Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

Modul 3 Momentum, Energi dan Tumbukan


Hari, Tanggal: Jumat, 17 November 2023

Nama Praktikan : Zefanya Ecklezia Saragih


NIM : 11S23050
Kelas : IF 2
Prodi : S-1 Informatika
Asisten Lab : Sutrisno Siagian

LABORATORIUM FISIKA DASAR


INSTITUT TEKNOLOGI DEL
LAGUBOTI
T.A 2023/2024
BAB I
TUJUAN

1. Melakukan pengamatan terhadap tumbukan antara dua objek, seperti kereta, serta
mengidentifikasi konversi momentum yang terkait.
2. Mengukur perubahan energi yang terjadi pada setiap jenis tumbukan.
3. Mengkategorikan tumbukan ke dalam klasifikasi sebagai tumbukan elastis, tumbukan
tidak elastis, atau tumbukan yang sama sekali tidak elastis.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 MOMENTUM

Momentum merupakan suatu parameter yang mengindikasikan tingkat


kesulitan dalam menghentikan pergerakan suatu objek. Untuk menghentikan objek
tersebut, diperlukan upaya yang sebanding dengan perubahan energi mekanik yang
dimilikinya.

Semakin besar massa suatu objek, maka usaha yang dibutuhkan untuk
menghentikannya semakin besar; dengan kata lain, objek tersebut menjadi semakin
sulit dihentikan. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar massa suatu benda,
momentum yang dimilikinya juga semakin besar. Prinsip yang serupa berlaku untuk
kecepatan, di mana semakin tinggi kecepatan suatu objek, usaha yang diperlukan
untuk menghentikannya juga semakin besar. Dengan demikian, objek dengan
kecepatan yang lebih tinggi menjadi lebih sulit untuk dihentikan, hal ini menunjukkan
bahwa momentum meningkat seiring dengan peningkatan kecepatan.
Momentum dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yakni:

1. Momentum linear.
2. Momentum angular.
Momentum dapat dinyatakan dengan persamaan matematis sebagai berikut:

𝑝 = 𝑚𝑣
Di mana:

 𝑝 = momentum (𝑘𝑔 𝑚⁄𝑠)


 𝑚 = massa (𝑘𝑔)
 𝑣 = kecepatan (𝑚⁄𝑠)

2.2 ENERGI

Energi merujuk pada kemampuan untuk melakukan kerja dan mengalami


perubahan. Energi dapat didefinisikan sebagai besaran skalar yang terkait dengan
keadaan suatu objek atau sistem fisik, yang dapat berubah bentuknya, tetapi tidak
dapat diciptakan atau dimusnahkan.

Terdapat beberapa jenis sumber energi yang sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari, antara lain:
1. Energi kinetik
2. Energi potensial
3. Energi mekanik
2.3 TUMBUKAN

Dalam konteks momentum, pembahasan tentang tumbukan menjadi suatu


aspek yang tidak dapat diabaikan. Tumbukan merujuk pada interaksi antara dua atau
lebih objek yang saling bertukar gaya dalam suatu periode waktu tertentu, yang diatur
oleh prinsip kekekalan momentum.
Prinsip fundamental yang mengatur fenomena ini dapat dirumuskan sebagai
berikut: “Apabila tidak ada gaya eksternal yang bekerja pada suatu sistem, momentum
sistem tersebut akan senantiasa tetap konstan.”

Setiap kali dua benda atau lebih bertabrakan, tumbukan yang terjadi dapat
bersifat beragam, tergantung pada kondisi masing-masing. Klasifikasi tumbukan ini
didasarkan pada analisis perubahan energi yang terjadi selama proses tersebut.

2.3.1 TUMBUKAN LENTING SEMPURNA

Tumbukan lenting sempurna dapat dikarakterisasikan sebagai suatu


keadaan di mana jumlah energi kinetik sebelum tumbukan sama dengan
jumlah energi kinetik setelah tumbukan. Dengan ungkapan lain, seluruh energi
kinetik yang terdapat pada awal tumbukan tetap terjaga dan berubah menjadi
energi kinetik pada tahap akhir tumbukan. Fenomena ini dikonseptualisasikan
dalam kerangka hukum kekekalan energi mekanik yang mengatur tumbukan
tersebut.
Rumus untuk tumbukan lenting sempurna dapat diuraikan melalui
infografis yang terlampir, sebagaimana tergambarkan pada ilustrasi berikut ini:

Gambar 2.3.1 RUMUS TUMBUKAN LENTING SEMPURNA


2.3.2 TUMBUKAN LENTING SEBAGIAN

Tumbukan lenting sebagian dapat dijelaskan sebagai suatu fenomena di


mana sebagian dari energi kinetik sebelum terjadinya tumbukan diubah
menjadi berbagai bentuk energi lain, seperti energi panas, energi gesekan,
energi bunyi, atau energi deformasi (yaitu energi yang menyebabkan
perubahan bentuk benda) setelah tumbukan terjadi. Penting untuk dicatat
bahwa pada jenis tumbukan ini, prinsip kekekalan energi mekanik tidak
berlaku. Artinya, energi mekanik pada sistem tidak selalu tetap dan dapat
mengalami perubahan karena perubahan energi yang terjadi selama tumbukan.

Dalam hal ini, kita dapat merinci rumus yang menggambarkan


fenomena tumbukan lenting sebagian sebagai berikut:

Gambar 2.3.2 RUMUS TUMBUKAN LENTING SEBAGIAN

2.3.3 TUMBUKAN TIDAK LENTING SAMA SEKALI

Tumbukan tidak lenting sama sekali terjadi ketika tidak ada restitusi
energi kinetik selama peristiwa tumbukan, yang menyebabkan peleburan
benda-benda yang bertabrakan menjadi satu objek yang bergerak bersama
setelah peristiwa tersebut. Keadaan ini terjadi ketika salah satu benda yang
terlibat dalam tumbukan memiliki massa dan kecepatan yang signifikan lebih
besar daripada yang dimiliki oleh benda lainnya. Akibatnya, benda dengan
massa dan kecepatan yang lebih kecil akan mengalami perpindahan ke arah
yang sama dengan benda yang memiliki karakteristik lebih besar tersebut.
Dalam konteks ini, prinsip kekekalan energi mekanik tidak berlaku,
mengingat bahwa energi kinetik yang dimiliki oleh benda-benda yang
bertabrakan tidak dipertahankan dalam bentuknya yang asli setelah peristiwa
tumbukan. Sebaliknya, energi kinetik berubah dan digunakan untuk
menyatukan kedua benda yang bertabrakan menjadi satu objek yang bergerak
secara bersamaan.
Persamaan yang menggambarkan tumbukan yang tidak elastis sama
sekali dapat dirumuskan sebagai berikut:

Gambar 2.3.3 RUMUS TUMBUKAN TIDAK LENTING SAMA SEKALI


BAB III
ALAT DAN BAHAN

3.1 ALAT DAN BAHAN


Tabel 3.1 ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM

No. Nama Alat dan Bahan Jumlah

1. Komputer yang sudah ter-install App Logger Pro 1

2. LabQuest mini 1

3. Motion Detector 2

4. Dynamic Carts 2

5. Dynamic Track 1

6. Magnet, Hook and Pile (Pengait) 1

3.2 PERSIAPAN
1. Pelajari secara menyeluruh panduan praktikum untuk modul ini.
2. Persiapkan komputer untuk setiap kelompok dengan instalasi perangkat lunak
Logger Pro 3.16.2 (dapat diperoleh dari ketua kelas). Pastikan perangkat lunak
terinstal dan dapat beroperasi dengan baik.
3. Selesaikan tugas pendahuluan yang telah diberikan. Setiap anggota kelompok
diwajibkan untuk menyelesaikan tugas pendahuluan, yang harus dikumpulkan
sebelum pelaksanaan tes awal.
4. Rancanglah tabel pengamatan sebelum memulai praktikum, yang nantinya akan
digunakan untuk mencatat data eksperimen. Setiap praktikan diharapkan membuat
tabel pengamatan masing-masing. Pada akhir praktikum, asisten praktikum akan
menandatangani tabel tersebut. Satu salinan tabel pengamatan dari setiap
kelompok harus diserahkan kepada asisten praktikum untuk keperluan
penyimpanan.
BAB IV
PROSEDUR PERCOBAAN

Adapun berikut adalah pedoman yang harus diikuti saat melaksanakan praktikum yang
mencakup eksperimen mengenai momentum, energi, dan tumbukan:

1. Awali dengan mengukur massa dari Dynamic Cart dan dokumentasikan hasilnya pada
Tabel 1. Selanjutnya, identifikasi cart (kereta) sebagai Cart 1 dan Cart 2.
2. Susun Dynamic Track secara horizontal seoptimal mungkin. Uji stabilitasnya dengan
meletakkan cart di atasnya, kemudian pastikan bahwa cart tetap diam tanpa adanya
gaya yang diberikan.
3. Percobaan dimulai dengan menabrakkan kedua cart secara perlahan. Tempatkan Cart
2 di tengah lintasan dan dorong Cart 1 hingga terjadi tabrakan, di mana bumper
magnet dari Cart 1 akan menyentuh bumper magnet Cart 2. Perhatikan bahwa cart
akan bergerak secara perlahan tanpa adanya kontak langsung.
4. Tempatkan Motion Detector di ujung masing-masing lintasan, dengan jarak minimum
0,15 m antara detector dan cart. Hubungkan Motion Detector ke port digital (DIG)
pada antarmuka LabQuest Mini. Sesuaikan pengaturan sensitivitas Motion Detector
pada Track.
5. Inisiasi pengambilan data dengan membuka file “18 Momentum Energy Coll” dari
direktori Physics with Vernier.
6. Klik tombol “COLLECT” untuk memulai pengumpulan data. Lakukan iterasi
sebagaimana langkah-langkah di atas dan manfaatkan grafik posisi guna memastikan
kemampuan Motion Detector dalam melacak setiap cart (kereta) secara efektif dan
akurat sepanjang lintasan pergerakan.
7. Tempatkan kedua cart (kereta) di tengah lintasan. Pastikan tangan Anda tidak
menyentuh cart kemudian klik tombol “ZERO”. Pilih kedua sensor dan lakukan klik
pada tombol “OK”. Langkah ini akan menyelaraskan sistem koordinat untuk kedua
sensor. Verifikasi keberhasilan kalibrasi dengan mengeklik tombol “COLLECT”
selanjutnya dengan membiarkan cart bergerak perlahan di sepanjang lintasan.
Perhatikan bahwa grafik pada setiap Motion Detector menunjukkan nilai yang identik.
Jika tidak, ulangi proses kalibrasi.

4.1 PERCOBAAN 1: BUMPER MAGNET

1. Tempatkan kembali cart (kereta) sehingga bumper magnet berada saling


berhadapan secara langsung. Klik opsi “COLLECT” untuk menginisiasi
pengumpulan data dan ulangi percobaan tumbukan yang Anda telah lakukan pada
langkah ke-3. Pastikan untuk menjauhkan tangan Anda dari Motion Detector
setelah menggerakkan kereta.
2. Dengan merujuk pada grafik kecepatan, Anda dapat menentukan nilai kecepatan
sebelum dan setelah terjadinya tumbukan pada masing-masing cart (kereta).
Untuk mengukur kecepatan selama interval waktu tertentu, geser kursor Anda
melalui rentang waktu yang diinginkan. Selanjutnya, lakukan klik pada opsi
“Statistik” untuk membaca nilai rata-rata dari data yang terkumpul. Ukurlah nilai
rata-rata kecepatan pada setiap cart (kereta) sebelum dan sesudah tumbukan, dan
selanjutnya, masukkan data tersebut ke dalam tabel 2.
3. Ulangi proses pada langkah ke-8 dan ke-9 untuk dua percobaan tambahan dengan
menggunakan bumper magnet, kemudian catat data hasil percobaan tersebut pada
tabel yang telah disediakan.

4.2 PERCOBAAN 2: BUMPER HOOK DAN PILE

1. Modifikasi karakteristik tumbukan dengan mengatur rotasi pada cart (kereta),


sehingga kait dan tumpukan berhadapan secara langsung setelah terjadi tabrakan.
Penting bahwa setelah bertabrakan, cart tetap bersambungan. Harap praktikkan
dengan menciptakan variasi tumbukan ketika Cart 2 sedang diam.
2. Silakan tekan tombol “COLLECT” untuk memulai proses pengumpulan data, dan
ulangi langkah ini untuk setiap tumbukan baru.
3. Iterasikan langkah-langkah sebelumnya, yang menjadikannya sebagai langkah
kedua dengan menggunakan bumper hook dan pile.

4.3 PERCOBAAN 3: BUMPER HOOK DAN PILE KE BUMPER


MAGNET

1. Letakkan bagian depan cart (kereta) menghadap hook dan pile bumper, sejajar
dengan bagian depan bumper magnetik. Meskipun kedua cart tidak akan saling
melekat, efek tumbukan antara keduanya tidak akan optimal. Selanjutnya, lakukan
percobaan tumbukan dengan Cart 2 dalam keadaan diam.
2. Klik tombol “COLLECT” untuk memulai proses pengumpulan data, dan ulangilah
tumbukan dengan kondisi yang baru. Selama proses ini, dengan melaksanakan
Prosedur 9, catat dan rekam kecepatan cart pada tabel percobaan.
3. Lakukan kembali langkah-langkah sebelumnya sebagai langkah kedua, dengan
menghadapkan hook dan pile bumper sejajar dengan bumper magnetik.
BAB V
DATA HASIL PERCOBAAN DAN PENGOLAHAN DATA

Tabel 5.1 DATA HASIL PENGUKURAN MASSA CART


TABEL 1
Massa Cart 1: 0,5091 Kg Massa Cart 2: 0,5137 Kg

Tabel 5.2 KECEPATAN CART SEBELUM & SESUDAH TUMBUKAN


TABEL 2
Tipe Bumper Percobaan Kecepatan Kecepatan Kecepatan Kecepatan
Cart 1 Cart 2 Cart 1 Cart 2
Sebelum Sebelum Sesudah Sesudah
Tumbukan Tumbukan Tumbukan Tumbukan
(𝒎⁄𝒔) (𝒎⁄𝒔) (𝒎⁄𝒔) (𝒎⁄𝒔)
Bagian Magnetik 1 0,1602 0 0,008746 0,1296
I Magnetik 2 0,1304 0 0,003057 0,09214
Bagian Hook dan 3 0,1449 0 0,03608 0,03132
II Pile
Hook dan 4 0,2280 0 0,08844 0,08344
Pile
Bagian Keduanya 5 0,2452 0 0,04943 0,08933
III Keduanya 6 0,2297 0 0,02887 0,08692

Tabel 5.3 MOMENTUM CART SEBELUM & SESUDAH TUMBUKAN


TABEL 3
P Momentum Momentum Momentum Momentum Total Total Ratio
e Cart 1 Cart 2 Cart 1 Cart 2 Moment- Moment- Total
r Sebelum Sebelum Sesudah Sesudah um um Moment-
c Tumbukan Tumbukan Tumbukan Tumbukan Sebelum Sesudah um
o
(𝑲𝒈 𝒎⁄𝒔) (𝑲𝒈 𝒎⁄𝒔) (𝑲𝒈 𝒎⁄𝒔) (𝑲𝒈 𝒎⁄𝒔) Tumbuk Tumbuk Sesudah
b
an an dan
a
a
(𝑲𝒈 ⁄𝒔) (𝑲𝒈 𝒎⁄𝒔)
𝒎 Sebelum
n (𝑲𝒈 𝒎⁄𝒔)
1 0,0815 0 0,0044 0,0665 0,815 0,0709 0,0869
2 0,0663 0 0,0015 0,0473 0,0663 0,0488 0,7360
3 0,0737 0 0,0183 0,0160 0,0737 0,0343 0,4654
4 0,1160 0 0,0450 0,0428 0,1160 0,0878 0,7568
5 0,1248 0 0,02516 0,0458 0,1248 0,0709 0,5681
6 0,1169 0 0,0146 0,0446 0,1169 0,0592 0,5064
Tabel 5.4 ENERGI KINETIK CART SEBELUM & SESUDAH TUMBUKAN
TABEL 4
Pe EK Cart 1 EK Cart 2 EK Cart 1 EK Cart 2 EK Total EK Total Ratio
rc Sebelum Sebelum Sesudah Sesudah Sebelum Sesudah Total EK
ob Tumbuk- Tumbuk- Tumbuk- Tumbuk- Tumbuk- Tumbuk- Sesudah
aa an (J) an (J) an (J) an (J) an (J) an (J) dan
n Sebelum
1 0,0065 0 0,000019 0,0043 0,0065 0,004319 0,664461
2 0,0043 0 0,000002 0,0021 0,0043 0,002102 0,488837
3 0,0053 0 0,00032 0,00025 0,0053 0,00057 0,107547
4 0,0132 0 0,00198 0,0017 0,0132 0,00368 0,278787
5 0,0153 0 0,00062 0,0020 0,0153 0,00262 0,171241
6 0,0134 0 0,00021 0,0019 0,0134 0,00211 0,157462

5.1 MOMENTUM (𝑷)

5.1.1 MOMENTUM CART 1 SEBELUM TUMBUKAN (𝑷𝟏 )

1. Percobaan 1
𝑃1 = 𝑚 𝑣
𝑃1 = 0,5091 × 0,1602
𝑃1 = 0,0815 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

2. Percobaan 2
𝑃1 = 𝑚 𝑣
𝑃1 = 0,5091 × 0,1304
𝑃1 = 0,0663 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

3. Percobaan 3
𝑃1 = 𝑚 𝑣
𝑃1 = 0,5091 × 0,1449
𝑃1 = 0,0737 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

4. Percobaan 4
𝑃1 = 𝑚 𝑣
𝑃1 = 0,5091 × 0,2280
𝑃1 = 0,1160 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

5. Percobaan 5
𝑃1 = 𝑚 𝑣
𝑃1 = 0,5091 × 0,2452
𝑃1 = 0,1248 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

6. Percobaan 6
𝑃1 = 𝑚 𝑣
𝑃1 = 0,5091 × 0,2297
𝑃1 = 0,1169 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

5.1.2 MOMENTUM CART 1 SESUDAH TUMBUKAN (𝑷𝟏 ′)

1. Percobaan 1
𝑃1 ’ = 𝑚. 𝑣
𝑃1 ’ = 0,5091 × 0,008746
𝑃1 ’ = 0,0044 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

2. Percobaan 2
𝑃1 ’ = 𝑚 𝑣
𝑃1 ’ = 0,5091 × 0,003057
𝑃1 ’ = 0,0015 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

3. Percobaan 3
𝑃1 ’ = 𝑚 𝑣
𝑃1 ’ = 0,5091 × 0,03608
𝑃1′ = 0,0183 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

4. Percobaan 4
𝑃1 ’ = 𝑚 𝑣
𝑃1 ’ = 0,5091 × 0,08844
𝑃1 ’ = 0,0450 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

5. Percobaan 5
𝑃1 ’ = 𝑚 𝑣
𝑃1 ’ = 0,5091 × 0,04943
𝑃1 ’ = 0,02516 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

6. Percobaan 6
𝑃1 = 𝑚. 𝑣
𝑃1 ’ = 0,5091 × 0,02887
𝑃1 ’ = 0,0146 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

5.1.3 MOMENTUM CART 2 SESUDAH TUMBUKAN (𝑷𝟐 ′)

1. Percobaan 1
𝑃2 ’ = 𝑚 𝑣
𝑃2 ’ = 0,5137 × 0,1296
𝑃2 ’ = 0,0665 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

2. Percobaan 2
𝑃2 ’ = 𝑚 𝑣
𝑃2 ’ = 0,5137 × 0,09214
𝑃2 ’ = 0,04733 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

3. Percobaan 3
𝑃2 ’ = 𝑚 𝑣
𝑃2 ’ = 0,5137 × 0,03132
𝑃2 ’ = 0, 01608 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

4. Percobaan 4
𝑃2 ’ = 𝑚 𝑣
𝑃2 ’ = 0,5137 × 0,08344
𝑃2 ’ = 0,04286 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

5. Percobaan 5
𝑃2 ’ = 𝑚 𝑣
𝑃2 ’ = 0,5137 × 0,08933
𝑃2 ’ = 0,04588 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

6. Percobaan 6
𝑃2 ’ = 𝑚 𝑣
𝑃2 ’ = 0,5137 × 0,08692
𝑃2 = 0,04465 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

5.1.4 TOTAL MOMENTUM SEBELUM TUMBUKAN (𝑷𝑻 )

1. Percobaan 1
𝑃𝑇 = 𝑃1 + 𝑃2
𝑃𝑇 = 0,0815 + 0
𝑃𝑇 = 0,0815 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

2. Percobaan 2
𝑃𝑇 = 𝑃1 + 𝑃2
𝑃𝑇 = 0,0663 + 0
𝑃𝑇 = 0,0663 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

3. Percobaan 3
𝑃𝑇 = 𝑃1 + 𝑃2
𝑃𝑇 = 0,0737 + 0
𝑃𝑇 = 0,0737 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

4. Percobaan 4
𝑃𝑇 = 𝑃1 + 𝑃2
𝑃𝑇 = 0,1160 + 0
𝑃𝑇 = 0,1160 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

5. Percobaan 5
𝑃𝑇 = 𝑃1 + 𝑃2
𝑃𝑇 = 0,1248 + 0
𝑃𝑇 = 0,1248 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

6. Percobaan 6
𝑃𝑇 = 𝑃1 + 𝑃2
𝑃𝑇 = 0,1169 + 0
𝑃𝑇 = 0,1169 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

5.1.5 TOTAL MOMENTUM SESUDAH TUMBUKAN (𝑷𝑻 ′)

1. Percobaan 1
𝑃𝑇 ′ = 𝑃1 ′ + 𝑃2 ′
𝑃𝑇 ′ = 0,0044 + 0,0665
𝑃𝑇 ′ = 0,0709 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

2. Percobaan 2
𝑃𝑇 ′ = 𝑃1 ′ + 𝑃2 ′
𝑃𝑇 ′ = 0,0015 + 0,0473
𝑃𝑇 ′ = 0,0488 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

3. Percobaan 3
𝑃𝑇 ′ = 𝑃1 ′ + 𝑃2 ′
𝑃𝑇 ′ = 0,0183 + 0,0160
𝑃𝑇 ′ = 0,0343 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

4. Percobaan 4
𝑃𝑇 ′ = 𝑃1 ′ + 𝑃2 ′
𝑃𝑇 ′ = 0,0450 + 0,0428
𝑃𝑇 ′ = 0,0878 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

5. Percobaan 5
𝑃𝑇 ′ = 𝑃1 ′ + 𝑃2 ′
𝑃𝑇 ′ = 0,02516 + 0,0458
𝑃𝑇 ′ = 0,0709 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

6. Percobaan 6
𝑃𝑇 ′ = 𝑃1 ′ + 𝑃2 ′
𝑃𝑇 ′ = 0,0146 + 0,0446
𝑃𝑇 ′ = 0,0592 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
5.1.6 RATIO MOMENTUM SESUDAH DAN SEBELUM
TUMBUKAN (𝑷𝑹 )

1. Percobaan 1
𝑃𝑅 = 𝑃𝑇 ′ ÷ 𝑃𝑇
𝑃𝑅 = 0,0709 ÷ 0,0815
𝑃𝑅 = 0,0869 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

2. Percobaan 2
𝑃𝑅 = 𝑃𝑇 ′ ÷ 𝑃𝑇
𝑃𝑅 = 0,0488 ÷ 0,0663
𝑃𝑅 = 0,7360 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

3. Percobaan 3
𝑃𝑅 = 𝑃𝑇 ′ ÷ 𝑃𝑇
𝑃𝑅 = 0,0343 ÷ 0,0737
𝑃𝑅 = 0,4654 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

4. Percobaan 4
𝑃𝑅 = 𝑃𝑇 ′ ÷ 𝑃𝑇
𝑃𝑅 = 0,0878 ÷ 0,1160
𝑃𝑅 = 0,7568 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

5. Percobaan 5
𝑃𝑅 = 𝑃𝑇 ′ ÷ 𝑃𝑇
𝑃𝑅 = 0,0709 ÷ 0,1248
𝑃𝑅 = 0,5681 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠

6. Percobaan 6
𝑃𝑅 = 𝑃𝑇 ′ ÷ 𝑃𝑇
𝑃𝑅 = 0,0592 ÷ 0,1169
𝑃𝑅 = 0,5094 𝐾𝑔 𝑚⁄𝑠
5.2 ENERGI KINETIK (𝑬𝑲)

5.2.1 ENERGI KINETIK CART 1 SEBELUM TUMBUKAN (𝑬𝑲𝟏 )

1. Percobaan 1
1
𝐸𝐾1 = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾1 = (0,5091)(0,1602)2
2
𝐸𝐾1 = 0,0065 𝐽

2. Percobaan 2
1
𝐸𝐾1 = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾1 = (0,5091)(0,1304)2
2
𝐸𝐾1 = 0,0043 𝐽

3. Percobaan 3
1
𝐸𝐾1 = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾1 = (0,5091)(0,1449)2
2
𝐸𝐾1 = 0,0053 𝐽

4. Percobaan 4
1
𝐸𝐾1 = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾1 = (0,5091)(0,2280)2
2
𝐸𝐾1 = 0,0132 𝐽

5. Percobaan 5
1
𝐸𝐾1 = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾1 = (0,5091)(0,2425)2
2
𝐸𝐾1 = 0,0153 𝐽

6. Percobaan 6
1
𝐸𝐾1 = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾1 = (0,5091)(0,2297)2
2
𝐸𝐾1 = 0,0134 𝐽
5.2.2 ENERGI KINETIK CART 1 SESUDAH TUMBUKAN (𝑬𝑲𝟏 ′)

1. Percobaan 1
1
𝐸𝐾1 ′ = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾1 ′ = (0,5091)(0,008746)2
2
𝐸𝐾1 ′ = 0,000019 𝐽

2. Percobaan 2
1
𝐸𝐾1 ′ = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾1 ′ = (0,5091)(0,003057)2
2
𝐸𝐾1 ′ = 0,000002 𝐽

3. Percobaan 3
1
𝐸𝐾1 ′ = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾1 ′ = (0,5091)(0,03608)2
2
𝐸𝐾1 ′ = 0,00032 𝐽

4. Percobaan 4
1
𝐸𝐾1 ′ = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾1 ′ = (0,5091)(0,08844)2
2
𝐸𝐾1 ′ = 0,00198 𝐽

5. Percobaan 5
1
𝐸𝐾1 ′ = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾1 ′ = (0,5091)(0,04943)2
2
𝐸𝐾1 ′ = 0,00062 𝐽

6. Percobaan 6
1
𝐸𝐾1 ′ = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾1 ′ = (0,5091)(0,02887)2
2
𝐸𝐾1 ′ = 0,00021 𝐽

5.2.3 ENERGI KINETIK CART 2 SESUDAH TUMBUKAN (𝑬𝑲𝟐 ′)

1. Percobaan 1
1
𝐸𝐾2 ′ = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾2 ′ = (0,5137)(0,1296)2
2
𝐸𝐾2 ′ = 0,0043 𝐽

2. Percobaan 2
1
𝐸𝐾2 ′ = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾2 ′ = (0,5137)(0,09214)2
2
𝐸𝐾2 ′ = 0,0021 𝐽

3. Percobaan 3
1
𝐸𝐾2 ′ = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾2 ′ = (0,5137)(0,03132)2
2
𝐸𝐾2 ′ = 0,00025 𝐽

4. Percobaan 4
1
𝐸𝐾2 ′ = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾2 ′ = (0,5137)(0,08344)2
2
𝐸𝐾2 ′ = 0,0017 𝐽

5. Percobaan 5
1
𝐸𝐾2 ′ = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾2 ′ = (0,5137)(0,08933)2
2
𝐸𝐾2 ′ = 0,0020 𝐽

6. Percobaan 6
1
𝐸𝐾2 ′ = 𝑚𝑣 2
2
1
𝐸𝐾2 ′ = (0,5137)(0,08692)2
2
𝐸𝐾2 ′ = 0,0019 𝐽

5.2.4 TOTAL ENERGI KINETIK SEBELUM TUMBUKAN (𝑬𝑲𝑻 )

1. Percobaan 1
𝐸𝐾𝑇 = 𝐸𝐾1 + 𝐸𝐾2
𝐸𝐾𝑇 = 0,0065 + 0
𝐸𝐾𝑇 = 0,0065 𝐽
2. Percobaan 2
𝐸𝐾𝑇 = 𝐸𝐾1 + 𝐸𝐾2
𝐸𝐾𝑇 = 0,0043 + 0
𝐸𝐾𝑇 = 0,0043 𝐽

3. Percobaan 3
𝐸𝐾𝑇 = 𝐸𝐾1 + 𝐸𝐾2
𝐸𝐾𝑇 = 0,0053 + 0
𝐸𝐾𝑇 = 0,0053 𝐽

4. Percobaan 4
𝐸𝐾𝑇 = 𝐸𝐾1 + 𝐸𝐾2
𝐸𝐾𝑇 = 0,0132 + 0
𝐸𝐾𝑇 = 0,0132 𝐽

5. Percobaan 5
𝐸𝐾𝑇 = 𝐸𝐾1 + 𝐸𝐾2
𝐸𝐾𝑇 = 0,0153 + 0
𝐸𝐾𝑇 = 0,0153 𝐽

6. Percobaan 6
𝐸𝐾𝑇 = 𝐸𝐾1 + 𝐸𝐾2
𝐸𝐾𝑇 = 0,0134 + 0
𝐸𝐾𝑇 = 0,0134 𝐽

5.2.5 TOTAL ENERGI KINETIK SESUDAH TUMBUKAN (𝑬𝑲𝑻 ′)

1. Percobaan 1
𝐸𝐾𝑇 ′ = 𝐸𝐾1 ′ + 𝐸𝐾2 ′
𝐸𝐾𝑇 ′ = 0,000019 𝐽 + 0,0043 𝐽
𝐸𝐾𝑇 ′ = 0,004319 𝐽

2. Percobaan 2
𝐸𝐾𝑇 ′ = 𝐸𝐾1 ′ + 𝐸𝐾2 ′
𝐸𝐾𝑇 ′ = 0,000002 𝐽 + 0,0021 𝐽
𝐸𝐾𝑇 ′ = 0,002102 𝐽
3. Percobaan 3
𝐸𝐾𝑇 ′ = 𝐸𝐾1 ′ + 𝐸𝐾2 ′
𝐸𝐾𝑇 ′ = 0,00032 𝐽 + 0,00025 𝐽
𝐸𝐾𝑇 ′ = 0,00057 𝐽

4. Percobaan 4
𝐸𝐾𝑇 ′ = 𝐸𝐾1 ′ + 𝐸𝐾2 ′
𝐸𝐾𝑇 ′ = 0,00198 𝐽 + 0,0017 𝐽
𝐸𝐾𝑇 ′ = 0,00368 𝐽

5. Percobaan 5
𝐸𝐾𝑇 ′ = 𝐸𝐾1 ′ + 𝐸𝐾2 ′
𝐸𝐾𝑇 ′ = 0,00062 𝐽 + 0,0020 𝐽
𝐸𝐾𝑇 ′ = 0,00262 𝐽

6. Percobaan 6
𝐸𝐾𝑇 ′ = 𝐸𝐾1 ′ + 𝐸𝐾2 ′
𝐸𝐾𝑇 ′ = 0,00021 𝐽 + 0,0019 𝐽
𝐸𝐾𝑇 ′ = 0,00211 𝐽

5.2.6 RATIO TOTAL ENERGI KINETIK SESUDAH DAN


SEBELUM TUMBUKAN (𝑬𝑲𝑹 )

1. Percobaan 1
𝐸𝐾𝑅 = 𝐸𝐾𝑇 ′ ÷ 𝐸𝐾𝑇
𝐸𝐾𝑅 = 0,004319 ÷ 0,0065
𝐸𝐾𝑅 = 0.664461 𝐽

2. Percobaan 2
𝐸𝐾𝑅 = 𝐸𝐾𝑇 ′ ÷ 𝐸𝐾𝑇
𝐸𝐾𝑅 = 0,002102 ÷ 0,0043
𝐸𝐾𝑅 = 0,488837 𝐽

3. Percobaan 3
𝐸𝐾𝑅 = 𝐸𝐾𝑇 ′ ÷ 𝐸𝐾𝑇
𝐸𝐾𝑅 = 0,0057 ÷ 0,0053
𝐸𝐾𝑅 = 0,107547 𝐽

4. Percobaan 4
𝐸𝐾𝑅 = 𝐸𝐾𝑇 ′ ÷ 𝐸𝐾𝑇
𝐸𝐾𝑅 = 0,00368 ÷ 0,0132
𝐸𝐾𝑅 = 0,278787 𝐽
5. Percobaan 5
𝐸𝐾𝑅 = 𝐸𝐾𝑇 ′ ÷ 𝐸𝐾𝑇
𝐸𝐾𝑅 = 0,00262 ÷ 0,0153
𝐸𝐾𝑅 = 0,171241 𝐽

6. Percobaan 6
𝐸𝐾𝑅 = 𝐸𝐾𝑇 ′ ÷ 𝐸𝐾𝑇
𝐸𝐾𝑅 = 0,00211 ÷ 0,0134
𝐸𝐾𝑅 = 0,157462 𝐽
BAB VI
ANALISA DATA

Apabila jumlah momentum total dalam suatu sistem tetap konstan sebelum dan
sesudah suatu tumbukan, konsep tersebut dikenal sebagai kekekalan momentum. Kesamaan
yang disebutkan di sini tidak merujuk kepada kesamaan eksak, melainkan kepada
keterdekatannya. Dalam kondisi momentum terlestarikan, nilai dari total momentum setelah
tumbukan cenderung lebih kecil dibandingkan dengan nilai dari total momentum sebelumnya.
Prinsip yang serupa juga berlaku pada Energi Kinetik (𝐸𝐾), di mana energi kinetik yang
terlestarikan menunjukkan bahwa nilai dari total energi kinetik setelah tumbukan umumnya
lebih kecil dibandingkan dengan nilai dari total energi kinetik sebelum tumbukan. Oleh
karena itu, melalui perhitungan matematis, dapat dihasilkan suatu rasio yang mendekati nilai
1, yang menandakan terlestarikannya energi kinetik.

Jika momentum terlestarikan setelah tumbukan, nilai hasil pengukuran mungkin akan
tidak identik dengan nilai sebelum dan sesudahnya, dikarenakan adanya ketidakpastian dalam
proses pengukuran. Walaupun demikian, nilai rasio seharusnya mendekati 1. Terlestarinya
momentum pada tumbukan yang telah dilakukan membuktikan adanya gaya yang terlibat
dalam percobaan, seperti gaya gesek dan hambatan udara, yang menyebabkan nilai rasio tidak
mencapai 1.

Dari praktikum yang telah kami laksanakan, kami dapat menyimpulkan bahwa
tumbukan pada bumper magnetik dapat diklasifikasikan sebagai tumbukan elastis, yang juga
dikenal sebagai tumbukan lenting sempurna. Di sisi lain, tumbukan pada hook and pile dapat
diklasifikasikan sebagai tumbukan tidak elastis, atau lebih tepatnya, tumbukan lenting
sebagian. Dalam kedua kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa terjadi umbukan tidak elastis
sepenuhnya atau tumbukan tidak lenting sama sekali.

Dengan menggunakan bumper magnetik, gabungan massa cart (kereta) tetap akan
memastikan bahwa baik momentum maupun energi kinetik terlestarikan setelah terjadinya
suatu tumbukan. Ketika dua cart (kereta) bergerak menuju satu sama lain dengan variasi
kecepatan awal yang berbeda, tumbukan antara keduanya akan menghasilkan kelestarian
momentum dan energi kinetik.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 KESIMPULAN

Berdasarkan serangkaian eksperimen yang telah dilakukan, dapat disimpulkan


bahwa momentum suatu benda dapat didefinisikan sebagai hasil perkalian massa dan
kecepatannya. Kecepatan yang diperoleh oleh benda sebelum dan setelah suatu
tumbukan sangat bergantung pada kondisi kedua benda yang terlibat dalam tumbukan
tersebut. Apabila benda yang bergerak bertabrakan dengan benda yang diam,
momentum yang dimiliki oleh benda yang bergerak akan mengalami penurunan
dibandingkan dengan keadaan benda tersebut sebelum terjadi tumbukan. Prinsip yang
serupa juga berlaku pada energi kinetik yang dimiliki oleh benda bergerak saat
bertabrakan dengan benda diam. Energi kinetik dari benda bergerak akan dialihkan ke
benda yang ditabrak, yang mengakibatkan penurunan energi kinetik dari benda yang
awalnya bergerak.
Dari data hasil percobaan yang terdokumentasi, dapat disimpulkan bahwa nilai
energi kinetik yang dimiliki oleh dua benda, yakni Cart 1 dan Cart 2, lebih tinggi
ketika kedua benda tersebut bergerak. Cart 1 tercatat memiliki kecepatan dan energi
kinetik awal yang konsisten, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa energi kinetik
Cart 1 sebelum tumbukan selalu lebih besar dibandingkan energi kinetik Cart 2. Hal
yang serupa juga berlaku untuk total energi kinetik masing-masing cart sebelum
terjadinya tumbukan.

Interaksi antara benda-benda, baik bergerak maupun tidak bergerak,


melibatkan prinsip-prinsip hukum yang mendasar, terutama hukum kekekalan
momentum dan mekanika. Tumbukan, sebagai resultan dari dinamika tersebut, dapat
diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifatnya, seperti tumbukan lenting sempurna,
tumbukan lenting sebagian, dan tumbukan tak lenting sama sekali, yang masing-
masing menunjukkan karakteristik yang berbeda yang bergantung pada kondisi khusus
dari peristiwa tumbukan yang terjadi.

7.2 SARAN

1. Supaya praktikum dapat dilaksanakan secara optimal, disarankan untuk


memahami dengan cermat konten modul praktikum yang akan dilaksanakan
terlebih dahulu.
2. Pastikan bahwa setiap instrumen yang digunakan berfungsi dengan baik dan tidak
mengalami kerusakan. Pemahaman terhadap fungsi setiap alat ukur yang akan
digunakan juga perlu diperoleh.
3. Ketika melakukan penyesuaian posisi trayek cart, disarankan untuk mengatur kaki
trayek cart agar seimbang, guna mencegah kesalahan dalam perhitungan
momentum dan energi kinetik. Kemudian, ketika hendak menjalankan cart,
penting untuk memastikan bahwa tangan Anda tidak mengenai sensor, karena hal
tersebut dapat mempengaruhi secara signifikan proses penghitungan yang
dilakukan oleh App Logger Pro.
4. Sebaiknya, praktikan meningkatkan ketelitian ketika melakukan pengukuran guna
mengurangi ketidakpastian yang mungkin timbul selama proses pengukuran.
BAB VIII
DAFTAR PUSTAKA

[1] Tim Fisika, Modul Praktikum Fisika Dasar 1. MODUL 3: Momentum, Energi dan
Tumbukan, Sitoluama: Institut Teknologi Del, 2019.

[2] D. Halliday, R. Resnick and J. Walker, Fisika Dasar, Edisi Ketujuh Jilid 1, Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2010.

[3] K. Swawikanti, “Momentum dan Tumbukan: Pengertian, Jenis & Rumus | Fisika Kelas
10,” Ruangguru, 8 April 2022. [Online]. Tersedia di:
https://www.ruangguru.com/blog/momentum-dan-tumbukan. [Diakses pada
tanggal 16 November 2023].

[4] I. S. V. Kharti, “Mengenal Energi dalam Fisika | Fisika Kelas 10,” Ruangguru, 6
September 2020. [Online]. Tersedia di:
https://www.ruangguru.com/blog/mengenal-energi-dalam-fisika. [Diakses pada
tanggal 23 November 2023].

[5] F. Hafizulhaq, “Tumbukan: Pengertian, Jenis, dan Rumusnya,” Ajo Piaman, 29 Mei 2020.
[Online]. Tersedia di: https://ajopiaman.com/tumbukan/. [Diakses pada tanggal 23
November 2023].
BAB IX
LAMPIRAN

Gambar 9.1 — HARDCOPY TABEL DATA PENGAMATAN PRAKTIKUM


Gambar 9.2 — SCREENSHOT LAYAR LOGGER PRO PADA PERCOBAAN PERTAMA
DENGAN MENGGUNAKAN MAGNET

Gambar 9.3 — SCREENSHOT LAYAR LOGGER PRO PADA PERCOBAAN KEDUA


DENGAN MENGGUNAKAN MAGNET
Gambar 9.4 — SCREENSHOT LAYAR LOGGER PRO PADA PERCOBAAN PERTAMA
DENGAN MENGGUNAKAN HOOK AND PILE

Gambar 9.5 — SCREENSHOT LAYAR LOGGER PRO PADA PERCOBAAN KEDUA


DENGAN MENGGUNAKAN HOOK AND PILE
Gambar 9.6 — SCREENSHOT LAYAR LOGGER PRO PADA PERCOBAAN PERTAMA
DENGAN MENGGUNAKAN MAGNET DAN HOOK AND PILE

Gambar 9.7 — SCREENSHOT LAYAR LOGGER PRO PADA PERCOBAAN KEDUA


DENGAN MENGGUNAKAN MAGNET DAN HOOK AND PILE
Gambar 9.8 — ANGGOTA KELOMPOK 2 YANG SEDANG MELAKSANAKAN
PRAKTIKUM

Gambar 9.9 — ANGGOTA KELOMPOK 2 YANG SEDANG MELAKSANAKAN


PRAKTIKUM
Gambar 9.10 — ANGGOTA KELOMPOK 2 YANG SEDANG MELAKSANAKAN
PRAKTIKUM

Anda mungkin juga menyukai