Anda di halaman 1dari 7

PAJAK PENGHASILAN PPh PASAL 21

Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21)


Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 atau PPh 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji,
upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang
pribadi subyek pajak dalam negeri.

Pengertian PPh Pasal 21 ini diambil berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-32/PJ/2015.

Berikut ketentuan seputar PPh 21 yang sudah diperbarui dengan peraturan terbaru


yaitu Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016, Peraturan Menteri
Keuangan No. 101/PMK.010/2016 dan No. 102/PMK.010/2016 mengenai kenaikan tarif
Penghasilan Tidak Kena Pajak atau PTKP terbaru ( PTKP 2016 ) yang berlaku sejak
tanggal 1 Januari 2016.

Saat menghitung pajak penghasilan, kita pasti akan menemukan istilah PTKP. Apa itu PTKP
dan seperti apa fungsinya dalam perhitungan PPh 21?

PTKP atau Penghasilan Tidak Kena Pajak berfungsi sebagai pengurang penghasilan neto
wajib pajak.

Sehingga, dalam perhitungan PPh 21, PTKP menjadi angka yang mengurangi pajak yang
harus Anda bayar.

Dengan adanya PTKP, orang dengan pendapatan di bawah PTKP juga tidak terkena pajak
penghasilan.

Bicara tentang pajak penghasilan dan PTKP, rupanya masih banyak wajib pajak yang
bingung mengenai tarif PTKP terbaru untuk tahun 2019.

Sebenarnya, tarif PTKP terbaru (PTKP 2019) masih mengacu pada tarif PTKP
2016yang diatur melalui Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016, PMK
No. 101/PMK.010/2016 dan PMK No. 102/PMK.010/2016 yang berlaku sejak 1 Januari
2016.

Artinya, sejak tahun 2016 hingga sekarang tidak ada perubahan tarif PTKP.
Tarif PTKP Terbaru (PTKP 2018/PTKP 2019) Pajak
Penghasilan Pasal 21
Berikut ini adalah tarif PTKP yang berlaku sejak tahun 2016 hingga sekarang:

 Wajib pajak orang pribadi lajang Rp 54.000.000


 Istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami Rp 54.000.000 
 Wajib pajak yang kawin mendapatkan tambahan Rp 4.500.000 
 Rp 4.500.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam
garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak
3 orang untuk setiap keluarga.

Perkembangan Tarif PTKP dari Masa ke Masa


Sejak diberlakukan pada tahun 1984, pemerintah telah berulang kali mengubah tarif PTKP.

Nah, sekadar gambaran mengenai perkembangan tarifnya, berikut ini tabel tarif PTKP sejak
tahun 2013 hingga sekarang:

Periode 2013-2015

PTKP Laki-laki/Perempuan   PTKP Laki-laki Kawin   PTKP Suami dan


Lajang

 TK/  Rp24.300.000  K/0  Rp26.325.000  K/I/0  Rp50.62


0

 TK/  Rp26.325.000  K/1  Rp28.350.000  K/I/1  Rp52.65


1

 TK/  Rp28.350.000  K/2  Rp30.375.000  K/I/2  Rp54.67


2

TK/  Rp30.375.000  K/3  Rp32.400.000  K/I/3  Rp56.70


3

Periode 2015
PTKP Laki-laki/Perempuan Lajang   PTKP Laki-laki Kawin   PTKP Suam
Digabung

 TK/0  Rp36.000.000  K/0  Rp39.000.000  K/I/0

 TK/1   Rp39.000.000  K/1  Rp42.000.000  K/I/1

 TK/2   Rp42.000.000  K/2  Rp45.000.000  K/I/2

 TK/3   Rp45.000.000  K/3  Rp48.000.000  K/I/3

Periode 2016-2019

PTKP Laki-laki/Perempuan Lajang   PTKP Laki-laki Kawin   PTKP Suam


Digabung

 TK/0  Rp54.000.000  K/0  Rp58.500.000  K/I/0  

 TK/1  Rp58.500.000  K/1  Rp63.000.000  K/I/1  

 TK/2  Rp63.000.000  K/2  Rp67.500.000  K/I/2  

 TK/3  Rp67.500.000  K/3  Rp72.000.000  K/I/3  

Mengenal Kode-Kode PTKP yang Berlaku


Untuk memudahkan Anda memahami kode-kode PTKP yang tertera pada tabel di atas,
berikut ini penjelasan selengkapnya: 

1. Status Lajang (TK)


o PTKP TK/0: tidak kawin dan tidak ada tanggungan.
o PTKP TK/1: tidak kawin dan 1 tanggungan.
o PTKP TK/2: tidak kawin dan 2 tanggungan.
o PTKP TK/3: tidak kawin dan 3 tanggungan.

2. Status Menikah (K)


o PTKP K/0: kawin dan tidak ada tanggungan.
o PTKP K/1: kawin dan 1 tanggungan.
o PTKP K/2: kawin dan 2 tanggungan.
o PTKP K/3: kawin dan 3 tanggungan.
3. Status PTKP Digabung (K/I)
o PTKP K/I/0: penghasilan suami dan istri digabung dan tidak ada tanggungan.
o PTKP K/I/1: penghasilan suami dan istri digabung dan 1 tanggungan.
o PTKP K/I/2: penghasilan suami dan istri digabung dan 2 tanggungan.
o PTKP K/I/3: penghasilan suami dan istri digabung dan 3 tanggungan.
*Penting untuk diketahui, konsep tanggungan pajak hanya bisa dibebankan pada suami dan bukan istri.

==============================================================================

Pegawai tidak tetap dan cara perhitungannya


Status kepegawaian seseorang ternyata berpengaruh pada kewajiban perpajakannya. Antara
pegawai tetap dan pegawai tidak tetap, misalnya, ketentuan perpajakan yang digunakan
berbeda.

Alhasil, cara perhitungan pajaknya pun jauh berlainan.

Kali ini secara khusus akan dibahas mengenai pegawai tidak tetap dan bagaimana cara
menghitung PPh 21.

Pengertian Pegawai Tidak Tetap & Aspek Perpajakannya


Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas adalah pegawai yang hanya menerima
penghasilan jika bekerja berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit pekerjaan yang
dihasilkan, atau menyelesaikan suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja.

Istilah yang digunakan bagi penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas adalah
imbalan atau upah harian, mingguan, atau upah borongan.

Meski ketentuan perpajakannya berbeda dengan pegawai tetap, jenis pajak yang dikenakan
sama yakni PPh Pasal 21.

Baca Juga : Rincian Tarif PPh 21 Terbaru 


Apa itu PPh 21? PPh 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan baik berupa gaji,
tunjangan atau pembayaran dalam bentuk apapun yang berhubungan dengan jabatan atau jasa
yang dilakukan seseorang.
Seperti sudah disebutkan di atas, PPh 21 pegawai tidak tetap punya ketentuannya sendiri.
Salah satu contoh ketentuan itu misalnya, PPh 21 hanya dikenakan pada tenaga kerja
lepas yang memiliki penghasilan senilai Rp 450.000 per hari atau lebih.

Berikut ini daftar ketentuan khusus dalam PPh 21 pegawai tidak tetap:

1. Tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21 jika penghasilan sehari belum melebihi Rp
300.000.

2. Dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, jika penghasilan sehari sebesar atau melebihi
Rp 450.000 merupakan jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

3. Bila pegawai tidak tetap memperoleh penghasilan kumulatif dalam 1 bulan kalender
melebihi Rp 4.500.000 , maka jumlah tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto.

4. Rata-rata penghasilan sehari adalah rata-rata upah mingguan, upah satuan, atau upah
borongan untuk setiap hari kerja yang digunakan.

5. PTKP sebenarnya adalah untuk jumlah hari kerja yang sebenarnya.

6. PTKP sehari sebagai dasar untuk menetapkan PTKP yang sebenarnya adalah sebesar
PTKP per tahun Rp 54.000.000 dibagi 360 hari.

7. Bila pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas tersebut mengikuti program jaminan
atau tunjangan hari tua, maka iuran yang dibayar sendiri dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 102/ PMK.010/2016 tentang Penetapan


Bagian Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan Mingguan serta
Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan ada
beberapa ketentuan yang harus Anda ketahui seperti:

 PPh 21 pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang penghasilannya kurang dari Rp
450.000 per hari tidak dikenakan pemotongan penghasilan.
 Ketentuan penghasilan tidak kena pajak itu tidak berlaku jika:

1. Penghasilan bruto dimaksud jumlahnya melebihi Rp 4.500.000 sebulan


2. Penghasilan dimaksud dibayar secara bulanan
3. Penghasilan berupa honorarium
4. Komisi yang dibayarkan kepada penjaja barang dan petugas dinas luar asuransi.
Tarif PPh 21 Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas
Tarif dan Dasar
Penghasilan Kumulatif
Penghasilan Sehari Pengenaan Pajak
Sebulan
(DPP)

< Rp 450.000 < Rp 4.500.000 Tidak Ada PPh 21

5% x (Upah – Rp
> Rp 450.000 < Rp 4.500.000
450.000)

5% x (Upah –
< Rp 450.000 > Rp 4.500.000
(PTKP/360)

5% x (Upah –
> Rp 450.000 > Rp 4.500.000
(PTKP/360)

Tarif pada Undang-


Undang Pajak
< Rp 450.000 > Rp 10.200.000
Penghasilan Pasal 17
ayat (1) huruf (a)

Tarif pada Undang-


Undang Pajak
> Rp 450.000 > Rp 10.200.000
Penghasilan Pasal 17
ayat (1) huruf (a)

Saat membaca tabel di atas, kita harus memahami bahwa tarif tersebut hanya diterapkan atas:

1. Jumlah penghasilan bruto sehari yang melebihi Rp 450.000 atau

2. Jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP yang sebenarnya, dalam hal jumlah
penghasilan kumulatif dalam 1 bulan kalender telah melebihi Rp 4.500.000.

Bagi pegawai tidak tetap dengan penghasilan kumulatif yang telah melebihi Rp 8.200.000,
maka PPh Pasal 21-nya dihitung dengan menerapkan Pasal 17 ayat 1 huruf a Undang-Undang
Pajak Penghasilan atas jumlah Penghasilan Kena Pajak yang disetahunkan.

Setelah mengetahui tarif PPh 21 bagi pegawai tidak tetap, mari kita simak cara menghitung
pajak penghasilannya seperti dipaparkan di bawah ini:
Contoh Perhitungan PPh 21 untuk Karyawan Tidak Tetap (Karyawan Lepas Harian)
Fajar merupakan seorang pekerja belum menikah. Pada bulan Januari 2018, Fajar bekerja
sebagai tenaga kerja harian PT Morisa TV serta mendapat upah Rp 125.000 per jumlah unit
TV yang dapat diselesaikan.

Dalam satu minggu (6 hari kerja) Fajar  menyelesaikan 24 buah TV dengan total upah Rp
3.000.000. Berapa PPh 21 yang dikenakan?

Cara hitung:

Upah per hari : Rp 3.000.000 / 6 = Rp 500.000


Upah di atas Rp 450.000: Rp 500.000 – Rp 450.000 = Rp 50.000 

PPh 21 terutang: 6 x (5% x Rp 50.000) = Rp 15.000

Kesimpulan
 Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas merupakan pegawai yang hanya menerima
penghasilan jika bekerja berdasarkan jumlah hari bekerja atau jumlah unit pekerjaan yang
dihasilkan atau diselesaikan.
 Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan tentang PTKP 2016, PPh 21 pegawai tidak
tetap atau tenaga kerja lepas yang penghasilannya kurang dari Rp 450.000 per hari
tidak dikenakan pemotongan penghasilan.

Anda mungkin juga menyukai