Anda di halaman 1dari 25

QCC – Quality Control Circle

November 15, 2019 by admin standarku.com

Pengertian QCC
QCC adalah sebuah sistem pengendalian kualitas melalui metode 8 langkah
dengan sistem perbaikan berkesinambungan atau kaizen.

Apakah mudah dimengerti? jika belum, mari kita bahas satu per satu :

Pengertian pengendalian kualitas di perusahaan

Sistem adalah suatu kumpulan dari beberapa aktifitas yang memiliki tujuan
khusus yang dijalankan dengan sistematis.

Jadi misalkan di sebuah perusahaan manufaktur elektronik, dibutuhkan sistem


untuk menghasilkan produk elektronik yang berkualitas.

Produk yang berkualitas adalah produk yang sesuai dengan persyaratan


pelanggan dan aturan yang berlaku, jadi produk yang kondisinya tidak sempurna
atau mengalami cacat produksi adalah barang yang tidak berkualitas.

Didalam perusahaan, terdapat banyak sekali permasalahan mengenai kualitas


ini, untuk itu diperlukan suatu solusi agar dapat mencapai kualitas yang sesuai
dengan harapan perusahaan.

Salah satu solusinya adalah dengan menerapkan Metode QCC yang akan kita
bahas di artikel dari standarku.com ini.

Istilah QCC atau GKM

Istilah QCC merupakan kependekan dari Quality Control Circle, diserap ke dalam
bahasa indonesia menjadi istilah Gugus Kendali Mutu (GKM).

Pada perusahaan seperti manufaktur, QCC atau GKM ini adalah sebuah tim
yang dibentuk dari perwakilan beberapa bagian atau departemen yang
ditugaskan untuk melakukan tindakan perbaikan terhadap kualitas produk yang
dihasilkan.
Tim QCC ini akan melakukan pertemuan secara berkala untuk mencari solusi
dan mengupayakan pengendalian mutu atau kualitas dengan cara identifikasi,
analisis dan melakukan tindakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
dalam pekerjaan dengan menggunakan alat-alat pengendalian mutu atau QC
Tools.

QC Tools didalam QCC

Alat kendali mutu atau QC Tools ini biasa disebut dengan 7 QC Tools atau 7
perangkat kendali kualitas, yang terdiri dari :

1. Pareto Chart
2. Cause & Effect Diagram (Fishbone Diagram)
3. Scatter Diagram (Diagram Tebar)
4. Control Chart (Peta Kendali)
5. Check sheet (Lembar Periksa)
6. Histogram
7. Flow Chart
Sejarah QCC

Quality Control Circle (QCC) atau Gugus Kendali Mutu (GKM) ini pertama kali
diperkenalkan oleh seorang ahli pengendalian mutu yaitu Prof. Kaoru Ishikawa
pada tahun 1962 bersama dengan Japanese Union of Scientists and Engineers
(JUSE).

Perusahaan pertama yang menjalankan konsep Gugus Kendali Mutu (GKM)


adalah Nippon Wireless and Telegraph Company pada tahun 1962.

Hubungan Kaizen dengan QCC

Metode QCC dijalankan dengan prinsip dasar perbaikan berkesinambungan,


konsep ini didasarkan pada konsep yang diterapkan oleh perusahaan Jepang
yaitu Kaizen.

Kaizen adalah sebuah sistem perbaikan berkesinambungan atau terus menerus


yang dilakukan pada ruang lingkup seperti : kualitas, teknologi, proses, budaya
perusahaan, produktivitas, keselamatan dan kepemimpinan.

Penerapan Kaizen inilah yang dijalankan dengan menggunakan suatu metode


pengendalian mutu yaitu QCC.
8 Langkah dalam QCC

Metode yang digunakan dalam QCC adalah 8 langkah atau 8 step, yang terdiri
dari :

1. Penentuan Tema
2. Penetapan Target
3. Analisa Kondisi Yang Ada (ANAKONDA)
4. Analisa Sebab Akibat
5. Rencana Penanggulangan
6. Penanggulangan
7. Evaluasi Hasil
8. Standarisasi dan Tindak Lanjut
PDCA dalam QCC

Sebenarnya delapan langkah untuk menyelesaikan masalah yang sedang


dihadapi oleh QCC dapat dirangkum kedalam sebuah siklus yang dinamakan
dengan PDCA.

PDCA merupakan singkatan dari nama-nama 4 siklus yang terdiri dari :

1. Plan (perencanaan)
2. Do (pengerjaan)
3. Check (pemeriksaan)
4. Action (tindakan)
Pengertian PDCA

PDCA adalah konsep yang digunakan untuk melakukan perbaikan


berkesinambungan atau continuous improvement yang diterapkan didalam
konsep QCC.

Istilah PDCA merupakan kependekan dari “Plan, Do, Check, Act” atau
diterjemahkan sebagai : “Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti”.

Arti lain dari PDCA adalah suatu metode untuk membantu proses pemecahan
masalah dengan empat langkah iterative yang umum digunakan didalam
pengendalian kualitas.

Sejarah PDCA
Siklus PDCA tersebut dicetuskan oleh seorang ahli yang bernama W Edwards
Deming, beliau dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas modern,
sehingga siklus ini juga sering disebut dengan siklus Deming.

Menurut Deming, jika suatu organisasi ingin menghasilkan produk atau jasa yang
bermutu, maka roda dari siklus PDCA harus berputar.

Hubungan Siklus PDCA dengan 8 langkah QCC


1. Plan

Siklus yang pertama ini terdiri dari 4 langkah QCC yaitu :

1. Menentukan Tema dan Analisa Situasi


2. Menetapkan target
3. Analisa faktor penyebab dan menemukan sumber penyebab
4. Mencari ide-ide dan rencana perbaikan
2. Do

Siklus yang kedua ini terdiri dari 1 step QCC yaitu :

1. Implementasi rencana perbaikan


3. Check

Siklus yang ketiga ini terdiri dari 1 step QCC :

1. Evaluasi hasil perbaikan


4. Action

Siklus keempat ini terdiri dari 2 step QCC :

1. Standardisasi dan rencana pencegahan


2. Penetapan rencana berikut

Manfaat PDCA

Penerapan PDCA ini memiliki berbagai manfaat antara lain sebagai berikut :

 Mempermudah pembagian wewenang dan tanggung jawab didalam


organisasi.
 Bisa menjadi pola kerja dalam perbaikan proses atau sistem di dalam
organisasi.
 Tata cara penyelesaian masalah dan pengendaliannya dengan pola yang
runtun dan sistematis.
 Sebagai kegiatan continuous improvement, agar dapat memperpendek
alur kerja
 Mengurangi dan menghapuskan pemborosan di tempat kerja, serta
meningkatkan produktivitas.
Pembentukan Tim QCC
Tugas Dan Peran anggota QCC

Berikut ini penjelasan mengenai tugas dan peran yang spesifik dari anggota
QCC untuk mempermudah pemahaman.

Facilitator QCC

Pengertian Facilitator adalah orang yang bertanggung jawab untuk


mengkoordinir dan mengarahkan kegiatan QCC atau Project di dalam suatu
Divisi atau Departemen atau Bagian.

Peran atau tanggung jawab dari fasilitator adalah menjadi seorang :

 Koordinator (Coordinator )
 Katalisator (Catalyst)
 Pelatih ( Coach )
 Pembaharu ( Innovator )
 Promotor ( Promotor )
 Seorang Fasilitator kita harus bertanggung jawab mengarahkan kegiatan
QCC/P di
 tempat kerja kita
 Penghubung ( Communicator )
Ada berbagai syarat untuk menjadi seorang Fasilitator, diantaranya adalah :

 Fasilitator yang mampu berbicara baik dengan manajemen maupun


anggota tim QCC.
 Berpengalaman di area kerjanya: proses dan produk.
 Menguasai metodolgi yang dipakai (misalnya: 8 Langkah Perbaikan, Six
Sigma-DMAIV/DMADV), penggunaan Quality Tools (misalnya: 7QC Tools
dan 7 Management Tools) dan mampu mengajarkannya.
Tugas-tugas dari Facilitator antara lain adalah :
 Mengkoordinir kegiatan QCC/P yang ada di bagiannya
 Melatih Circle Leader dan Thema Leader QCC/P
 Menghadiri pertemuan-pertemuan QCC/P
 Membimbing dan mengarahkan kegiatan QCC/P
 Mempromosikan program-program QCC/P
 Mengatur pertemuan QCC/P dengan pihak luar
 Mengatur kunjungan QCC/P ke bagian lain (benchmarking)
 Mempersiapkan tim untuk konvensi QCC/P
 Menghadiri konvensi QCC/P
 Meminta dan menyimpan laporan QCC/P
 Mengirim laporan kegiatan QCC/P ke komite/PIC/HRD
 Mempublikasikan hasil-hasil QCC/P ke seluruh karyawan .

Circle Leader

Pengertian dari Circle Leader adalah seorang penggerak aktivitas, dimana ia


akan bertanggung jawab terhadap keberlangsungan dan keberhasilan aktivitas
QCC.

Syarat untuk menjadi seorang QCC Leader atau Ketua Circle adalah :

 Sebaiknya dipilih oleh anggota Tim QCC atau oleh Fasilitator


 Memahami mekanisme, metodologi dan tools QCC
 Sudah pernah ikut pelatihan tentang QCC atau sejenisnya.
Tugas dari seorang Circle Leader :

 Berusaha meningkatkan pengetahuan dan “skill” (baik yang menyangkut


pekerjaan maupun QCC/P).
 Mengatur pertemuan-pertemuan Circle
 Memastikan agar orientasi pertemuan circle selalu pada rencana aktivitas
 Mendorong keterlibatan semua anggota
 Membangkitkan semangat & menciptakan suasana kerja yang harmonis
 Memberikan bimbingan kepada “ Thema Leader” dan semua anggota
tentang hal-
 hal berhubungan dengan aktivitas QCC
 Menjaga agar aktivitas berjalan kontiniu dan berkembang
 Memeriksa apakah dokumen-dokumen lengkap, tersusun dan tersimpan
dengan rapi
 Menjaga hubungan baik dengan “Facilitator” , Pimpinan unit kerja dan
Circle- circle yang lain
 Meminta bantuan dan nasehat bila aktivitas QCC mengalami hambatan-
Hambatan

Thema Leader

Pengertian dari Thema Leader adalah seseorang yang bertanggungjawab


terhadap keberhasilan thema .

Peran atau tanggung jawab dari Thema Leader adalah:

 Thema Leader sebagai pusat aktivitas thema


 Menunjukkan sikap kepemimpinan
 Menguasai hal-hal yang berkaitan dengan thema yang dipilih
 Membuat rencana aktivitas, rencana meeting dengan Circle Leader
 Mengadakan komunikasi dengan Circle Leader , Fasilitator dan pimpinan

Notulis QCC

Tugas dari seorang Notulis adalah :

 Membuat ringkasan hasil pertemuan


 Membagikan ringkasan hasil pertemuan kepada anggota
 Menyimpan dokumen yang ada hubungannya dengan aktivitas QCC
dengan rapi

Anggota QCC

Peran dari anggota atau QCC Member adalah :

 Mengikuti rapat-rapat yang diadakan oleh Tim QCC


 Berpartisipasi dalam rapat
 Mengidentifikasi, menganalisa, dan mengatasi masalah yang berhubungan
dengan pekerjaan dan mengimplementasikan solusinya.
 Mengevaluasi hasil perbaikan
 Menstandarisasi hasil perbaikan,
 Mensosialisasi hasil perbaikan
Syarat untuk menjadi QCC Member atau Anggota Circle adalah harus :
 Mempunyai kemauan yang keras untuk maju dan selalu belajar.
 Menghadapi atau berhubungan masalah atau tema yang diangkat.
 Sukarela untuk memberikan yang terbaik kepada organisasi.
 Mau dan mampu bekerja sama dalam Tim.

Langkah-langkah penerapan QCC

Langkah pertama yang dilakukan adalah pembentukan tim dan menentukan


rencana aktivitas, sebagaimana berikut :

 Memilih pimpinan circle, untuk tahap pertama disarankan pimpinan circle


dipilih dari pimpinan formal di perusahaan, misalkan Group Leader atau
Section Head.
 Menentukan keanggotaan circle, biasanya terdiri dari : fasilitator, notulen,
member.
 Menentukan jadwal pertemuan tim untuk membahas circle.
 Menentukan rencana aktivitas perbaikan atau improvement untuk QCC.
 Memastikan hal-hal lain yang mendukung kelancaran circle, misalnya :
komitmen dari anggota, persiapan pertemuan, nama circle, dan lainnya.

1. Penentuan Tema QCC

Tema adalah masalah yang diangkat untuk dianalisa, kemudian dicari


penyebabnya dan ditanggulangi. Masalah ini bisa berupa penyimpangan dari
keinginan, target, ataupun standard.

Langkah dalam menentukan thema dibagi menjadi tiga bagian berikut :

1. Mencari data, rencanakan pengumpulan data (data apa, siapa yang


mengumpulkan data, dimana dan kapan data dikumpulkan)
2. Analisa data
3. Menentukan tema dan mengidentifikasi dampak atau kerugian apabila
tema atau masalah tidak ditindaklanjuti
Kemudian, pelajari isu-isu yang bisa dijadikan tema QCC seperti :

 Produktivitas
 Kualitas
 Biaya (Cost)
 Pengiriman (Delivery)
 Proses Produksi
 Keselamatan
 Semangat Kerja (Morale)
 Lingkungan
 Dan lain-lain
Teknik mencari tema

Dalam mencari tema kita bisa menggunakan beberapa metode seperti : 4M1E,
Muda-Mura-Muri, VoC, Risk Management.

Berikut penjelasan detail dari berbagai teknik tersebut :

4M1E

4M1E adalah penggolongan lima faktor produksi untuk mempermudah analisa


masalah di proses produksi, artinya :

 Material : bahan baku atau input proses


 Machine : mesin atau alat atau instrumen
 Man : manusia atau pekerja
 Method : metode kerja
 Environment : lingkungan sekitar tempat kerja atau proses
Dari kelima faktor tersebut, adakah ditemukan masalah yang bisa diangkat
sebagai tema?

Muda-Mura-Muri

Muda-Mura-Muri adalah konsep pengelompokan masalah yang sering digunakan


di industri terutama otomotif, artinya :

 MUDA : pemborosan
 MURA : ketidakseimbangan
 MURI : beban berlebihan
Dengan adanya ketiga pengelompokan tersebut, maka akan memudahkan
mencari ide untuk tema QCC yang ingin dilakukan.

VoC
VoC merupakan kepanjangan dari Voice of Customer, pengertiannya :

Voice of Customer adalah kebutuhan dari pelanggan (Customer) yang


merupakan keinginan yang harus dipenuhi dalam rangka untuk memuaskan
kebutuhan mereka.

Dalam metode VoC, selain berdasarkan atas kebutuhan dari pelanggan


(Customer) juga perlu analisa mengenai aktifitas pesaing atau kompetitor dan
perubahan pasar.

Siapakah customer? Customer adalah penerima langsung atau tidak langsung


dari produk atau jasa yang dihasilkan. Customer dapat dibedakan menjadi dua
kategori yaitu External dan Internal.

Customer merupakan penilai di bagian paling akhir mengenai keberhasilan


produk atau jasa yang dihasilkan.

Ciri-ciri dari Voice of Customer :

1. Tidak spesifik, Customer sering sekali tidak spesifik dalam


menggambarkan keinginan mereka yang sebenarnya.
2. Tidak terukur, kita harus mampu untuk menterjemahkan kebutuhan
spesifik mereka kedalam persyaratan yang dapat diukur, sehingga kita
dapat mendefinisikan Performance Standard atau Standard Kinerja yang
harus dicapai.
Tema QCC yang didapat dari VoC ini biasanya memiliki nilai yang paling
prestisius, karena dampaknya langsung dirasakan oleh customer.

Risk Management (manajemen resiko)

Risk Management adalah sebuah metode terstruktur untuk menemukan,


mengelola dan meminimalisir resiko yang sering muncul di proses produksi.

Sedangkan resiko adalah sesuatu yang mengancam atau peluang untuk


kehilangan suatu kesempatan.

Risk Management akan mengendalikan segala hal atau kejadian terdapat


potensi atau konsekuensi yang dapat menimbulkan kesempatan (opportunity)
untuk meraih keuntungan (benefits) dan ancaman untuk meraihnya.
Dengan menggunakan metode ini, Tema yang dapat mengubah resiko menjadi
peluang akan dapat ditemukan.

2. Analisa Tema

Kemudian, tahapan berikutnya adalah merangkum hasil analisa dan penentuan


tema tersebut ke dalam 3 metode : Business case, Problem statement, Project
scope. Berikut penjelasan detil ketiganya :

Business Case

Business Case adalah metode yang digunakan untuk memperkuat atau


memperjelas pentingnya tema atau judul yang diambil untuk dijadikan project
improvement.

Beberapa pertanyaan berikut ini dapat digunakan untuk membantu perumusan


Business Case :

 Mengapa project penting untuk dilakukan?


 Mengapa perlu dilakukan saat ini?
 Apa konsekuensinya jika project ini tidak dilakukan?

Problem Statement

Problem statement adalah metode untuk memperjelas masalah yang dipilih, dan
mencakup deskripsi permasalahan yang ada.

Didalam metode ini, digunakan beberapa pertanyaan seperti :

Apa yang tidak sesuai dengan keinginan customer ?


Kapan dan dimana problem terjadi ?
 Seberapa besar dan apa akibat problem tersebut ?
Namun, hindari untuk membuat pertanyaan seperti berikut :

 Penggunaan pernyataan negatif dan asumsi belaka.


 Pernyataan yang mengarah pada penemuan sumber penyebab.
Project Scope

Project Scope adalah metode untuk membatasi ruang lingkup project perbaikan
yang dilaksanakan.

Beberapa hal yang dapat dimunculkan di dalam project scope antara lain seperti
: batasan proses, lokasi dan kendala yang dihadapi.

Untuk memudahkannya, dapat menggunakan tool tambahan seperti peta SIPOC


(supplier-input-process-output-customer)

2. Menetapkan target

Setelah tema diputuskan atau dipilih, maka langkah berikutnya adalah


menentukan target. Karena target yang terukur akan lebih mudah dipahami.

Gunakan pertimbangan dari hal-hal berikut untuk menetapkan target perbaikan :

 Apa item atau karakteristik yang akan dievaluasi


 Berapa nilai target yang akan dicapai (terukur)
 Kapan pengiriman atau target tersebut selesai
Target Perbaikan atau Pernyataan Sasaran (Goal Statement) merupakan tujuan
akhir dari penyelesaian masalah, untuk itu perlu diperhatikan hal-hal berikut :

 Tuliskan definisi tentang peningkatan yang ingin dicapai dan batasan


waktunya, biasanya mengandung kata kerja “MENGURANGI,
MENINGKATKAN, MENGHILANGKAN”.
 Didalam menyatakan masalah dan tujuan peningkatan haruslah SMART,
yaitu : Spesifik, Measurable, Attainable, Realistic, dan Time Bound).
 Namun jangan sampai penulisan target terlihat berlebih-lebihan, atau tidak
menjelaskan solusinya atau tidak menyebutkan sumber permasalahannya.
Berikut penjelasan mengenai istilah SMART diatas :

S : adalah specific, yaitu Judulnya jelas

M : adalah measurable, artinya Nilai dan satuannya jelas


A : adalah achievable, yaitu dapat dicapai

R : adalah reasonable atau Realistic, maksudnya memiliki alasan yang masuk


akal atau Realistis

T : adalah time base, berarti pengaturan waktunya jelas

Ada beberapa dasar dalam penetapan target tersebut, seperti dari :

1. Target yang ditetapkan oleh perusahaan.


2. Target dari customer.
3. Kondisi terbaik yang pernah dicapai atau merefer kondisi sebelumnya.
4. Hasil dari analisa untuk menentukan target.
5. Veto atau hasil kesepakatan bersama yang tidak didukung dengan data
akurat , namun dasar penetapan dari target point ke 5 ini merupakan yang
paling lemah.
Perlu diperhatikan bahwa : meskipun QCC Leader sudah mempertimbangkan
targetnya, namun tetap perlu didiskusikan, dikomunikasikan atau diberitahukan
kepada anggota QCC yang lain dan atasan yang bersangkutan.

3. Analisa Penyebab Masalah

Tahap ini adalah melakukan investigasi, yaitu penyelidikan terhadap faktor atau
akar permasalahan dan akar penyebab. Berikut ada beberapa teknik analisa
yang dapat diterapkan pada tahap ini :

1. Anakonda

Istilah Anakonda adalah kependekan dari : Analisa Kondisi yang Ada, metode
ini dilakukan dengan cara penyelidikan dan analisa secara lebih teliti. Tujuannya
adalah :

 Menemukan akar permasalahan atau penyebab langsung yang


sebenarnya.
 Mendapatkan fakta dan data tentang adanya penyimpangan atau kondisi
yang tidak baik, yang berhubungan dengan akar permasalahan.
Aktivitas yang biasa dilakukan dengan metode anakonda :
 Lakukan observasi, kemudian persempit lingkup masalah dengan metode
Stratifikasi data atau data grouping.
 Metode Genba, yaitu pengecekan langsung ke proses atau mesin di lokasi
terjadinya masalah.
 Selidiki diproses mana masalah itu terjadi, bisa dengan teknik Audit atau
assessment.
 Selidiki kronologis terjadinya masalah, sehingga kapan dan bagaimana
terjadinya masalah tersebut dapat dipahami dengan baik.
 Kumpulkan fakta berupa data tentang kondisi kurang baik dan
penyimpangan yang terjadi.
 Dilakukan dengan cara membandingkan standar dengan kondisi aktual,
serta mengidentifikasi produk yang defect atau cacat.

2. Why-Why Analysis

Why-Why Analysis adalah teknik analisa masalah dengan cara memunculkan


semua kemungkinan penyebab masalah untuk kemudian dipersempit dengan
tujuan menemukan sumber masalah.

Teknik ini dapat dikombinasikan dengan 2 tool yaitu :

 diagram tulang-ikan atau Fishbone Diagram


 diagram hubungan sebab-akibat atau Relationship Diagram
Berikut urutan penerapan Why-Why Analisis tersebut :

1. Pertama-tama gunakan Fishbone Diagram untuk menjelaskan faktor apa


saja yang kemungkinan berpengaruh terhadap ketidaktercapaian suatu
parameter sesuai dengan tema yang dipilih.
2. Gunakan metode 5 Why untuk mendapatkan kemungkinan sumber
penyebab, dengan cara tanyakan “Why”sebanyak 5 kali sampai akar
permasalahan teridentifikasi.
Analisa “Why-Why” ini bisa digunakan untuk menentukan akar permasalahan,
dan bisa juga untuk mengidentifikasi solusi untuk menghilangkan atau
mengurangi masalah atau problem tersebut.

Kesalahan dalam proses analisa penyebab bisa saja terjadi, berikut beberapa
kasus yang bisa dijadikan pelajaran :

 Dalam melakukan analisa, member tidak sepenuhnya paham proses atau


mesin.
 Member seringkali tidak berurutan dalam menganalisa masalah.
 Member sering terfokus pada ada atau tidak adanya alat bantu atau tools
atau equipment tertentu, tetapi tidak fokus ke fungsi dari keberadaan alat
bantu tersebut.
Metode 4M1E Lima faktor Produksi

4M1E adalah metode analisa masalah yang dihubungkan dengan faktor :


Material, Machine, Man, Method, Environment.

Kelima faktor tersebut sering digunakan sebagai pertanyaan untuk analisa


didalam metode Fishbone Diagram.

3. Root cause validation

Root cause validation adalah validasi terhadap akar penyebab masalah yang
sudah disepakati, fungsinya untuk :

 Membuktikan apakah akar penyebab benar-benar terjadi.


 Membuktikan bahwa akar penyebab benar-benar berpengaruh terhadap
permasalahan.
 Mencari seberapa besar pengaruh dari masing-masing akar penyebab
tersebut terhadap permasalahan.
Metode dan tool yang dapat digunakan dalam tahap Root cause validation
adalah :

 Observasi terhadap Data


 Observasi atau Audit assessment atau Gemba terhadap proses atau
mesin
 Scatter diagram
Berikutnya adalah menentukan root cause yang berpengaruh paling besar
terhadap permasalahan.

Setelah verifikasi untuk semua sumber penyebab masalah dilakukan, kemudian


ditentukan sumber penyebab yang sesungguhnya (Root Cause). Metode dan
tool yang dapat digunakan pada tahap ini adalah :

 Observasi terhadap Data


 Observasi atau Audit assessment atau Gemba terhadap proses atau
mesin
 Scatter diagram
 Pareto diagram

4. Mencari Ide-ide dan rencana perbaikan

Pada tahap ini dilakukan perencanakan penanggulangan yang efektif untuk


menghilangkan penyebab utama, caranya adalah dengan membandingkan
beberapa alternatif penanggulangan berdasarkan beberapa kriteria berikut :

 Dampak, artinya adalah seberapa besar masalah itu bisa dieliminir,


mampukah hal ini menuntaskan masalah?
 Teknis, artinya adalah apakah rencana perbaikan dapat dilakukan,
diterapkan dan mudah untuk dioperasikan?
 Ekonomis, artinya adalah perencanaan seberapa besarkah keuntungan
yang akan didapatkan.
Sebagai tambahan masukan adalah bahwa untuk setiap masalah yang ada,
sebaiknya dimunculkan beberapa ide perbaikannya.

Prioritas dan pemilihan ide-ide Solusi

Bila ide-ide solusi ada lebih dari satu, maka pilihlah solusi yang dianggap terbaik.

Kriteria solusi terbaik tersebut adalah yang memberikan dampak paling maksimal
dalam arti biaya solusi rendah dan memberikan manfaat paling besar.

Biaya (cost) solusi adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
solusi termasuk pengembangan & implementasi biaya pengoperasiannya.

Manfaat (benefit) solusi adalah kemungkinan dampak positif yang timbul karena
solusi yang diberikan, misalnya : pengurangan biaya operasi, pengurangan cycle
time, penghematan pemakaian material, peningkatan produktivitas, dan lainnya.

Baik biaya maupun benefit yang dinyatakan berkaitan pemilihan solusi adalah
bersifat perkiraan (estimation), ini disebabkan belum ada implementasi solusi.

Tool atau alat untuk memilih solusi ‘terbaik’ ada 2 macam yaitu : “Solution
Selection Matrix” dan “One on One Pairwase comparison”.
Pada saat mengambil keputusan hal yang sering dipakai adalah analisa biaya-
manfaat (cost-benefit) dan prediksi perubahan kinerja.

Keputusan yang diambil adalah solusi yang memberikan peningkatan kinerja


paling besar dan memerlukan biaya yang paling kecil serta memperoleh manfaat
yang besar.

Beberapa tips untuk mencari ide yang baik :

 Jelaskan kembali apa tujuan dan target perbaikannya.


 Cari ide-ide baru, biarkan semua anggota mengeluarkan ide-idenya yang
bagus, jadikan ini sebagai kekuatan. KREATIVITAS sangat penting
artinya.
 Berpikirlah secara jernih.
 Berusahalah memperluas pengetahuan dan pengalaman.
 Sudah bukan saatnya mengulang pada solusi “favorit” atau rutin untuk
mengatasi masalah, contohnya : Melakukan pelatihan atau sosialisasi
ulang, standarisasi proses yang sudah ada.
 Gunakan tool untuk pendekatan berpikir kreatif, seperti : process
Benchmarking, Best Practice Tool Scampe
Untuk lebih jelasnya mengenai tool Scamper, maka akan dibahas sebagai
berikut :

Tools SCAMPER

SCAMPER adalah salah satu tools pemacu kreatifitas yang membantu untuk
memikirkan perubahan apa yang dapat dilakukan terhadap produk, proses atau
jasa layanan yang sudah ada sehingga muncul sebagai produk, proses, atau
jasa layanan baru.

Menurut sejarah, Tool ini diperkenalkan pertama kali oleh Alex Osborne, seorang
guru pelopor kreatifitas pada tahun 1953.

Strategi pemikiran ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Bob Eberle 1971
dalam bukunya SCAMPER: Games for Imagination Development.

Istilah SCAMPER ini merupakan kependekan dari aplikasinya, dan setiap huruf
darinya memiliki makna tersendiri. Berikut penjelasan detail per huruf :
S (Substitute) atau mengganti
Substitusi atau mengganti sebagian produk, proses atau jasa layanan yang ada
sehingga tercipta produk, proses atau jasa layanan baru, bertujuan untuk
mengembangkan ide alternatif untuk mengganti gagasan yang memang sudah
buntu.

C (Combine) atau Mengkombinasi

Mengkombinasikan atau menggabungkan satu atau dua produk, proses atau


jasa layanan menjadi produk, proses atau jasa layanan baru.

A (Adapt) atau Mengadaptasi


Mengadaptasi produk, proses atau jasa layanan dari perusahaan lain ke dalam
produk, proses atau jasa layanan perusahaan sendiri sehingga tercipta produk,
proses atau jasa layanan yang baru.

M (Modify) atau Memodifikasi


Memodifikasi produk, proses atau jasa layanan menjadi lebih komplek atau lebih
sederhana dan menjadi lebih baik sehingga terbentuk produk, proses atau jasa
layanan baru.

P (Put to another use) atau Kegunaannya


Memodifikasi produk, proses atau jasa layanan menjadi lebih komplek atau lebih
sederhana dan menjadi lebih baik sehingga terbentuk produk, proses atau jasa
layanan baru.

E (Eliminate) atau Elaborate

Eliminate adalah proses menghilangkan atau menghapus sebagian komponen


produk, proses atau jasa layanan yang ada untuk menghasilkan produk, proses
atau jasa layanan baru.

Elaborate adalah menambahkan detail pada produk, proses atau jasa layanan
yang ada sehingga tercipta produk, proses atau jasa layanan baru.

R (Reverse / Rearrage) atau Menyusun Kembali


Reverse adalah upaya membalik produk, proses atau jasa layanan sehingga
tercipta produk, proses atau jasa layanan baru.

Rearrange adalah upaya mengubah atau mengatur ulang susunan produk,


proses atau jasa layanan menjadi produk, proses atau jasa layanan baru.
5. Implementasi Rencana Perbaikan

Aktifitas yang dilakukan pada tahap ini adalah menerapkan ide-ide Perbaikan
dan menyampaikan deskripsi perbaikan, dengan cara berikut :

 Buat pengertian bersama dan konsensus sebelum implementasi.


 Perhitungkan faktor resiko agar perbaikan yang sesungguhnya tidak
terganggu.
 Gunakan data untuk meyakinkan hasilnya nanti.
 Waspada terhadap hal-hal yang tidak diinginkan.
 Melaksanakan penanggulangan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
 Semua orang yang terlibat ikut berperan aktif sesuai dengan pembagian
tugas yang telah disepakati.
 Kumpulkan data dan catat semua hal-hal yang menyimpang selama
pelaksanaannya.
 Pengecekan hasil dilakukan dengan membandingkan kondisi sebelum dan
sesudah perbaikan atau penanggulangan.
 Yang penting adalah semangat, antusiasme, dan bukti. bukan rencana
besar tetapi tidak ada yang terlaksana.
 Selalu ingat bahwa ini adalah perbaikan secara

Teknik penanggulangan yang disebutkan diatas biasanya dilakukan dengan


metoda ECRS, berikut arti dari metode tersebut :

 Eliminate : Penghilangan
 Combine : Penggabungan
 Re-Arrange : Penataan/penyusunan ulang
 Simplify : Penyederhanaan

Hal-hal yang perlu dijelaskan didalam tahap Penanggulangan ini adalah :

 Hasil atau aktivitas pelaksanaan “ HOW “


 Liku – liku aktivitas yang telah dilaksanakan
 Kesulitan yang telah dilalui
 Hasil yang telah dicapai dan bagaimana cara mendapatkannya
 Melakukan PDCA, sampai semaksimal mungkin
6. Evaluasi Hasil Perbaikan

Hasil perbaikan harus dievaluasi, metode evaluasi Keberhasilan dan Keuntungan


disini dibagi menjadi 3 :

1. Menjawab target, pastikan evaluasi hasil sebagaimana target pada


Langkah 2, sebelum melihat dampak yang lain.
2. Penghitungan Cost – Benefit, diukur perbandingan antara benefit yang
didapat dengan biaya (cost) yang dikeluarkan.
3. Tinjauan keberhasilan dengan tolak ukur QCDSM, melakukan analisis
perubahan dan manfaat pelaksanaan project perbaikan secara
keseluruhan dan kemudian bandingkan hasil dengan target yang telah
ditetapkan agar hasil yang diperoleh lebih jelas terlihat .

Benefit – Cost

Perhitungan benefit yang diperoleh perlu dilakukan untuk mengetahui dampak


implementasi solusi yang dilakukan. Benefit yang diperoleh bisa dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu :

1. Tangible Benefit (Real Benefit), adalah manfaat yang langsung kelihatan


atau “manfaat riil”. Tangible Benefit biasanya digunakan untuk menghitung
manfaat bersih (net benefit).
2. Intangible Benefit (Potential Benefit), adalah manfaat yang tidak langsung
kelihatan atau “manfaat potensial”. Intangible Benefit ini tidak digunakan
untuk menghitung Quality Income.

Perhitungan Cost man power, material, energi

Cost man power adalah :

 Cost yang digunakan untuk hire man power dari perusahaan lain yang
berkaitan dengan improvement.
 Cost yang keluar untuk overtime man power yang berkaitan dengan
improvement yang sedang dilakukan.
 Cost tambahan yang dikeluarkan yang berkaitan dengan improvement
(diluar pendapatan rutin bulanan).

Cost Material adalah :


 Kebutuhan material yang diperlukan dalam improvement, seperti :
membuat alat dan modifikasi alat.

Cost Energy adalah :

 Energy yang diperlukan dalam proses improvement seperti : kebutuhan


listrik, Air, Gas, Angin, Steam, dan lainnya.

Untuk memahami Perhitungan Manfaat tersebut bisa kita lihat contoh nyata
berikut :

 Penghematan sparepart yang digunakan termasuk real benefit atau


tangible benefit.
 Penghematan jam, yang berdampak terhadap penghematan man power
termasuk manfaat potensial.
 Penghematan jam, yang berdampak terhadap peningkatan produksi
department lain termasuk manfaat potensial.

Tinjauan keberhasilan dengan tolak ukur QCDSM

Periksa hasil dilakukan dengan menggunakan tolok ukur atau “control point”, dan
cara yang dilakukan adalah sama seperti langkah analisis.

Dengan demikian hasil sebelum dan sesudah bisa dibandingkan seperti pada
Langkah 5. Pengukuran ini bisa dilakukan berdasarkan tolak ukur metode
QCDSM (Quality-Cost-Delivery-Safety-Morale).

Selalu diingat bahwa setiap penjelasan sedapat mungkin bisa diukur atau
measurable, dan juga berdasarkan data (bukan berdasarkan atas perkiraan
belaka).

7. Standardisasi Hasil Perbaikan

Wujud dari pelaksanaan standardisasi pada tahap ini bisa dalam bentuk seperti
berikut :
 Standar
 Perubahan Kebijakan
 Prosedur Tertulis
 Uraian Pekerjaan
 Pelatihan atau Sosialisasi

Standardisasi tersebut diperlukan untuk mencegah masalah yang terulang


kembali, alasan utama untuk melakukannya adalah :

Tanpa adanya standar, maka karyawan yang sudah lama bekerja bisa jadi lupa
sehingga perlu ada panduan dari standar.

Sedangkan orang baru akan tidak dapat memahaminya pula tanpa ada standar
yang jelas, jadi standar juga berfungsi agar masalah yang sama tidak dapat
muncul kembali.

Perjelas Standard dengan metode 5W1H, metode ini digunakan untuk


melakukan standardisasi atas dasar penyelidikan dengan menggunakan
pertanyaan 5W1H.

5W1H adalah metode analisis dengan menggunakan kata tanya yaitu : “What-
Where-When-Why-Who” atau artinya “Apa-Dimana-Kapan-Kenapa-Siapa”.

Untuk kontrol dan memastikan agar standardisasi dilaksanakan dengan benar,


bisa menggunakan Check Sheet atau dengan cara didata.

Contoh-contoh dokumen Standardisasi :

Standar Operational Procedure (SOP)

Standar Operational Procedure adalah panduan yang berisi serangkaian


kegiatan dalam suatu perusahaan yang diatur secara sistematis untuk mencapai
suatu tujuan.

Format SOP umumnya berisikan beberapa hal sebagaimana berikut ini :

1. Tujuan : adalah tujuan ditetapkannya prosedur yang terdapat dalam suatu


SOP yang dibuat.
2. Ruang Lingkup : adalah batasan, fungsi, area, personnel, produk atau
proses dimana SOP yang dibuat dapat diterapkan atau dioperasikan.
3. Referensi : adalah acuan yang digunakan, termasuk undang-undang,
peraturan pemerintah, peraturan perusahaan, standar ISO, dan SOP-SOP
yang lain yang dapat memperjelas tujuan SOP yang dibuat.
4. Definisi : adalah penjelasan atau arti dari istilah-istilah yang dibahas
(Terminologi) yang ada dalam SOP yang dibuat. Bila perlu, diuraikan
secara singkat pemahaman mengenai fungsi, formula, metode, ataupun
konsepsi aktivitas tertentu.
5. Kebijakan : adalah kebijakan (policy) operasional yang merupakan
batasan-batasan yang menetapkan suatu kegiatan bisa atau tidak bisa
dilaksanakan dalam situasi dan kondisi tertentu.
6. Alur Proses : adalah uraian mengenai tahapan kegiatan antar
departemen secara sistematis, untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
7. Daftar Dokumen Pendukung : adalah daftar instruksi kerja, standar
parameter, formulir atau catatan pendukung (record) yang digunakan
dalam menjalankan SOP yang dibuat, termasuk petunjuk pengisiannya.

Instruksi Kerja (IK)

Instruksi Kerja adalah dokumen panduan mengenai rangkaian aktivitas yang


menggambarkan mengenai “bagaimana” aktivitas atau fungsi di suatu bagian
atau unit kerja dilaksanakan.

Ruang lingkupnya hanya satu departemen, ini yang membedakannya dengan


SOP karena SOP bisa berlaku untuk banyak departemen. IK juga dapat
merupakan dokumen pendukung dari SOP.

Standard Parameter

Standard Parameter adalah petunjuk kerja standar atau tabel standar yang
dijadikan acuan dalam menjalankan suatu aktivitas.

Ruang lingkupnya mirip seperti IK yaitu hanya untuk satu departemen, dokumen
ini dapat merupakan dokumen pendukung dari SOP atau IK.

Dokumen ini biasanya berisi penjelasan mengenai :

 Besaran atau spesifikasi teknis yang menjadi prasyarat dari pekerjaan di


lapangan.
 Kontruksi atau cara penggunaan dari suatu tools.
 Peraturan mengenai pengaturan penamaan atau penomoran barang atau
dokumen.
 Nilai atau penilaian.

8. Penetapan Rencana Berikut

Tahap ini berisi mengenai kegiatan :

 Kontrol dan memantau agar masalah yang sudah diatasi tidak terulang
kembali, dengan cara menjamin Standardisasi dilaksanakan dengan
benar.
 Mempelajari data-data kondisi saat ini dan menentukan tema berikutnya.
Saran untuk aktifitas dapat dilakukan :

1. Kemukakan masalah atau program perbaikan yang masih ada


Masalah atau program perbaikan umumnya tidak dapat ditanggulangi dengan
sempurna dan kondisi ideal sulit untuk dicapai.

Maka sebaiknya kita tidak hanya menekuni satu masalah/program perbaikan


saja untuk jangka waktu yang tak terbatas agar bisa dicapai hasil yang sangat
optimal.

Meskipun target tak tercapai, sebaiknya dibuat daftar apa yang sudah dilakukan
dan apa yang belum dilakukan.

2. Buat rencana yang akan dilakukan terhadap masalah yang masih ada.
Masalah-masalah yang penting dipilih sebagai tema untuk kegiatan yang akan
datang, demikian pula jika hal tersebut berupa program-program perbaikan.

3. Pikirkan dan ulas apa yang sudah berjalan dengan baik dan apa yang
belum
Mengulas kembali apa yang telah dilakukan akan membantu perbaikan atau
peningkatan kualitas dan kegiatan perbaikan di waktu mendatang.

Di samping itu juga berguna untuk memahami perbedaan yang ada antara teori
dan praktek pada saat pelaksanaan. Juga bisa untuk membandingkan antara
rencana dan pelaksanaannya.
Demikian uraian dasar-dasar pelaksanaan QCC di perusahaan, silahkan untuk
memberikan masukan perbaikan kepada kami di kolom komentar.

Baca artikel lain :

 Mengenal Diagram Fishbone


 Metode TPM Total Productive Maintenance
 Metode Standar APQP : Advanced Product Quality Planning
 Mengenal QC Seven Tools

Anda mungkin juga menyukai