Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNasTekS)

18 September 2019
ISBN: 978–623–91277–6–3

UJI FITOKIMIA EKSTRAK KULIT PETAI MENGGUNAKAN


METODE MASERASI

Fitriana Ikhtiarinawati Fajrin* dan Ida Susila


Program Studi Kebidanan, Universitas Islam Lamongan
*Email: fitrianaikhtiarinawatifajrin@gmail.com

Abstract

The phytochemical test of petai skin extract using maceration method with Thin
Layer Chromatography (TLC) has been carried out. Isolation was done by Soxhlet
extraction for 6 hours with petroleum ether and the residue was extracted by
maseration during 24 hours with ethanol.The isolated compounds in ethanol extract
were identified by phytochemical screenings methode and TLC. The result showed
the presence of alkaloid, saponin, and flavonoid.

Keywords: Phytochemmical, Maceration Method, Petai Skin.

Abstrak

Uji fitokimia ekstrak kulit petai menggunakan metode maserasi dengan


Kromatografi Lapis Tipis (KLT) telah dilakukan. Isolasi dilakukan dengan
ekstraksi Soxhlet selama 6 jam dengan petroleum eter dan residu diekstraksi secara
maserasi selama 24 jam dengan etanol. Senyawa yang diisolasi dalam ekstrak
etanol diidentifikasi dengan metode skrining fitokimia dan KLT. Hasil penelitian
menunjukkan adanya alkaloid, saponin, dan flavonoid.

Kata kunci: Fitokimia, Metode Maserasi, Kulit Petai.

1. PENDAHULUAN makanan. Petai merupakan bahan makanan


Tanaman petai (parkia speciosa) yang baik karena mengandung bahan
memiliki sebutan yang berbeda-beda di antioksidan yang tinggi. Dalam proses
berbagai negara, seperti “petai” di Indonesia pembuatan makanan tersebut bagian kulit.
dan Malaysia, “nejirefusamame” di Jepang, Petai masih belum banyak dimanfaatkan,
dan “sataw” di Thailand (Miyazawa dan hanya bagian isi petai yang diolah menjadi
Osman, 2001). Pohon dari tanaman petai berbagai makanan. Dengan banyaknya olahan
dapat tumbuh hingga 20 m dengan sedikit makanan dari petai, maka semakin banyak
cabang. Daunnya majemuk dan tersusun pula kulit petai yang dihasilkan. Oleh karena
sejajar, bunga (majemuk) tersusun didalam itu, apabila kita dapat mengetahui kandungan
bongkol (khas mimosoidae), tipe buah polong dan manfaat dari kulit petai melalui berbagai
yang besar dan memanjang dengan isi hingga macam pengujian, maka kulit petai tersebut
20 biji di dalam setiap buahnya (Wikipedia dapat dimanfaatkan dengan baik.
contributors. “Petai.”). Untuk dapat memaksimalkan manfaat
Petai merupakan salah satu tanaman yang dari tanaman petai, maka dapat dilakukan
sering diolah menjadi berbagai macam berbagai pengujian terhadap tanaman petai

455
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNasTekS)
18 September 2019
ISBN: 978–623–91277–6–3

khususnya pada bagian kulit petai yang jam disertai dengan pengadukan).
masih jarang dimanfaatkan, salah satu cara Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan
yang dapat dilakukan adalah dengan proses buchner untuk memisahkan ekstrak etanol
pengujian. Salah satu proses pengujian yang dari ampasnya. Filtrat yang terkumpul
dapat dilakukan adalah uji fitokimia dengan dipekatkan dengan destilasi biasa.
menggunakan Metode Maserasi. Oleh karena 3) Analisis Skrining Fitokimia
itu peneliti ingin melakukan penelitian yang a) Uji Alkaloid. Uji Alkaloid dilaksanakan
berjudul “Uji Fitokimia Ekstrak Kulit Petai menggunakan metode Mayer,Wagner dan
Menggunakan Metode Maserasi”. Dragendorff. Sebanyak 3 mL sampel
diletakkan dalam cawan porselin
2. METODE PENELITIAAN kemudian ditambahkan 5 mL HCl 2 M,
2.1 Alat dan Bahan diaduk dan kemudian didinginkan pada
Seperangkat alat maserasi, seperangkat temperatur ruangan. Setelah dingin,
evaporator buchii, alat-alat gelas, oven, plat kemudian pada sampel ditambahkan 0,5 g
KLT, bejana KLT, lampu UV 254 nm dan NaCl lalu diaduk dan disaring. Filtrat yang
366 nm. Tanaman petai (parkia speciosa) diperoleh ditambahkan HCl 2 M sebanyak
petroleum eter p.a (E. merck), etanol p.a (E. 3 tetes, kemudian dipisahkan menjadi 4
merck), HCl p.a (E. merck), H2SO4 p.a (E. bagian A, B, C, dan D. Filtrat A sebagai
merck), NH3 p.a (E. merck), NaCl p.a (E. blangko, filtrat B ditambah pereaksi
merck), kloroform p.a (E. merck), Na2SO4 Mayer, filtrat C ditambah pereaksi
anhidrat p.a (E. merck), asam asetat glasial Wagner, sedangkan filtrat D digunakan
p.a (E. merck), benzena p.a (E. merck), logam untuk uji penegasan. Apabila terbentuk
Mg (Reidel de Haen), pereaksi Mayer, endapan pada penambahan pereaksi Mayer
pereaksi Wagner, pereaksi Dragendorff, dan Wagner, maka identifikasi
AlCl3 p.a (E. merck), FeCl3 (E. merck), menunjukkan adanya alkaloid. Uji
pereaksi gelatin, aseton p.a (E. merck), dan penegasan dilakukan dengan
akuades. menambahkan amonia 25% pada filtrat D
hingga PH 8-9. Kemudian ditambahkan
2.2 Cara Kerja kloroform, dan diuapkan diatas waterbath.
1) Persiapan Sampel Kulit Petai Selanjutnya ditambahkan HCl 2M, diaduk
Petai diambil dari pohonnya kemudian dan disaring. Filtratnya dibagi menjadi 3
keluarkan isinya sehingga tinggal bagian bagian. Filtrat A sebagai blangko, filtrat B
kulitnya saja, kemudian dicuci, dipotong diuji dengan pereaksi Mayer, sedangkan
tipis-tipis dan dikeringkan dengan oven pada filtrat C diuji dengan pereaksi
suhu 100oC selama 3-4 jam. Selanjutnya kulit Dragendorff. Terbentuknya endapan
petai kering diblender sampai berbentuk menunjukkan adanya alkaloid.
serbuk b) Uji Tanin dan Polifenol. Sampel
2) Ekstraksi Kulit Petai sebanyak 3 mL diekstraksi akuades panas
Sebanyak 35 g serbuk kulit petai kemudian didinginkan. Setelah itu
diekstraksi menggunakan 350 mL petroleum ditambahkan 5 tetes NaCl 10% dan
eter selama 6 jam. Residunya dikeringkan disaring. Filtrat dibagi 3 bagian A, B, dan
untuk proses selanjutnya. Residu kemudian C. Filtrat A digunakan sebagai blangko, ke
dimaserasi (direndam dalam etanol selama 24 dalam filtrat B ditambahkan 3 tetes

456
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNasTekS)
18 September 2019
ISBN: 978–623–91277–6–3

pereaksi FeCl3, dan ke dalam filtrat C aglikon atau glikosida. Filtrat D digunakan
ditambah garam gelatin. Kemudian untuk uji KLT.
diamati perubahan yang terjadi.
c) Uji Saponin. Uji Saponin dilakukan 2.3 Analisis Kromatografi Lapis Tipis
dengan Metode Forth yaitu dengan cara (KLT)
memasukkan 2 mL sampel kedalam 1) Uji Alkaloid
tabung reaksi kemudian ditambahkan 10 Filtrat D pada skrining fitokimia
mL akuades lalu dikocok selama 30 detik, ditambah amonia 25% hingga PH 8-9.
diamati perubahan yang terjadi. Apabila Kemudian ditambahkan kloroform, dan
terbentuk busa yang mantap (tidak hilang dipekatkan diatas waterbath. Fase kloroform
selama 30 detik), maka identifikasi ditotolkan pada plat silika gel G60. Elusi
menunjukkan adanya saponin. Uji dilakukan dengan metanol:NH4OH pekat =
penegasan saponin dilakukan dengan 200:3. Plat dikeringkan dan diamati pada
menguapkan sampel sampai kering cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm.
kemudian mencucinya dengan heksana Kemudian plat disemprot dengan pereaksi
sampai filtrat jernih. Residu yang Dragendorff, dikeringkan dan diamati pada
tertinggal ditambahkan kloroform, diaduk cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm.
5 menit, kemudian ditambahkan Na2SO4 2) Uji Saponin
anhidrat dan disaring. Filtrat dibagi Sampel ditambah dengan HCl 2M,
menjadi menjadi 2 bagian, A dan B. Filtrat diaduk, direfluks 6 jam diatas waterbath,
A sebagai blangko, filtrat B ditetesi kemudian tunggu hingga dingin. Setelah itu
anhidrat asetat, diaduk perlahan, kemudian dinetralkan dengan amonia, diuapkan
ditambah H2SO4 pekat dan diaduk diatas waterbath, ditambah n-heksana
kembali. Terbentuknya cincin merah kemudian disaring. Filtratnya kemudian
sampai coklat menunjukkan adanya diuapkan diatas waterbath, ditambah 5 tetes
saponin. kloroform, dan ditotolkan pada plat silika gel
d) Uji Flavonoid. Sebanyak 3 mL sampel G60. Elusi dilakukan dengan
diuapkan, dicuci dengan heksana sampai kloroform:aseton = 4: 1. Plat dikeringkan dan
jernih. Residu dilarutkan dalam 20 mL diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan
etanol kemudian disaring. Filtrat dibagi 4 366 nm. Kemudian plat disemprot dengan
bagian A, B, dan C. Filtrat A sebagai SbCl3 dioven pada suhu 110oC selama 10
blangko, filtrat B ditambahkan 0,5 mL HCl menit, dan diamati pada cahaya tampak, UV
pekat kemudian dipanaskan pada penangas 254 nm dan 366 nm.
air, jika terjadi perubahan warna merah tua 3) Uji Flavonoid
sampai ungu menunjukkan hasil yang Filtrat C pada skrining fitokimia
positif (metode Bate Smith-Metchalf). ditotolkan pada plat silika gel G60. Dielusi
Filtrat C ditambahkan 0,5 mL HCl dan dengan butanol:asam asetat:air = 3:1:1,
logam Mg kemudian diamati perubahan kemudian dikeringkan dan diamati pada
warna yang terjadi (Metode Wilstater). cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm.
Warna merah sampai jingga diberikan oleh Selanjutnya plat disemprot dengan amonia,
senyawa flavon, warna merah tua dikeringkan, dan diamati kembali pada
diberikan oleh flavonol atau flavonon, cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm.
warna hijau sampai biru diberikan oleh

457
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNasTekS)
18 September 2019
ISBN: 978–623–91277–6–3

3. HASIL DAN DISKUSI 3.2 Analisis Skrining Fitokimia


3.1 Ekstraksi Sampel Kulit Petai Komponen yang terdapat dalam ekstrak
Hasil ekstraksi Soxhlet 35 gram serbuk etanol kulit petai dianalisis golongan
kulit petai dengan 350 ml petroleum eter senyawanya dengan tes uji warna dengan
diperoleh ekstrak encer berwarna hijau muda. beberapa pereaksi untuk golongan senyawa
Ekstraksi ini dilakukan untuk mengambil alkaloid, tanin dan polifenol, saponin,
komponen non polar dari sampel kulit petai. flavonoid, dan antrakuinon. Pereaksi-
Residu dari ekstraksi Soxhlet kemudian pereaksi spesifik yang digunakan
dimaserasi dengan pelarut etanol selama 24 kebanyakan bersifat polar sehingga bisa
jam dan disertai pengadukan. Hasil ekstrak berinteraksi dengan sampel berdasarkan
etanol diperoleh cairan berwarna kuning. prinsip ‘like dissolve like’. Hasil skrining
Ekstrak etanol ini selanjutnya digunakan fitokimia ekstrak etanol disajikan pada Tabel
untuk analisis berikutnya. 1.

Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Kulit Petai


Kandungan
Metode Pengujian Hasil Keterangan
Kimia
Alkaloid Pendahuluan +/-
Mayer Endapan putih +
Wagner Endapan coklat muda +
Dragendorff Endapan coklat muda +
Penegasan Fraksi CHCl3 +
Mayer Endapan putih +
Wagner Endapan kuning +
Dragendorff Endapan kuning +
Fraksi air +
Mayer Endapan putih +
Endapan putih +
Wagner
kekuningan
Endapan putih +
Dragendorff
kekuningan
Tanin & Polifenol + FeCl3 Tidak ada perubahan -
+ Gelatin Tidak ada perubahan -
Saponin Pendahuluan +
Uji Forth Membentuk buih +
Penegasan +
Uji Lieberman Burchard Cincin warna hijau +
Uji Keller Killiani Merah +
Uji Kedde Merah jambu muda +
Flavonoid Uji Bate Smith & Mertcalf Orange +
Uji Wilstater sianidin Merah +
Keterangan: (+) = ada, (-) = tidak ada

458
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNasTekS)
18 September 2019
ISBN: 978–623–91277–6–3

Adanya endapan yang terbentuk pada uji nitrogen pada alkaloid membentuk kompleks
Mayer, Wagner, dan Dragendorff berarti kalium-alkaloid yang mengendap.
dalam ekstrak etanol kulit petai terdapat Hasil positif alkaloid pada Uji
alkaloid. Tujuan penambahan HCl adalah Dragendorff juga ditandai dengan
karena alkaloid bersifat basa sehingga terbentuknya endapan coklat muda sampai
biasanya diekstrak dengan pelarut yang kuning. Endapan tersebut adalah kalium-
mengandung asam (Harborne, 1996). alkaloid. Pada pembuatan pereaksi
Perlakuan ekstrak dengan NaCl sebelum Dragendorff, bismut nitrat dilarutkan dalam
penambahan pereaksi dilakukan untuk HCl agar tidak terjadi reaksi hidrolisis karena
menghilangkan protein. Terbentuknya garam-garam bismut mudah terhidrolisis
endapan protein pada penambahan pereaksi membentuk ion bismutil (BiO+).
yang mengandung logam berat (pereaksi Agar ion Bi3+ tetap berada dalam larutan,
Mayer) dapat memberikan reaksi positif palsu maka larutan itu diberi tambahan asam
pada beberapa senyawa (Santos et al., 1978). sehingga kesetimbangan akan bergeser ke
Hasil positif alkaloid pada uji Mayer ditandai arah kiri. Kemudian ion Bi3+ dari bismut nitrat
dengan terbentuknya endapan putih. bereaksi dengan kalium iodida membentuk
Diperkirakan endapan tersebut adalah endapan hitam Bismut(III) iodida yang
kompleks kalium-alkaloid. Pada pembuatan kemudian melarut dalam kalium iodida
pereaksi Mayer, larutan merkurium(II) berlebih membentuk kalium
klorida yang ditambah kalium iodida akan tetraiodobismutat (Svehla, 1990). Pada uji
bereaksi membentuk endapan merah alkaloid dengan pereaksi Dragendorff,
merkurium(II) iodida. Apabila kalium iodida nitrogen digunakan untuk membentuk ikatan
yang ditambahkan berlebih, maka akan kovalen koordinat dengan K+ yang
terbentuk kalium tetraiodomerkurat(II) merupakan ion logam. Untuk menegaskan
(Svehla, 1990). Pada alkaloid terdapat hasil positif alkaloid yang didapatkan,
kandungan atom nitrogen yang mempunyai dilakukan Uji Mayer, Wagner, dan
pasangan elektron bebas sehingga dapat Dragendorff pada fraksi CHCl3 dan fraksi air
digunakan untuk membentuk ikatan kovalen dari sampel.
koordinat dengan ion logam (McMurry, Dari uji tanin diperoleh hasil negatif,
2004). Pada uji alkaloid dengan pereaksi adanya tanin akan mengendapkan protein
Mayer, diperkirakan nitrogen pada alkaloid pada gelatin. Tanin bereaksi dengan gelatin
akan bereaksi dengan ion logam K+ dari membentuk kopolimer mantap yang tidak
kalium tetraiodomerkurat(II) membentuk larut dalam air (Harborne, 1996). Reaksi ini
kompleks kalium-alkaloid yang mengendap. lebih sensitif dengan penambahan NaCl untuk
Hasil positif alkaloid pada Uji Wagner mempertinggi penggaraman dari tanin-
ditandai dengan terbentuknya endapan coklat gelatin.
muda sampai kuning. Diperkirakan endapan Munculnya busa pada Uji Forth
tersebut adalah kalium-alkaloid. Pada menunjukkan adanya glikosida yang
pembuatan pereaksi Wagner, iodin bereaksi mempunyai kemampuan membentuk buih
dengan ion I- dari kalium iodida dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa
menghasilkan ion I3- yang berwarna coklat. dan senyawa lainnya (Rusdi, 1990). Selain
Pada uji Wagner, ion logam K+ akan Uji Forth juga dilakukan Uji Lieberman-
membentuk ikatan kovalen koordinat dengan Burchard yang merupakan Uji karakteristik

459
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNasTekS)
18 September 2019
ISBN: 978–623–91277–6–3

untuk sterol tidak jenuh dan triterpen (Santos negatif untuk glikosida antrakuinon yang
et al., 1978). sangat stabil atau turunan tereduksi dari tipe
Pada uji Keller Kiliani diperoleh hasil antranol. Karena itu uji Brontrager
positif yang menunjukkan adanya deoksi gula dimodifikasi dengan sebelumnya
untuk glikosida (Santos et al., 1978). Warna menghidrolisis dan mengoksidasi senyawa
merah yang terbentuk kemungkinan ini. Antrakuinon akan memberikan
disebabkan terbentuknya kompleks. Atom karakteristik warna merah, violet, hijau atau
oksigen yang mempunyai pasangan elektron ungu dengan basa. Tidak terjadinya
bebas pada gugus gula bisa mendonorkan perubahan warna pada Uji Borntrager dan uji
elektronnya pada Fe3+ membentuk kompleks. ini termodifikasi menunjukkan tidak adanya
Untuk menunjukkan adanya lakton tidak antrakuinon pada ekstrak etanol kulit petai.
jenuh dapat digunakan Uji Kedde (Santos, Skrining fitokimia tidak dikerjakan
1978). Hasil positif pada Uji Kedde untuk terpenoid karena tidak ada pereaksi
diperkirakan karena terjadi reaksi antara yang spesifik untuk terpenoid. Uji
lakton tidak jenuh pada Lieberman-Burchard yang biasa dikerjakan
kardenolin/bufadienol dengan 3,5 untuk terpenoid hanya mendeteksi gugus
dinitrobenzen (pereaksi Kedde). Karbonil steroid, padahal selain terdapat pada
(C=O) pada lakton tidak jenuh memiliki terpenoid, gugus ini juga terdapat pada
ikatan yang mudah putus dan membentuk saponin, kardenolin dan bufadienol. Hasil
ikatan baru dengan senyawa 3,5 skrining fitokimia yang telah dilakukan
dinitrobenzen. Karena gugus nitro pada menunjukkan bahwa dalam sampel ekstrak
senyawa 3,5 dinitrobenzen merupakan gugus etanol kulit petai mengandung alkaloid,
pengarah meta, maka diperkirakan ikatan saponin, kardenolin/bufadienol, dan
yang terjadi adalah antara atom oksigen pada flavonoid.
gugus karbonil dengan atom karbon posisi
meta pada 3,5 dinitrobenzen. Hasil positif 3.3 Analisis Kromatografi Lapis Tipis
dengan semua pereaksi tersebut baru (KLT)
menunjukkan adanya gula jantung Prosedur uji dengan KLT dilakukan
(kardenolin dan bufadienol). untuk lebih menegaskan hasil yang didapat
Uji Wilstater cyanidin biasa digunakan dari skrining fitokimia. Karena berfungsi
untuk mendeteksi senyawa yang mempunyai sebagai penegasan, maka Uji KLT hanya
inti benzopyron. Warna orange yang dilakukan untuk golongan-golongan
terbentuk pada Uji Bate Smith-Mertcalf dan senyawa yang menunjukkan hasil positif
warna merah pada Uji Wilstater disebabkan pada skrining fitokimia (alkaloid, saponin,
karena terbentuknya garam flavilium kardenolin/bufadienol, dan flavonoid). Uji
(Achmad, 1986). KLT pada tanin dan polifenol tidak dilakukan
Uji Brontrager bisa mendeteksi karena tidak ditemukan prosedur yang tepat.
antrakuinon, namun uji ini akan menunjukkan Hasil Uji KLT ditunjukkan pada Tabel 2.

460
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNasTekS)
18 September 2019
ISBN: 978–623–91277–6–3

Tabel 2. Hasil Uji KLT Ekstrak Kulit Petai


Kandungan Tanpa Tambah Tanpa Tambah Tanpa Tambah
Rf Ket.
kimia pereaksi pereaksi perekasi pereaksi pereaksi pereaksi

Kuning Hijau Hijau


Alkaloid 0,91 Merah Kuning Kuning +
muda muda kekuningan
Merah
Saponin 0,80 - - - Kuning Kuning +
jambu
Kuning
Flavonoid 0,95 - - - Biru Biru +
muda

Pelarut pengembang yang digunakan etanol kulit petai mengandung alkaloid,


pada KLT untuk alkaloid adalah etil asetat: saponin, dan flavonoid.
metanol: air (100:16,5:13,5). Setelah plat
disemprot dengan pereaksi Dragendorff akan 4. KESIMPULAN
menunjukkan bercak coklat jingga berlatar Hasil skrining fitokimia menunjukkan
belakang kuning (Harborne, 1996). bahwa ekstrak etanol kulit petai (parkia
Timbulnya noda dengan Rf 0,91 berwarna speciosa) mengandung alkaloid, saponin,
kuning muda pada pengamatan dengan sinar flavonoid. Hasil analisis KLT ekstrak kulit
tampak, berwarna kuning pada UV 254 nm petai mengandung alkaloid, saponin, dan
dan berwarna hijau muda pada UV 366 nm flavonoid.
menegaskan adanya kandungan alkaloid pada
ekstrak etanol kulit petai. DAFTAR PUSTAKA
Salah satu pelarut pengembang yang Achmad, S.A. 1986. Kimia Organik Bahan
biasa digunakan untuk Uji KLT saponin Alam. Jakarta: Karnunika.
adalah heksana: aseton (4:1). Setelah Harborne, J., 1996. Metode Fitokimia:
penyemprotan dengan SbCl3 dalam asam Penuntun Cara Modern Menganalisis
asetat, saponin terdeteksi sebagai noda Tumbuhan. Cetakan Kedua.
berwarna merah jambu sampai ungu (Santos Penerjemah: Padmawinata, K. dan I.
et al, 1978). Timbulnya noda dengan Rf 0,80 Soediro. Bandung: Penerbit ITB.
yang berwarna merah jambu pada McMurry, J. and R.C. Fay. 2004. McMurry
pengamatan dengan sinar tampak dan Fay Chemistry. 4th edition. Belmont,
berwarna kuning pada UV 366 nm CA: Pearson Education International.
menegaskan adanya kandungan saponin pada Miroslav, V. 1971. Detection and
ekstrak etanol kulit petai. Identification of Organic Compound.
Pelarut pengembang yang digunakan New York: Planum Publishing
pada Uji KLT flavonoid adalah butanol:asam Corporation and SNTC Publishers of
asetat:air (3:1:1). Setelah disemprot dengan Technical Literatur.
amonia, timbul noda dengan Rf 0,95 yang Miyazawa M, dan Osman F. Headspace
berwarna kuning muda setelah disemprot constituents of Parkia speciosa seeds.
dengan amonia pada pengamatan dengan Nat Prod Lett. 2001; 15(3): 171–6.
sinar tampak dan berwarna biru pada UV 366 Rusdi. 1990. Tetumbuhan sebagai Sumber
nm menegaskan adanya kandungan flavonoid Bahan Obat. Padang: Pusat Penelitian
pada ekstrak etanol kulit petai. Hasil Uji KLT Universitas Andalas.
menegaskan bahwa dalam sampel ekstrak Santos, A.F., B.Q. Guevera, A.M.

461
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNasTekS)
18 September 2019
ISBN: 978–623–91277–6–3

Mascardo, and C.Q. Estrada. 1978. Penerjemah: Setiono, L. dan A.H.


Phytochemical, Microbiological and Pudjaatmaka. Jakarta: PT Kalman
Pharmacological, Screening of Media Pusaka.
Medical Plants. Manila: Research Wikipedia contributors. 2019. Petai.
Center University of Santo Thomas. Wikipedia, The Free Encyclopedia.
Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Wikipedia, The free encyclopedia, 13
Anorganik Kualitatif Makro dan Sep. 2019. Web. 13 Sep. 2019.
Semimikro. Edisi kelima. <https://id.wikipedia.org/wiki/Petai>.

462

Anda mungkin juga menyukai