Anda di halaman 1dari 7

TUGAS SEJARAH PERADABAN ISLAM

Dosen Pembimbing:

Dra. Nahuda M.Pd.I

DISUSUN OLEH :

Achmad Ridwan 31.18.180

FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM JAKARTA

1
SISTEM PEMERINTAHAN

A. Monarki
Monarki (atau Kerajaan) berasal dari bahasa Yunani monos (μονος) yang berarti
satu, dan archein (αρχειν) yang berarti pemerintah. Monarki merupakan sejenis
pemerintahan yang dipimpin oleh seorang penguasa monarki. Monarki atau sistem
pemerintahan kerajaan adalah sistem tertua di dunia. Pada awal kurun ke-19, terdapat
lebih 900 tahta kerajaan di dunia, tetapi menurun menjadi 240 dalam abad ke-20.
Sedangkan pada dekade kedelapan abad ke-20, hanya 40 takhta saja yang masih ada.
Dari jumlah tersebut, hanya empat negara mempunyai penguasa monarki yang mutlak
dan selebihnya memiliki sistem monarki konstitusional.
Perbedaan di antara penguasa monarki dengan presiden sebagai kepala negara adalah
penguasa monarki menjadi kepala negara sepanjang hayatnya, sedangkan presiden
biasanya memegang jabatan ini untuk jangka waktu tertentu. Namun dalam negara-
negara federasi seperti Malaysia, penguasa monarki atau Yang dipertuan Agung hanya
berkuasa selama 5 tahun dan akan digantikan dengan penguasa monarki dari negeri lain
dalam persekutuan. Pada zaman sekarang, konsep monarki mutlak hampir tidak ada lagi
dan kebanyakannya adalah monarki konstitusional, yaitu penguasa monarki yang
dibatasi kekuasaannya oleh konstitusi. Contohnya di Malaysia, Yang Dipertuan Agung
merupakan ketua agama Islam, sedangkan di Britania Raya dan negara di bawah
naungannya, Ratu Elizabeth II adalah Gubernur Agung Gereja Inggris. Meskipun
demikian, pada masa sekarang ini biasanya peran sebagai ketua agama tersebut adalah
bersifat simbolis saja.
B. Aristokrasi
Aristokrasi (Yunani ἀριστοκρατία aristokratía, dari ἄριστος aristos "excellent," dan
κράτος kratos "kekuatan") adalah bentuk pemerintahan di mana kekuasaan berada di
tangan kelompok kecil, yang mendapat keistimewaan, atau kelas yang berkuasa.[1]
Istilah ini berasal dari bahasa Yunani aristokratia, yang berarti "aturan yang terbaik".[2]
Pada saat asal kata di Yunani Kuno, hal itu dipahami sebagai pemerintahan terbaik oleh
warga yang memenuhi syarat dan sering kontras baik dengan bentuk monarki, aturan
satu individu. Di kemudian waktu, aristokrasi biasanya dilihat sebagai pemerintahan
oleh kelompok istimewa, individu yang terbaik, kelas bangsawan, dan kontras dengan
demokrasi.
Konsep berkembang di Yunani Kuno, di mana sebuah dewan warga yang terkemuka
yang umumnya diberi kuasa dan kontras dengan demokrasi langsung, di mana dewan
warga laki-laki diangkat sebagai "senat" di sebuah negara kota atau unit politik lainnya.
Orang Yunani tidak menyukai konsep monarki, dan sebagai sistem demokrasi mereka
yang jatuh, aristokrasi ditegakkan.
C. Diktator
Diktator adalah seorang pemimpin negara yang memerintah secara otoriter/tirani
dan menindas rakyatnya. Biasanya seorang diktator naik takhta dengan menggunakan
kekerasan, seringkali dengan sebuah kudeta. Tetapi ada pula diktator yang naik takhta
secara demokratis. Contoh yang paling terkenal adalah Adolf Hitler. Seringkali diktator
dibedakan dengan despot. Seorang despot berkuasa secara sewenang-wenang pula,
tetapi kadangkala ada pula despot yang 'baik'.
Diktatorisme adalah sebuah paham yang artinya diambil dari kata "diktator" artinya
orang yang memerintah suatu negara/pemerintahan dengan hak-hak dan kekuasaan

2
absolut dan -isme yang berarti sebuah pemahaman maka disimpulkan diktatorisme
adalah sebuah paham yang dianut oleh suatu negara untuk dipimpin oleh seorang
pemimpin otoriter yang mempunyai hak dan kewajiban absolut. Adapun diktatorisme
cenderung lebih banyak dipraktikkan di negara-negara Eropa seperti Jerman, Polandia,
Prancis, dan Italia.
D. Republik
Dalam pengertian dasar, sebuah republik adalah sebuah negara di mana tampuk
pemerintahan akhirnya bercabang dari rakyat, bukan dari prinsip keturunan bangsawan
dan sering dipimpin atau dikepalai oleh seorang presiden. Istilah ini berasal dari bahasa
Latin res publica, atau "urusan awam", yang artinya kerajaan dimilik serta dikawal oleh
rakyat. Namun republik berbeda dengan konsep demokrasi. Terdapat kasus di mana
negara republik diperintah secara totaliter. Misalnya, Afrika Selatan yang telah menjadi
republik sejak 1961, tetapi disebabkan dasar apartheid sekitar 80% penduduk kulit
hitamnya dilarang untuk mengikuti pemilu. Tentu saja terdapat juga negara republik
yang melakukan perwakilan secara demokrasi.
Konsep republik telah digunakan sejak berabad lamanya dengan republik yang
paling terkenal yaitu Republik Roma, yang bertahan dari 509 SM hingga 44 SM. Di
dalam Republik tersebut, prinsip-prinsip seperti anualiti (memegang pemerintah selama
satu tahun saja) dan "collegiality" (dua orang memegang jabatan ketua negara) telah
dipraktikkan.
Dalam zaman modern ini, ketua negara suatu republik biasanya seorang saja, yaitu
Presiden, tetapi ada juga beberapa pengecualian misalnya di Swiss, terdapat majelis
tujuh pemimpin yang merangkap sebagai ketua negara, dipanggil Bundesrat, dan di San
Marino, jabatan ketua negara dipegang oleh dua orang.
E. Negara Kesatuan

Negara kesatuan adalah negara berdaulat yang diselenggarakan sebagai satu


kesatuan tunggal, di mana pemerintah pusat adalah yang tertinggi dan satuan-satuan
subnasionalnya hanya menjalankan kekuasaan-kekuasaan yang dipilih oleh pemerintah
pusat untuk didelegasikan. Bentuk pemerintahan kesatuan diterapkan oleh banyak
negara di dunia.

Negara kesatuan bertentangan dengan negara federal (federasi):

Di negara kesatuan, satuan subnasional diciptakan dan dihapus oleh pemerintah


pusat, dan kekuasaan subnasional itu dapat diperluas atau dipersempit oleh pemerintah
pusat. Meskipun kekuasaan politik di negara kesatuan dapat didelegasikan melalui
proses devolusi kepada pemerintah daerah berdasarkan perundang-undangan yang
dibuat parlemen, pemerintah pusat tetaplah yang paling berkuasa; pemerintah pusat
dapat membatalkan peraturan-peraturan daerah atau membatasi kekuasaan mereka.

3
Britania Raya adalah contoh negara kesatuan. Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara,
bersama-sama dengan Inggris adalah negara-negara konstituen dari Britania Raya,
mereka memiliki satu taraf kekuasaan devolutif otonom - yakni Pemerintah Skotlandia
dan Parlemen Skotlandia di Skotlandia, Majelis Pemerintah Wales dan Majelis Nasional
Wales di Wales, dan Eksekutif Irlandia Utara dan Majelis Irlandia Utara di Irlandia
Utara. Tetapi kekuasan devolutif itu hanya didelegasikan oleh Pemerintah Britania
Raya, lebih spesifiknya oleh Parlemen Britania Raya, yang tertinggi di bawah doktrin
kedaulatan parlementer. Lebih jauhnya, pemerintah-pemerintah devolutif secara
konstitusional tidak dapat menentang undang-undang yang dihasilkan oleh parlemen
Britania Raya, dan kekuasaan pemerintah-pemerintah devolutif tidak dapat diperluas
atau dipersempit oleh pemerintah pusat (parlemen dengan suatu pemerintahan yang
terdiri dari Kabinet, yang dikepalai oleh perdana menteri). Misalnya, Majelis Irlandia
Utara pernah dibubarkan sebanyak empat kali, dan kekuasaannya dialihkan kepada
Kantor Irlandia Utara yang dijalankan pemerintah pusat.

Sebaliknya, di negera federal, negara bagian (atau satuan subnasional lainnya)


berbagi kedaulatan dengan pemerintah pusat, dan negara bagian memiliki fungsi
kewujudan dan fungsi kekuasaan yang tidak dapat diubah secara sepihak oleh
pemerintah pusat. Di dalam beberapa kasus, misalnya di Amerika Serikat, hanya
pemerintah federal yang secara langsung memiliki kekuasaan-kekuasaan pendelegasian.

Satu contoh negara federal adalah Amerika Serikat; di bawah Konstitusi Amerika
Serikat, kekuasaan dibagi antara pemerintah federal Amerika Serikat dan semua negara
bagiannya. Terdapat beberapa negara federal yang juga memiliki satuan-satuan
pembagian wilayah yang lebih rendah yang berbentuk kesatuan; Amerika Serikat adalah
federal, sedangkan semua negara bagiannya adalah kesatuan-kesatuan di bawah Aturan
Dillon - county dan munisipalitas hanya memiliki wewenang yang diberikan kepada
mereka oleh masing-masing pemerintah negara bagian di Amerika Serikat berdasarkan
konstitusi negara bagian atau peraturan daerah.

Sebagian besar negara yang menjalankan sistem Westminster adalah negara


kesatuan kecuali India, Australia, Kanada, dan Malaysia, yang berbentuk federal.
Negara-negara ini dapat dipandang sebagai campuran kedua-dua sistem itu,

4
menggunakan sentralitas sistem kesatuan pada tingkatan federal, dan berbagi kekuasaan
dengan negara bagian, provinsi, atau teritori yang dijumpai di dalam sistem federal.

F. Sistem Parlementer

Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan yang parlemennya memiliki


peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki wewenang
dalam mengangkat perdana menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan
pemerintahan, yaitu dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak percaya. Berbeda
dengan sistem presidensiil, sistem parlemen dapat memiliki seorang presiden dan
seorang perdana menteri, yang berwenang terhadap jalannya pemerintahan. Dalam
presidensiil, presiden berwenang terhadap jalannya pemerintahan, tetapi dalam sistem
parlementer presiden hanya menjadi simbol kepala negara saja.Sistem parlementer
dibedakan oleh cabang eksekutif pemerintah tergantung dari dukungan secara langsung
atau tidak langsung cabang legislatif, atau parlemen, sering dikemukakan melalui
sebuah veto keyakinan. Oleh karena itu, tidak ada pemisahan kekuasaan yang jelas
antara cabang eksekutif dan cabang legislatif, menuju kritikan dari beberapa yang
merasa kurangnya pemeriksaan dan keseimbangan yang ditemukan dalam sebuah
republik kepresidenan.

Sistem parlemen dipuji, dibanding dengan sistem presidensial, karena


kefleksibilitasannya dan tanggapannya kepada publik. Kekurangannya adalah dia sering
mengarah ke pemerintahan yang kurang stabil, seperti dalam Republik Weimar Jerman
dan Republik Keempat Prancis. Sistem parlemen biasanya memiliki pembedaan yang
jelas antara kepala pemerintahan dan kepala negara, dengan kepala pemerintahan adalah
perdana menteri, dan kepala negara ditunjuk sebagai dengan kekuasaan sedikit atau
seremonial. Namun beberapa sistem parlemen juga memiliki seorang presiden terpilih
dengan banyak kuasa sebagai kepala negara, memberikan keseimbangan dalam sistem
ini.

Negara yang menganut sistem pemerintahan parlementer adalah Inggris, Jepang,


Belanda, Malaysia, Singapura dan sebagainya.

5
G. Kediktatoran Militer

Junta Militer (diucapkan menurut ucapan bahasa Spanyol hun-ta) biasanya merujuk
ke suatu bentuk pemerintahan diktator militer, khususnya di Hispania dan Amerika
Latin, naiknya diktator militer bisa dengan Perang Saudara seperti di Spanyol (Perang
Saudara Spanyol) atau pronunciamiento[1] (pernyataan kudeta) . Dalam bahasa
Spanyol, junta sendiri berarti "(rapat) bersama", dan biasanya digunakan untuk berbagai
kumpulan yang bersifat kolegial (hubungan kerekanan).

Junta militer biasanya dipimpin oleh seorang perwira militer yang berpangkat tinggi.
Pemerintahan ini biasanya hanya dikuasai oleh satu orang perwira yang mengendalikan
hampir segala-galanya. Bentuk-bentuk junta militer yang terkenal adalah pemerintahan
Augusto Pinochet di Chili dan Proceso de Reorganización Nacional, diktator militer
yang terkenal karena kekejamannya di Argentina dari 1976 hingga 1983, rezim
Francesco Franco di Spanyol (1939-1975),dan sebagainya.

H. Oligarki

Oligarki sendiri adalah suatu sistem pemerintahan yang mana kekuasaan politiknya
dipegang oleh sebuah kelompok elit kecil yang berasal dari masyarakat. Hal ini bisa
dibedakan berdasarkan keluarga, kekayaan dan juga kekuatan militernya.Jika pengertian
secara bahasa, Oligarki sendiri berasal dari bahasa Yunani yakni “oligarchia”, yang
berasal dari dua kata yaitu “oligoi” yang berarti sedikit dan “arkhein” yang berarti
memerintah. Mulanya sistem pemerintahan ini terjadi pada Negara Yunani Kuno.Dalam
beberapa teori menyebutkan mengenai istilah oligarki yang bisa disimpulkan berupa
kekuasaan sekelompok kecil sementara oligarki bisa diartikan sebagai sebuah pelaku
yang menguasai dan juga mengendalikan suatu konsentrasi secara besar besaran di
dalam hal sumber daya material yang nantinya dapat digunakan untuk mempertahankan
mau pun meningkatkan kekayaan pribadi dan posisi eksklusif sosial.

Apabila konsep oligarki berdasarkan pada hal minortas yang menguasai mayoritas
sehingga dapat dikatakan jika di setiap kekuasaan hingga pemerintahan yang
memposisikan minoritas di dalam kepemimpinannya dapat dikatakan sebagai sistem

6
pemerintahan oligarki.Sistem oligarki terjadi beberapa Negara Soviet, cardinal gereja,
sebuah direksi perusahaan hingga di dalam demokrasi itu sendiri. Karena di dalamnya
hanya dipimpim atau dikuasai oleh beberapa orang saja, maka dari itu Jeffrey A.
Winters yang merupakan seorang professor dari Northwestern University, akhirnya
mengubah konsep dan pemahaman mengenai oligarki.Karena menurut Winters,
Oligarki bisa dibedakan menjadi dua dimensi, dimensi yang pertama adalah oligarki
yang memiliki suatu dasar kekuasaan dan kekayaan material yang sangat sulit untuk
dipecah dan diseimbangkan.Sementara dimensi yang kedua menjelaskan jika oligarki
memiliki suatu jangkauan kekuasaan yang cukup luas serta sistematik meskipun
memiliki status minoritas di dalam sebuah komunitas.

Anda mungkin juga menyukai