udang windu (Penaeus monodon) merupakan asli Indonesia yang harus tetap
dikembangkan. Meskipun saat ini, produksinya masih kalah dengan udang vannamei
(Litopenaeus vannamei), tetapi pasar untuk udang windu masih terbukalebar,
sehingga tetap perlu didukung dengan ketersediaan induk dan benih yangkontiyu.
Udang windu merupakan salah satu komoditas unggulan di Asia (FAO2008). Hal ini
dikarnakan udang windu memiliki beberapa kelebihan, diantaranyamemiliki ukuran
panen yang lebih besar, rasa yang manis, gurih, dan kandungangizi yang tinggi.
Besarnya potensi budidaya dari udang windu memacu parapetambak untuk
memaksimalkan produksi (Amri 2003).
Udang Windu (Penaeus monodon) merupakan crustasea, pertumbuhan
danreproduksi crustasea diatur oleh kombinasi hormone neuropeptide,
ecdysteroids(hormone moulting) dan metil farnesoeate isoprenoid (MF).
Pertumbuhan pada
Udang merupakan penambahan protoplasma dan pembelahan sel yang terus
menerus pada waktu ganti kulit. Secara umum dinyatakan bahwa laju pertumbuhan
Crustacea merupakan fungsi dan frekuensi ganti kulit dan pertambahan berat badan
setiap proses ganti kulit (Moulting). Ciri udang mengalami pertumbuhan adalah
3
[Type text]

dengan adanya peroses moulting (ganti kulit), biasanya cara untuk mempercepat
proses moulting dengan cara ablasi, namun cara ini tidak dapat dilakukan pada benur
udang dikarnakan ukurun benur yang masih sangat kecil. Selain ablasi proses
moulting pada udang dapat dilakukan melaluipenambahan ecdysteron. Dengan
diketahui titer ecdysteron pada proses moultingpada udang, maka proses ini dapat
diatur melalui pemberian ecdyteron pada udang (Gunamalai, 2006).

2.2 Klasifikasi Udang Windu


Adapun klasifikasi udang windu (Penaeus monodon) menurut amri (2003) berikut:
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Family : Penaeidae
Genus : Penaeus
Species : Penaeus monodon

Gambar 1. Udang Windu (Penaeus Monodon)

Dalam dunia perdagangan, udang windu (Penaeus monodon) dikenal dengan


sebutan udang pancet, jumbo tiger prawn, giant tiger prawn, black tigerprawn atau
black tiger shrimp.Secara morfologi, tubuh udang windu terbagi menjadi dua bagian
yaitu bagian kepala hingga dada dan abdomen yang meliputi bagian perut dan ekor.
Bagian kepala dada disebut cephalothorax, dibungkus kulit kitin yang tebal yang
disebut carapace. Bagian ini terdiri dari kepala dengan 5 segmen dan dada dengan 8
4
[Type text]

segmen. Bagian abdomen terdiri atas 6 segmen dan 1 telson (Murtidjo 2003). Bagian
kepala, dada terdapat anggota-anggota tubuh lain yang berpasang –pasangan berturut-
turut dari muka kebelakang adalah sungut kecil (antennula), sirip kepala
(Scophocerit), sungut besar (antenna), rahang (mandibulla), alat-alat pembantu
rahang (maxilla) yang terdiri dari dua pasang maxilliped yang terdiri atas tiga pasang,
dan kaki jalan (periopoda) yang terdiri atas lima pasang, tiga pasang kaki jalan yang
pertama ujung-ujungnya bercapit yang dinamakan chela (Suyanto et al., 2003).
Bagian perut terdapat lima pasang kaki renang (pleopoda), pada ruas ke enam
kaki renang mengalami perubahan bentuk menjadi ekor kipas (uropoda). Ujung ruas
keenam kearah belakang membentuk ekor (telson) (Suyanto et al., 2003). Udang
windu termasuk hewan heterosexual yaitu mempunyai jenis kelamin jantan dan
betina yang dapat dibedakan dengan jelas. Jenis udang windu betina dapat diketahui
dengan adanya telikum pada kaki jalan ke-4 dan ke-5. Telikum berupa garis tipis dan
akan melebar setelah terjadi fertilisasi. Sementara jenis kelamin udang windu jantan
dapat diketahui dengan adanya petasma yaitu tonjolan diantara kaki renang pertama
(Murtidjo 2003).
Udang windu bersifat omnivora dan seringkali bersifat kanibal karena memakan
udang yang sedang moulting. Udang windu tergolong hewan nocturnal karena
sebagian besaraktifitasnya seperti makan dilakukan malam hari. Kulit udang windu
tidak elastis dan akan berganti kulit selama pertumbuhan. Frekuensi pergantian kulit
ditentukan oleh jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, usia dan kondisi
lingkungan. Setelah kulit lama terlepas udang windu dalam kondisi lemah karena
udang baru belum mengeras. Pada saat ini udang mengalami pertumbuhan sangat
pesat diikuti dengan penyerapan sejumlah air, semakin cepat udang berganti kulit
maka pertumbuhan semakin cepat (Murtidjo, 2003).

5
[Type text]

BAB III
METODELOGI

3.1 Penentuan Lokasi


Lokasi pembudidayaan menjadi factor penentu yang utama. Carilah lokasi
dengan kadar garam 10 s.d. 25 ppm sekaligus kadar pH sebesar 7 s.d. 8.
Perhatikan pula suhu dan siklus air dalam lahan tersebut. Sebaiknya berada pada
kisaran suhu 25-29 derajat. Lokasi sangat berpengaruh pada tumbuh kembang udang.
Semakin baik lokasinya, pertumbuhan udang jenis windu ini akan semakin cepat dan
besar.

3.2 Penyediaan Benih


Keberhasilan dalam kegiatan budidaya tambak tidak terlepas dari kualitas benih
yang ditebar. Tersedianya benih udang tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, tepat
mutu dan tepat harga tidak hanya mampu menghasilkan produksi maksimal tetapi
juga akan menjamin kontinyuitas produksi di tambak. Namun demikian, benih
merupakan masalah utama di Indonesia karena masih sedikit panti pembenihan
(hatchery) yang mau menerapkan sistem yang terkontrol terhadap kemungkinan
adanya kontaminasi atau terjadinya infeksi virus yang berbahaya (misal : WSSV).
Sebagai petambak, benih harus dipilih dengan cermat bahkan harus melewati
beberapa tahapan pengujian.
Mengingat arti pentingnya benih, maka langkah awal pemilihan benih untuk
memperoleh kualitas yang prima akan menentukan keberhasilan kegiatan budidaya di
tambak. Penebaran dengan benih yang berkualitas prima berarti salah satu langkah
penting sudah terlaksana dengan baik. Kualitas benih terutama dari panti pembenihan
sangat bergantung oleh manajemen atau penanganan pada saat pemeliharaan larva
sampai menjadi post larva yang siap dijual kepada para petani, demikian pula
termasuk bagaimana penanganan saat panen, cara pengangkutan dan lama waktu
pengangkutan benih tersebut sampai ke lokasi tambak. Bagaimana prosedur
pemilihan benih yang memenuhi standar, maka dapat dilihat pada uraian berikut ini.

6
[Type text]

 Penentuan Panti Pembenihan Udang


a. Menentukan pembenihan yang telah bersertifikat dan melaksanakan uji PCR
terhadap induk udang windu yang dipakai dan benih yang akan dijual.
b. Menentukan pembenihan yang tidak menggunakan pakan yang bersifat karier
penyakit untuk pakan induknya seperti kepiting, rajungan, dan udang mentah, serta
bebas antibiotik yang berbahaya.
c. Menentukan pembenihan yang telah menerapkan konsep biosekuriti.
d. Memilih pembenihan yang mencuci dan memilah sebagian benih yang dijualnya
dengan formalin 200 ppm selama 30 menit.
e. Memilih pembenihan yang menerapkan SNI Pembenihan Udang windu.
 Pemilihan Pembenihan
Benih yang layak tebar telah mencapai ukuran PL12
a. Kepadatan benih di bak relatif konstan mulai PL8 - PL12.
b. Benih abnormal secara visual kurang 1 % dari populasi.
c. Pada stadia PL10, benih lolos uji salinitas :
1. 100 ekor PL direndam dalam air tawar.
2. 15 menit kemudian seluruh udang dikembalikan pada air semula.
3. Amati hingga 15 menit dan dihitung persentase udang yang hidup.
4. Bila lebih dari 20 % populasi udang mati, pilih benih dari bak lain.
d. Kelompok benih yang terpilih melalui uji salinitas selanjutnya diuji dengan
perendaman formalin dengan bahan aktif 37 % formaldehide (p.a) 200 ppm dengan
cara :
1. Minimum 100 ekor PL yang baru ditangkap dimasukkan kedalam
ember/toples yang diberi aerasi lalu ditetesi formalin 200 ppm.
2. Setelah 30 menit, air diputar dan hitung udang yang stress dan mati.
3. Bila jumlah udang yang mati lebih dari 5 % benih tidak dipilih.
 Persyaratan Kualitatif Benih yang dapat Dilihat dan Diuji
a. Warna : warna tubuh transparan, kecoklatan atau kehitaman, punggung tidak
berwarna keputihan atau kemerahan.

7
[Type text]

b. Gerakan : gerakan berenang aktip, menentang atau menyongsong arus, cenderung


mendekat ke arah cahaya (fototaksis positif).
c. Kesehatan dan kondisi tubuh : kondisi tubuh benur yang sehat setelah mencapai
ukuran PL 10 organ-organ tubuhnya lengkap, maxilla, mandibulla, antenulla dan ekor
membuka, hepato pancreas transparan, usus penuh dan gelap.
d. Responsif terhadap rangsangan : benur akan menjentik menjauh dengan adanya
kejutan atau jika wadah sampel benur diketuk, dan akan berenang mendekati sumber
cahaya jika ada rangsangan cahaya, serta responsip terhadap pakan yang diberikan.

3.3 Metode Budidaya Udang windu


Ada 3 tipe budidaya udang windu :
1. Tambak Ekstensif Tradisional
Biasanya dilakukan di lahan pasang surut yang umumnya berupa rawa bakau.
Untuk budidaya menggunakan tipe ini, ukuran dan bentuk petakan tidak teratur.
2. Tambak Semi Intensif
Dalam budidaya menggunakan metode ini, lokasi tambak sudah pada daerah
terbuka, bentuk petakan teratur tetapi masih berupa petakan yang luas (1-3
ha/petakan), padat penebaran masih rendah, dan penggunaan pakan buatan masih
sedikit.
3. Tambak Intensif
Dalam metode ini, lokasi di daerah yang khusus untuk tambak dalam wilayah
yang luas, ukuran petakan dibuat kecil untuk sehingga memudahkan pengawasan
udang dan pengelolaan air.

3.4 Teknik Budidaya Udang Windu


1. Persiapan Tambak
Pilihlah lokasi yang tepat untuk membuat tambak budidaya. Udang windu
berkembang biak dengan baik dalam kondisi air payau, maka lokasi yang paling
cocok untuk membudidayakan udang windu adalah di dekat pantai, karena umumnya
di lokasi tersebut memiliki sumber daya air payau yang melimpah sehingga tidak

8
[Type text]

menyulitkan kita untuk membangun saluran air menuju ke dalam tambak. Dengan
demikian, suplai air yang masuk dan keluar dari tambak dapat terjadi secara teratur
seperti di alam.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi adalah sebagai berikut :
1. Udang windu cocok dibudidayakan pada daerah sepanjang pantai atau beberapa
meter dari permukaan laut pantai yang memiliki suhu rata-rata 26 hingga 32 derajat
Celcius.
2. Tanah yang digunakan untuk lokasi tambak haruslah memiliki tekstur liat berpasir,
dengan kandungan pasir kurang dari 20%, namun mudah dipadatkan sehingga
mampu menahan air.
3. Air dan lingkungan di sekitaran tambak yang digunakan untuk budidaya udang
windu harus cukup baik agar udang bisa tumbuh dengan normal dari saat ditebarkan
sampai dipanen dan pastikan tanggul yang dibangun kuat serta padat dan tidak bocor
serta tahan erosi air. Air yang baik digunakan untuk budidaya udang windu adalah air
payau dengan salinitas 15-35 ppt, dengan pH sekitar 7,5 hingga 8,5, kadar oksigen
terlarut minimal 3 ppm, serta harus terbebas dari pencemaran.
Tak hanya memperhatikan lokasi untuk udangnya saja, namun desain dari
tambak yang dibangun juga harus mudah untuk dikontrol sehari-hari supaya bisa
menghemat dan memudahkan pengawasan. Proses pembudidayaan udang windu
haruslah dibuat senatural mungkin agar dapat berkembang dengan baik seperti di
habitat aslinya. Untuk itu, pastikan di dalam tambak dibuat saluran yang terpisah
antara saluran air masuk dan saluran air keluar, untuk memastikan kualitas air di
dalam tambak tetap optimal.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat tambak udang windu :
1. Siapkan semua peralatan yang dibutuhkan, termasuk alat-alat pengukur kadar,
untuk memastikan kualitas air dan suhu, termasuk salinometer, pH meter,
termometer dan test kit kualitas air.
2. Untuk dapat dibudidayakan secara optimal, buatlah tiga buah tambak, yaitu
tambak untuk pendederan, gelondongan dan pembesaran. Setiap tambak harus
mempunyai pintu air sendiri, keran dan selokan untuk proses pengaliran air.
9
[Type text]

Di sekeliling tambak juga perlu dibuat pematang dengan tinggi 50 cm di atas


permukaan air dengan lebar 2 m dan juga pematang pemisah tiap tambak.
3. Ketiga tambak dibuat dengan tinggi yang berbeda secara bersebelahan, dan
buat satu buah kanal di tambak yang paling tinggi dan satu kanal untuk
keluarnya air di tambak yang paling rendah. Kemudian buatlah pintu air
antara tambak 1 dan tambak 2. Juga antara tambak 2 dan tambak 3 untuk
mempermudah pengaturan sirkulasi air di dalam tambak.
2. Pengolahan Lahan
Dalam budidaya udang windu, pengolahan lahan juga sangat penting, terutama
pengangkatan lumpur, yang biasanya mengandung sisa kotoran yang bersifat racun
dalam membahayakan pertumbuhan udang., Lighthouse GeneralKeluarkan lumpur
yang membahayakan dengan cara mekanis menggunakan cangkul atau penyedotan
dengan pompa air. Selanjutnya, harus dilakukan pembalikan tanah di dasar tambak
dengan cara dicangkul atau dibajak agar terbebas dari gas yang bersifat racun berupa
H2S dan amoniak pada tanah.
Pengapuran juga sangat penting karena bertujuan untuk menetralkan keasaman
tanah dan membunuh bibit-bibit penyakit. Pengapuran bisa dilakukan dengan kapur
Zeolit dan Dolomit dengan dosis masing-masing 1 ton/ha. Dan yang terakhir, lakukan
pengeringan, di mana tanah dibiarkan menjadi kering dan pecah-pecah dengan tujuan
untuk membunuh bibit penyakit.
3. Pemasukan Air
Sebelum air dimasukkan di tambak, biarkan lahan selama 3 hari. Lalu, lakukan
pemasukan air yang pertama setinggi 10-25 cm dan biarkan beberapa hari untuk
memberi kesempatan bibit-bibit plankton tumbuh. Setelah itu air dimasukkan hingga
minimal 80 cm.
Dalam tahapan ini, bisa dilakukan perlakuan saponin untuk membunuh ikan
yang masuk ke tambak. Jika ingin menyuburkan plankton sebelum benur ditebar,
lakukan pengisian air kapur dengan Dolomit atau Zeolit dengan dosis 600 kg/ha.
4. Pemilihan Benur

10
[Type text]

Dalam pemilihan benur, pilihlah yang mempunyai tingkat daya tahan yang
tinggi dan tahan terhadap adaptasi perubahan lingkungan. Ciri-cirinya secara fisik
yaitu berwarna tegas atau tidak pucat, aktif bergerak, sehat dan mempunyai alat tubuh
yang lengkap. Lakukan pengujian benur dengan cara meletakkan sejumlah benur
dalam wadah panci atau baskom yang diberi air kemudian aduk air dengan cukup
kencang selama 1-3 menit. Dengan cara ini, bisa dilihat daya tahan benur, apakah
benur aktif dan melawan putaran di wadah. Jika air putaran berhenti, apakah benur
tetap aktif bergerak.
Jika persiapan tambak untuk budidaya udang windu telah selesai dilakukan,
maka selanjutnya kamu harus mempersiapkan benih udang windu yang siap
diternakkan. Benih ini bisa kamu beli pada tempat-tempat pembenihan.
Benih udang windu atau benur terdiri dari dua ukuran. Yang pertama yaitu benih
yang masih halus atau post larva yang biasanya hidup di tepi pantai dan memiliki
warna coklat kemerahan serta panjangnya sekitar 9 sampai dengan 15 mm dengan
ciri-ciri cucuk pada kepalanya lurus maupun sedikit melengkung layaknya huruf s
dan bentuk keseluruhannya menyerupai jet serta ekornya seperti kipas.
Yang kedua adalah benih yang sudah besar atau juvenil yang biasanya sudah
memasuki muara sungai terusan. Memiliki sungut yang belang-belang selang-seling
coklat serta putih atau berwarna putih bercampur hijau kebiru-biruan dan memiliki
badan yang berwarna biru kehijauan maupun coklat sampai hitam, pada pangkal kaki
renangnya berwarna belang antara kuning dan biru.
Cara pengangkutan benih udang windu ini adalah dengan menggunakan kantong
plastik yang diisi dengan air sepertiga bagian nya dan diisikan benih udang windu
sebanyak 1000 ekor.
Masukkan kantong plastik tadi ke kardus yang telah diberi styrofoam dengan
jumlah 10% dari berat air yang ada dalam plastik dan pengangkatan benih ini dari
tempat asal hingga ke tambak harus diangkut pada suhu antara 27 sampai 30 derajat
Celcius. Jika suhu yang ada saat pengangkutan benih ini terlalu panas, kamu bisa
menggunakan es batu untuk menurunkan suhunya.Jika telah sampai di lokasi tambak,

11
[Type text]

maka waktu yang tepat untuk penebaran benur udang ini adalah saat matahari tidak
bersinar terik..
5. Penebaran Benur
Setelah melakukan pemilihan benur dan menyiapkan air dalam tambak, tahapan
selanjutnya adalah penebaran benur. Namun sebelum menebarkan benur, pastikan
bahwa plankton sudah tumbuh, ditandai dengan kecerahan air kurang lebih 30-40 cm.
Lakukan penebaran benur dengan hati-hati, karena benur masih lemah dan mudah
stress pada lingkungan yang baru. Penebaran benur ini juga harus dilakukan secara
bertahap dengan cara melakukan adaptasi suhu terlebih dahulu. Proses ini dilakukan
pada tambak pendederan.
Di dalam tambak ini, bibit udang akan dirawat untuk proses pembesaran
sementara sampai ukurannya kira-kira cukup untuk dipindahkan ke tambak
pembesaran yang selanjutnya. Pertama-tama,
plastik wadah benur direndam selama 15-30 menit, agar terjadi penyesuaian suhu
antara air di kolam dan di dalam plastik. Kemudian, lakukan adaptasi udara dengan
cara plastik dibuka dan dilipat pada bagian ujungnya dan biarkan plastik tersebut
terbuka dan terapung selama 15-30 menit agar terjadi pertukaran udara.
Percikkan air tambak ke dalam plastik selama 10 menit agar terjadi percampuran
air yang berbeda salinitasnya sehingga benur dapat menyesuaikan dengan salinitas air
tambak. Setelah itu lakukan pengeluaran benur dengan cara memasukkan sebagian
ujung plastik ke air tambak dan biarkan benur keluar sendiri ke air tambak. JIka ada
sisa benur yang tidak keluar sendiri, masukkan ke tambak dengan hati-hati/perlahan.
6. Pemeliharaan dan Pemberian Pakan
Untuk pemeliharaan, perhatikan kualitas air agar selalu stabil dengan melakukan
penambahan atau penggantian air dengan hati-hati karena udang masih rentan
terhadap perubahan kondisi air yang drastis.
Setelah udang windu berumur 39 hari, lihat perkembangan udang melalui
pertambahan berat udang. Udang normal biasanya memiliki berat mencapai 250-300
jumlah udang/kg. Setelah itu, lakukan sampling tiap tujuh hari sekali. Setelah

12
[Type text]

mencapai 60 hari, perhatikan kondisi air dengan melakukan manajemen kualitas air
dan kontrol terhadap kondisi udang.
Mengenai pemberian pakan dan pembesaran benih udang windu air tawar,
beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
Pemupukan perlu dilakukan untuk mendorong pertumbuhan makanan alami
seperti halnya klekap, lumut, plankton, dan bentos. Pemupukan dilakukan dengan
menggunakan 250 gram/m2 pupuk kandang, 5 gram/m2 TSP dan 5 gram/m2 pupuk
urea.
Pemberian pakan yang bisa terdiri dari makanan alami yang dimiliki oleh udang
windu itu sendiri atau juga dia akan memakan plankton atau sisa hewan dan
tumbuhan yang membusuk pada tambak, namun saat udang windu mulai dewasa
makanannya adalah daging binatang lunak maupun mollusca seperti kerang tiram dan
siput serta cacing annelida, anak serangga dan lain sebagainya, namun biasanya
makanan alami ini tidak perlu disiapkan karena sudah tumbuh alami di dalam tambak.
Ada juga makanan tambahan yang bisa diberikan dan biasanya dibutuhkan saat
masa pemeliharaan sudah 3 bulan. Makanan tambahan ini berupa dedak halus yang
dicampur kandungan ikan cincang rucah, ketam, siput, dan udang-udangan maupun
kulit kerbau atau juga sisa pemotongan kata bekicot yang cangkangnya telah
dipecahkan atau juga bisa daging kerang dan Remis.
Pemberian pakan untuk proses pembesaran udang bisa juga menggunakan pelet,
yang terbuat dari tepung kepala udang 20%, dedak halus 40%, tepung bungkil kelapa
20%, tepung kanji 19% dan Pfizer premix A 1%. Semua bahan dicampur dan
dibentuk bulat lonjong yang kemudian digiling dengan mesin penggiling daging.
Setelah itu dijemur sampai kering dan diremas atau dihancurkan sampai berbentuk
butiran sebesar 1–2 cm.
Pemberian pelet dilakukan empat sampai dengan 6 kali dalam sehari dalam
takaran sedikit demi sedikit yaitu 15 sampai dengan 20% besar jumlahnya dari berat
tubuh benih udang windu. Sedangkan untuk yang sudah dewasa jumlah peletnya
antara 5 sampai dengan 10% berat tubuhnya perhari, untuk makanan pelet ini akan
lebih baik jika berikan pada sore hari.
13
[Type text]

Jika budidaya udang windu menggunakan metode semi intensif dan intensif,
wajib menggunakan pakan buatan karena pakan alami tidak cukup untuk
pertumbuhan udang windu, sehingga bisa saja menimbulkan sifat kanibalisme pada
udang.

3.5 Panen dan Pemasaran Udang Windu


Udang windu bisa dipanen di usia kurang lebih 5 hingga 6 bulan dengan ukuran
berat kira-kira 8 ons per ekornya. Namun apabila udang terkena penyakit maka
pemanenan bisa dilakukan lebih cepat karena jika tidak, udang bisa habis atau mati.
Untuk memastikan bahwa udang sudah layak panen, perhatikan fisiknya, seperti
berukuran besar, kulit keras, bersih, licin, bersinar, alat tubuh lengkap, masih hidup
dan segar. Penangkapan udang pada saat panen bisa dilakukan dengan menebar jala.
Waktu panen udang windu yang baik pada malam hari atau dini hari agar udang tidak
terkena panas sinar matahari, sehingga udang tidak cepat menjadi merah/rusak.
Untuk memasarkan hasil panen, udang windu bisa dijual ke pasar, rumah makan,
restoran ataupun hotel. Udang windu dengan kualitas bagus juga bisa dijual ke
swalayan atau supermarket asalkan memenuhi syarat yang ditetapkan.
Penentuan harga jual budidaya udang windu bisa dihitung per kilogram, dengan
harga yang cukup tinggi, sekitar Rp 175.000 untuk satu kilogramnya, tergantung
dinamika harga di pasaran.

3.6 Usaha Budidaya Udang Windu


Sebagai udang asli Indonesia, keberadaan udang windu di Indonesia memang
hampir kalah bersaing dengan udang vaname. Meskipun sebenarnya harganya sedikit
lebih tinggi dari udang vaname, namun udang windu dinilai lebih sulit dalam proses
budidayanya. Itulah sebabnya udang vaname saat ini menjadi primadona budidaya
udang di Indonesia.
Walaupun demikian, masih banyak juga petambak yang tetap membudidayakan
udang windu. Dengan ketelatenan dan kerja keras, mereka pun bisa berhasil panen.

14
[Type text]

Adanya para pelaku budidaya yang belum berhasil secara maksimal dalam
membudidayakan udang windu membuat permintaan pasar belum bisa terpenuhi
secara maksimal. Inilah yang bisa menjadi peluang bisnis.
Sebenarnya, budidaya udang windu tidaklah sesulit itu. Jika kamu ingin sukses
dalam membudidayakan udang jenis apapun, yang dibutuhkan adalah mempelajari
bagaimana kebiasaan dan habitat udang tersebut di alam aslinya, serta meningkatkan
pengetahuan mengenai bagaimana teknik budidaya yang tepat bagi udang windu.
Yang tak kalah penting juga adalah tekun berusaha.
Intinya, lakukan prosedur yang benar sejak awal atau sejak mempersiapkan
tambak, dengan sebisa mungkin mengeliminasi atau meminimalisir berbagai faktor
yang menghambat kelangsungan hidup udang windu dan mengoptimalkan faktor-
faktor lain yang bisa mendukung pertumbuhannya.
Apabila pelaku budidaya tidak memiliki informasi yang cukup mengenai berbagai
trik dan tips untuk bisa berhasil dalam membudidayakan udang windu, maka akan
ada banyak kendala yang dihadapi. Jika berbagai kendala tersebut tidak dapat diatasi,
bisa-bisa yang terjadi adalah gagal panen. Selain dijual sebagai bahan pangan yang
segar dan berprotein tinggi, udang juga bisa diolah menjadi berbagai produk,
misalnya bakso, nugget, kerupuk, terasi dan sebagainya.
Dibalik peluang usaha yang bagus, tentunya ada berbagai kendala atau tantangan
yang bisa saja terjadi, misalnya udang bisa saja terkena dampak buruk akibat
pencemaran, kerusakan lahan dan hama penyakit yang menyebabkan kematian.
Selain itu, jika pemeliharaan tidak dilakukan dengan telaten, pertumbuhannya bisa
jadi lambat dan panen bisa tertunda.

15
[Type text]

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Udang Windu (penaeus monodon) dikenal dengan sebutan black tiger shrimp
merupakan udang laut asli Indonesia yang tumbuh mencapai 35 cm dan berat sekitar
260 gram. Namun, jika dipelihara di tambak panjang tubuhnya hanya mencapai 20
cm dan berat sekitar 140 gram.

4.2 Saran
Penulis merasa dalam penyajian makalah ini masih sangat banyak kekurangan
dan kelemahan maka dari itu sedikit dikiranya teman-teman memberikan kritikan
atau saran yang nantinya akan berguna untuk memperbaiki hasil makalah ini dan
manfaatnya bagi kita semua

16

Anda mungkin juga menyukai