Pendahuluan SAL
Pendahuluan SAL
net/publication/337935312
CITATIONS READS
0 223
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Zaenal Abidin Eko Putro on 14 December 2019.
i
Syarif Ahmad Saitama Lubis; dari Ahmadiyah untuk Bangsa
© Logung Pustaka
Syarif Ahmad Saitama Lubis Editor : A. Yasin
Desain Cover dan Isi: Kang Moen
Dari Ahmadiyah untuk Bangsa Gambar Sampul : Syarif Ahmad Lubis berfoto bersama
Khalifatul Masih IV di tengah peresmian
Masjid Ahmadiyah, Washington DC, 1994
ISBN
979-96485-5-7
iv
Pengantar Penulis Syarif Ahmad Saitama Lubis; dari Ahmadiyah untuk Bangsa
hebatlah siksaan itu bagi anak-anak tersebut. Siapa sangka, Benarlah memang demikian. Penderitaan para pengikut
keceriaan masa kanak mereka terenggut nafsu dan murka orang- Imam Zaman di Pakistan secara apik dipotret Antonio R.
orang dewasa. Gualtieri yang mengenal Ahmadiyah pertama kali lewat seminar
Saling kontak antara penulis dengan sejawat Ahmadi pun yang diadakan Wilfred C. Smith tentang “Iman and Islam” di
semakin kerap, setidaknya sejak kunjungan itu. Hal ini kiranya pertangahan 50-an. Gualtieri kemudian mengadakan penelitian
tidak lepas dari paradigma baru yang muncul, sekurang- lapangan dan mengobservasi langsung kondisi Ahmadiyah
kurangnya demikian yang penulis tangkap, di kalangan sejawat Pakistan, hingga membawanya bertemu beberapa kali dalam
jamaat yang tampak semakin membuka ruang-ruang dialog dan rangka interview dengan Khalifatul Masih IV, baik di London
interaksi terhadap ghair-Ahmadi. Di tengah pertautan itu, maupun Kanada, ketika Khalifah berkunjung ke negaranya.
beberapa tulisan dan liputan tentang Ahmadiyah kemudian Kesaksian-kesaksian Gualtieri tersebut dituangkan dalam sebuah
sering muncul pula pada terbitan ICRP. buku tipis berjudul, Conscience and Coercion; Ahmadi
Perkenalan dengan kawan-kawan jamaat itu tidak hanya Muslims and Orthodoxy in Pakistan, yang diterbikan Guernica,
menambah deretan jumlah personal, tetapi juga memberi makna Montreal, 1989.
internalisasi penulis terhadap dinamika yang muncul di Puncak dari serangkaian kriminalitas intimidasi dan
lingkungan pengikut Imam Zaman tersebut, baik dari tingkat persekusi terhadap Jamaat Ahmadiyah meletus pada awal Juli
grass root maupun elite jamaat. Berdasarkan lipatan-lipatan 2005, ketika massa mengepung dan merusak Kantor Pusat dan
pengalaman yang tercerap dari pergumulan itu, satu hal yang Kampus Mubarak milik Jamaat Ahmadiyah. Dalam perjalanan
penulis yakini adalah begitu kuatnya solidaritas internal dan waktu pasca penyerangan Kampus Mubarak, Parung, Bogor
kecintaan yang meluap-luap para anggota jamaat terhadap figur tersebut, secara tidak sengaja membawa penulis bertemu dengan
suci Hazrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. Kenyataan eksistensial Kandali Ahmad Lubis, seorang alumnus Trisakti yang kini
yang terkanalisasi menjadi identitas kelompok ini secara menekuni dunia bisnis. Belakangan baru penulis ketahui ia
sosiologis dan psikologis pada dasarnya bisa dimengerti dan adalah putra tertua Amir Nasional Ahmadiyah Indonesia
adalah sulit tergoyahkan sekalipun mereka menderita deraan periode 1990-1996, Syarif Ahmad Lubis. Sebenarnya ada
fisik berlipat-lipat. seseorang yang perlu disebutkan di sini, yaitu muballigh wilayah
Pernyataan-pernyataan yang mengandung unsur DKI Jakarta keturunan Manado bernama Zafrullah Ahmad
eksistensial beberapa kali penulis dengar mengiringi peristiwa Pontoh. Ia sebenarnya yang mengajak penulis bertemu bertiga
kekerasan demi kekerasan yang mendera jamaat selama kurun di sebuah resto ala Pakistan di Jalan RS. Fatmawati, Jakarta
waktu lima tahun belakangan ini. Salah satu komentar dari Selatan pada suatu sore itu. Namun rekan muballigh ini tidak
sejawat Ahmadi yang penulis tidak mungkin lupa berbunyi, turut bercakap dengan kami karena keburu pergi untuk urusan
“Dengan kejadian sekarang ini, kami semakin menyadari diri lain kejamaatan.
kami sebenarnya dan mengalami sendiri apa yang sering kami Pertemuan awal itu terkesan biasa-biasa saja, tetapi lebih
dengar tentang penderitaan para pendahulu kami yang gigih terasa istimewa karena di tengah berbagai pemojokan terhadap
mempertahankan keimanannya”. Ahmadiyah di berbagai tempat. Pertemuan berikutnya
vii viii
Pengantar Penulis Syarif Ahmad Saitama Lubis; dari Ahmadiyah untuk Bangsa
kemudian terus berlanjut dan obrolan sering bermuara pada Lubis ternyata figur yang sangat bersahaja, familiar, dan rendah
up dating berita-berita baru seputar penyerangan terhadap hati begitu bertemu pertama kali dengan penulis serta memiliki
anggota jamaat di berbagai tempat, dan penulis dalam syarat penulisan yang bisa disesuaikan penulis. Sejak di awal
pertemuan kesekian secara tidak sengaja mengajukan asumsi, itu sebuah syarat sudah dilontarkan, bahwa penulisan ini
bahwa masih sedikitnya terbitan mengenai kiprah tokoh-tokoh nantinya bukanlah sekadar menuliskan dirinya semata dan
jamaat yang bisa diakses publik secara luas. Dengan hipotesis untuk hal ini penulis ingat dengan berkelakar Pak Lubis berujar,
yang kasar, minimnya referensi tentang Ahmadiyah yang ada “Apalah artinya saya?”, melainkan juga mengungkap pandangan-
menyebabkan Ahmadiyah dipahami secara salah kaprah. pandangannya tentang Jamaat Ahmadiyah, sebuah keyakinan
Menanggapi asumsi ini, Mas Kandali segeralah teringat yang dipeluk sejak orangtuanya. Pak Syarif juga menekankan
keinginan beberapa kolega dan kerabatnya agar catatan-catatan dengan buku ini nanti semoga mampu semakin mengenalkan
hidup ayahnya dibukukan. Lebih dari sekali Mas Kandali juga publik luas pada Ahmadiyah. Dari situlah penulis selanjutnya
mengemukakan, selain mendengar keinginan kolega dan kerabat diberi kepercayaan merangkaikan catatan-catatan hidup serta
itu, saudara sepupunya yang menetap di Singapura juga pandangan teologis Amir Nasional Jamaat Ahmadiyah
memberi saran sebaiknya figur ayahnya juga perlu dibukukan, Indonesia 1990-1996, Syarif Ahmad Lubis ke dalam buku
mengingat kiprah ayahnya yang begitu mendalam bagi dunia biografi ini.
perminyakan Indonesia. Dalam penulisan biografi ini selanjutnya penulis berusaha
Atas pertimbangan-pertimbangan itulah, penulis diajak keras memakai strategi riset narasi (Narrative research) menurut
untuk bertemu dengan sang ayah, Syarif Ahmad Lubis demi Clandinin & Connelly (2000) seperti dikutip Creswell (2003).
menyesuaikan pandangan (need assessment), terlebih yang Strategi riset seperti ini memungkinkan peneliti atau penulis
paling penting adalah kesediaan Pak Syarif Lubis untuk di- mempelajari kehidupan seseorang dan mencari keterangan lain
dampingi penulis. Di sini seperti yang diungkap Mas Kandali, dari individu-individu lain yang mengenal subjek untuk
inti dari proses penulisan ini karena sangat bergantung pada memberi data tambahan mengenai subjek tersebut. Akan
kesediaan ayahnya. Sebenarnya muncul sedikit keraguan di tetapi, untuk mendukung data-data yang berkenaan dengan
benak penulis mengingat penulis belum pernah membuat sejarah maupun peristiwa, penulis memadukannya dengan
sebuah biografi yang agak lengkap sebelumnya, kecuali beberapa literatur-literatur yang dianggap membantu. Untuk hal ini,
biografi ringkas saja termasuk biografi 50 tahun Jimly ternyata literatur milik Pak Syarif Lubis begitu banyak
Asshiddiqie. Hambatan lain adalah soal etnisitas, karena penulis membantu.
tahu yang bakal dihadapi adalah seorang Sumatera dari Berdasar pendekatan inilah penulis melakukan serangkaian
Mandailing bermarga Lubis. Mau tidak mau stereotying etnis wawancara, terutama tentu saja secara maraton dengan subjek,
itu tiba-tiba timbul dalam benak penulis, bahwa etnis Pak Syarif Lubis. Setelah itu kemudian melacak kepada rekan
Mandailing banyak berbeda dengan etnis Jawa, di mana penulis sejawat Beliau. Selama kurang lebih tujuh bulan sejak dimulai
berasal. Februari 2006, serangkaian wawancara dan studi literatur
Namun, semua dugaan itu lenyap manakala Pak Syarif dilaksanakan hingga dianggap rampung. Setelah itu
ix x
Pengantar Penulis Syarif Ahmad Saitama Lubis; dari Ahmadiyah untuk Bangsa
xi xii
Syarif Ahmad Saitama Lubis; dari Ahmadiyah untuk Bangsa
xiii xiv
Sekapur Sirih Syarif Ahmad Saitama Lubis; dari Ahmadiyah untuk Bangsa
jangan dicurigai. Bila mendapatkan kurnia rahmat ucapkanlah Muhammad tentang perbedaan antara Jamaah Ahmadiyah
Alhamdulillah, sebaliknya, bila bersifat musibah Istighfar serta dengan Jamaah lain yang ada di Indonesia diakui ada perbedaan,
ucapkanlah Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raajiun. Percaya dibalik namun hal itu janganlah dijadikan pertentangan yang berujung
peristiwa ada hikmahnya. pada permusuhan dan perusakan seperti yang terjadi belakang-
Hikmahnya? Kini…. Kedua anak desa Siabu Syarif dan an ini. Tercatat semenjak tahun 1993 sampai dengan tahun 1995
Bismar, Alhamdulillah hidup dalam kemapanan di Kota Jakarta, sebanyak 34 kali. Di antara bisik-bisik terdengar Jamaat
walau penuh godaan setan, sepanjang takaran orang beriman Ahmadiyah itu tidak murni berucap dua kalimah Syahadat dan
tak bermakna apa-apa. Mereka di hari tuanya mapan lahiriyah kiblatnya bukan lagi ke Ka’bah tetapi Qadian. Demikian juga
mapan pula batiniyah. Masing-masing melewati masa alur hidup tidak ada rukun haji ke lima ke Makkah. Sungguh banyak desas-
penuh tantangan, namun pada akhir masa jabatan sampai ke desus di tengah masyarakat tentang pelaksanaan agama sehingga
puncak karier, dikaruniai pula keluarga amaanah Allah. Anak- mudah terhasut dan berakibat terjadilah tindakan kekerasan
anak dibesarkan di Jakarta, terlepas dari keresahan sementara yang sangat bertentangan dengan akhlak Islam.
orangtua, anak nakal tawuran, mengisap narkoba atau cacat Tentang yang demikian itu tidak perlu disesali. Terima
hidup lainnya. Perbuatan tidak terpuji di mata manusia selalu dan pahamilah sebagai ayat kauniah untuk bermawas diri.
dihindari tapi dan ini yang terutama menjadi perhatian, jangan Mengapa para ulama di luar Ahmadiyah begitu mudah meng-
sampai tidak terpuji di mata Allah Taala. hasut jamaahnya sehingga terjadilah perpecahan-perpecahan
Semboyan mantap dalam hidup Syarif sebagai Jamaat bukan hanya terhadap Ahmadiyah sendiri, tapi juga terhadap
Ahmadiyah dan Bismar Jamaat Muhammadiyah yakni sebagai golongan sesama ahlul sunnah wal jamaah. Sebagai bukti adanya
seorang pengucap dua kalimah syahadah, sesama seiman umat politik praktis berebut kedudukan dan jabatan formal, sebagai
Muhammad dia itu. Selagi masih sesuai rukun iman umara atau sebagai ulama non-formal. Sikap di antara
mengucapkan dua kalimah syahadah berkiblat ke Makkah dan pemimpin ormas, demikian juga partai politik Islam ternyata
menunaikan ibadah Haji dan mendirikan shalat lima kali setiap berebutan jabatan dan pengaruh. Yang demikian tidak dikenal
hari, serasa tidak ada perbedaan yang memisahkan umat. Bahwa di kalangan Jamaat Ahmadiyah. Tidak ada ambisi merebut
ada asas-asas pelaksanaan yang berbeda, sebutlah tentang jabatan eksekutif bupatikah, gubernurkah, atau legislatif
keimanan dalam shalat berjamaah, eksklusivisme dalam anggota parlemen. Hemat saya Jamaah Ahmadiyah yakin benar
perkawinan dan lainnya, jangan dijadikan perbedaan yang makna pesan Rasulullah, tidak memberikan jabatan kepada
mengurangi ukhuwah islamiyah berdasarkan cinta dan kasih seseorang/golongan yang meminta/mengharap jabatan itu.
sayang. Bukankah di antara golongan Sunnah wal Jamaah dan Sayang ambisi jabatan disebut berpolitik praktis tanpa risi
golongan Syiah jelas sekali ada perbedaan. Namun sama percaya dilakukan para ulama.
adanya perbedaan bukan merupakan laknat, aib dan cela, Patut dicatat sejarah hidup Syarif dan Bismar ada per-
bahkan sebaliknya merupakan karunia rahmat mencari dan bedaan, di samping persamaan. Ayah Bismar hanya guru
menemukan kebenaran Ilahi. Sekolah Desa (Volks-School) dan saat berada di tingkat
Singkat kata, apa yang menjadi alasan oleh sesama umat menjelang ujian terakhir kelas tujuh HIS memasuki Sekolah
xv xvi
Sekapur Sirih Syarif Ahmad Saitama Lubis; dari Ahmadiyah untuk Bangsa
Lanjutan Pertama, pendidikannya terputus. Takdir Ilahi ayahnya Benar, Syarif dengan jenjang pendidikan yang teratur
miskin ridak mampu melanjutkan pendidikan ke sekolah berhasil mencapai gelar Ir. Teknik dari ITB (UI) Bandung, tentu
lanjutan pertama, jadilah si Bismar anak desa hidup sebagai sama tak masuk di akalnya si Bismar dahulu, anak desa putus
anak petani sehingga ia peka tentang nasib petani. Sebaliknya sekolah tak punya ijazah SR/SMP, nyatanya memperoleh gelar
Syarif anak guru sekolah Vervolg-school (Sekolah Dua-Angka Meester in de Rechten dari Perguruan Tinggi ternama UI
Loro) baru duduk di kelas satu HIS pendidikannya terputus, Jakarta. Saat Bismar menjadi Jaksa di Palembang Syarif dalam
oleh sebab itu mudah beralih sekolah, konon di Siabu. Setelah tugas di Stanvac, Sei Gerong-Palembang, terjadi pertemuan
menyelesaikannya melanjutkan sekolah ke SMP di Kotanopan penuh keharuan, karena keduanya berhasil menjadi orang yang
dan selanjutnya ke SMA di Sumatera Barat serta kemudian tidak pernah terbayangkan dahulu selagi menjadi pemukim di
Sekolah Teknik Tinggi UI di Bandung. Yakin benar makna peran Siabu. Sungguh nikmat rasanya, terutama saat itu si Bismar
Allah atas makhlukNya sehingga ikhlas memahami, apapun sudah punya keluarga sedangkan si Syarif masih lajang. Hari-
yang terjadi atas diri masing-masing diterima sebagai kurnia hari minggu bertandang makan bersama. Hubungan
Rahmat Ilahi. kekeluargaan akrab dahulu pulih kembali seperti tempo doeloe.
Sebagaimana dituturkan Syarif selesai SR ia pindah Kenangan indah tidak terlupakan sampai sekarang dilukiskan
meninggalkan Siabu melanjutkan pendidikan ke Kotanopan Syarif dalam catatannya.
terputuslah hubungan teman sepermainan, menangkap burung Pertemuan indah demikian berulang kembali setelah sama-
di kala senggang waktu, memancing ke rodang (rawa-rawa) di sama menjadi pemukim di Jakarta, konon si Bismar sudah
hari libur dimanfaatkan seharian baru sore hari kembali pulang mencapai kedudukan tinggi di jajaran Kehakiman, Hakim
dengan membawa hasil kailan. Nikmat sekali walau beda umur Agung dan Syarif juga menempati kedudukan tertinggi di
6 tahun cukup nyata juga ada penyesuaian lingkungan sangat lingkungan perminyakan sebagai Direktur Lemigas,
mempengaruhi. Subhanallah, Alhamdulillah, Allhu Akbar!
Ciri suku Batak bila bertemu satu sama lain yang pertama Demikianlah saat Syarif bertamu ke rumah di sore hari
ditanyakan dari mana asal-usulnya dan dari situ diurut pula itu, mohon penulisan Kata Sekapur Sirih untuk bukunya,
apa marganya sehingga terurailah hubungan keluarga. Dan dari kelihatan masih segar-bugar seakan belum berusia lanjut 70
hubungan bermarga diperoleh “partuturon”, sebutan tahunan, dan Alhamdulillah juga Bismar mendapat kurnia
hubungan keluarga, tergolong anak boru-kah, kahanggi-kah atau rahmat panjang usia 78 tahun juga sehat wal afiat. Pertanyaan
tingkat mora. Keadaan demikian membuat ikatan keluarga yang sering dilontarkan beberapa pihak, apa resepnya? Jawabnya
akrab dan harmonis masing-masing tahu menempatkan diri. sederhana setelah menyimak isi catatan berikut: “Ikhlas
Orang tua Syarif di-tuturi sebagai tulang sebaliknya orang tua menerima segala sesuatu tanpa harus ada prasangka buruk
Bismar amangboru oleh Syarif. Ikatan keluarga demikian sampai terutama kepada Allah SWT. Mantapkan keyakinan semuanya
sekarang pun masih dirasakan. Inilah kelebihan adat suku Batak diatur sesuai takdirNya.”
yang tidak ada pada suku lain, ciri demokrasi tulen disebut Setelah membaca naskah lebih dalam sungguh terasa
Dalihan na Tolu dan perlu dilestarikan. pengaruh pergaulan semasa kecil diwarnai hidup penuh
xvii xviii
Sekapur Sirih Syarif Ahmad Saitama Lubis; dari Ahmadiyah untuk Bangsa
keprihatinan, pengorbanan akibat pendudukan Jepang serta tergolong yang luas pandangan, bukan hanya antar sesama
dilanjutkan dengan keadaan darurat yang dikenal dengan Aksi manusia juga antar makhluk hidup di alam semesta, tidak salah
Polisi Belanda ke-I dan ke-II, sedangkan kami tetap berada di bersama Syarif Ahmad Lubis yang Ahmadiyah tulen, Bismar
wilayah yang disebut Pemerintah Darurat RI di bawah pimpin- Muhammadiyah sejati tak pernah ada penghalang tali
an Presiden Syafrudin Prawiranegara. Bahagia, tergolong silaturrahim.
Republiken tulen sehingga Syarif merasa berdosa saat ada Bila ada pihak tergolong Ulama bergabung dalam Majelis
tawaran mendapat bintang penghargaan disebut Veteran, Syarif Ulama Indonesia sedemikian rupa membenci Ahmadiyah
sendirilah yang menolak, karena mengetahui siapa sebenarnya sampai-sampai terjadi hal-hal yang sangat memprihatinkan
dia. Syarif bukan tergolong pejuang, hanya karena selagi masih mencerminkan akhlak setan, saya tetap berpihak kepada
anak sering bolak-balik dari wilayah kiblik (daerah yang dikuasai Ahmadiyah dan membelanya dengan rumusan sederhana yakni
RI, istilah ini pada jaman itu biasa dipakai di daerah itu) ke selagi mereka masih mengucap dua kalimah syahadah, saudaraku
daerah pendudukan (Belanda). Ia tidak mau membohongi diri seimanlah dia itu dan tentang yang demikian jelas dilukiskan
sendiri, bukanlah tergolong yang berhak mendapat bintang Syarif:
gerilya.
Si Bismar pun demikian pernah mendapat tawaran untuk “Syarif sebagai Muslim Ahmadi menguraikan
memperoleh penghargaan veteran Pejuang Tentara Pelajar, keseluruhan pendangannya tentang Ahmadiyah diawali
karena yakin tidak berhak menikmatinya, walaupun tentu saja dengan memahami bunyi kalimat Syahadat dengan baik.”
ada banyak fasilitas yang ia tolak. Tidak pernah menyesali (Hal. 66).
penolakan malahan merasa bersyukur atas kurnia kemerdekaan,
jika tidak maka mustahil ia mendapat pendidikan yang Sudah jelas keislaman mereka, oleh sebab itu tidak ingin
mengantarnya menjadi tokoh penegak hukum. Sungguh banyak terbawa arus rasa kebencian umat dikompori Fatwa Majelis
di antara sesama, hanya sekedar ingin mendapatkan kehormatan Ulama Pusat mengkafirkan sesama Muslim Ahmadi, akhirnya
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan dengan segala tata saya kuat berpegang pada peringatan yang tercantum dalam
upacara kebesaran, beraninya tidak jujur terhadap diri dan firman Allah surat An-Nisa 59 yakni; “Ketaatan hanya ada dua,
Tuhannya. Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan membawa pertama kepada Tuhan dengan kitab suci Al-Qur’an dan kedua
dampak luar biasa, upacara kehormatan juga biaya pemakaman kepada Muhammad Rasulullah dengan sunnahnya. Benar ada
ditanggung Negara! Tetapi adakah ia lupa yang paling lanjutan kata Ulil Amri tetapi tidak ada perintah ketaatan.
diidamkan ialah mulia di makam Allah. Sekali lagi kok bisa Taatnya kepada Ulil Amri disertai prasyarat, bila mereka selalu
terjadi kesesuaian watak dan sikap dua anak kecil-kecil hidup merujuk kepada dua sumber hukum Quran dan Hadis. Diluar
di Siabu 60 tahun yang lalu! itu, tunggu dulu!
Alhamdulillah , Syarif yang dididik orang tua menjadi Bagaimana Ahmadi berakhlak? Akhlak yang Islami tidak
anak taat, patuh beragama dan orangtua, tetap memelihara membalas kejahatan dengan kejahatan, malahan mengiringinya
harga diri, demikian pula si Bismar berkat autodidak juga dengan kebaikan. Pesan itu dari Rasulullah yakni; “janganlah
xix xx
Sekapur Sirih Syarif Ahmad Saitama Lubis; dari Ahmadiyah untuk Bangsa
balas kejahatan dengan kejahatan, tetapi iringilah kejahatan “Bagi Syarif dan kaum Ahmadi lainnya, pembaharuan
dengan kebaikan.” Sebagai bukti dari peristiwa yang pernah kualitas hidup manusia terus terjadi dan berlangsung.
terjadi, yang memojokkan Jamaat Ahmadi sampai-sampai diusir Pembaharuan akhlak dan moral manusia selalu
dari kampung halaman Mataram. Nyatanya mereka tidak dipercayakan oleh Tuhan kepada manusia pilihanNya.
membalas malahan meminta suaka dari ke Pemerintah Australia. Manusia-manusia terpilih itu, Nabi atau Rasul akan hadir
Salahkah yang demikian? Hemat saya tidak. Justru sesuai pesan ketika umat manusia sudah dianggap tidak sesuai dengan
Rasulullah, bila seseorang tidak dapat menikmati kehidupan akhlak dan moral Islam sesungguhnya. Tetapi, satu-
yang layak di tempat tinggalnya, karena kemiskinan atau satunya manusia pilihan itu adalah Rasulullah Saw.
keamanan terjadi, ada hukum wajib berhijrah. Sayang umat
Islam di negara ini terlalu sempit memahami makna persaudara- Bagi Jamaat Ahmadiyah, ayat Al-Quran surat Al-Ahzab
an, konon seiman. ayat 40 menunjukkan betapa Tuhan telah menetapkan
Tentang yang demikian diuraikan Syarif: Muhammad sebagai nabi yang terpilih oleh-Nya. Ayat itu secara
lengkap berbunyi:
“Terhadap kekerasan yang menimpa Jemaat Ahmadiyah
di berbagai tempat, banyak orang menciptakan “Muhammad bukanlah Bapak dari seorang laki-laki
kebencian, keributan dan huru-hara kerusuhan dalam kamu, tetapi ia adalah seorang Rasul dan Khataman
menentang Ahmadiyah. Mereka menghasut dengan Nabiyyin, khatamnya dari para nabi-nabi”
pernyataan-pernyataan bohong, dengan mengemukakan
pendapat yang salah tentang ajaran Ahmadiyah. Dari kutipan di atas, jelaslah bagi saya apa yang diragukan
Akibatnya, Jemaat Ahmadiyah menjadi didiskreditkan. sampai difatwakan Ahmadiyah golongan sesat dan dikeluarkan
dari Islam, keliru sepanjang pengkajian saya pengkafiran
Dalam hal ini Jamaat Ahmadiyah hanya bisa terhadap seseorang atau golongan hukumnya haram. Yang
menyerahkan hal ini sepenuhnya kepada Tuhan. Tuhan demikian itu hak Allah, mengapa diambil Majelis Ulama Pusat
yang akan menyikapi mereka yang mengeluarkan juga Menteri Agama? Tidaklah akibatnya bukan Ahmadiyah
pernyataan tentang keagamaan dan memojokkan yang jadi kafir tetapi yang memfatwakannya. Nauzubillah, min
Ahmadiyah. Bagi Jamaat Ahmadi, tugas mereka hanya zalik. Mari istighfar kepadaNya.
menyampaikan pesan kedatangan Imam Mahdi dan Isa
yang dijanjikan. (Hal. 73)” Sekali lagi saya tidak dapat menerima dalil dan alasan
Jelas benar sikap Ahmadi tentang kekerasan yang dialami pengkafiran, demikian jelas penjelasan Syarif sebagai mantan
akibat salah pengertian makna kehadiran Ahmadi sebagai unsur Amir Ahmadiyah se-Indonesia periode tahun 1990 sampai
pembaharu iman Islam. Juga tentang memahami Khataman dengan tahun 1996, mengapa demikian keji dan kejam kita
Nabiyyin dilukiskan: ikut-ikutan mengkafirkan mereka? Saya tidak ikut berbuat
demikian, walau karena itu keislaman saya diragukan, silakan.
xxi xxii
Sekapur Sirih Syarif Ahmad Saitama Lubis; dari Ahmadiyah untuk Bangsa
Saya lebih senang, Allah sendiri tidak meragukan keimanan dibenci oleh Tuhan. Sikap sama juga si Bismar, tidak peduli
saya sebagai umat Muhammad. apa kata orang yang diutamakan hanya kepedulian Allah Swt.
Dalam mengarungi kehidupan beraneka masalah dan Masih ada yang perlu dijelaskan, yakni kiblat Ahmadiyah
persoalan kedua hamba Allah, Syarif dan Bismar selalu bukan Ka’bah di Makkah, mereka tidak wajib memenuhi rukun
berpegang kuat hanya kepada tali Allah. Percaya, apapun yang kelima ibadah Haji. Dari contoh pengalaman yang dikemuka-
diperbuat bila niatnya Lillahi Ta’ala, Allah jadi Penjaminnya. kan Syarif beserta istri yang ingin menunaikan kewajiban rukun
Hanya upaya yang dituntut, hasilnya serahkan kepadaNya. kelima tetapi dipersulit oleh Pemerintah c.q Departemen
Berhasil Alhamdulillah, belum berhasil juga Alhamdulillah. Kuat Agama, berdasar rekomendasi Pemerintah Arab Saudi yang
benar keyakinan masing-masing, bahwa Allah lah yang lebih mengkafirkan Jemaah Ahmadiyah sehingga akibatnya dilarang
mengetahui apa yang baik dan apa yang tidak baik bagi memasuki tanah Haram menunaikan Ibadah Hajj.
hambaNya. Alhamdulillah, keinginan kedua hamba Allah menunaikan
Menyadari, bahwa seorang hamba Allah hanya berkewajib- kewajiban memenuhi rukun ke V ibadah HAJJ berkat
an menyampaikan (mengingatkan) tidak lebih dan tidak pertolongan Duta Besar di Cairo Bour Mouna telah terlaksana.
kurang. Diterima Alhamdulillah, tidak diterima juga Nyatalah, betapa manusia berusaha menghalang-halangi maksud
Alhamdulillah, sudah menyampaikan. Kewajiban hanya sekadar luhur dan baik seseorang menjadi tamu dimuliakan di
mengingatkan dan tidak boleh memaksakan. Apa yang akan rumahNya, dihalang-halangi pejabat Indonesia, saya tidak
terjadi hari depan tidak menjadi permasalahan, diserahkan mengetahui berapa besar hukuman yang diturunkan Allah bagi
nasib sepenuhnya kepada sang Khalik Maha Bijaksana dan sekali- yang menghalangi niat demikian. Adakah musibah terjadi
kali bukan kepada sesama manusia. Sehingga kalaulah hanya sekarang bukan antara lain karena yang demikian?
berdasar perhitungan akal manusia, manusia tidak dapat Juga nasib yang sama dialami oleh Sadima ibunda Syarif
membela dirinya. Tetapi berkat iman dan taqwa semuanya tidak tercatat telah menunaikan ibadah haji berkat rekomendasi
mempunyai dampak pada dirinya. Aneka peristiwa yang terjadi Adam Malik, Wakil Presiden waktu itu. Jadi mengapa kita
mau disingkirkan secara halus atau kasar tidak menggoyahkan menolak perhajian itu bukan sesuatu yang menjadi rukun Islam
hati karena tetap berpegang teguh kepada tali-talinya Allah Swt. bagi Jamaat Ahmadiyah? Marilah istighfar atas praduga yang
Sekira musibahpun menimpa diri, keluarga, ikhlas-ikhlas tidak bukan-bukan terhadap sesama umat Muhammad. Mari lebih
menyesali karena yakin dibalik musibah ada hikmahnya. mendekatkan diri, walau semula berbeda pendapat, insyaAllah
Ditimpa musibah malah disyukuri! dengan dialog Lillahi Taala akan hilang salah pengertian dan
Semenjak di Siabu keluarga Duali gelar Sutan Mangkuto terwujudlah Ukhuwah Islamiyah bermodal pesan:
adalah anggota Jamaah Ahmadiyah 100 % yang taat dan tidak
memperjualbelikan keyakinannya dengan apapun. Tidak “Katakanlah, Shalatku, Ibadahku, hidupku dan matiku,
disenangi orang seperti Syarif, ejekan sementara sesama ia adalah demi Tuhan Semesta Alam” (QS. Al-An’am 6:162)
tergolong anak Dajjal tidak sakit hati dalam dirinya, sudah
ditanamkan iman biar dibenci oleh sesama manusia asal jangan
xxiii xxiv
Sekapur Sirih Syarif Ahmad Saitama Lubis; dari Ahmadiyah untuk Bangsa
xxv xxvi
Syarif Ahmad Saitama Lubis; dari Ahmadiyah untuk Bangsa
xxvii xxviii
Daftar Isi Syarif Ahmad Saitama Lubis; dari Ahmadiyah untuk Bangsa
xxix xxx