Anda di halaman 1dari 14

ROTATOR SHAKER

(Nurhidayah Ayu P, Hj. Endang Dian Setioningsih, M. Ridha M)


Jurusan Teknik Elektromedik Politeknik Kesehatan Surabaya
Jl. Pucang Jajar Timur No.10 Surabaya

ABSTRAK

Rotator Shaker merupakan salah satu alat pencampur sampel dengan reagennya yang
menggantikan cara mengocok secara manualt. Pencampuran yang ditempatkan pada wadah dalam bentuk
silinder yang ditempatkan sedemikian rupa, sehingga dapat diputar pada sebuah sumbu. Gerakan putaran
yang dihasilkan yaitu memutar sampel 360˚ secara terus menerus, diputar oleh motor secara mekanik
dengan kecepatan putaran 40,45,50,55,60 rpm.
Selama ini proses pencampuran telah dikembangkan dengan berbagai alat shaker. Pembuatan alat
ini difungsikan untuk mencampur sampel dalam jumlah yang sedikit.
Untuk meringankan tugas tenaga medis di bidang laboratorium dalam proses pencampuran,
dibuatlah alat “Rotator Shaker” berbasis mikrokontroller AT89S51 yang terdapat pemilihan waktu yaitu 5,
10 dan 15 menit. Berakhirnya proses pencampuran ditandai dengan indikator suara(buzzer).
Menurut data hasil pengukuran timer, nilai error yang didapat dari perbandingan pengukuran
antara timer pada display dengan stopwatch pada pengukuran 5 menit error 0.4%, 10 menit error 0.4%, 15
menit error 0.4%. Sedangkan putaran kecepatan motor 40 rpm, nilai error yang didapat 0.825%. Untuk
kecepatan motor 45 rpm, nilai error yang didapat 0.733%. Sedangkan pada kecepatan motor 50 rpm, nilai
error yang didapat 0%. Pada kecepatan motor 55 rpm, nilai error yang didapat 0.6% dan pada kecepatan
motor 60 rpm, nilai error yang didapat 0.55%.
Bedasarkan hasil pengukuran timer dan kecepatan putaran motor didapat nilai error kurang dari 5
%.

Kata kunci: Rotator Shaker, Pencampuran, Timer, Rpm

1. PENDAHULUAN 1.3 Batasan Masalah


1.1 Latar Belakang Agar dalam pembahasan alat ini
Perkembangan zaman semakin tidak terjadi pelebaran masalah dalam
lama semakin modern menuntut kita untuk penyajiannya, penulis membatasi pokok-
lebih maju disegala bidang kehidupan, pokok batasan yang akan dibahas yaitu :
khususnya dibidang elektromedik. Kita 1. Penggunaan display seven segmen
sebagai teknisi elektromedik dituntut untuk tampilan timer.
untuk mampu meningkatkan mutu 2. Kecepatan putaran 40, 45, 50, 55
pelayanan kesehatan, salah satunya dan 60 rpm.
dengan cara meningkatkan kualitas alat - 3. Waktu pencampuran 5 menit, 10
alat di dunia kesehatan saat ini. menit, 15 menit.
Salah satu peralatan kesehatan 4. Kapasitas tabung 8 buah.
yang tidak kalah penting adalah proses 1.4 Rumusan Masalah
homogenisasi pada sampel dengan “Dapatkah dibuat “Rotator
menggunakan shaker. Dimana alat Shaker” dengan output yang sesuai
tersebut berfungsi untuk settingan dengan kapasitas kecil dan
menghomogenisasi sampel dengan cara mudah dibuat, dirawat, dan digunakan ?”
diputar. 1.5 Tujuan
Dengan berkembangnya 1.5.1 Tujuan Umum
teknologi elektronika pada saat ini Membuat “ Rotator Shaker ”
khususnya pada alat kesehatan penulis yang berbasis mikrokontroller
mencoba membuat alat dengan judul AT89S51.
“Rotator Shaker”, dimana alat ini 1.5.2 Tujuan Khusus
digunakan sebagai alat penghomogen Dengan acuan
sampel. permasalahan diatas, maka
1.2 Identifikasi Masalah tujuan khusus pembuatan alat
Berdasarkan latar belakang di ini antara lain :
atas, penulis ingin membuat alat rotator 1. Membuat mekanik
shaker yang digunakan untuk perputaran pencampuran.
menghomogenisasi darah. 2. Membuat rangkaian
mikokontroller AT89s51.
3. Membuat software pada gerak. Hukum newton menghubungkan
mikrokontroller AT89s51 percepatan sebuah benda dengan massanya
yang mampu dan gaya-gaya yang bekerja padanya.
mengendalikan waktu Hukum newton sebagai berikut :
proses pencampuran. Hukum Newton I
4. Membuat rangkaian Sebuah benda dalam keadaan diam
display. atau bergerak dengan kecepatan konstan
5. Membuat rangkaian akan tetap diam atau akan terus bergerak
buzzer. dengan kecepatan konstan kecuali ada gaya
1.6 Manfaat eksternal yang bekerja pada benda itu.
1.6.1 Manfaat Teoritis Hukum Newton II
Meningkatkan wawasan Percepatan sebuah benda
dan ilmu pengetahuan di bidang berbanding terbalik dengan massanya dan
alat - alat kesehatan, terutama sebanding dengan gaya eksternal neto (gaya
pengaplikasian, penyempurnaan neto yang bekerja pada sebuah benda, juga
dan mendesain alat . dinamakan gaya resultan, adalah jumlah
1.6.2 Manfaat Praktis vektor semua gaya yang bekerja padanya)
Memudahkan petugas yang bekerja padanya.
laboratorium dalam melakukan Hukum Newton III
pekerjaannya dengan Gaya-gaya selalu terjadi
mencampurkan sampel secara berpasangan. Jika benda A memberikan
otomatis dengan setting gaya pada benda benda B, gaya yang
kecepatan dan waktu yang telah besarnya sama tetapi arahnya berlawanan
ditentukan. diberikan oleh benda B pada benda A.
2. TELAAH PUSTAKA Dinamakan hukum interaksi atau hukum
2.1 Gambaran Umum aksi reaksi.
Rotator Shaker merupakan salah Gaya, Massa dan Hukum kedua Newton
satu alat laboratorium yang digunakan untuk Hukum pertama dan kedua newton
mencampur / menghomogenkan suatu dapat dianggap sebagai definisi gaya. Gaya
larutan. Shaker ini terdiri dari wadah seperti adalah suatu pengaruh pada sebuah benda
piringan berbentuk lingkaran dan terdapat yang menyebabkan benda mengubah
penjepit-penjepit tabung dibagian kecepatannya, artinya dipercepat. Arah gaya
pinggirnya. Gerakan putaran yang adalah arah percepatan yang disebabkannya
dihasilkan yaitu memutar sampel 360˚ jika gaya itu adalah satu-satunya gaya yang
secara terus menerus. Tabung reaksi harus bekerja pada benda tersebut.
tertutup rapat agar saat diputar tidak Gaya yang paling umum dalam
tumpah. Bentuk fisik Rotator Shaker dapat kehidupan kita sehari-hari adalah gaya tarik
dilihat pada gambar 2.1. gravitasi bumi pada sebuah benda.
A. Gaya kontak
Kebanyakan dari gaya dalam
kehidupan sehari-hari yang kita amati
pada benda-benda makroskopik adalah
gaya kontak yang dikerjakan pegas, tali
dan permukaan yang kontak langsung
dengan benda. Contoh balok yang diam
di atas meja horizontal. Berat balok
Gambar 2.1. Rotator Shaker menarik balok ke bawah, menekannya
2.2 Hukum Newton pada meja. Karena molekul-molekul
Mekanika klasik atau mekanika dalam meja mempunyai resistansi
newton adalah teori tentang gerak yang kompresi yang besar, meja mengerjakan
didasarkan pada konsep massa dan gaya dan gaya ke atas pada balok secara tegak
hukum-hukum yang menghubungkan lurus, atau normal, pada permukaan.
konsep-konsep fisis ini dengan besaran Gaya semacam itu dinamakan gaya
kinematika perpindahan, kecepatan dan normal.
percepatan (Tipler, Paul A, Fisika untuk Pada piringan rotator shaker
Sains dan Teknik, edisi ketiga jilid 1, ditempatkan pada bidang miring, terlihat
Jakarta : Erlangga, 1998.). Semua gejala pada gambar berikut :
dalam mekanika klasik dapat digambarkan
dengan menggunakan tiga hukum sederhana
yang dinamakan hukum newton tentang
2.3 Darah
Darah adalah jaringan cair yang
terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler
adalah cairan yang disebut plasma dan
didalamnya terdapat unsur – unsur padat,
yaitu sel darah. Volume darah keseluruhan
kira – kira satu per dua belas berat badan
atau kira – kira lima liter. Sekitar 55
Gambar 2.2. Rotator Shaker persennya adalah cairan, sedangkan 45
Berat balok dapat digantikan oleh persen sisanya terdiri atas sel darah. Angka
komponennya sepanjang sumbu-sumbu ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau
x dan y. Karena vektor berat tegak lurus volume darah yang didapatkan berkisar
pada garis horizontal dan sumbu y antara 40 – 47.
negatif tegak lurus bidang miring, sudut Sel darah merah atau eritrosit
antara kedua garis ini sama dengan sudut berupa cakram kecil bikonkaf, cekung pada
θ bidang miring ini, dapat dirumuskan : kedua sisinya, sehingga dilihat dari samping
w x =F sinθ nampak seperti dua buah bulan sabit yang
¿ m . g sin θ saling bertolak belakang.
Hal ini sesuai dengan bunyi Hukum 2.4 IC AT89S51
Newton III. Penggunaan IC AT 89S51 memiliki
Percepatan menuruni bidang beberapa keuntungan dan keunggulan,
miring adalah konstan dan besarnya antara lain tingkat kendala yang tinggi,
sama dengan g sin θ, dengan demikian : komponen hardwere eksternal yang lebih
F=m . g . sin θ sedikit, kemudahan dalam pemrograman.
Dan hemat dari segi biaya. IC AT 89S51
Ket :
memiliki program internal yang mudah
F : gaya
untuk dihapus dan diprogram kembali
m : massa balok
secara berulang – ulang. Pada pesawat ini IC
g : percepatan gravitasi
AT 89S51 berfungsi sebagai sentral control
sin θ : sudut kemiringan
dari segala aktivitas pesawat. Mulai dari
timer untuk mengontrol lamanya motor dan
Sedangkan jika piringan
lampu bekerja.
diletakkan pada bidang datar, terlihat
Penggunaan Mikrokontroler jenis
pada gambar dibawah ini :
ini (yang berkode ‘S’) lebih memudahkan
dalam penggunaannya karena mempunyai
m kemampuan serial downloading atau lebih
dikenal dengan istilah In System
F Programming (ISP) sehingga
w
n mikrokontroler langsung dapat diprogram
Gambar 2.4. Benda pada Bidang Datar pada rangkaiannya tanpa harus mencabut IC
untuk diprogram, Programmer ISP dapat
Jika suatu gaya F menyebabkan dibuat menggunakan beberapa resistor via
perpindahan sejauh s, maka gaya F paralel port komputer.
melakukan usaha sebesar W, yaitu : J1
C ON 8
P 0. 0 39
U1
21 P 2 .0
J2
CON8
1 P 0. 1 38 P 0. 0 / A D 0 P 2 .0/A8 22 P 2 .1 1
2 P 0. 2 37 P 0. 1 / A D 1 P 2 .1/A9 23 P 2 .2 2
3 P 0. 3 36 P 0. 2 / A D 2 P 2.2/A1 0 24 P 2 .3 3
4 P 0. 4 35 P 0. 3 / A D 3 P 2.3/A1 1 25 P 2 .4 4
5 P 0. 5 34 P 0. 4 / A D 4 P 2.4/A1 2 26 P 2 .5 5
VCC VC C 6 P 0. 6 33 P 0. 5 / A D 5 P 2.5/A1 3 27 P 2 .6 6
7 P 0. 7 32 P 0. 6 / A D 6 P 2.6/A1 4 28 P 2 .7 7
8 P 0. 7 / A D 7 P 2.7/A1 5 8
+ C1 SW 1 P 1. 0 1 10 P 3 .0
1 0u R EST 1 P 1. 1 2 P 1. 0 / T2 P 3 . 0 / R XD 11 P 3 .1 1
2 P 1. 2 3 P 1. 1 / T2 -E X P 3 . 1 / TXD 12 P 3 .2 2
3 P 1. 3 4 P 1. 2 P 3 . 2 / I N TO 13 P 3 .3 3
4 P 1. 4 5 P 1. 3 P 3 . 3 / IN T1 14 P 3 .4 4
R3 1K R2 5 P 1. 5 6 P 1. 4 / S S P 3 . 4 / TO 15 P 3 .5 5
1K 6 P 1. 6 7 P 1. 5 / M O S I P 3. 5 / T1 16 P 3 .6 6
CON8 7 P 1. 7 8 P 1. 6 / M I S O P 3.6/W R 17 P 3 .7 7
J4 8 P 1. 7 / S C K P3.7/R D 8
19 29 CON8
C 2 30p 18 XTA L 1 P SE N J5
9 XTA L 2 30
R ST A L E /PR O G
Y 1 12 M VCC 31

Gambar 2.5. Benda Mengalami


C3 3 0p E A/ V P P
VCC 40
VCC
A T8 9 S 8 2 5 2

Perpindahan
Persamaan usaha dapat dirumuskan Gambar 2.6. Rangkaian Target AT 89S51
sebagai berikut : Sedangkan yang berseri ‘C’
mengindikasikan bahwa chip tersebut dalam
W =∑ F . s pemrogramannya harus menggunakan
Ket : rangkaian terpisah yang biasa disebut dengan
W = usaha (joule) ”downloader”. Sehingga bila ingin melakukan
F = gaya yang sejajar dengan pemrograman ulang sebuah chip AT89Cxx
perpindahan (N) harus mengeluarkannya (mencabut) dari
s = perpindahan (m) rangkaian aplikasi. Oleh Karena itu
penggunaan mikrokontroler bertipe ‘C’ sangat dapat di pilih motor seri untuk daerah
merepotkan untuk digunakan. perubahan kecepatan yang luas. Misalnya
2.5 Seven Segment untuk traksi, pengangkutan dan lain – lain.
Kebanyakan tampilan angka Prinsip kerja dari motor arus searah
menggunakan konfigurasi sebuah seven berdasarkan pada penghantar yang
segment untuk membentuk karakter desimal membawa arus di tempatkan dalam suatu
dari 0 sampai 9, dan kadang-kadang karakter medan medan magnet maka penghantar
heksa desimal A sampai F. Tampilan seven tersebut akan mengalami gaya.
segment ini terdiri dari tujuh buah segment Gaya menimbulkan torsi yang akan
yang disusun sedemikian rupa membentuk menghasilkan rotasi mekanik sehingga
angka delapan Tiap-tiap segment tersebut motor akan berputar, jadi motor arus searah
diberi tanda dengan huruf a, b, c, d, e, f, dan g. ini menerima sumber arus searah dari jala –
Sebagai contoh bila segment b dan e yang jala kemudian dirubah menjadi energi
mati maka decimal 5 yang mekanik berupa perputaran lain.
menyala/ditampilkan dan bila segment dari a
sampai g nyala maka akan ditampilkan Secara ringkas prinsip kerja dari motor
desimal 8. membutuhkan :
Seven Segment merupakan gabungan 1. Adanya garis – garis gaya medan
dari 7 buah LED (Light Emitting Diode) yang magnet (fluks) antara kutub yang
dirangkaikan membentuk suatu tampilan berada di stator.
angka. Terdapat dua macam seven segment 2. Penghantar yang dialiri arus
display, yaitu common anoda dan common ditempatkan pada jangkar yang
catoda. Pada common anoda dari ketujuh berada dalam medan magnet.
LED dijadikan satu dan Vcc pada common 3. Pada penghantar timbul gaya yang
catoda kaki katoda ketujuh LED dihubungkan menghasilkan torsi.
menjadi satu kebumi atau ground. Atau Gaya yang dihasilkan oleh arus
dengan kata lain Seven Segment terdiri dari 2 mengalir pada penghantar yang
jenis, yaitu Common Katode (kaki katoda ditempatkan dalam suatu medan
dihubungkan bersama) dan Common Anode magnet tergantung dalam hal – hal
(kaki anoda dihubungkan bersama). berikut :
1. Kekuatan dari magnet
2. Harga dari arus melalui
penghantar
Gambar 2.13. Seven Segment 3. Panjang kawat yang membawa
arus
Konstruksi Motor Arus Searah
Motor arus searah terdiri dari beberapa
12

11

10

J1
U3
1
A

B
SI

S2

S3
F

J6

bagian, diantaranya :
7 s eg m e n 2
1 3
2 o 4
3 o 5
4 6
7

1. Sikat berfungsi untuk mensuply arus


CON4
8
DOT

S4
G
D

C
E

CON 8
1

pada jangkar melalui komutator,


Gambar 2.14. Rangkaian Display Seven posisi sikat berada pada inti
Segment. kumparan.
2.6 Motor DC 2. Stator adalah bagian dari motor yang
Motor arus searah ialah suatu mesin tidak bergerak (diam), stator pada
yang berfungsi mengubah tenaga listrik arus motor DC berasal dari magnet
searah (listrik DC) menjadi tenaga gerak permanent. Fungsi dari stator adalah
atau tenaga mekanis dimana tenaga gerak untuk menghasilkan medan magnet.
tersebut berupa putaran dari rotor. 3. Rotor adalah bagian dari motor yang
Pada prinsipnya motor arus searah bergerak. Rotor ini tersusun dari dua
dapat dipakai sebagai generator arus searah, bagian yaitu :
sebaliknya generator arus searah dapat a. Komutator
dipakai sebagai motor arus searah. Fungsi : untuk membuat arus
Motor seri dapat memberi moment jangkar mengalir dalam satu arah
yang besar waktu start dengan arus start tertentu, sehingga putaran motor
yang rendah. Juga dapat memberi perubahan juga searah.
kecepatan atau beban dengan arus kecil b. Jangkar
dibandingkan dengan motor tipe lain, tetapi Adalah tempat membelitkan
kecepatan menjadi besar bila beban rendah kabel – kabel yang berfungsi
atau tanpa beban dan hal ini sangat untuk menghasilkan torsi.
berbahaya. Dengan mengetahui sifat ini
Dengan bertambah majunya atau 50 rpm. Kemudian tekan tombol start
teknologi magnet permanent, banyak sekali untuk memulai proses pencampuran. IC
motor DC yang menggunakan magnet yang Mikrokontroller berfungsi untuk
permanent sebagai pembangkit medan mengontrol driver motor sesuai dengan
magnetnya, juga terdapat motor DC daya kecepatan yang dipilih. Ketika waktu
kecil yang mempunyai konstruksi rotor pengaturan sudah tercapai, maka buzzer
khusus yaitu tanpa memakai besi yang akan berbunyi dan motor akan berhenti
sering moving coil motors, atau motor bekerja.
denganlilitan berputar.
2.7 Buzzer Sebagai Penanda Akhir Proses 3.3 Diagram Alir Begin

Buzzer adalah sebuah komponen


elektronika yang berfungsi untuk mengubah
Pemilihan waktu dan
getaran listrik menjadi getaran suara. Pada kecepatan
dasarnya prinsip kerja buzzer hampir sama
dengan loud speaker, jadi buzzer juga terdiri
dari kumparan yang terpasang pada Start
diafragma dan kemudian kumparan tersebut
dialiri arus sehingga menjadi elektromagnet,
kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau Motor
keluar, tergantung dari arah arus dan berputar
polaritas magnetnya, karena kumparan Ti
dipasang pada diafragma maka setiap da
gerakan kumparan akan menggerakkan Waktu tercapai
k
diafragma secara bolak-balik sehingga Y
membuat udara bergetar yang akan
a
menghasilkan suara. Motor berhenti berputar

Gambar 2.16. Buzzer VC C Buzzer On


R 1 4 1K
pn p b d 1 4 0 E C B
Q5

LS1

2
BU ZZ ER
Selesai

Gambar 2.17. Rangkaian Driver Buzzer Gambar 3.2. Diagram Alir


3.KERANGKA KONSEPTUAL 3.4 Cara Kerja Diagram Alir
3.1 Blok Diagram Begin untuk memulai suatu
program. Kemudian pilih pemilihan waktu
I yang di kehendaki. Lalu pilih pemilihan
Power C Display
supply waktu kecepatan yang dikehendaki. Tekan
M
tombol start, maka motor akan bekerja dan
I timer menghitung mundur. Bila waktu
Pemilihan K Buzzer sudah tercapai maka motor berhenti
waktu
R
O berputar dan buzzer akan berbunyi sebagai
K
O tanda telah usai.
Pemilihan Driver
kecepatan N
motor 4. METODOLOGI PENELITIAN
T
R 4.1 Metode Penelitian
O
L
Dalam penelitian dan pembuatan
L Motor modul ini penulis mengadakan persiapan
Start E
R
DC antara lain :
 Mempelajari teori-teori yang ada
Gambar 3.1. Blok Diagram hubunganya dengan permasalahan
3.2 Cara kerja blok diagram yang dibahas melaui study literatur
Tegangan dari jala – jala PLN ke perpustakaan.
akan memberikan input pada rangkaian  Perencanaan design mekanik.
power supply. Rangkaian power supply  Berkonsultasi kepada dosen-dosen yang
berfungsi untuk merubah tegangan AC bersangkutan dengan judul TA.
menjadi tegangan DC yang nanti  Mempelajari dan merancang teknis
outputnya akan mensupply seluruh pembuatan modul tersebut.
rangkaian. Pilih pengaturan waktu yaitu 5  Membuat diagram blok dengan
menit, 10 menit atau 15 menit. Pilih perancangan secermat mungkin.
pengaturan kecepatan yaitu 10, 20, 30, 40
 Membuat diagram alir sebagai urutan  Motor DC
cara kerjanya alat.  Buzzer
 Melakukan survey komponen.  Seven Segment
 Merencakan anggaran biaya yang  IC mikro AT89S51
diperlukan. 4.5 Peralatan Yang Digunakan
 Melakukan pengadaan alat dan bahan Sebagai sarana pendukung dalam
berupa komponen dan peralatan yang pembuatan tugas akhir ini dapat disebutkan
dibutuhkan dalam pembuatan modul. sebagai berikut :
 Membuat modul dan uji coba.  Solder listrik
 Soldering pump
Kegiatan O N D J F M A M J J  Bread board
k o e a e a p e u u  Tool set
t v s n b r r i n l
 Multimeter
 Bor dan mata bor
Observasi
4.6 Waktu dan Tempat
dan
1. Tempat Pembuatan Modul
Pemilihan
Pembuatan modul tugas akhir ini
Judul
dilakukan di kampus Teknik
Penyusunan
Elektromedik Poltekkes Surabaya.
Proposal
2. Waktu Pembuatan Modul
Penulis menyusun jadwal kegiatan
Perancangan waktu pembuatan modul ini sesuai
Alat dengan kalender akademik yang
Pembuatan ditentukan oleh Poltekkes jurusan
Alat Teknik Elektromedik.
Uji Coba 4.7 Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan penulis susun
Seminar
menurut jadwal kalender Akademik yang ada
Penyusunan
di Politeknik Kesehatan Jurusan Teknik
KTI
Elektromedik Surabaya.
 Melakukan pengukuran dan kalibrasi. 4.8 Metodologi Pengujian
 Menganalisa hasil pengujian untuk Metodologi pengujian alat ini yaitu
mendapatkan kesimpulan. menggunakan tabung yang didalamnya diisi
4.2 Jenis Penelitian dengan air sebagai ganti sampel darah yang akan
Jenis penelitian untuk tugas akhir dicampur.
ini yaitu penelitian eksperimental. Dalam 4.9 Titik Pengukuran
pre-eksperimental dengan desain one group 1. Rangkaian PWM sebagai Driver Motor
post test design. Karena hanya melihat hasil a. Titik Pengukuran 1 (TP1) : output
perlakuan pada satu kelompok obyek tanpa PWM pada kecepatan 10
ada kelompok pembanding dan kelompok b. Titik Pengukuran 2 (TP2) : output
control. PWM pada kecepatan 20
4.3 Variabel Penelitian c. Titik Pengukuran 3 (TP3) : output
4.3.1 Variabel Bebas PWM pada kecepatan 30
Sebagai variabel bebas yaitu ic d. Titik Pengukuran 4 (TP4) : output
mikrokontroller AT89s51 PWM pada kecepatan 40
4.3.2 Variabel Tergantung e. Titik Pengukuran 5 (TP5) : output
Sebagai variabel tergantung yaitu PWM pada kecepatan 50
tampilan pemilihan waktu. 2. Rangkaian Driver Buzzer
4.3.3 Variabel Terkendali a. Titik Pengukuran 6 (TP6) : kaki
Sebagai variabel terkendali yaitu basis transistor BD 140
driver motor penggerak rotator, b. Titik Pengukuran 7 (TP7) : kaki
variabel diatas dikendalikan oleh colektor transistor BD 140
mikrokontroller AT89s51. c. Titik Pengukuran 8 (TP8) : kaki
4.4 Daftar Komponen emitor transistor TIP 140
Adapun komponen – komponen 3. Rangkaian Driver Seven Segmen
yang akan digunakan dalam pembuatan a. Titik Pengukuran 9 (TP9) : kaki basis
modul, antara lain : transistor C 9012
 Resistor b. Titik Pengukuran 10 (TP10) : kaki
 Kapasitor colektor transistor C 9012
c. Titik Pengukuran 11 (TP11) : kaki deviasi (STD), ketidakpastian dan error
emitor transistor C 9012 dengan rumus sebagai berikut:
4. IC Mikrokontroller 1. Rata-rata
a. Titik Pengukuran 12 (TP12) : kaki 39 Rata-rata dalam perkataan sehari-hari, orang
s/d 36 port P0.0 s/d P0.3 sebagai sudah menafsirkan dengan rata-rata hitung. Dan
input tombol UP, DOWN, ENTER, arti sebenarnya adalah bilangan yang didapat
RESET. dari hasil pembagian jumlah nilai data oleh
b. Titik Pengukuran 13 (TP13) : kaki 21 banyaknya data dalam kumpulan tersebut.
s/d 28 port P2.0 s/d P2.7 sebagai Rata – rata adalah nilai atau hasil pembagian
output seven segmen. dari jumlah data yang diambil atau diukur
c. Titik Pengukuran 14 (TP4) : kaki 11 dengan banyaknya pengambilan data atau
s/d 14 port P3.1 s/d P3.4 sebagai banyaknya pengukuran.
output driver seven segmen.
d. Titik Pengukuran 15 (TP15) : kaki 10 Rata−rata ( X )=
∑ Xi
port P3.0 sebagai output driver n
motor. 2. Standart deviasi
e. Titik Pengukuran 16 (TP16) : kaki Standart deviasi adalah suatu nilai yang
15 port P3.5 sebagai output driver menunjukan tingkat (derajat) variasi
buzzer. kelompok data atau ukuran standart
5. HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA penyimpangan dari meannya.


5.1 Pengujian dan Analisa Modul 2 2 2
( X 1−X ) + ( X 2− X ) + ( X 3−X ) + ( X 4−X )
Setelah membuat modul maka perlu STD=
diadakan pengujian dan analisa. Tujuan n−1
dari pengujian dan analisa adalah untuk
mengetahui ketepatan dari pembuatan 3. Error (rata-rata simpangan)
modul dan memastikan apakah masing – Error (rata-rata simpangan) adalah selisih
masing komponen dari rangkaian modul rata-rata nilai dari harga yang dikehendaki
yang dimaksud sudah bekerja sesuai dengan nilai yang diukur.
dengan fungsinya seperti yang telah Rumus % error :
direncanakan. Xn−X
% Error= x 100 %
Langkah – langkah analisa dan Xn
pengujian modul ini dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Menyiapkan peralatan – peralatan yang 4. UA ( ketidakpastian )
dibututuhkan UA adalah perkiraan mengenai hasil
2. Melakukan pengecekan terhadap masing – pengukuran yang didalamnya terdapat
masing jalur rangkaian pada PCB tentang harga yang benar.
ketepatan komponen, koneksi pin – pin pada IC. Rumus ketidakpastian adalah :
3. Melakukan pengukuran terhadap TP (Test STD
Point) yang dibutuhkan. UA=
4. Melakukan pengujian alat dengan cara √N
mengecek kecepatan putaran motor. 5.3 Hasil pengukuran dan Analisa
5. Melakukan perhitungan terhadap hasil 5.3.1 Perbandingan Pengukuran Waktu
pengukuran untuk mengetahui tingkat error, pada Stopwatch dengan Tampilan
simpangan, rata-rata dan standart deviasi. Seven Segmen
6. Membuat kesimpulan. Pengukuran pada stopwatch yang akan
5.2 Sistematika Pengukuran dibandingkan dengan tampilan pada
Pengukuran kecepatan putaran seven segmen akan menunjukkan besar
motor, timer dan driver motor yang kesalahan pengukuran. Pengukuran
dilakukan beberapa kali dalam melakukan dilakukan dengan cara
membandingkan waktu pada stopwatch
Stopwat X1 X2 X3 X4 X5 X kemudian hasilnya dibandingkan
N %
o
ch
(menit)
meni
t
meni
t
meni
t
meni
t
meni
t men
Simpangan
Error
SD Ua
dengan tampilan pada seven segmen.
it
1 5 5 5 5.1 5 5 5.02 0.02 0.4 % 0.05 0.022
Tabel 5.1 Data Perbandingan
2 10 10 10 10 10.1 10
10.0
0.02 0.2 % 0.05 0.022
Pengukuran Waktu pada Stopwatch
3 15 15 15 15.1 15 15
2
15.0
0.02 0.13 % 0.05 0.022
dengan tampilan Seven Segmen
2

percobaan. Kemudian hasil pengukuran A. Waktu 5 menit


tersebut di bandingkan dengan angka
standart dan dicari berapa nilai standart Rata−rata ( X )=
∑ Xi
n
25.1 Simpangan=X −Xn
¿
5
¿ 10.02−10
¿ 5.02
¿ 0.02
Simpangan=X −Xn
Xn−X
% Error= x 100 %
¿ 5.02−5 Xn
¿ 0.02 10−10.02
¿ x 100 %
10
Xn−X
% Error= x 100 %
Xn ¿ 0.2 %


5−5.02 2 2
( X 1−X ) + ( X 2− X ) + ( X 3−X ) + ( X 4
2
¿ x 100 %
5 STD=
n−1
¿ 0.4 %


2 2 2
( 10−10 ) + ( 10−10 ) + ( 10−10 ) + ( 10−1
2 ¿


2 2 2 2
( X 1−X ) + ( X 2− X ) + ( X 3−X ) + ( X 4−X ) + ( X 5− X ) 5−1
STD=
n−1
¿

0+ 0+0+ 0.01+ 0


2 2 2 2
( 5−5 ) + ( 5−5 ) + ( 5−5.1 ) + ( 5−5 ) + ( 5−5 )
2 5−1
¿
5−1 ¿ √ 0.0025

¿
√ 0+ 0+0.01+0+ 0
5−1
UA=
¿ 0.05
STD
¿ √ 0.0025 √N
¿ 0.05 0.05
¿
STD √5
UA=
√N ¿
0.05
2.236
0.05
¿
√5 ¿ 0.022
0.05
¿
2.236 C. Waktu 15 menit
¿ 0.022 Rata−rata ( X )=
∑ Xi
n
75.1
B. Waktu 10 menit ¿
5
Rata−rata ( X )=
∑ Xi
n ¿ 15.02
50.1 Simpangan=X −Xn
¿
5
¿ 15.02−15
¿ 10.02
¿ 0.02
Xn−X c. Titik Pengukuran 3 (TP3) yaitu
% Error= x 100 % output Multiplexer pada
Xn
kecepatan 40 sebesar 5,5 volt
15−15.02 d. Titik Pengukuran 4 (TP4) yaitu
¿ x 100 % output Multiplexer pada
15 kecepatan 40 sebesar 6 volt
e. Titik Pengukuran 5 (TP5) yaitu
¿ 0.13 % output Multiplexer pada
kecepatan 40 sebesar 6,5 volt


2 2 2 2 2
( X 1−X ) + ( X 2− X ) + ( X 3−X ) + ( X 4−X ) + ( X 5− X )
STD= Analisa :
n−1
Jika output tegangan kecil


2 2 2 2 2
( 15−15 ) + ( 15−15 ) + ( 15−15.1 ) + (15−15mengakibatkan
) + ( 15−15 ) kecepatan putaran
¿ motor lambat, dan sebaliknya jika
5−1 output tegangan diperbesar
mengakibatkan kecepatan putaran
¿

0+ 0+0.01+0+ 0
5−1
motor bertambah cepat. Hal itu
dikarenakan tegangan (V) berbanding
lurus dengan kecepatan putaran motor
¿ √ 0.0025 (ɷ).

¿ 0.05 5.3.3 Pengukuran pada Rangkaian Driver


Buzzer
STD a. Titik Pengukuran 6 (TP6) yaitu
UA= pada kaki basis transistor BD 140
√N sebesar 0.6 volt
b. Titik Pengukuran 7 (TP7) yaitu
0.05 pada kaki colektor transistor BD
¿
√5 140 sebesar 4.81 volt
c. Titik Pengukuran 8 (TP8) yaitu
0.05 pada kaki emitor transistor BD
¿ 140 sebesar 4.82 volt
2.236
¿ 0.022 Analisa :
Dari hasil data pengukuran
Analisa : diatas didapatkan nilai tegangan pada
Berdasarkan tabel 5.1 diperoleh basis transistor jenis PNP type BD 140
pengukuran untuk waktu 5 menit, 10 saat saturasi yaitu antara 0.03 volt s/d
menit dan 15 menit didapatkan hasil 0.7 volt. Maka dapat dikatakan hasil
nilai rata-rata 5.02. nilai simpangan pengukuran telah mendekati teori yang
sebesar 0.02. nilai standart deviasi ada yaitu jika transistor PNP saturasi
sebesar 0.05. Dan nilai UA sebesar tegangan pada basis adalah positif.
0.022. Dan didapatkan rata-rata tingkat Dengan kata lain untuk mengaktifkan
kesalahan (%Erorr) pada waktu 5 transistor jenis PNP dengan
menit sebesar 0.4%. 10 menit sebesar memberikan logika ‘0’. Sedangkan
0.2% dan 15 menit sebesar 0.13%. tegangan pada basis transistor saat cut
Dimana pengukuran dilakukan off sebesar 4.11 volt.
sebanyak 5 kali. Maka alat dapat
5.3.4 Pengukuran pada Rangkaian Seven
dikatakan layak pakai karena nilai
Segmen
error kurang dari 5%.
a. Titik Pengukuran 9 (TP9) yaitu
5.3.2 Pengukuran pada Rangkaian
pada kaki basis transistor C 9012
Multiplexer
sebesar 0.6 volt
a. Titik Pengukuran 1 (TP1) yaitu
b. Titik Pengukuran 10 (TP10) yaitu
output Multiplexer pada
pada kaki colektor transistor C
kecepatan 40 sebesar 5 volt
9012 sebesar 1.15 volt
b. Titik Pengukuran 2 (TP2) yaitu
c. Titik Pengukuran 11 (TP11) yaitu
output Multiplexer pada
pada kaki emitor transistor C
kecepatan 40 sebesar 5,25 volt
9012 sebesar 4.80 volt
5.3.6 Pengukuran Kecepatan Putaran
Analisa : Motor (rpm)
Dari pengukuran diatas Penghitungan putaran kecepatan motor
didapatkan tegangan pada basis sebesar yang akan dibandingkan dengan
0.6 volt, pada colektor sebesar 1.15
volt, dan pada emitor sebesar 4.80 volt. Tabel 5.2 Data Pengukuran
Karena dalam program waktu Kecepatan Putaran Motor (RPM).
tundanya hanya beberapa second
sehingga pada saat program mengirim
data yaitu ic mikrokontroller mengirim
logika nol tidaklah terlihat. A. Putaran 40 rpm

Rata−rata ( X )=
∑ Xi
5.3.5 Pengukuran pada IC
n
Mikrokontroller
a. Titik Pengukuran 12 (TP12) yaitu 119
pada kaki 1, 2, 25, 4 port P1.0, ¿
P1.1, P2.4, dan P1.2 sebagai input 3
tombol pemilihan waktu 5 menit,
10 menit, 15 menit dan ENTER ¿ 39.67
sebesar 0 volt ketika tombol
ditekan. Dan 4.82 volt ketika Simpangan=X −Xn
tombol tidak ditekan.
b. Titik Pengukuran 13 (TP13) yaitu ¿ 39.67−40
pada kaki 39 s/d 32 port P0.0 s/d
P0.7 sebagai output seven segmen ¿ 0.33
sebesar 0 volt saat ic
mikrokontroller mengirim data. Xn−X
% Error= x 100 %
c. Titik Pengukuran 14 (TP4) yaitu Xn
pada kaki 10 s/d 13 port P3.0 s/d
P3.3 sebagai output driver seven 40−39.67
segmen sebesar 0 volt. ¿ x 100 %
40
d. Titik Pengukuran 15 (TP15) yaitu
pada kaki 14 port P3.4 sebagai
output driver motor sebesar 4.70
¿ 0.825 %
volt saat motor tidak bekerja. Dan


2 2 2
0 volt ketika motor bekerja. ( X 1−X ) + ( X 2− X ) + ( X 3−X )
e. Titik Pengukuran 16 (TP16) yaitu STD=
n−1
pada kaki 21 port P2.0 sebagai


output driver buzzer sebesar 4.70 2 2
volt saat buzzer mati. Dan 0 volt ( 40−39.67 ) + ( 39−39.67 ) + ( 40−39.67
¿
ketika buzzer berbunyi. 3−1


Analisa : 0.33+ 0.67+0.33
Dari pengukuran diatas, terlihat ¿
bahwa pada port ic mikrokontroller 3−1
saat mengaktifkan driver buzzer, driver
seven segmen dan driver motor akan ¿ √ 0.665
mengirimkan logika 0 (low) pada saat
aktif dan logika 1 (high) pada saat ¿ 0.815
tidak aktif.
STD
RP X1 X2 X3
X Simpang % SD Ua UA=
M an Error √N
0.815
¿
40 40 39 40 39. 0.33 0.825 0.815 0.47
√3
67 %
0.815
45 45 45 46 45. 0.33 0.733 1.997 0.575 ¿
33 % 1.732
50 50 50 50 50 0 0% 0 0

55 56 55 55 55. 0.33 0.6 % 1.997 0.575


33

60 60 60 61 60. 0.33 0.55 % 1.997 0.575


33
¿ 0.47 150
¿
3
B. Putaran 45 rpm

Rata−rata ( X )=
∑ Xi ¿ 50
n
Simpangan=X −Xn
136
¿ ¿ 50−50
3
¿0
¿ 45.33
Xn−X
Simpangan=X −Xn % Error= x 100 %
Xn
¿ 45.33−45
50−0
¿ x 100 %
¿ 0.33 50
Xn−X ¿0%
% Error= x 100 %
Xn


2 2 2
( X 1−X ) + ( X 2− X ) + ( X 3−X )
30−30.86 STD=
¿ x 100 % n−1
30


2 2 2
¿ 0,733 % ( 50−50 ) + ( 50−50 ) + ( 50−50 )
¿
3−1


2 2 2
( X 1−X ) + ( X 2− X ) + ( X 3−X )
STD=
n−1 ¿
√ 0+ 0+0
3−1


2 2 2
( 45−45.33 ) + ( 45−45.33 ) + ( 46−45.33 ) ¿√0
¿
3−1
¿0
¿
√ 0.33+ 0.33+1.33
3−1 UA=
STD
√N
¿ √ 0.995
0
¿
¿ 0.997 √3
STD 0
UA= ¿
√N 1.732
0.997 ¿0
¿
√3 D. Putaran 55 rpm

¿
0.997
Rata−rata ( X )=
∑ Xi
1.732 n
¿ 0.575 166
¿
3
C. Putaran 50 rpm

Rata−rata ( X )=
∑ Xi ¿ 55.33
n
Simpangan=X −Xn
¿ 55.33−55 60−60.33
¿ x 100 %
60
¿ 0.33
¿ 0.55 %
Xn−X
% Error= x 100 %


Xn ( X 1−X ) + ( X 2− X ) + ( X 3−X )
2 2 2
STD=
55−55.33 n−1
¿ x 100 %
55


2 2
( 60−60.33 ) + ( 60−60.33 ) + ( 61−60.33
¿ 0.6 % ¿
3−1

√ √
2 2 2
( X 1−X ) + ( X 2− X ) + ( X 3−X ) 0.33+ 0.33+1.33
STD= ¿
n−1 3−1


2 2
( 56−55.33 ) + ( 55−55.33 ) + ( 55−55.33 )
2 ¿ √ 0.995
¿
3−1 ¿ 0.997

¿
√ 1.33+ 0.33+ 0.33
3−1
UA=
STD
√N
¿ √ 0.995 0.997
¿
¿ 0.997 √3
0.997
STD ¿
UA= 1.732
√N
¿ 0.575
0.997
¿
√3 Analisa :
Berdasarkan tabel 5.2 diperoleh
0.997 pengukuran untuk kecepatan putaran
¿ motor 40, 45, 50, 55, dan 60 rpm
1.732
didapatkan rata-rata tingkat kesalahan
(% Error) sebesar 0 s/d 0.825 %
¿ 0.575
dimana pengukuran dilakukan
E. Putaran 60 rpm sebanyak 3 kali.

Rata−rata ( X )=
∑ Xi 6 PEMBAHASAN
n 6.1 Pembahasan Hardware
6.1.1 Pembahasan Rangkaian
181 Keseluruhan
¿ J6 J7 J8 J9

3
1 1 1 1
CON1 CON1 C ON 1 C ON 1 V C C J4
1
2

VC C
J1 LS 1
VC C
CON8
1

2
1
2
3
4
5
6
7
8

BU ZZ E R

¿ 60.33
220 J2
220 C ON 4
PN P B C E_ 0
22 0 Q5
R4 R5 R6 R7 R8 R9 R 14
1
2
3
4

R2 R3 220 2 20 220 22 0 22 0
22 0
PROGRAMMER VCC
J P13
VC C
1
PR O G RA M ER

R1 A T8 9 s 5 1
2 1 2 39 21
3 P 0. 0 /A D 0 P 2. 0 / A 8 J5 R 11 R12 R 13
3 38 22
4
R -P A C K 10 K

D1 4 37 P 0. 1 /A D 1 P 2. 1 / A 9 23 1 Q1 Q2 Q3

Simpangan=X −Xn
5 5 36 P 0. 2 /A D 2 P 2. 2 /A 10 24 2 P N P B C E _0 P N P B C E _0
6 6 35 P 0. 3 /A D 3 P 2. 3 /A 11 25 3 PN P B C E_ 0
7 34 P 0. 4 /A D 4 P 2. 4 /A 12 26 220 2 20 22 0
P 0. 5 /A D 5 P 2. 5 /A 13 C ON 3
8 33 27 VCC VC C VC C
9 32 P 0. 6 /A D 6 P 2. 6 /A 14 28
C P 0. 7 /A D 7 P 2. 7 /A 15
up 1 10
d wn 2 P 1. 0 U1 P 3 .0 / R XD 11
e nt P 1. 1 P3 .1 / TXD
3 12
1 4 P 1. 2 P 3. 2 /I N TO 13
2 P 1. 3 P 3. 3 /I N T1 R10
5 14
3 6 P 1. 4 P 3 .4 / TO 15 Q4
4 P 1. 5 P3 .5 / T1 PN P BC E _ 0
7 16 J3
5 8 P 1. 6 P 3. 6 /W R 17
P 1. 7 P 3 .7 / R D VCC 1 2 20

¿ 60.33−60
40 2 V CC
9 VCC 31 CON2
dw n

up R ST E A/ V P P
en t

V CC 30
A LE /PR O G
X T AL1

X T A L2

1 2 29
PS E N 20
SW4
GND
S W3 SW5 SW 6 S W7 SW 8
XTA L1
18

R E S ET
19

up d o wn en t e r 1 2
C 11
10 uF
10 K R 26 TARGET
C1 12 M H z C 2
30 p F 3 0 pF
3

5
R 25

¿ 0.33
SW9 SW 10 SW 1 1
10 K

3 4 5

Xn−X
% Error= x 100 %
Xn
V CC J6
1 VC C R 1
VCC
2
PO T

1
VCC
VCC
2

a
1
VCC
J 16
U5

3
VC C R 2 13 16 C1
C ON 1 X0 V DD
J5
VC C

e d c b a
PO T 14 VCC
X1
R 14 1K

1
15
12 X2 J1
X3 R1 3 3 nF
2 1
1

11
1
BUZ
47K LM32 4
X4
pnp bd 140 E C B

b
2
5 6 2 -
X5 E
2
1 m o to r
2 8
Q5
X6 VSS 3

1
+
4 7
X7 VEE

11
R2
C ON 3 LM324 U 2B
J 17 U 1A
V C C +5
2

4
-

4
VC C 1 5 R3
3

VC C R 3 11 +
3 + 7 Q1
C ON 1 1 10 A R4 100 K 6 N P N BC E
PO T J 10 -
2 B 47K 1K
1

9 3 U 2A LM324
3 C X 1
LS 1

11
2 2 R5
in p u t 4051/ S O _1

1
c

o u tp u t
J 21
1
1

100K
R6
J 18 CON1
3

VC C R 4
2
C ON 1 56K
PO T
1

BU Z Z ER
J2
1
2 J 12 2
d

1 CON2
1

JC1O3 N 1 VC C
VC C
J 19 1
J3
3

VC C R 5 JC1O4 N 1 1
C ON 1 2
PO T 1
1

s u p p ly
JC1O5 N 1

Gambar 6.3 Rangkaian Driver Buzzer


+ C2
2 22 0uF C3
1
e

1 0 0nF
CON1
1

J 20
3

C ON 1

Gambar 6.1 Rangkaian Keseluruhan Cara kerja rangkaian :


Cara kerja rangkaian keseluruhan : Saat timer bekerja port P3.5
IC Mikrokontroller sebagai pengontrol mendapat logika 1 (high) dari ic
utama dan mengeluarkan logika 0 mikrokontroller mengakibatkan buzzer
untuk mengaktifkan semua rangkaian. tidak berbunyi. Pada saat timer selesai
Saat tombol enter port P1.2 ditekan dan motor berhenti berputar maka port
maka ic mikrokontroller akan P3.5 akan mengirim logika 0 (low)
mengolah program, sehingga timer sehingga transistor BD 140 akan
aktif dan berjalan mundur bersamaan saturasi, kaki emitor dan kolektor akan
dengan itu pada ic mikro port P3.4 terhubung sehingga buzzer akan
(yang digunakan untuk mengaktifkan berbunyi menandakan proses
motor) juga mengeluarkan logika 0 pencampuran selesai.
sehingga mengaktifkan relay, 6.1.4 Pembahasan Rangkaian Target dan
mengakibatkan motor berputar, putaran 7 Segment
motor tersebut sesuai dengan settingan
J6 J7 J8 J9
1 1 1 1
CON1 CON1 CON1 CON1 V C C J4
1
2

yang dipilih. Setelah timer selesai,


VC C
J1 LS1
VC C
CON8
1

1
2
3
4
5
6
7
8
BU Z Z E R

maka pada port P3.4 mengeluarkan


22 0 J2
22 0 CON4
P N P B C E _0
220 Q5
R4 R5 R6 R7 R8 R9 R14

1
2
3
4
R2 R3 22 0 22 0 2 2 0 220 22 0
22 0

PROGRAMMER

logika 1 sehingga motor berhenti


VC C
JP13
VC C
1

P R O G R AM E R
R1 A T8 9s 51
2 1 2 39 21
3 P 0 . 0 /A D 0 P 2. 0/ A 8 J5 R 11 R12 R 13
3 38 22

R -P AC K 1 0K
4 D1 4 37 P 0 . 1 /A D 1 P 2. 1/ A 9 23 1 Q1 Q2 Q3
5 P 0 . 2 /A D 2 P 2. 2/ A 10

bekerja. Dan pada port P2.0 juga


5 36 24 2 PN P B C E_ 0 PN P B C E_ 0
6 6 35 P 0 . 3 /A D 3 P 2. 3/ A 11 25 3 P N P BC E_ 0
7 34 P 0 . 4 /A D 4 P 2. 4/ A 12 26 22 0 22 0 22 0
P 0 . 5 /A D 5 P 2. 5/ A 13 CON3
8 33 27 VCC VCC VCC
9 32 P 0 . 6 /A D 6 P 2. 6/ A 14 28
C P 0 . 7 /A D 7 P 2. 7/ A 15
up 1 10
dw n 2 P 1. 0 U1 P 3 .0 / R XD 11
P 1. 1 P 3 .1 / TXD

mengeluarkan logika 0 sehingga


en t 3 12
1 4 P 1. 2 P 3 . 2 /I N TO 13
2 5 P 1. 3 P 3 . 3 /I N T1 14 R 10
3 6 P 1. 4 P 3 .4 / TO 15 Q4
4 7 P 1. 5 P 3 .5 / T1 16 P N P BC E_ 0
J3
5 8 P 1. 6 P 3. 6/ W R 17
P 1. 7 P 3 .7 / R D VC C 1 220
40 2 VC C
VCC

transistor BD 140 akan saturasi


9 31 CON2
dw n

up RST E A/VPP
ent

VCC 30
AL E/ P R O G

X T AL 2
XT A L1
1 2 29
PSE N 20
SW 4
GND
SW 3 SW 5 SW 6 SW 7 SW 8
XTA L 1

19

18
R E SE T
up dow n ent er 1 2
TARGET

mengakibatkan buzzer berbunyi.


C 11 10K R 26
10 u F C1 12MH z C2

3 0p F 3 0 pF
3

5
R 25
SW 9 S W 10 SW 1 1
1 0K

Menandakan bahwa proses


3 4 5

pencampuran selesai. Gambar 6.4 Rangkaian Target dan 7


6.1.2 Pembahasan Rangkaian Multiplexer Segment
VC C J6
1
2
VC C R1
Cara kerja rangkaian :
Saat tombol pemilihan waktu
PO T
1

VC C

2
a
1

pertama port P1.0 ditekan maka akan


VCC
J 16
U5
3

VC C R2 13 16
CON1 X0 VDD
e dc b a

PO T 14
X1
1

15
12 X2
X3

mengirim logika 0 (low) ke ic


2 1
X4
b

5 6
2 X5 E 8
X6 VS S
1

4 7
CON3 X7 VE E
J 17
3

mikrokontroller, didalam ic
VC C R3 11
CON1 1 10 A
PO T J 10
2 B
1

9 3
3 C X 1
2 2
in p u t 4 0 51 / SO _ 1
1
c

o utput

mikrokontroller terdapat program


J 21
1

J 18 CON1
3

VC C R4 CON1
PO T
1

2 J 12

untuk menampilkan setting waktu.


d

1
1

C1O3 N 1
J
J 19

Begitu juga ketika tombol pemilihan


1
3

VC C R5 C1O4 N 1
J
CON1
PO T 1
1

C1O5 N 1
J
2
1
e

waktu kedua ataupun ketiga port P1.1


C ON 1
1

J 20
3

CON1

Gambar 6.2 Rangkaian PWM sebagai atau P2.4 ditekan maka akan mengirim
pengatur kecepatan motor logika 0 (low) ke ic mikrokontroller,
Cara kerja rangkaian : didalam ic mikrokontroller terdapat
Port P2.1 s/d P2.3 ic micro program untuk menampilkan setting
mengeluarkan logika yang waktu. Tombol Enter port P1.2 ditekan
memberikan inputan pada pin 9 s/d 11 maka secara otomatis timer akan
multiplexer 4051. Berikut ini tabel berhitung mundur sesuai dengan
kebenaran dari multiplexer 4051 : setting waktu yang dipilih. Tombol
reset pin 9 untuk membatalkan proses
atau kembali ke kondisi awal.

6.2 Pembahasan Software Mikrokontroller


ClockDisplay:
Mov
DPTR,#Decoder7Segmen
mov A,menitpuluhan
Movc A,@A+DPTR
6.1.3 Pembahasan Rangkaian Driver mov P0,A
Buzzer setb p3.3
clr P3.0
call delay Berdasarkan hasil pengukuran timer 5
; menit 10 menit dan 15 menit dengan kesalahan
Mov error 0.4%
DPTR,#Decoder7Segmen 9. Dapat dibuat rangkaian driver motor untuk
mov A,menitsatuan memutar motor dengan kecepatan 20, 30,
Movc A,@A+DPTR 40, 50, 60 rpm.
mov P0,A 10. Dapat dibuat rangkaian buzzer untuk
setb P3.0 indikator berakhirnya proses pencampuran.
clr p3.1
call delay Berdasarkan hasil perencanaan dan
; pembuatan modul tentang rotator shaker maka
Mov secara umum disimpulkan bahwa alat ini layak
DPTR,#Decoder7Segmen pakai karena tingkat kesalahan alat berada dibawah
mov A,detikpuluhan 5%.
Movc A,@A+DPTR
mov P0,A 1.2 Saran
setb P3.1 Untuk memperbaiki kendala sistem dan
clr P3.2 mengembangkan alat yang telah dibuat maka
call delay ada beberapa hal yang perlu ditambahkan.
; 1. Tampilan kecepatan putaran motor.
Mov 2. Memperhalus putaran motor agar bisa
DPTR,#Decoder7Segmen didapatkan putaran yang lebih rendah.
mov A,detiksatuan
Movc A,@A+DPTR DAFTAR PUSTAKA
mov P0,A Triwiyanto, Tutorial Mikrokontroller Atmel
setb P3.2 AT89S51, Labcomp Tekmed, Surabaya :
clr P3.3 2005
call delay Tri Wiyanto, Ssi.2004. Buku Panduan Teori dan
ret Praktikum Mikrokontroller, MCS-51,
Politeknik Kesehatan Surabaya, Jurusan
PENUTUP Teknik Elektromedik. Surabaya.
1.1 Kesimpulan http://Rotators%20Shaker/Tube%20Rotator%20-
1. Setelah melakukan proses pembuatan, study %20Model%20EL685.htm
literatur, perencanaan, percobaan, pengujian http://Rotators%20Shaker/Digital%20Tube%20Rotator
alat dan pendataan, penulis dapat %20-%20Model%20EL686.htm
menyimpulkan Dapat dibuat mekanik
putaran motor dengan kecepatan 40, 45, 50,
55, 60 rpm. Biodata Penulis :
2. Berdasarkan hasil pengukuran putaran Nama : Nurhidayah Ayu Purwonegoro
kecepatan motor 40 rpm kesalahan error NIM : P27838010026
0.825%. TTL : Banggai, 28 Agustus 1992
3. Berdasarkan hasil pengukuran putaran Alamat : Kediri
kecepatan motor 45 rpm kesalahan error
0.732%.
4. Berdasarkan hasil pengukuran putaran
kecepatan motor 50 rpm kesalahan error
0%.
5. Berdasarkan hasil pengukuran putaran
kecepatan motor 55 rpm kesalahan error
0.6%.
6. Berdasarkan hasil pengukuran putaran
kecepatan motor 60 rpm kesalahan error
0.55%.
7. Dengan menggunakan mikrokontroller
dapat memudahkan untuk mengontrol kerja
seluruh system.
8. Dapat dibuat rangkaian display seven
segmen untuk menampilkan timer.

Anda mungkin juga menyukai