Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot
perut pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah
dorsal. Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas
abdomninalis berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot
diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau rongga panggul.
Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran
serosa yang dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis. Membran ini juga
membungkus organ yang ada di abdomen dan menjadi peritoneum visceralis.
Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ, seperti
sebagian besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan. Berikut adalah
organ yang dapat ditemukan di abdomen: komponen dari saluran cerna: lambung
(gaster), usus halus, usus besar (kolon), caecum, umbai cacing atau appendix;
Organ pelengkap dai saluran cerna seperti: hati (hepar), kantung empedu, dan
pankreas; Organ saluran kemih seperti: ginjal, ureter, dan kantung kemih (vesica
urinaria); Organ lain seperti limpa (lien).
Istilah trauma  abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan
klinik akibat kegawatan dirongga abdomen  yang biasanya timbul mendadak
dengan nyeri sebagian keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan
segera yang sering  berpa tindakan beda, misalnya pada obstruksi, perforasi atau
perdarahan, infeksi, obstruksi atau strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan
perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna
sehingga terjadilah peritonitis.
Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena
adanya jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada abdomen
dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada trauma tumpul
dengan velisitas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya menimbulkan kerusakan

1
satu organ. Sedangkan trauma tumpul velositas tinggi sering menimbulkan
kerusakan organ multipel.
Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari memungkin seseorang untuk
terkena injury yang bisa saja merusak keutuhan integritas kulit, selama ini kita
mungkin hanya mengenal luka robek atau luka sayatan saja namun ternyata di
luar itu masih banyak lagi luka/trauma yang dapat terjadi pada daerah abdomen.
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas
biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk.
Walaupun tehnik diagnostik baru sudah banyak dipakai, misalnya Computed
Tomografi, namun trauma tumpul abdomen masih merupakan tantangan bagi ahli
klinik. Diagnosa dini diperlukan untuk pengelolaan secara optimal.
Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-trauma, gejala dan
tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga memerlukan tingkat
kewaspadaan yang tinggi untuk dapat menetapkan diagnosis.

B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan gawat darurat pada klien dengan trauma
abdomen.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui Pengertian Trauma Abdomen.
2. Mengetahui Etiologi Trauma Abdomen.
3. Mengetahui Patofisiologi Trauma Abdomen.
4. Mengetahui Manifestasi Klinis Trauma Abdomen.
5. Mengetahui Penatalaksanaan Trauma Abdomen yaitu penatalaksanaan
awal dan dirumah sakit
6. Mengetahui Komplikasi Trauma Abdomen.
7. Mengetahui Asuhan Keperawatan Trauma Abdomen.
1) Mengetahui tindakan keperawatan pada pasien dengan trauma
abdomen

2
2) Mengetahui masalah yang mungkin timbul pada pasien dengan trauma
abdomen

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan
cedera. (Sjamsuhidayat,1997).
Trauma abdomen adalah terjadi atau kerusakan pada organ abdomen yang
dapat menyebabkan perubahan fisiologis sehingga terjadi gangguan metabolism,
kelainan imunologi dan gangguan faal berbagai organ. (Sjamsuhidayat,1997).
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja, (Smeltzer,
2001).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan
atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan
lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi, (FKUI,
1995).
Trauma pada abdomen dapat dibagi menjadi dua jenis:
1. Trauma penetrasi dan trauma non penetrasi
a. Trauma penetrasi
1) Trauma tembak
2) Trauma tumpul
b. Trauma non penetrasi
1) Kompresi
2) Hancur akibat kecelakaan
3) Sabuk pengaman
4) Cedera akselerasi
2. Trauma pada dinding abdomen terdiri kontusio dan laserasi.
a. Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non penetrasi
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen,
kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan
lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.

4
b. Laserasi
Jika terdaat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen
harus di eksplorasi (Sjamsuhidayat, 1997). Atau terjadi karena trauma
penetrasi.

Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Sjamsuhidayat (1997)


terdiri dari:

1. Perforasi organ visceral intraperitoneum


Cedera pada isi abdomen mungkin disertai oleh bukti adanya cedera pada
dinding abdomen.
2. Luka tusuk (Trauma Penetrasi)pada abdomen.
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostic ahli bedah
3. Cedera thoraks abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafrgma, atau
sayap kanan dan hati harus dieksplorasi.

B. Etiologi
Berdasarkan mekanisme trauma, dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh:
a. Luka akibat terkena tembakan
b. Luka akibat tikaman benda tajam
c. Luka akibat tusukan
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium)
Disebabkan oleh:
a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b. Hancur (tertabrak mobil)
c. Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
d. Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga

5
C. Patofisiologi
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat
kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari
ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor–
faktor fisik  dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang
terjadi berhubungan  dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk
menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan
dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga
karakteristik dari permukaan  yang menghentikan tubuh juga penting.
Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh.
Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang
sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk
aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung
pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada
seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen
lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh
relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra
abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme:
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya
tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya
tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun
organ berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan
vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
3. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya
robek pada organ dan pedikel vaskuler.

D. Manifestasi Klinis
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium):
a. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
b. Respon stres simpatis

6
c. Perdarahan dan pembekuan darah
d. Kontaminasi bakteri
e. Kematian sel
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).
a. Kehilangan darah.
b. Memar/jejas pada dinding perut
c. Kerusakan organ-organ.
d. Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding
perut
e. Iritasi cairan usus

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi perdarahan
terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit.
Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000 /mm tanpa terdapatnya
infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan
ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan
kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus.
Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
3. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retro
perineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri.
Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada
saluran urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram)

7
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan
trauma pada ginjal
6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam
rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL inihanya alat
diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
a. Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut:
1) Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
2) Trauma pada bagian bawah dari dada
3) Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
4) Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,
alkohol, cedera otak)
5) Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum
tulang belakang)
6) Patah tulang pelvis
b. Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut:
1) Hamil
2) Pernah operasi abdominal
3) Operator tidak berpengalaman
4) Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan
7. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan
disangsikan adanya trauma pada hepar dan retro peritoneum.
Pemeriksaan khusus
a. Abdomonal Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk
menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih
dari100.000 eritrosit /mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga
peritoneum setelah dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl 0.9%
selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.
b. Pemeriksaan Laparoskopi

8
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung
sumber penyebabnya.
c. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-
sigmoidoskopi.

F. Penatalaksanaan
1. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam
nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian.
Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman,
luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal
dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon, maka
segera buka dan bersihkan jalan napas.
a. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakan
teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat
dagu,periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya
jalan napas, muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.
b. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara ‘lihat – dengar – rasakan’ tidak lebih dari 10 detik
untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan
pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat
tidaknya pernapasan).
c. Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-
sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak
ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio
kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali
kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).
d. Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul):

9
1) Stop makanan dan minuman
2) Imobilisasi
3) Kirim kerumah sakit
e. Penetrasi (trauma tajam)
1) Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya)
tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
2) Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan
dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau
sehingga tidak memperparah luka.
3) Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak
dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang
keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban
steril.
4) Imobilisasi pasien.
5) Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
6) Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
7) Kirim ke rumah sakit.

2. Hospital
a. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli
bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk
menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka
masuk dan luka keluar yang berdekatan.
b. Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan
hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intra
peritonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk
menentukan jalan peluru atau adanya udara retro peritoneum.
c. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning Ini di lakukan untuk
mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada

10
d. Uretrografi
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
e. Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung
kencing, contohnya pada:
1) Fraktur pelvis
2) Trauma non – penetrasi

3. Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit:


a. Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan
laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus
seperti pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa, amilase.
b. Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks antero posterior dan pelvis
adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita dengan multi
trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di retro
peritoneum atau udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya
memerlukan laparotomi segera.
c. Study kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon
ascendensatau decendens dan dubur.
Sumber : (Hudak & Gallo, 2001).

G. Komplikasi
1. Segera : hemoragi, syok, dan cedera
2. Lambat : infeksi
3. Trombosis Vena
4. Emboli Pulmonar
5. Stress Ulserasi dan perdarahan
6. Pneumonia

11
7. Tekanan ulserasi
8. Atelektasis
9. Sepsis

H. Konsep asuhan keperawatan


Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan singkat
tetapi menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki.
Pengkajian data dasar menurut Brunner & Suddart (2001), adalah :
1. Aktifitas / istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala,nyeri, mulas
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan cedera
(trauma).
2. Sirkulasi
Data Obyektif : Kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi,
hiperventilasi, dll).
3. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku / kepribadian (tenang atau dramatis)
Data Obyektif : Cemas, bingung, depresi.
4. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih / usus atau mengalami
gangguan fungsi.
5. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen
6. Neurosensori
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara,vertigo
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan
statusmental, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh
7. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang
berbeda, biasanya lama.

12
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
8. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas
9. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru / trauma karena kecelakaan.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif, gangguan rentang gerak

I. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
b. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi
abdomen.
c. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,
perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan
kerusakan kulit. infeksi tidak terjadi / terkontrol.
d. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk.

J. Intervensi Keperawatan
a. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan.
Kriteria hasil: Kebutuhan cairan terpenuhi

Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda vital
Rasional: untuk mengidentifikasi defisit volume cairan
2) Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
Rasional: mengidentifikasi keadaan perdarahan
3) Kaji tetesan infuse
Rasional: awasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan cairan.

13
4) Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
Rasional: cara parenteral membantu memenuhi kebutuhan nuitrisi tubuh.
5) Kolaborasi Tranfusi darah
Rasional: menggantikan darah yang keluar.

b. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi


abdomen.
Tujuan : Nyeri teratasi
Intervensi :
1) Kaji karakteristik nyeri
Rasional:  mengetahui tingkat nyeri klien.
2) Beri posisi semi fowler.
Rasional: mengurngi kontraksi abdomen
3) Anjurkan tehnik manajemen nyeri seperti distraksi
Rasional: membantu mengurangi rasa nyeri dengan mengalihkan
perhatian
4) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
Rasional: analgetik membantu mengurangi rasa nyeri.
5) Managemant lingkungan yang nyaman
Rasional: lingkungan yang nyaman dapat memberikan rasa nyaman klien

c. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,


perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan
kerusakan kulit.
Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.
Kriteria hasil :
1) Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
2) Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

Intervensi :

14
1) Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : mengetahui keadaan umum klien
2) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
Rasional : menjaga agar luka bersih dan kering
3) Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti infus, kateter,
drainase luka
Rasional : mencegah terjadi infeksi lebih lanjut
4) Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti
Hb dan leukosit.
Rasional : memberikan data penunjang tentang resiko infeksi
5) Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Rasional : membunuh mikroorganisme penyebab infeksi

d. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan


Tujuan : Ansietas teratasi
Intervensi :
1) Perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang berhasil
pada waktu lalu
Rasional: koping yang baik akan mengurangi ansietas klien.
2) Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa
takut dan berikan penanganan
Rasional: mengetahui ansietas, rasa takut klien bisa mengidentifikasi
masalah dan untuk memberikan penjelasan kepada klien.
3) Jelaskan prosedur dan tindakan dan beripenguatan penjelasan mengenai
penyakit
Rasional: apabila klien tahu tentang prosedur dan tindakan yang akan
dilakukan, klienmengerti dan diharapkan ansietas berkurang
4) Pertahankan lingkungan yang tenang dantanpa stress
Rasional: lingkungan yang nyaman dapat membuat klien nyaman dalam
menghadapi situasi
5) Dorong dan dukungan orang terdekat

15
Rasional: memotifasi klien

e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik


Tujuan : Dapat bergerak bebas
Intervensi :
1) Kaji kemampuan pasien untuk bergerak
Rasional: mengidentifikasi kemampuan klien dalam mobilisasi
2) Dekatkan peralatan yang dibutuhkan pasien
Rasional: meminimalisir pergerakan kien
3) Berikan latihan gerak aktif pasif
Rasional: melatih otot-otot klien
4) Bantu kebutuhan pasien
Rasional: membantu dalam mengatasi kebutuhan dasarklien
5) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi.
Rasional: terapi fisioterapi dapat memulihkan kondisi klien

f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk.


Tujuan: Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
Kriteria Hasil :
1) Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
2) Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

Intervensi:
1) Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.
Rasional : mengetahui tingkat kerusakan kulit klien
2) Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka
Rasional : mengkaji resiko terjadinya infeksi
3) Pantau peningkatan suhu tubuh.
Rasional : mengontrol tanda-tanda infeksi

16
4) Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa
kering dan steril, gunakan plester kertas.
Rasional : membantu proses penyembuhan luka dan menjaha agar luka
kering dan bersih
5) Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya
debridement.
Rasional : memperbaiki keutuhan integritas kulit secara cepat
6) Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.
Rasional : menjaga luka agar tidak terpapar mikroorganisme
7) Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
Rasional : membunuh mikroba penyebab infeksi

17
K. Pathway

Trauma paksa (jatuh, benda Trauma benda tajam (Pisau,


tumpul, kompresi dll) peluru, dll)

Gaya predisposisi trauma > elastisitas & Viskositas tubuh

Ketahanan jaringan tidak mampu mengkompensasi

Trauma Abdomen

Trauma Tajam Trauma Tumpul

Kerusakan Kerusakan organ Kerusakan Kompresi organ abdomen


Jaringan Kulit abdomen jaringan vaskuler

Perdarahan intra
Luka terbuka Perforasi lapisan Perdarahan abdomen
abdomen(Kontusio,
Laserasi, jejas,
hematoma) Resiko Peningkatan TIA
Resiko kekurangan
infeksi volume cairan Distensi Abdomen

Nyeri akut
Syok Mual/muntah
Hipovilemik
Kerusakan
integritas kulit Resiko ketidak
seimbangan nutrisi

18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN TRAUMA TUMPUL
ABDOMEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT DATOEK BINANGKANG

No. Register : 355678/9897                  


Ruang : UGD
Tgl/Jam MRS : 02-03-2015/Jam 09.50
Tgl. Pengkajian : 02-03-2015/Jam 10.00
Diagnosa Medis : Ruptur Limfa e.c Trauma Tembus Abdomen

A. IDENTITAS
1.  Biodata Pasien      
Nama :  Tn. S        
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 50 Tahun                 
Agama : Islam                   
Suku/Bangsa : Mongondow/Indonesia         
Pendidikan : SMP           
Pekerjaan : Tani           
Alamat : Bilalang 2

2. Penanggung Jawab
Nama : Tn. M                   
Jenis Kelamin : Laki-laki        
Umur  : 25 Tahun                    
Agama : Islam                   
Suku/Bangsa : Mongondow/Indonesia        
Pendidikan : SMA                      
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat         : Bilalang 2

19
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama : Klien mengatakan nyeri pada perut sebelah kiri
2. Riwayat Penyakit Sekarang: Klien masuk Rumah Sakit ± 1 jam yang lalu
(Kronologis klien: ketika sedang mengendarai sepeda motor, klien
mengalami kecelakaan. Sepeda motor klien ditabrak mobil angkot yang ada
di belakangnya saat pulang kerja, Klien terjatuh membentur aspal, tertancap
paku ±10 cm dan sempat pingsan. Klien langsung dibawa ke rumah sakit
dengan dijemput anaknya. Klien merasa perut sebelah kiri sakit, mual.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : Klien Pernah mengalami Hipertensi dan pernah
dirawat dirumah sakit 1 tahun yang lalu
4. Riwayat Penyakit Keluarga : Dalam keluarga klien tidak ada yang menderita
penyakit turunan dan penyakit menular.
5.  Riwayat Alergi : Klien dan keluarga mengatakan klien tidak memiliki alergi,
baik makanan ataupun obat-obatan.

C. PEMERIKSAAN
1. Airway : Bebas, tidak ada sumbatan, tidak ada secret.
2. Breathing : Klien bernafas secara spontan. Klien menggunakan O2 4
liter/ menit, Frekuensi napas: 24 x/ menit, pernafasan reguler
3. Circulation :
TD : 140/ 80 mmHg
N   :  82 x/ menit
Capillary reffil: < 3 detik
4. Disability
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E= 4, M= 5, V= 6
5. Exposure
Terdapat luka tembus disertai sedikit perdarahan, jejas dan hematoma pada
abdomen sebelah kiri atas.
               

20
D. DATA PSIKOLOGIS
Klien mengatakan takut dengan kondisinya sekarang, klien tampak
gelisah, cemas, dan bingung.

E. DATA SOSIAL
1.  Pendidikan : SMP
2. Sumber Penghasilan : Bertani
3. Pola Komunikasi : Klien komunikasi menggunakan bahasa Indonesia
dan bahasa daera
4. Pola Interaksi : Klien mampu berinteraksi dengan tetangga dan
keluarga

F.  DATA SPIRITUAL
Klien beragama islam dan juga sering melaksanakan solat 5 waktu,
sekarang klien hanya berdoa agar diberikan kesembuhan.

G. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum                : Cukup, Perdarahan: minimal di abdomen kiri atas.
2. Kesadaran                         : Compos mentis                  
3. Tanda-Tanda Vital            
TD : 140/80 mmHg                                 
Nadi : 82x/menit
  RR : 24x/mnt                                  
Suhu : 370C
4. Kepala                   
Ekspresi Wajah     : Klien tampak meringis
Rambut : Rambut dan kulit kepala cukup bersih
Mata : Pupil Isokor, Sklera tidak ikterik, konjungtiva tampak
anemis
Telinga : Tampak bersih, tidak ada serumen, tidak ada
peradangan, pendengaran baik
Hidung : Simetris, tidak ada peradangan, penciuman baik

21
Mulut : Kurang bersih, mukosa lembab, terdapat karies, gigi
lengkap, tidak ada peradangan
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada kaku
kuduk.
5. Thorax                   
Inspeksi                 : Bentuk simetris, gerakan antara kanan dan kiri sama
Palpasi                   : Fremitus vokal kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi             : Vesikuler
6. Abdomen              
Inspeksi                 :Terdapat Jejas Dan Hematoma Pada Abdomen Sebelah
Kiri
Palpasi                   : Ada Pembesaran Hati
Perkusi                  : Pekak
Auskultasi             : Peristaltik Usus 5x/Menit
7. Ekstremitas          
Ekstermitas atas dan bawah tidak ada oedem, turgor kulit baik. Kekuatan otot
ektermitas atas dan bawah dalam batas normal.
8. Genetalia               : Tidak ada kelainan

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil laboratorium tanggal 02-03-2015/Jam 11.00
a. Hemoglobin             : 9,5 g/dl           (n : 14-17,5 g/dl)
b. Eritrosit                    : 5,00 105/ul        (n : 4,5-5,9 106
c. Leukosit                   : 10,5 104/ul        (n : 4,0-11,3 103/ul)
d. Hematokrit               : 41,8%               (n : 40-52%)
e. Trombosit                 : 208
f. Gol darah                 : A
g. HBSAG                   : - (negatif)
h. Hasil USG Abdomen
Gambaran: ruptur dan perdarahan pada limfa anterior. terdapat luka
tembus namun tidak mengenai organ dalam abdomen.

22
I. Therapy
Terpasang IVFD cairan RL 30 gtt/menit
Injeksi Cefotaxim 1 gr/12 jam/IV
Injeksi Ketorolac 2 mg/8 jam/IV

23
J. Analisa Data
Nama         : Tn. S                                                      Ruang              : UGD
Umur         : 50 Thn                                                     Jenis Kelamin  : Laki-laki
No Data Fokus Etiologi Masalah
1 Ds: - Klien mengatakan perut Adanya trauma Nyeri akut   
sebelah kiri abdomen atau luka
Do: Klien tampak meringis menahan tembus abdomen
nyeri
- Terdapat luka lecet dan jejas pada
abdomen sebelah kiri atas
Intensitas nyeri
P  : bila bergerak dan bernafas
Q : seperti tertusuk-tusuk
R : perut sebelah kanan
S  : 7
T  : hilang timbul
- Tanda tanda vital
TD:140/80mmHg                                 
Nadi : 82x/menit
  RR : 24x/mnt                                  
Suhu : 370C
2 Ds: - Kontaminasi bakteri, Resiko tinggi infeksi
Do: - Terdapat luka lecet pada perut luka tembus abdomen   
kanan
- Terdapat jejas dan hematoma pada
abdomen sebelah kanan
- Hb : 9,5 g/dl
- Leukosit : 10,5 104/ul
- Luka non-penetrasi abdomen
3. Ds: Perdarahan intra Resiko kekurangan
Do:- Hasil USG: Terdapat ruptur dan abdomen volume cairan
perdarahan pada limfa anterior
- Konjungtiva anemis

24
- Kulit pucat
- Turgor kulit elastis   

K. Diagnosa keperawatan
1. Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
perdarahan intra abdomen
2. Nyeri akut berhubungan adanya trauma abdomen atau luka tembus abdomen
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi bakteri dan luka
tembus abdomen

25
L. Intervensi keperawatan
Nama         :  Tn. S                                                 Ruang              : UGD
Umur         :  50 Tahun                                           Jenis Kelamin  : Laki-laki

No Dx kep Tujuan/KH Intervensi rasional


1. Resiko kekurangan Setelah dilakukan 1. Kaji tanda-tanda 1. Untuk
volume cairan dan tindakan keperawatan vital mengidentifikasi
elektrolit selama 1x15 menit, defisit volume
berhubungan dengan volume cairan cairan
perdarahan intra seimbang. 2. Kaji tetesan infuse 2. Awasi tetesan
abdomen Dengan KH: untuk
- Turgor elastic 3. Pantau cairan mengidentifikasi
- Konjungtiva tidak parenteral dengan kebutuhan cairan
anemis elektrolit, antibiotik 3. Cara parenteral
- Hasil lab normal dan vitamin membantu
(HB) memenuhi
4. Kolaborasi : Berikan
- Tidak ada kebutuhan cairan
cairan parenteral
perdarahan tubuh
sesuai indikasi.
lanjutan 4. Mengidentifikasi
5. Kolaborasi Tranfusi
keadaan
darah
perdarahan
6. Kolaborasi tindakan
5. Menggantikan
pembedahan   
darah yang keluar
dan memperbaiki
Hemostasis.
6. Memperbaiki
kondisi hepar dan
menghentikan
perdarahan
2 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji intensitas nyeri 1. Untuk menentukan
berhubungan adanya tindakan keperawatan 2. Jelaskan penyebab intervensi yang

26
trauma abdomen 1x10 menit, nyeri nyeri tepat
atau luka tembus berkurang dengan 3. Beri posisi sesuai 2. Untuk
abdomen Kriteria Hasil : kenyamanan klien menenangkan klien
- Klien mengatakan 4. Ajarkan teknik dan keluarga.
nyeri relaksasi 3. Meningkatkan
berkurang/hilang 5. Kolaborasi kenyamanan klien
- Klien tenang tidak pemberian analgetik 4. Mengurangi
mengerang-erang ketegangan otot
kesakitan sehingga
- Skala nyeri 4-5 mengurangi nyeri
5. Analgetik
berfungsi
menghilangkan
nyeri
3. Resiko tinggi infeksi Setelah dilakukan 1. Monitoring tanda- 1. Mengetahui tanda
berhubungan dengan tindakan keperawatan tanda infeksi infeksi pada pasien
kontaminasi bakteri 1 x 20 menit, tidak 2. Anjurkan perawatan 2. Mencegah infeksi
dan luka tembus terjadi infeksi luka dengan prinsip karena port de entry
abdomen Kriteria Hasil : aseptic kuman.
- Tidak ada tanda- 3. Monitor hasil 3. Mengetahui
tanda infeksi laboratorium perkembangan
- Tidak ada perdarahan terutama Hb, klien
- Suhu tubuh normal : leukosit 4. Mencegah infeksi
36-37oC 4. Kolaborasi 5. Mencegah infeksi
- Tidak terjadi tetanus pemberian antibiotic tetanus akibat luka
5. Kolaborasi tembus
pemberian suntik
anti tetanus (TT

27
M. Implementasi
Nama         : Tn. S                                                        Ruang              : UGD
Umur         : 50 Tahun                                                  Jenis Kelamin  : Laki-laki

No Dx. keperawatan Hari/tgl Implementasi Paraf


1 Resiko kekurangan Senin 02-03-15/ 1. Mengkaji tanda-tanda vital
volume cairan dan Jam 10.00 TD:140/80mmHg                               
elektrolit Nadi: 82x/menit
berhubungan dengan RR : 24x/mnt                                  
 

perdarahan intra Suhu: 370C

abdomen 2. Mengkaji tetesan infuse


Infus Rl 30 gtt/mnt
3. Memantau cairan parenteral dengan
elektrolit, antibiotik dan vitamin
4. Mengkolaborasi : Berikan cairan
parenteral sesuai indikasi.
Terpasang cairan infuse RL 30gtt/mnt
5. Mengkolaborasi pemberian Tranfusi
darah
6. Mengkolaborasi tindakan
pembedahan   
2 Nyeri akut Senin 02-03 15/ 1. Mengkaji intensitas nyeri
berhubungan adanya Jam 10.15 P  : bila bergerak dan bernafas
trauma abdomen atau Q : seperti tertusuk-tusuk
luka tembus R : perut sebelah kanan
abdomen S  : 7
T  : hilang timbul
2. Menjelaskan penyebab nyeri kepada
klien dengan hasil klien mengeri
tentang penjelasan perawat
3. Memberikan posisi sesuai

28
kenyamanan klien
4. Mengajarkan teknik relaksasi
5. Mengkolaborasi pemberian analgetik
Ketorolac 2mg/IV
3 Resiko tinggi infeksi Senin 02-03 15/ 1. Memonitor tanda-tanda infeksi
berhubungan dengan Jam 10.30 dengan hasil belum terdapat tanda-
kontaminasi bakteri tanda infeksi
dan luka tembus 2. Menganjurkan perawatan luka
abdomen dengan prinsip aseptic
3. Memonitor hasil laboratorium
terutama Hb, leukosit
4. Mengkolaborasi pemberian antibiotic
Cefotaxim 1 gr/IV
5. Mengkolaborasi pemberian suntik
anti tetanus (TT)

29
N. Evaluasi
Nama         : Tn. S                                                          Ruang              : UGD
Umur         : 50 tahun                                                     Jenis Kelamin  : Laki-laki

No Dx. Kep Hari/Tgl Evaluasi Paraf


1 Resiko kekurangan Senin 02-03-15/ S. –
volume cairan dan Jam 11.00 O: - Turgor Elastik
elektrolit berhubungan - konjungtiva anemis
dengan perdarahan - TTV
intra abdomen TD: 120/70 mmHg
Nadi: 72x/ menit
RR: 20x/mnt
Hb : 9,5 g/dl
- Perdarahan tidak ada
A. Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi di bangsal
2. Nyeri akut Senin 02-03-15/ S: - Klien mengatakan nyeri
berhubungan adanya Jam 11.00 sedikit berkurang
trauma abdomen atau O: - Klien masih gelisah
luka tembus abdomen - Klien masih tampak merintih
kesakitan
- Skala nyeri 5
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi di bangsal
3. Resiko tinggi infeksi Senin 02-03-15/ S:
berhubungan dengan Jam 11.00 O: - Tidak ada tanda- tanda infeksi
kontaminasi bakteri - Hb : 9,5 g/dl
dan luka tembus - Leukosit : 10,5 104/ul
abdomen A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi di bangsal

30
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja.
Prioritas keperawatan tertuju pada menghentikan perdarahan, menghilangkan/
mengurangi nyeri, menghilangkan cemas pasien, mencegah komplikasi dan
memberikan informasi tentang penyakit dan kebutuhan pasien. Prinsip–prinsip
pengkajian pada trauma  abdomen harus berdasarkan A (Airway), B (Breathing),
C (Circulation).
Pada kasus di atas Tn. S mengalami Trauma tembus (trauma perut dengan
penetrasi ke dalam rongga peritonium) akibat luka akibat tusukan. Masalah
keperawatan yang timbul pada klien antara lain: defisit volume cairan dan
elektrolit berhubungan dengan perdarahan intra abdomen; nyeri berhubungan
adanya trauma abdomen atau luka tembus abdomen; resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan kontaminasi bakteri dan luka tembus abdomen.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah masi terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta
kejanggalan baik dalam penulisan maupun dalam pengonsepan materi. Utnuk itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepan
lebih baik dan penulis berharap kepada semua pmbaca mahasiswa khususnya,
untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan makalah yang akan datang.

31
DAFTAR PUSTAKA

American College of Surgeon Committee of Trauma. 2004. Advanced Trauma


Life Support Seventh Edition. Indonesia: Ikabi

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan, Edisi 31. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Jual. 1998. Buku Saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada
Praktek Klinis, Edisi 6. Jakarta: EGC

Dorland. 2002. Kamus Saku Kedokteran. Jakarta: EGC

ENA (Emergency Nurse Association). 2000. Emergency Nursing Core


Curiculum, 5th. USA: W.B. Saunders Company

FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara

Marilynn E, Doengoes. 2000.  Rencana Asuhan Keperawatan  Edisi 3. Jakarta:


EGC

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:       
EGC

Testa,A.Paul. 2008. Abdominal Trauma. Internet:

32

Anda mungkin juga menyukai