Anda di halaman 1dari 4

Dia (Bukan) Milikku

Siang hari, ya siang hari yang kutau pasti sangat panas namun kini tak bisa kurasakan
lagi, tampak terpampang dimataku sosok lelaki bertubuh besar agak gelap yang baru kembali
dari rumah sakit. Dia, iya dia yang duduk menghadap ke arah jendela kafe disiang itu.
Sesekali menghela napas sembari ditampar cahaya matahari yang amat cerah. Mengecek
handphone menantikan notifikasi kabar dari seseorang yang mungkin tak akan kembali lagi.
Posisi yang benar-benar menunggu.

“SHI... SHI...!!!!! KASHIIIIIIIIII !!!!”

Terdengar sorakan suara perempuan dari arah pintu masuk cafe disiang itu. Yang
dipanggil Kashi namanya, pun melihat dan melambaikan kedua tangannya dengan girang.

“Right here Hana, sinii” lambaian tangan Kashi.

Sang Perempuan, Hana segera berjalan kegirangan seperti habis keluar dari kandang
menuju Kashi.

“Hiiii... you look so handsome as always” ucap hana menggombal.

“Kamu lebih cantik hari ini (bergumam sendiri) hm.. you too” balas Kashi tersenyum.

Aroma Vanilla tercium oleh Kashi dari tubuh Hana. Perempuan cantik nan anggun itu
entah mengapa telah menjatuhkan hati kepada Kashi siswa sma anak asrama putra sederhana
apalagi tergolong orang cuek yang tak pedulian meski terjadi sesuatu di bumi ini.

Memang Kashi lebih perhatian kepada sesama semenjak bersama gadis itu, Hana
daripada bersamaku yang rendah ini. Menjadi Pelajar di ibu kota yang merupakan kota pelajar
membuat mereka berdua saling jatuh cinta satu sama lain.

“Lihat apa yang kubawa untukmu?” Tanya Hana.

“Wow, pasti barang spesial buatku kan?” tanya Kashi balik.

“Of course, siapalagi kalau bukan untukmu” ucap hana dengan cantiknya.

“Thank you, ini pasti mahal. Aku belum pernah memakai jam tangan seperti ini
sebelumnya” ucap Kashi dengan ekspresi ga enakan.

“Gapapa karena aku milikmu sekarang dan kau milikku juga” senyum Hana.

(Kashi balas dengan senyumnya juga)

Menjadi Pelajar di ibu kota membuat mereka berdua saling jatuh cinta sama lain.
Pertemuan mereka adalah gerbang menuju kehidupan Kashi dan Hana yang baru.

“Kalian terlihat bahagia ya, aku senang banget” ucapku dalam hati.
Dan aku, selalu sendirian di sini menyaksikan asyiknya kisah cinta mereka berdua di
pojok dunia yang tak bisa kugenggam lagi. Memandang dengan iba apa yang telah terjadi
pada Kashi selepas dari tragedi itu.

“Hana, tatap mataku serius kali ini. Ada yang mau aku omongin sama kamu” ucap
Kashi sambil menatap dengan serius Hana perempuannya itu.

“Yes.. what is it? Kenapa??” Hana bergumam lalu menutup buku pesanannya yang ada
di tangannya itu.

“Kamu ga bakalan ngomong buat pisah lagi kan?” tatapan yang sangat tajam tampak
dari kedua mata Hana.

Kashi menatap lekat pancaran nanar mata Hana. Pikiran negatif yang tersimpan di
kepalanya tersebut justru akan terjadi, meski Kashi pun tak mau itu sebenarnya terjadi.

“A.. aa... akuu...” Kashi terbata-bata seakan tak sanggup berkata-kata

Padahal kutahu dia laki-laki yang tegas tak pernah sekalipun terbatah-batah dalam
melontarkan setiap perkataan dari mulutnya yang besar itu.

“Just talk, jadi aku bisa ngerti apa yang mau kamu omongin” tegas Hana yang
penasaran.

Sesungguhnya ia hanya ingin menyampaikan kebenaran, walau justru hal itu sangat
menyakitkan bagi Hana.

“Listen, I dont wanna hurt the feelings but aku ga bisa ngelupain Rin. Ia amat melekat,
di pikiranku. Dia seakan menghantui pikiranku. Apakah lebih baik....

“Stop! Stop! Aku tahu maksud kamu apa. Rin sudah tenang disana Shi. Dia sudah
punya dunia baru dan itu bukan salah kamu, bukan Shi, bukan” tegas Hana dengan suara lebih
keras.

Itu benar, kematianku bukan salah siapapun bukan Kashi atau karena apapun itu, itu
murni karena kecelakaan yang kualami.

“Tapi, hatiku seakan berkata semua yang terjadi pada Rin harus kutanggung, sebab
aku yang bawa mobil itu” ucap Kashi sambil menggigit lidah.

“Bukannn... (air mata Hana mulai menetes dari mata indahnya itu) kau sudah terlalu
jauh, kau terlalu dalam jatuhnya, stop untuk menanggung semuanya sendirian, please” tangis
Hana mulai bertetesan.

“Don’t cry, aku tak mau melihat wanita hebat yang kucintai menangis” ucap Kashi
tulus.
“Cintai? Apa ini perlakuan mu terhadap wanita yang kau cintai? Di saat aku ada di
depanmu, kok bisa sih kepikiran sama yang lain?” ucap Hana dengan kesal.

Ya harus kuterima kenyataan yang tepat ada di depan mataku ini. Bahwa aku dengan
mereka bukan sama lagi, aku bukan bagian dari dunia ini lagi. Kashi bukan milikku lagi, dia
milik Hana sekarang.

“Aku mencoba melupakannya tapi dia seakan mengambil kursi dan duduk di dalam
otakku dan tak mau bergerak keluar dari kepalaku ini” curhat Kashi.

“Nga bukan itu, aku ga mau kau melupakan Rin juga. Aku hanya ingin kau membagi
beban pikiran yang kau tanggung itu kepadaku. Cause (Sambil tersedu-sedu) I am your girl
right now, not her anymore” ucap Hana dengan mata yang sudah berair sejak tadi.

Kashi laki-laki itu hanya terdiam mendengar perkataan Hana yang seakan menyayat
hati kecilnya itu. Dan aku bahagia kok menyaksikan ini karena Hana sudah berani
mengeluarkan semua isi hatinya.

Belum sempat membalas perkataan Hana, ku menyaksikan Hana langsung berdiri


menaikkan kedua tangannya keatas meja

“Aku aku ingin Rin menjadi masa lalu mu, dan kini aku masa depanmu. Karena
pilihan satu-satumu hanyalah mencintaiku. Iya aku yang tepat berada didepanmu kashi” tak
tahan lagi menahan semua perasaan yang mengejolak ingin keluar di dalam hatinya.

Ah senangnya aku akhirnya bisa melihat Kashi menemukan gadis yang sangat
mencintainya. Dan akupun dibuat terkejut ketika saat siang hari di kafe ini disuguhkan dengan

(Kashi langsung memeluk Hana yang sedang berdiri)

“Ehm.. jangan menangis lagi, kau perempuan yang kusayangi” sambil memeluk erat
Hana

“Nyaman.. hangat.. sama seperti yang kuinginkan selama ini” ucap Hana yang sangat
menikmati pelukan ini.

Mengusap air mata Hana, Kashi tersenyum begitu juga dengan Hana tersenyum sangat
bahagia karena inilah yang selama ini ia minta dari Kashi

“Peluk aku lagi, jangan lepaskan, pegang aku, aku tidak peduli pandangan orang
terhadap kita berdua saat ini” Kembali memeluk Kashi.

“Iya dengan senang hati” memeluk Hana dan mengusap rambut hitam lurus panjang
yang beraroma vanilla itu.

“Kalian berdua serasi” ucapku pada mereka meski kutahu itu tidak akan tersampaikan
lagi pada mereka.
Sebelum Aku meninggalkan dunia yang bukan tempatku ini lagi, Aku bersyukur
diakhir hidupku ini menyaksikan ini.

“I loved you yesterday. I love you still, I always have, I always will” ucap Kashi.

Anda mungkin juga menyukai