1. Melakukan pengamatan terhadap tumbukan antara dua objek, seperti kereta, serta
mengidentifikasi konversi momentum yang terkait.
2. Mengukur perubahan energi yang terjadi pada setiap jenis tumbukan.
3. Mengkategorikan tumbukan ke dalam klasifikasi sebagai tumbukan elastis, tumbukan
tidak elastis, atau tumbukan yang sama sekali tidak elastis.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 MOMENTUM
Semakin besar massa suatu objek, maka usaha yang dibutuhkan untuk
menghentikannya semakin besar; dengan kata lain, objek tersebut menjadi semakin
sulit dihentikan. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar massa suatu benda,
momentum yang dimilikinya juga semakin besar. Prinsip yang serupa berlaku untuk
kecepatan, di mana semakin tinggi kecepatan suatu objek, usaha yang diperlukan
untuk menghentikannya juga semakin besar. Dengan demikian, objek dengan
kecepatan yang lebih tinggi menjadi lebih sulit untuk dihentikan, hal ini menunjukkan
bahwa momentum meningkat seiring dengan peningkatan kecepatan.
Momentum dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yakni:
1. Momentum linear.
2. Momentum angular.
Momentum dapat dinyatakan dengan persamaan matematis sebagai berikut:
𝑝 = 𝑚𝑣
Di mana:
2.2 ENERGI
Terdapat beberapa jenis sumber energi yang sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari, antara lain:
1. Energi kinetik
2. Energi potensial
3. Energi mekanik
2.3 TUMBUKAN
Setiap kali dua benda atau lebih bertabrakan, tumbukan yang terjadi dapat
bersifat beragam, tergantung pada kondisi masing-masing. Klasifikasi tumbukan ini
didasarkan pada analisis perubahan energi yang terjadi selama proses tersebut.
Tumbukan tidak lenting sama sekali terjadi ketika tidak ada restitusi
energi kinetik selama peristiwa tumbukan, yang menyebabkan peleburan
benda-benda yang bertabrakan menjadi satu objek yang bergerak bersama
setelah peristiwa tersebut. Keadaan ini terjadi ketika salah satu benda yang
terlibat dalam tumbukan memiliki massa dan kecepatan yang signifikan lebih
besar daripada yang dimiliki oleh benda lainnya. Akibatnya, benda dengan
massa dan kecepatan yang lebih kecil akan mengalami perpindahan ke arah
yang sama dengan benda yang memiliki karakteristik lebih besar tersebut.
Dalam konteks ini, prinsip kekekalan energi mekanik tidak berlaku,
mengingat bahwa energi kinetik yang dimiliki oleh benda-benda yang
bertabrakan tidak dipertahankan dalam bentuknya yang asli setelah peristiwa
tumbukan. Sebaliknya, energi kinetik berubah dan digunakan untuk
menyatukan kedua benda yang bertabrakan menjadi satu objek yang bergerak
secara bersamaan.
Persamaan yang menggambarkan tumbukan yang tidak elastis sama
sekali dapat dirumuskan sebagai berikut:
2. LabQuest mini 1
3. Motion Detector 2
4. Dynamic Carts 2
5. Dynamic Track 1
3.2 PERSIAPAN
1. Pelajari secara menyeluruh panduan praktikum untuk modul ini.
2. Persiapkan komputer untuk setiap kelompok dengan instalasi perangkat lunak
Logger Pro 3.16.2 (dapat diperoleh dari ketua kelas). Pastikan perangkat lunak
terinstal dan dapat beroperasi dengan baik.
3. Selesaikan tugas pendahuluan yang telah diberikan. Setiap anggota kelompok
diwajibkan untuk menyelesaikan tugas pendahuluan, yang harus dikumpulkan
sebelum pelaksanaan tes awal.
4. Rancanglah tabel pengamatan sebelum memulai praktikum, yang nantinya akan
digunakan untuk mencatat data eksperimen. Setiap praktikan diharapkan membuat
tabel pengamatan masing-masing. Pada akhir praktikum, asisten praktikum akan
menandatangani tabel tersebut. Satu salinan tabel pengamatan dari setiap
kelompok harus diserahkan kepada asisten praktikum untuk keperluan
penyimpanan.
BAB IV
PROSEDUR PERCOBAAN
Adapun berikut adalah pedoman yang harus diikuti saat melaksanakan praktikum yang
mencakup eksperimen mengenai momentum, energi, dan tumbukan:
1. Awali dengan mengukur massa dari Dynamic Cart dan dokumentasikan hasilnya pada
Tabel 1. Selanjutnya, identifikasi cart (kereta) sebagai Cart 1 dan Cart 2.
2. Susun Dynamic Track secara horizontal seoptimal mungkin. Uji stabilitasnya dengan
meletakkan cart di atasnya, kemudian pastikan bahwa cart tetap diam tanpa adanya
gaya yang diberikan.
3. Percobaan dimulai dengan menabrakkan kedua cart secara perlahan. Tempatkan Cart
2 di tengah lintasan dan dorong Cart 1 hingga terjadi tabrakan, di mana bumper
magnet dari Cart 1 akan menyentuh bumper magnet Cart 2. Perhatikan bahwa cart
akan bergerak secara perlahan tanpa adanya kontak langsung.
4. Tempatkan Motion Detector di ujung masing-masing lintasan, dengan jarak minimum
0,15 m antara detector dan cart. Hubungkan Motion Detector ke port digital (DIG)
pada antarmuka LabQuest Mini. Sesuaikan pengaturan sensitivitas Motion Detector
pada Track.
5. Inisiasi pengambilan data dengan membuka file “18 Momentum Energy Coll” dari
direktori Physics with Vernier.
6. Klik tombol “COLLECT” untuk memulai pengumpulan data. Lakukan iterasi
sebagaimana langkah-langkah di atas dan manfaatkan grafik posisi guna memastikan
kemampuan Motion Detector dalam melacak setiap cart (kereta) secara efektif dan
akurat sepanjang lintasan pergerakan.
7. Tempatkan kedua cart (kereta) di tengah lintasan. Pastikan tangan Anda tidak
menyentuh cart kemudian klik tombol “ZERO”. Pilih kedua sensor dan lakukan klik
pada tombol “OK”. Langkah ini akan menyelaraskan sistem koordinat untuk kedua
sensor. Verifikasi keberhasilan kalibrasi dengan mengeklik tombol “COLLECT”
selanjutnya dengan membiarkan cart bergerak perlahan di sepanjang lintasan.
Perhatikan bahwa grafik pada setiap Motion Detector menunjukkan nilai yang identik.
Jika tidak, ulangi proses kalibrasi.
1. Letakkan bagian depan cart (kereta) menghadap hook dan pile bumper, sejajar
dengan bagian depan bumper magnetik. Meskipun kedua cart tidak akan saling
melekat, efek tumbukan antara keduanya tidak akan optimal. Selanjutnya, lakukan
percobaan tumbukan dengan Cart 2 dalam keadaan diam.
2. Klik tombol “COLLECT” untuk memulai proses pengumpulan data, dan ulangilah
tumbukan dengan kondisi yang baru. Selama proses ini, dengan melaksanakan
Prosedur 9, catat dan rekam kecepatan cart pada tabel percobaan.
3. Lakukan kembali langkah-langkah sebelumnya sebagai langkah kedua, dengan
menghadapkan hook dan pile bumper sejajar dengan bumper magnetik.
BAB V
DATA HASIL PERCOBAAN DAN PENGOLAHAN DATA
1. Percobaan 1
𝑃1 = 𝑚 𝑣
𝑃1 = 0,5091 × 0,1602
𝑃1 = 0,0815 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
2. Percobaan 2
𝑃1 = 𝑚 𝑣
𝑃1 = 0,5091 × 0,1304
𝑃1 = 0,0663 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
3. Percobaan 3
𝑃1 = 𝑚 𝑣
𝑃1 = 0,5091 × 0,1449
𝑃1 = 0,0737 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
4. Percobaan 4
𝑃1 = 𝑚 𝑣
𝑃1 = 0,5091 × 0,2280
𝑃1 = 0,1160 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
5. Percobaan 5
𝑃1 = 𝑚 𝑣
𝑃1 = 0,5091 × 0,2452
𝑃1 = 0,1248 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
6. Percobaan 6
𝑃1 = 𝑚 𝑣
𝑃1 = 0,5091 × 0,2297
𝑃1 = 0,1169 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
1. Percobaan 1
𝑃1 ’ = 𝑚. 𝑣
𝑃1 ’ = 0,5091 × 0,008746
𝑃1 ’ = 0,0044 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
2. Percobaan 2
𝑃1 ’ = 𝑚 𝑣
𝑃1 ’ = 0,5091 × 0,003057
𝑃1 ’ = 0,0015 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
3. Percobaan 3
𝑃1 ’ = 𝑚 𝑣
𝑃1 ’ = 0,5091 × 0,03608
𝑃1′ = 0,0183 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
4. Percobaan 4
𝑃1 ’ = 𝑚 𝑣
𝑃1 ’ = 0,5091 × 0,08844
𝑃1 ’ = 0,0450 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
5. Percobaan 5
𝑃1 ’ = 𝑚 𝑣
𝑃1 ’ = 0,5091 × 0,04943
𝑃1 ’ = 0,02516 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
6. Percobaan 6
𝑃1 = 𝑚. 𝑣
𝑃1 ’ = 0,5091 × 0,02887
𝑃1 ’ = 0,0146 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
1. Percobaan 1
𝑃2 ’ = 𝑚 𝑣
𝑃2 ’ = 0,5137 × 0,1296
𝑃2 ’ = 0,0665 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
2. Percobaan 2
𝑃2 ’ = 𝑚 𝑣
𝑃2 ’ = 0,5137 × 0,09214
𝑃2 ’ = 0,04733 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
3. Percobaan 3
𝑃2 ’ = 𝑚 𝑣
𝑃2 ’ = 0,5137 × 0,03132
𝑃2 ’ = 0, 01608 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
4. Percobaan 4
𝑃2 ’ = 𝑚 𝑣
𝑃2 ’ = 0,5137 × 0,08344
𝑃2 ’ = 0,04286 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
5. Percobaan 5
𝑃2 ’ = 𝑚 𝑣
𝑃2 ’ = 0,5137 × 0,08933
𝑃2 ’ = 0,04588 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
6. Percobaan 6
𝑃2 ’ = 𝑚 𝑣
𝑃2 ’ = 0,5137 × 0,08692
𝑃2 = 0,04465 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
1. Percobaan 1
𝑃𝑇 = 𝑃1 + 𝑃2
𝑃𝑇 = 0,0815 + 0
𝑃𝑇 = 0,0815 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
2. Percobaan 2
𝑃𝑇 = 𝑃1 + 𝑃2
𝑃𝑇 = 0,0663 + 0
𝑃𝑇 = 0,0663 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
3. Percobaan 3
𝑃𝑇 = 𝑃1 + 𝑃2
𝑃𝑇 = 0,0737 + 0
𝑃𝑇 = 0,0737 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
4. Percobaan 4
𝑃𝑇 = 𝑃1 + 𝑃2
𝑃𝑇 = 0,1160 + 0
𝑃𝑇 = 0,1160 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
5. Percobaan 5
𝑃𝑇 = 𝑃1 + 𝑃2
𝑃𝑇 = 0,1248 + 0
𝑃𝑇 = 0,1248 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
6. Percobaan 6
𝑃𝑇 = 𝑃1 + 𝑃2
𝑃𝑇 = 0,1169 + 0
𝑃𝑇 = 0,1169 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
1. Percobaan 1
𝑃𝑇 ′ = 𝑃1 ′ + 𝑃2 ′
𝑃𝑇 ′ = 0,0044 + 0,0665
𝑃𝑇 ′ = 0,0709 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
2. Percobaan 2
𝑃𝑇 ′ = 𝑃1 ′ + 𝑃2 ′
𝑃𝑇 ′ = 0,0015 + 0,0473
𝑃𝑇 ′ = 0,0488 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
3. Percobaan 3
𝑃𝑇 ′ = 𝑃1 ′ + 𝑃2 ′
𝑃𝑇 ′ = 0,0183 + 0,0160
𝑃𝑇 ′ = 0,0343 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
4. Percobaan 4
𝑃𝑇 ′ = 𝑃1 ′ + 𝑃2 ′
𝑃𝑇 ′ = 0,0450 + 0,0428
𝑃𝑇 ′ = 0,0878 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
5. Percobaan 5
𝑃𝑇 ′ = 𝑃1 ′ + 𝑃2 ′
𝑃𝑇 ′ = 0,02516 + 0,0458
𝑃𝑇 ′ = 0,0709 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
6. Percobaan 6
𝑃𝑇 ′ = 𝑃1 ′ + 𝑃2 ′
𝑃𝑇 ′ = 0,0146 + 0,0446
𝑃𝑇 ′ = 0,0592 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
5.1.6 RATIO MOMENTUM SESUDAH DAN SEBELUM
TUMBUKAN (𝑷𝑹 )
1. Percobaan 1
𝑃𝑅 = 𝑃𝑇 ′ ÷ 𝑃𝑇
𝑃𝑅 = 0,0709 ÷ 0,0815
𝑃𝑅 = 0,0869 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
2. Percobaan 2
𝑃𝑅 = 𝑃𝑇 ′ ÷ 𝑃𝑇
𝑃𝑅 = 0,0488 ÷ 0,0663
𝑃𝑅 = 0,7360 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
3. Percobaan 3
𝑃𝑅 = 𝑃𝑇 ′ ÷ 𝑃𝑇
𝑃𝑅 = 0,0343 ÷ 0,0737
𝑃𝑅 = 0,4654 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
4. Percobaan 4
𝑃𝑅 = 𝑃𝑇 ′ ÷ 𝑃𝑇
𝑃𝑅 = 0,0878 ÷ 0,1160
𝑃𝑅 = 0,7568 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
5. Percobaan 5
𝑃𝑅 = 𝑃𝑇 ′ ÷ 𝑃𝑇
𝑃𝑅 = 0,0709 ÷ 0,1248
𝑃𝑅 = 0,5681 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
6. Percobaan 6
𝑃𝑅 = 𝑃𝑇 ′ ÷ 𝑃𝑇
𝑃𝑅 = 0,0592 ÷ 0,1169
𝑃𝑅 = 0,5094 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
5.2 ENERGI KINETIK (𝑬𝑲)
1. Percobaan 1
1
𝐸𝐾1 = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾1 = (0,5091)(0,1602)2
2
𝐸𝐾1 = 0,0065 𝐽
2. Percobaan 2
1
𝐸𝐾1 = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾1 = (0,5091)(0,1304)2
2
𝐸𝐾1 = 0,0043 𝐽
3. Percobaan 3
1
𝐸𝐾1 = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾1 = (0,5091)(0,1449)2
2
𝐸𝐾1 = 0,0053 𝐽
4. Percobaan 4
1
𝐸𝐾1 = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾1 = (0,5091)(0,2280)2
2
𝐸𝐾1 = 0,0132 𝐽
5. Percobaan 5
1
𝐸𝐾1 = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾1 = (0,5091)(0,2425)2
2
𝐸𝐾1 = 0,0153 𝐽
6. Percobaan 6
1
𝐸𝐾1 = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾1 = (0,5091)(0,2297)2
2
𝐸𝐾1 = 0,0134 𝐽
5.2.2 ENERGI KINETIK CART 1 SESUDAH TUMBUKAN (𝑬𝑲𝟏 ′)
1. Percobaan 1
1
𝐸𝐾1 ′ = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾1 ′ = (0,5091)(0,008746)2
2
𝐸𝐾1 ′ = 0,000019 𝐽
2. Percobaan 2
1
𝐸𝐾1 ′ = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾1 ′ = (0,5091)(0,003057)2
2
𝐸𝐾1 ′ = 0,000002 𝐽
3. Percobaan 3
1
𝐸𝐾1 ′ = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾1 ′ = (0,5091)(0,03608)2
2
𝐸𝐾1 ′ = 0,00032 𝐽
4. Percobaan 4
1
𝐸𝐾1 ′ = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾1 ′ = (0,5091)(0,08844)2
2
𝐸𝐾1 ′ = 0,00198 𝐽
5. Percobaan 5
1
𝐸𝐾1 ′ = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾1 ′ = (0,5091)(0,04943)2
2
𝐸𝐾1 ′ = 0,00062 𝐽
6. Percobaan 6
1
𝐸𝐾1 ′ = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾1 ′ = (0,5091)(0,02887)2
2
𝐸𝐾1 ′ = 0,00021 𝐽
1. Percobaan 1
1
𝐸𝐾2 ′ = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾2 ′ = (0,5137)(0,1296)2
2
𝐸𝐾2 ′ = 0,0043 𝐽
2. Percobaan 2
1
𝐸𝐾2 ′ = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾2 ′ = (0,5137)(0,09214)2
2
𝐸𝐾2 ′ = 0,0021 𝐽
3. Percobaan 3
1
𝐸𝐾2 ′ = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾2 ′ = (0,5137)(0,03132)2
2
𝐸𝐾2 ′ = 0,00025 𝐽
4. Percobaan 4
1
𝐸𝐾2 ′ = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾2 ′ = (0,5137)(0,08344)2
2
𝐸𝐾2 ′ = 0,0017 𝐽
5. Percobaan 5
1
𝐸𝐾2 ′ = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾2 ′ = (0,5137)(0,08933)2
2
𝐸𝐾2 ′ = 0,0020 𝐽
6. Percobaan 6
1
𝐸𝐾2 ′ = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾2 ′ = (0,5137)(0,08692)2
2
𝐸𝐾2 ′ = 0,0019 𝐽
1. Percobaan 1
𝐸𝐾𝑇 = 𝐸𝐾1 + 𝐸𝐾2
𝐸𝐾𝑇 = 0,0065 + 0
𝐸𝐾𝑇 = 0,0065 𝐽
2. Percobaan 2
𝐸𝐾𝑇 = 𝐸𝐾1 + 𝐸𝐾2
𝐸𝐾𝑇 = 0,0043 + 0
𝐸𝐾𝑇 = 0,0043 𝐽
3. Percobaan 3
𝐸𝐾𝑇 = 𝐸𝐾1 + 𝐸𝐾2
𝐸𝐾𝑇 = 0,0053 + 0
𝐸𝐾𝑇 = 0,0053 𝐽
4. Percobaan 4
𝐸𝐾𝑇 = 𝐸𝐾1 + 𝐸𝐾2
𝐸𝐾𝑇 = 0,0132 + 0
𝐸𝐾𝑇 = 0,0132 𝐽
5. Percobaan 5
𝐸𝐾𝑇 = 𝐸𝐾1 + 𝐸𝐾2
𝐸𝐾𝑇 = 0,0153 + 0
𝐸𝐾𝑇 = 0,0153 𝐽
6. Percobaan 6
𝐸𝐾𝑇 = 𝐸𝐾1 + 𝐸𝐾2
𝐸𝐾𝑇 = 0,0134 + 0
𝐸𝐾𝑇 = 0,0134 𝐽
1. Percobaan 1
𝐸𝐾𝑇 ′ = 𝐸𝐾1 ′ + 𝐸𝐾2 ′
𝐸𝐾𝑇 ′ = 0,000019 𝐽 + 0,0043 𝐽
𝐸𝐾𝑇 ′ = 0,004319 𝐽
2. Percobaan 2
𝐸𝐾𝑇 ′ = 𝐸𝐾1 ′ + 𝐸𝐾2 ′
𝐸𝐾𝑇 ′ = 0,000002 𝐽 + 0,0021 𝐽
𝐸𝐾𝑇 ′ = 0,002102 𝐽
3. Percobaan 3
𝐸𝐾𝑇 ′ = 𝐸𝐾1 ′ + 𝐸𝐾2 ′
𝐸𝐾𝑇 ′ = 0,00032 𝐽 + 0,00025 𝐽
𝐸𝐾𝑇 ′ = 0,00057 𝐽
4. Percobaan 4
𝐸𝐾𝑇 ′ = 𝐸𝐾1 ′ + 𝐸𝐾2 ′
𝐸𝐾𝑇 ′ = 0,00198 𝐽 + 0,0017 𝐽
𝐸𝐾𝑇 ′ = 0,00368 𝐽
5. Percobaan 5
𝐸𝐾𝑇 ′ = 𝐸𝐾1 ′ + 𝐸𝐾2 ′
𝐸𝐾𝑇 ′ = 0,00062 𝐽 + 0,0020 𝐽
𝐸𝐾𝑇 ′ = 0,00262 𝐽
6. Percobaan 6
𝐸𝐾𝑇 ′ = 𝐸𝐾1 ′ + 𝐸𝐾2 ′
𝐸𝐾𝑇 ′ = 0,00021 𝐽 + 0,0019 𝐽
𝐸𝐾𝑇 ′ = 0,00211 𝐽
1. Percobaan 1
𝐸𝐾𝑅 = 𝐸𝐾𝑇 ′ ÷ 𝐸𝐾𝑇
𝐸𝐾𝑅 = 0,004319 ÷ 0,0065
𝐸𝐾𝑅 = 0.664461 𝐽
2. Percobaan 2
𝐸𝐾𝑅 = 𝐸𝐾𝑇 ′ ÷ 𝐸𝐾𝑇
𝐸𝐾𝑅 = 0,002102 ÷ 0,0043
𝐸𝐾𝑅 = 0,488837 𝐽
3. Percobaan 3
𝐸𝐾𝑅 = 𝐸𝐾𝑇 ′ ÷ 𝐸𝐾𝑇
𝐸𝐾𝑅 = 0,0057 ÷ 0,0053
𝐸𝐾𝑅 = 0,107547 𝐽
4. Percobaan 4
𝐸𝐾𝑅 = 𝐸𝐾𝑇 ′ ÷ 𝐸𝐾𝑇
𝐸𝐾𝑅 = 0,00368 ÷ 0,0132
𝐸𝐾𝑅 = 0,278787 𝐽
5. Percobaan 5
𝐸𝐾𝑅 = 𝐸𝐾𝑇 ′ ÷ 𝐸𝐾𝑇
𝐸𝐾𝑅 = 0,00262 ÷ 0,0153
𝐸𝐾𝑅 = 0,171241 𝐽
6. Percobaan 6
𝐸𝐾𝑅 = 𝐸𝐾𝑇 ′ ÷ 𝐸𝐾𝑇
𝐸𝐾𝑅 = 0,00211 ÷ 0,0134
𝐸𝐾𝑅 = 0,157462 𝐽
BAB VI
ANALISA DATA
Apabila jumlah momentum total dalam suatu sistem tetap konstan sebelum dan
sesudah suatu tumbukan, konsep tersebut dikenal sebagai kekekalan momentum. Kesamaan
yang disebutkan di sini tidak merujuk kepada kesamaan eksak, melainkan kepada
keterdekatannya. Dalam kondisi momentum terlestarikan, nilai dari total momentum setelah
tumbukan cenderung lebih kecil dibandingkan dengan nilai dari total momentum sebelumnya.
Prinsip yang serupa juga berlaku pada Energi Kinetik (𝐸𝐾), di mana energi kinetik yang
terlestarikan menunjukkan bahwa nilai dari total energi kinetik setelah tumbukan umumnya
lebih kecil dibandingkan dengan nilai dari total energi kinetik sebelum tumbukan. Oleh
karena itu, melalui perhitungan matematis, dapat dihasilkan suatu rasio yang mendekati nilai
1, yang menandakan terlestarikannya energi kinetik.
Jika momentum terlestarikan setelah tumbukan, nilai hasil pengukuran mungkin akan
tidak identik dengan nilai sebelum dan sesudahnya, dikarenakan adanya ketidakpastian dalam
proses pengukuran. Walaupun demikian, nilai rasio seharusnya mendekati 1. Terlestarinya
momentum pada tumbukan yang telah dilakukan membuktikan adanya gaya yang terlibat
dalam percobaan, seperti gaya gesek dan hambatan udara, yang menyebabkan nilai rasio tidak
mencapai 1.
Dari praktikum yang telah kami laksanakan, kami dapat menyimpulkan bahwa
tumbukan pada bumper magnetik dapat diklasifikasikan sebagai tumbukan elastis, yang juga
dikenal sebagai tumbukan lenting sempurna. Di sisi lain, tumbukan pada hook and pile dapat
diklasifikasikan sebagai tumbukan tidak elastis, atau lebih tepatnya, tumbukan lenting
sebagian. Dalam kedua kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa terjadi umbukan tidak elastis
sepenuhnya atau tumbukan tidak lenting sama sekali.
Dengan menggunakan bumper magnetik, gabungan massa cart (kereta) tetap akan
memastikan bahwa baik momentum maupun energi kinetik terlestarikan setelah terjadinya
suatu tumbukan. Ketika dua cart (kereta) bergerak menuju satu sama lain dengan variasi
kecepatan awal yang berbeda, tumbukan antara keduanya akan menghasilkan kelestarian
momentum dan energi kinetik.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 KESIMPULAN
7.2 SARAN
[1] Tim Fisika, Modul Praktikum Fisika Dasar 1. MODUL 3: Momentum, Energi dan
Tumbukan, Sitoluama: Institut Teknologi Del, 2019.
[2] D. Halliday, R. Resnick and J. Walker, Fisika Dasar, Edisi Ketujuh Jilid 1, Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2010.
[3] K. Swawikanti, “Momentum dan Tumbukan: Pengertian, Jenis & Rumus | Fisika Kelas
10,” Ruangguru, 8 April 2022. [Online]. Tersedia di:
https://www.ruangguru.com/blog/momentum-dan-tumbukan. [Diakses pada
tanggal 16 November 2023].
[4] I. S. V. Kharti, “Mengenal Energi dalam Fisika | Fisika Kelas 10,” Ruangguru, 6
September 2020. [Online]. Tersedia di:
https://www.ruangguru.com/blog/mengenal-energi-dalam-fisika. [Diakses pada
tanggal 23 November 2023].
[5] F. Hafizulhaq, “Tumbukan: Pengertian, Jenis, dan Rumusnya,” Ajo Piaman, 29 Mei 2020.
[Online]. Tersedia di: https://ajopiaman.com/tumbukan/. [Diakses pada tanggal 23
November 2023].
BAB IX
LAMPIRAN