18 September 2019
ISBN: 978–623–91277–6–3
Abstract
The phytochemical test of petai skin extract using maceration method with Thin
Layer Chromatography (TLC) has been carried out. Isolation was done by Soxhlet
extraction for 6 hours with petroleum ether and the residue was extracted by
maseration during 24 hours with ethanol.The isolated compounds in ethanol extract
were identified by phytochemical screenings methode and TLC. The result showed
the presence of alkaloid, saponin, and flavonoid.
Abstrak
455
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNasTekS)
18 September 2019
ISBN: 978–623–91277–6–3
khususnya pada bagian kulit petai yang jam disertai dengan pengadukan).
masih jarang dimanfaatkan, salah satu cara Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan
yang dapat dilakukan adalah dengan proses buchner untuk memisahkan ekstrak etanol
pengujian. Salah satu proses pengujian yang dari ampasnya. Filtrat yang terkumpul
dapat dilakukan adalah uji fitokimia dengan dipekatkan dengan destilasi biasa.
menggunakan Metode Maserasi. Oleh karena 3) Analisis Skrining Fitokimia
itu peneliti ingin melakukan penelitian yang a) Uji Alkaloid. Uji Alkaloid dilaksanakan
berjudul “Uji Fitokimia Ekstrak Kulit Petai menggunakan metode Mayer,Wagner dan
Menggunakan Metode Maserasi”. Dragendorff. Sebanyak 3 mL sampel
diletakkan dalam cawan porselin
2. METODE PENELITIAAN kemudian ditambahkan 5 mL HCl 2 M,
2.1 Alat dan Bahan diaduk dan kemudian didinginkan pada
Seperangkat alat maserasi, seperangkat temperatur ruangan. Setelah dingin,
evaporator buchii, alat-alat gelas, oven, plat kemudian pada sampel ditambahkan 0,5 g
KLT, bejana KLT, lampu UV 254 nm dan NaCl lalu diaduk dan disaring. Filtrat yang
366 nm. Tanaman petai (parkia speciosa) diperoleh ditambahkan HCl 2 M sebanyak
petroleum eter p.a (E. merck), etanol p.a (E. 3 tetes, kemudian dipisahkan menjadi 4
merck), HCl p.a (E. merck), H2SO4 p.a (E. bagian A, B, C, dan D. Filtrat A sebagai
merck), NH3 p.a (E. merck), NaCl p.a (E. blangko, filtrat B ditambah pereaksi
merck), kloroform p.a (E. merck), Na2SO4 Mayer, filtrat C ditambah pereaksi
anhidrat p.a (E. merck), asam asetat glasial Wagner, sedangkan filtrat D digunakan
p.a (E. merck), benzena p.a (E. merck), logam untuk uji penegasan. Apabila terbentuk
Mg (Reidel de Haen), pereaksi Mayer, endapan pada penambahan pereaksi Mayer
pereaksi Wagner, pereaksi Dragendorff, dan Wagner, maka identifikasi
AlCl3 p.a (E. merck), FeCl3 (E. merck), menunjukkan adanya alkaloid. Uji
pereaksi gelatin, aseton p.a (E. merck), dan penegasan dilakukan dengan
akuades. menambahkan amonia 25% pada filtrat D
hingga PH 8-9. Kemudian ditambahkan
2.2 Cara Kerja kloroform, dan diuapkan diatas waterbath.
1) Persiapan Sampel Kulit Petai Selanjutnya ditambahkan HCl 2M, diaduk
Petai diambil dari pohonnya kemudian dan disaring. Filtratnya dibagi menjadi 3
keluarkan isinya sehingga tinggal bagian bagian. Filtrat A sebagai blangko, filtrat B
kulitnya saja, kemudian dicuci, dipotong diuji dengan pereaksi Mayer, sedangkan
tipis-tipis dan dikeringkan dengan oven pada filtrat C diuji dengan pereaksi
suhu 100oC selama 3-4 jam. Selanjutnya kulit Dragendorff. Terbentuknya endapan
petai kering diblender sampai berbentuk menunjukkan adanya alkaloid.
serbuk b) Uji Tanin dan Polifenol. Sampel
2) Ekstraksi Kulit Petai sebanyak 3 mL diekstraksi akuades panas
Sebanyak 35 g serbuk kulit petai kemudian didinginkan. Setelah itu
diekstraksi menggunakan 350 mL petroleum ditambahkan 5 tetes NaCl 10% dan
eter selama 6 jam. Residunya dikeringkan disaring. Filtrat dibagi 3 bagian A, B, dan
untuk proses selanjutnya. Residu kemudian C. Filtrat A digunakan sebagai blangko, ke
dimaserasi (direndam dalam etanol selama 24 dalam filtrat B ditambahkan 3 tetes
456
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNasTekS)
18 September 2019
ISBN: 978–623–91277–6–3
pereaksi FeCl3, dan ke dalam filtrat C aglikon atau glikosida. Filtrat D digunakan
ditambah garam gelatin. Kemudian untuk uji KLT.
diamati perubahan yang terjadi.
c) Uji Saponin. Uji Saponin dilakukan 2.3 Analisis Kromatografi Lapis Tipis
dengan Metode Forth yaitu dengan cara (KLT)
memasukkan 2 mL sampel kedalam 1) Uji Alkaloid
tabung reaksi kemudian ditambahkan 10 Filtrat D pada skrining fitokimia
mL akuades lalu dikocok selama 30 detik, ditambah amonia 25% hingga PH 8-9.
diamati perubahan yang terjadi. Apabila Kemudian ditambahkan kloroform, dan
terbentuk busa yang mantap (tidak hilang dipekatkan diatas waterbath. Fase kloroform
selama 30 detik), maka identifikasi ditotolkan pada plat silika gel G60. Elusi
menunjukkan adanya saponin. Uji dilakukan dengan metanol:NH4OH pekat =
penegasan saponin dilakukan dengan 200:3. Plat dikeringkan dan diamati pada
menguapkan sampel sampai kering cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm.
kemudian mencucinya dengan heksana Kemudian plat disemprot dengan pereaksi
sampai filtrat jernih. Residu yang Dragendorff, dikeringkan dan diamati pada
tertinggal ditambahkan kloroform, diaduk cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm.
5 menit, kemudian ditambahkan Na2SO4 2) Uji Saponin
anhidrat dan disaring. Filtrat dibagi Sampel ditambah dengan HCl 2M,
menjadi menjadi 2 bagian, A dan B. Filtrat diaduk, direfluks 6 jam diatas waterbath,
A sebagai blangko, filtrat B ditetesi kemudian tunggu hingga dingin. Setelah itu
anhidrat asetat, diaduk perlahan, kemudian dinetralkan dengan amonia, diuapkan
ditambah H2SO4 pekat dan diaduk diatas waterbath, ditambah n-heksana
kembali. Terbentuknya cincin merah kemudian disaring. Filtratnya kemudian
sampai coklat menunjukkan adanya diuapkan diatas waterbath, ditambah 5 tetes
saponin. kloroform, dan ditotolkan pada plat silika gel
d) Uji Flavonoid. Sebanyak 3 mL sampel G60. Elusi dilakukan dengan
diuapkan, dicuci dengan heksana sampai kloroform:aseton = 4: 1. Plat dikeringkan dan
jernih. Residu dilarutkan dalam 20 mL diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan
etanol kemudian disaring. Filtrat dibagi 4 366 nm. Kemudian plat disemprot dengan
bagian A, B, dan C. Filtrat A sebagai SbCl3 dioven pada suhu 110oC selama 10
blangko, filtrat B ditambahkan 0,5 mL HCl menit, dan diamati pada cahaya tampak, UV
pekat kemudian dipanaskan pada penangas 254 nm dan 366 nm.
air, jika terjadi perubahan warna merah tua 3) Uji Flavonoid
sampai ungu menunjukkan hasil yang Filtrat C pada skrining fitokimia
positif (metode Bate Smith-Metchalf). ditotolkan pada plat silika gel G60. Dielusi
Filtrat C ditambahkan 0,5 mL HCl dan dengan butanol:asam asetat:air = 3:1:1,
logam Mg kemudian diamati perubahan kemudian dikeringkan dan diamati pada
warna yang terjadi (Metode Wilstater). cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm.
Warna merah sampai jingga diberikan oleh Selanjutnya plat disemprot dengan amonia,
senyawa flavon, warna merah tua dikeringkan, dan diamati kembali pada
diberikan oleh flavonol atau flavonon, cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm.
warna hijau sampai biru diberikan oleh
457
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNasTekS)
18 September 2019
ISBN: 978–623–91277–6–3
458
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNasTekS)
18 September 2019
ISBN: 978–623–91277–6–3
Adanya endapan yang terbentuk pada uji nitrogen pada alkaloid membentuk kompleks
Mayer, Wagner, dan Dragendorff berarti kalium-alkaloid yang mengendap.
dalam ekstrak etanol kulit petai terdapat Hasil positif alkaloid pada Uji
alkaloid. Tujuan penambahan HCl adalah Dragendorff juga ditandai dengan
karena alkaloid bersifat basa sehingga terbentuknya endapan coklat muda sampai
biasanya diekstrak dengan pelarut yang kuning. Endapan tersebut adalah kalium-
mengandung asam (Harborne, 1996). alkaloid. Pada pembuatan pereaksi
Perlakuan ekstrak dengan NaCl sebelum Dragendorff, bismut nitrat dilarutkan dalam
penambahan pereaksi dilakukan untuk HCl agar tidak terjadi reaksi hidrolisis karena
menghilangkan protein. Terbentuknya garam-garam bismut mudah terhidrolisis
endapan protein pada penambahan pereaksi membentuk ion bismutil (BiO+).
yang mengandung logam berat (pereaksi Agar ion Bi3+ tetap berada dalam larutan,
Mayer) dapat memberikan reaksi positif palsu maka larutan itu diberi tambahan asam
pada beberapa senyawa (Santos et al., 1978). sehingga kesetimbangan akan bergeser ke
Hasil positif alkaloid pada uji Mayer ditandai arah kiri. Kemudian ion Bi3+ dari bismut nitrat
dengan terbentuknya endapan putih. bereaksi dengan kalium iodida membentuk
Diperkirakan endapan tersebut adalah endapan hitam Bismut(III) iodida yang
kompleks kalium-alkaloid. Pada pembuatan kemudian melarut dalam kalium iodida
pereaksi Mayer, larutan merkurium(II) berlebih membentuk kalium
klorida yang ditambah kalium iodida akan tetraiodobismutat (Svehla, 1990). Pada uji
bereaksi membentuk endapan merah alkaloid dengan pereaksi Dragendorff,
merkurium(II) iodida. Apabila kalium iodida nitrogen digunakan untuk membentuk ikatan
yang ditambahkan berlebih, maka akan kovalen koordinat dengan K+ yang
terbentuk kalium tetraiodomerkurat(II) merupakan ion logam. Untuk menegaskan
(Svehla, 1990). Pada alkaloid terdapat hasil positif alkaloid yang didapatkan,
kandungan atom nitrogen yang mempunyai dilakukan Uji Mayer, Wagner, dan
pasangan elektron bebas sehingga dapat Dragendorff pada fraksi CHCl3 dan fraksi air
digunakan untuk membentuk ikatan kovalen dari sampel.
koordinat dengan ion logam (McMurry, Dari uji tanin diperoleh hasil negatif,
2004). Pada uji alkaloid dengan pereaksi adanya tanin akan mengendapkan protein
Mayer, diperkirakan nitrogen pada alkaloid pada gelatin. Tanin bereaksi dengan gelatin
akan bereaksi dengan ion logam K+ dari membentuk kopolimer mantap yang tidak
kalium tetraiodomerkurat(II) membentuk larut dalam air (Harborne, 1996). Reaksi ini
kompleks kalium-alkaloid yang mengendap. lebih sensitif dengan penambahan NaCl untuk
Hasil positif alkaloid pada Uji Wagner mempertinggi penggaraman dari tanin-
ditandai dengan terbentuknya endapan coklat gelatin.
muda sampai kuning. Diperkirakan endapan Munculnya busa pada Uji Forth
tersebut adalah kalium-alkaloid. Pada menunjukkan adanya glikosida yang
pembuatan pereaksi Wagner, iodin bereaksi mempunyai kemampuan membentuk buih
dengan ion I- dari kalium iodida dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa
menghasilkan ion I3- yang berwarna coklat. dan senyawa lainnya (Rusdi, 1990). Selain
Pada uji Wagner, ion logam K+ akan Uji Forth juga dilakukan Uji Lieberman-
membentuk ikatan kovalen koordinat dengan Burchard yang merupakan Uji karakteristik
459
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNasTekS)
18 September 2019
ISBN: 978–623–91277–6–3
untuk sterol tidak jenuh dan triterpen (Santos negatif untuk glikosida antrakuinon yang
et al., 1978). sangat stabil atau turunan tereduksi dari tipe
Pada uji Keller Kiliani diperoleh hasil antranol. Karena itu uji Brontrager
positif yang menunjukkan adanya deoksi gula dimodifikasi dengan sebelumnya
untuk glikosida (Santos et al., 1978). Warna menghidrolisis dan mengoksidasi senyawa
merah yang terbentuk kemungkinan ini. Antrakuinon akan memberikan
disebabkan terbentuknya kompleks. Atom karakteristik warna merah, violet, hijau atau
oksigen yang mempunyai pasangan elektron ungu dengan basa. Tidak terjadinya
bebas pada gugus gula bisa mendonorkan perubahan warna pada Uji Borntrager dan uji
elektronnya pada Fe3+ membentuk kompleks. ini termodifikasi menunjukkan tidak adanya
Untuk menunjukkan adanya lakton tidak antrakuinon pada ekstrak etanol kulit petai.
jenuh dapat digunakan Uji Kedde (Santos, Skrining fitokimia tidak dikerjakan
1978). Hasil positif pada Uji Kedde untuk terpenoid karena tidak ada pereaksi
diperkirakan karena terjadi reaksi antara yang spesifik untuk terpenoid. Uji
lakton tidak jenuh pada Lieberman-Burchard yang biasa dikerjakan
kardenolin/bufadienol dengan 3,5 untuk terpenoid hanya mendeteksi gugus
dinitrobenzen (pereaksi Kedde). Karbonil steroid, padahal selain terdapat pada
(C=O) pada lakton tidak jenuh memiliki terpenoid, gugus ini juga terdapat pada
ikatan yang mudah putus dan membentuk saponin, kardenolin dan bufadienol. Hasil
ikatan baru dengan senyawa 3,5 skrining fitokimia yang telah dilakukan
dinitrobenzen. Karena gugus nitro pada menunjukkan bahwa dalam sampel ekstrak
senyawa 3,5 dinitrobenzen merupakan gugus etanol kulit petai mengandung alkaloid,
pengarah meta, maka diperkirakan ikatan saponin, kardenolin/bufadienol, dan
yang terjadi adalah antara atom oksigen pada flavonoid.
gugus karbonil dengan atom karbon posisi
meta pada 3,5 dinitrobenzen. Hasil positif 3.3 Analisis Kromatografi Lapis Tipis
dengan semua pereaksi tersebut baru (KLT)
menunjukkan adanya gula jantung Prosedur uji dengan KLT dilakukan
(kardenolin dan bufadienol). untuk lebih menegaskan hasil yang didapat
Uji Wilstater cyanidin biasa digunakan dari skrining fitokimia. Karena berfungsi
untuk mendeteksi senyawa yang mempunyai sebagai penegasan, maka Uji KLT hanya
inti benzopyron. Warna orange yang dilakukan untuk golongan-golongan
terbentuk pada Uji Bate Smith-Mertcalf dan senyawa yang menunjukkan hasil positif
warna merah pada Uji Wilstater disebabkan pada skrining fitokimia (alkaloid, saponin,
karena terbentuknya garam flavilium kardenolin/bufadienol, dan flavonoid). Uji
(Achmad, 1986). KLT pada tanin dan polifenol tidak dilakukan
Uji Brontrager bisa mendeteksi karena tidak ditemukan prosedur yang tepat.
antrakuinon, namun uji ini akan menunjukkan Hasil Uji KLT ditunjukkan pada Tabel 2.
460
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNasTekS)
18 September 2019
ISBN: 978–623–91277–6–3
461
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNasTekS)
18 September 2019
ISBN: 978–623–91277–6–3
462