Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH AKHLAK TASAWUF

“FANA”

Dosen Pembimbing:

Dr. Atabik Lutfi, M.A

DISUSUN OLEH :

Achmad Ridwan 31.18.180

Muhammad Iqbal

Qonita Hanifah 31.18.197

FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM JAKARTA

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur, Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya yang telah diberikan. Sehingga dengan izin-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita  Nabi
agung Muhammad SAW, semoga kita mendapatkan syafa’atnya di Yaumul Kiamah nanti.

Dengan pertolongan Allah dan usaha yang sungguh-sungguh, kami dapat


menyelesaikan tugas makalah yang berjudul : fana’ Kami selaku penulis menyadari bahwa
dalam penulisan tugas ini, masih jauh dari bentuk kesempurnaan. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari bapak maupun ibu dan juga para pembaca
sekalian, adapun kritik dan sarannya, semoga menjadi motivasi bagi kami.

Dengan hasil yang tak seberapa ini, semoga menjadi segudang manfaat bagi


pengembangan ilmu pengetahuan yang luas bagi kami dan pembaca. Selain itu, semoga
makalah ini dapat diterima dan menjadi amal ibadah yang ditempatkan di sisi Allah SWT.
Amin.

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhlak Tasawuf merupakan disiplin ilmu murni dalam Islam. Akhlak dan
Tasawuf mempunyai hubungan yang sangat erat. Sebelum bertasawuf, seseorang
harus berakhlak sehingga bisa dikatakan bahwasanya At tashawwufu nihayatul akhlaq
sedangkan al akhlaqu bidayatut tashawwuf. Dalam tasawuf, digunakan pendekatan
suprarasional yaitu dengan intuisi / wijdan.

Intuisi disini maksudnya adalah mengosongkan diri dari dosa. Ditinjau dari
paradigma pengalamannya, tasawuf terbagi menjadi tasawuf Salaf, tasawuf Suni, dan
tasawuf Falsafi. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang Fana yang
merupakan salah satu komponen dari tasawuf Suni. Setelah melalui maqam Fana
maka Sufi akan menemui maqam ma’rifat.

B. Rumusan Masalah

Pembahasan tentang Fana amatlah luas. Namun dalam makalah ini kami
hanya membatasi pembahasan kami pada:

1. Pengertian Fana

2. Konsep Fana menurut beberapa tokoh

3. Tujuan dan kedudukan Fana

4. Fana dalampandangan al-Qur’an

C. Tujuan Pembuatan Makalah

1. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas ahklaq tasawuf

2. Makalah ini kami buat untuk memahami apa itu fana’

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. PengertianFana’

Dari segi bahasa al-fana berarti hilangnya wujud sesuatu. Fana berbeda
dengan al-fasad (rusak). Fana artinya tidak tampaknya sesuatu, sedangkan rusak
adalah berubahnya sesuatu kepada sesuatu yang lain.

Bagi sufi, fana mempunyai banyak pengertian, misalnya diartikan sebagai ke


adaan moral yang luhur, sebagai definisi yang merekaberikan, yaitu fananya sifat jiwa
atau sirnanya sifat-sifat yang tercela. Dikatakan pula fana mempunyai makna terbebas
darihal-hal yang duniawi atau diartikan dengan sirnanya manusia dari kehendak-Nya
dan kekalan-kekalan kehendaknya dengan kehendak Allah SWT.

Untuk mencapai tahap fana seorang sufi harus melalui berbagai tahap yaitu
sebagai berikut :

1. Kefanaan dari diri sendiri dan sifat-sifatnya, dan kekalan dalam sifat-sifat
yang Maha Benar.

2. Kefanaan dari sifat-sifat yang Maha Benar karena melihat yang Maha
Benar.

3. Kefanaan dari penyaksian terhadap kefanaannya sendiri dalam


mempergunakan terhadap wujud yang Maha Benar.

“Tasawuf itu ialah mereka fana dari dirinya dan baqa dengan Tuhannya,
karena kehadiran hati mereka bersama Allah”.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan fana


lenyapnya sifat-sifat basyariah, akhlak yang tercela, kebodohan dan perbuatan
maksiat dari diri manusia. Sebagian orang mengisyaratkan, bahwa fana itu adalah
meninggalkan sifat-sifat tercela.

4
Tujuan fana yaitu mencapai persatuan secara rohaniah dan batiniah dengan
Tuhan, sehingga yang disadarinya hanya Tuhan dalam dirinya.

B. Konsep Fana’

Beberapa tokoh menyatakan tentang konsep fana’ dengan berbeda-beda.


Disini kami akan menyebutkannya beberapa, antaranya:

1. Abu Bakar al-Kalabadzi mengatakan Hilangnya semua keinginan hawa nafsu


seseorang, tidak ada pamrih dari segala perbuatan manusia, sehingga Ia
kehilangan segala perasaannya dan tidak dapat membedakan sesuatu secara sadar,
dan ia telah menghilangkan semua kepentingan ketika berbuat sesuatu.

2. Al-Junayd mengatakan hilangnya daya kesadaran qalbu (hati) darihal-hal yang di


lihatnya.

3. Al-Qusyairi mengatakan Fana adalah gugurnya sifat-sifat tercela, sedangkan Baqa


adalah berdirinya sifat-sifat terpuji.

C. Tingkatan dan Hikmah Fana’

1. Fana’ Fi af-alillah

Fana dalam tingkatan pertama ini menerangkan bahwa seorang telah hilang
kesadaran atau akal pikirannya sudah tidak berjalan lagi. Dan juga gerak dan diam
telah lenyap, semua gerak dan diam hanya milik Allah.

2. Fana Fissifat

Fana dalam tingkat ini menerangkan bahwa seorang telah lepas dari sifat
indrawi atau dari sifat kebendaan. Dan mereka hanya meng istbatkan sifat sifat Allah.

3. Fana Fil-Asma

Tingkatan ke tiga menerangkan bahwa seseorang telah hilang dari sifat- sifat
keinsanannya, dan semuanya hanya kembali ke allah semata.

4. Fana Fizzat

5
Dalam tingkatan ini dikatakan bahwa seorang telah lenyap dari dirinya sama
sekali, dalam keadaan mana hanya dalam kebaqaan Allah semata-mata. Dapat
disimpulkan bahwa segala-galanya telah hancur lebur, kecuali wujud yang mutlak.

Setelah mengetahui tingkatan tingkatan yang ada kita akan membahas tentang
hikmah dari fana’. Hikmah dari fana’ adalah:

1. Pentauhidan Tuhan semurni-murninya dalam arti, tiada wujud yang mutlaq


melahirkan Allah.

2. Pengenalan Tuhan semurni-murninya, tidak sekedar dengan pengakuan adanya dan


satunya saja dengan ucapan kalimah syahadat, tidak sekedar dalil atau pendapat
dengan jalan akal pikiran saja, tetapi kita mengenal Tuhan dalam arti “Ma’rifat”.

D. Fana’ dalampandangan Al-Qur’an

Fana dan Baqa merupakan jalan menuju Tuhan, hal ini sejalan dengan firman
Allah yang berbunyi:

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia


mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam
beribadat kepada Tuhannya.”( Q. S. Al-Kahfi: 110)

Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa Allah swt telah memberi peluang kepada
manusia untuk bersatu dengan Tuhan secara rohaniyah maupun batiniyah. Caranya
antara lain beramal saleh dan beribadah semata-mata karena Allah, menghilangkan sifat-
sifat danakh;ak buruk, meninggalkan dosa dan maksiat, dan kemudian menghias diri
dengan sifat-sifat Allah. Hal ini kemudian tercakup dalam konsep fana dan baqa’.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fana adalah proses menghancurkan diri bagi seorang sufi agar dapat bersatu
dengan Tuhan. Secara singkat, Fana adalah gugurnya sifat-sifat tercela. Adapun
tujuan Fana adalah mencapai penyatuan secara ruhaniyah dan bathiniyiah dengan
Tuhan sehingga yang disadarinya hanya Tuhan dalam dirinya. Sedangkan kedudukan
Fana merupakan hal. Dalam sejarah tasawuf, Sufi yang pertama kali memperkenalkan
paham Fana dan Baqa adalah Abu Yazid al-Bustami.

Dengan ini kami akhiri penulisan dan pembahasan makalah kami yang
membahas tentang fana’. Kurang lebihnya kami mohon maaf, dan semoga bermanfaat
juga dapat menambah pengetahuan. Amiin.

B. Saran

Alangkah baiknya setelah mempelajari dan memahami materi fana’ dalam


akhlak tasawuf, kita dapat meningkatkan keimanan sehingga kita dapat mencapai
pada ma’rifat.

7
DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. 2006. AkhlakTasawuf. Jakarta : PT GrafindoPersada

Abdurrakhim. 2001. PerkembanganPemikirandalamBintangTasawuf.

Zahri, Mustafa. 1998. KunciMemahamiIlmuTasawuf. Surabaya : PT Bina Ilmu

Anda mungkin juga menyukai