Anda di halaman 1dari 7

RANCANG BANGUN APLIKASI PENGADUAN JALAN RAYA DAN PEDESTRIAN RUSAK

DI KOTA BANDUNG BERBASIS ANDROID MENGGUNAKAN METODE WATERFALL

Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan matakuliah Research Methods

Nama : Mochamad Ravanel Maulana Purnomo


NPM : 2042901

TEKNIK INFORMATIKA
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER
STMIK AMIKBANDUNG
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keberadaan jalan raya merupakan hal esensial dalam pembangunan kota. Dirasa sangat
penting karena bisa juga disebut urat nadi mobilitas warga. Banyak hal yang terjadi diatas jalan raya.
Jalan raya yang dirancang dan dibangun sedemikian rupa tentu mementingkan keamanan dan
kenyamanan pengendara, demi tercapainya tujuan mereka masing-masing. Pentingnya fungsi jalan
raya tidak serta merta kita melupakan hadirnya pedestrian. Sejak dulu, kedua fasilitas publik tersebut
selalu dibangun dan dilestarikan dengan prioritas yang sama. Pedestrian atau jalur khusus pejalan
kaki ini dibuat agar masyarakat terhindar dari kecelakaan dan tentunya dapat menikmati berjalan
santai tanpa harus khawatir dengan kendaraan yang melintas. Shirvani (1985) mengatakan bahwa
pengguna jalan memerlukan jalur khusus yang disebut juga dengan pedestrian, yang merupakan
salah satu dari elemen-elemen perancangan kawasan yang dapat menentukan keberhasilan dari
proses perancangan di suatu kawasan kota.

Menurut Rubenstein (1992), elemen-elemen yang harus terdapat pada jalur pejalan kaki
antara lain :
1. Paving, merupakan trotoar atau hamparan yang rata. Dalam meletakkan paving,
sangat diperlukan untuk memperhatikan pola, warna, tekstur, dan daya serap air.
Material paving meliputi: beton, batu bata, aspal, dan sebagainya.
2. Lampu, benda penting yang digunakan untuk menerangi jalan di malam hari.
3. Sign atau tanda, rambu-rambu yang berfungsi untuk memberikan suatu tanda bagi
pejalan kaki, baik itu informasi maupun larangan. Tanda atau sign harus mudah
dilihat dengan mata manusia memandang dan gambar harus kontras serta tidak
menimbulkan efek silau
4. Sculpture, suatu benda yang memiliki fungsi untuk memberikan suatu identitas
ataupun untuk menarik perhatian mata pengguna jalan.
5. Pagar pembatas, memiliki fungsi sebagai pembatas antara jalur pedestrian dengan
jalur kendaraan
6. Bangku, mempunyai fungsi sebagai tempat untuk beristirahat bagi para pengguna
jalan.
7. Tanaman peneduh, mempunyai fungsi sebagai pelindung dan penyejuk area
pedestrian.
8. Telepon umum, mempunyai fungsi sebagai sarana untuk pengguna jalan agar bisa
berkomunikasi jarak jauh terhadap lawan bicaranya.
9. Kios, shelter, dan kanopi, keberadaannya dapat untuk menghidupkan suasana pada
jalur pedestrian sehingga tidak biasa dan menimbulkan aura yang tidak biasanya.
Berfungsi sebagai tempat menunggu angkutan dan sebagainya.
10. Jam, tempat sampah. Jam berfungsi sebagai penunjuk waktu. Sedangkan tempat
sampah berfungsi sebagai sarana untuk pejalan kaki yang membuang sampah, agar
pedestrian tetap nyaman dan bersih

Segala denyut kehidupan di masa-masa sekarang, hampir seluruh aspeknya selalu berkaitan
dengan teknologi informasi. Mulai dari melakukan transaksi perbankan, bahkan hingga membeli
kebutuhan sembako rumah tangga. Tak bisa dipungkiri kehadiran teknologi yang sedikit demi sedikit
melengkapi segala kegiatan masyarakat, dapat memudahkan dan mempercepat seluruh proses
kegiatan tersebut yang dapat berdampak pada bertumbuhnya ekonomi dan peradaban masyarakat.

Berawal dari pengalaman penulis yang merupakan pengendara sekaligus pejalan kaki, selalu
saja menemukan permasalahan yang ada di jalan raya maupun jalur pejalan kaki atau pedestrian.
Kerusakan yang terjadi membuat tidak nyaman, atau bahkan dapat membahayakan masyarakat.
Penulis sempat kebingungan harus kemana melapor masalah yang ada agar lekas dilakukan follow-
up oleh petugas yang bersangkutan, demi keamanan dan kenyamanan pengguna jalan raya dan jalur
pedestrian. Sempat dilakukan pelaporan melalui akun Twitter dari dinas terkait, namun penulis
belum puas karena tidak terlihat permasalahan mana saja yang sudah dilaporkan, dan tidak terlihat
progress dari pelaporan tersebut karena bergabung dengan postingan-postingan lain dari akun dinas
tersebut.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH


Berikut identifikasi masalah yang telah penulis buat berdasarkan latar belakang, antara lain :

a. Jalan raya dan pedestrian rusak


b. Belum ada sistem pengaduan permasalahan jalan yang terintegrasi
c. Belum ada sistem pengaduan permasalahan jalan yang bisa dipantau progressnya

1.3 RUANG LINGKUP


Berikut ruang lingkup yang penulis tentukan dalam pembangunan sistem perangkat lunak ini,
antara lain :

a. Sistem hanya digunakan untuk masyarakat Kota Bandung


b. Proses pengembangan menggunakan metode Waterfall
c. Sistem dibangun menggunakan Android Studio sebagai IDEnya
d. Sistem dibangun dengan bahasa pemrogaman Java
e. Basis data dari sistem menggunakan SQL

1.4 METODE PENELITIAN

Untuk menyelesaikan sistem ini, penulis akan menggunakan metode Waterfall. Waterfall
adalah suatu metode pengembangan sistem perangkat lunak yang memungkinkan pembuatan sistem
dilakukan secara terstruktur dan berurutan, sesuai dengan siklus pengembangan yang ada. Metode
ini disebut Waterfall atau dalam Bahasa Indonesia bermakna air terjun, karena dalam prosesnya,
sistem akan dibuat berurutan tahap demi tahap.

1.4.1 Requirement
Requirement atau Analis Kebutuhan adalah proses analisa atau pengumpulan data-
data yang berkaitan dengan sistem yang akan dibuat. Pengumpulan data ini bisa dilakukan
dengan wawancara, studi literatur, observasi atau penelitian langsung. Dalam fase ini akan
dilakukan penggalian informasi sebanyak-banyaknya dari klien atau user tentang sistem
perangkat lunak seperti apa yang mereka inginkan beserta dengan kebutuhan sistem
lainnya. Hasil dari tahapan ini akan menghasilkan dokumen bernama “User Requirement
Document” atau “User Requirement Specification” yang dalam bahasa Indonesia dikenal
sebagai dokumen Spesifikasi Kebutuhan User. Tahapan Requirement ini memiliki
beragam istilah lain, diantaranya adalah system requirements, costumer requirement
gathering, ataupun analisa kebutuhan user.
1.4.2 Design System
Proses ini akan berfokus pada pembangunan struktur data, arsitektur perangkat
lunak, perancangan antarmuka, perancangan basis data, perancangan fungsi internal dan
eksternal, serta detil dari setiap algoritma prosedural. Tahapan design akan menghasilkan
dokumen bernama “Software Requirement” yang didalamnya terdapat luaran berupa
ERD, DFD, Class Diagram, maupaun Flow Chart, yang nantinya menjadi landasan para
programmer dalam membuat kode-kode sistem perangkat lunak yang akan dibangun.
Untuk aplikasi yang akan penulis buat, dalam tahap design system ini akan dibuat
terlebih dahulu rancang antar muka aplikasi Android yang akan disesuaikan dengan
pengalaman penggunan atau User Experience agar lebih mudah digunakan. Setelah itu
merancang aplikasi dan juga back-end dengan object-oriented untuk kebutuhan
kemudahan maintenance bagi pengembang. Lalu merancang aplikasi b=dengan object-
oriented. Selanjutnya yang dilakukan adalah merancang basis data menggunakan skema
Relational, dan terakhir merancang konektivitas antarmuka antara aplikasi Android dan
Back-end.

1.4.3 Implementation
Tahap Implementation adalah tahapan pembuatan aplikasi oleh para programmer
dengan menggunakan kode-kode bahasa pemrograman yang telah ditentukan. Proses
penulisan kode aplikasi mengacu pada dokumen-dokumen yang telah dibuat sebelumnya.
Dalam dokumen tersebut biasanya terdapat pemecahan modul-modul sistem sehingga
pengerjaan aplikasi dapat dilakukan oleh beberapa programmer sekaligus tanpa
mengganggu sistem lain secara keseluruhan. Tahap implementasi disebut juga tahap code
and debug.
Pada tahap implementation akan dilakukan follow-up dari tahap sebelumnya.
Setelah merancang antar muka aplikasi Android, maka akan dilanjutkan dengan penulisan
baris kode antar muka dengan menggunakan XML dan Java. Dilanjutkan dengan
penulisan kode aplikasi untuk setiap class guna meneruskan proses dari rancang aplikasi
dan juga proses rancang aplikasi back-end dengan object-oriented. Lalu membuat basis
data dengan SQL (Stuctured Query Language) beserta dengan aksesnya, dan juga
mengintegrasikan back-end dengan basis data. Langkah pamungkas pada tahap ini yaitu
menulis kode untuk API Call, dan mengintegrasikan Android dengan back-end melalui
API Call.
1.4.4 Testing
Pada tahap Testing ini dilakukan pengujian sistem perangkat lunak untuk melihat
fungsi dan kinerja. Rinciannya Testing ini adalah akan dilakukan uji interaksi pada sisi
antar muka aplikasi Android, uji aplikasi dari sisi penulisan kode aplikasi untuk tiap class,
uji aplikasi back-end dari baris kode aplikasi untuk tiap class, pembuatan basis data
dengan SQL beserta aksesnya, juga integrasi back-end dengan basis data, lalu uji integrasi
untuk proses sebelumnya yaitu kode untuk API Call, serta integrasi Android dengan back-
end melalu API Call. Pengujian tersebut harus dilakukan dilakukan untuk melihat apakah
sistem perangkat lunak yang dibangun sudah memenuhi Software Requirement
Spesification. Pengujian dilakukan beberapa kali untuk setiap fungsi atau kinerja yang
diuji. Hasil pengujian diolah dengan metode statistika. Hasil pengolahan statistika tersebut
menjadi dasar lolos tidaknya perangkat lunak dalam pengujian. Pengujian tidak selamanya
dilakukan dengan memberikan input yang benar. Beberapa pengujian harus dilakukan
dengan memberikan input yang salah untuk melihat ketahanan sistem tersebut.

1.4.5 Maintenance
Tahap Maintenance atau pemeliharaan pada umumnya adalah meluncurkan dan
menjalankan perangkat lunak dalam lingkungan operasional dan memelihara sistem
perangkat lunak selama masa operasional, termasuk didalamnya membuat update dan
patch. Tahap ini sifatnya opsional berdasarkan sifat dari pengembangan. Pada
pengembangan yang bersifat in-house (misal Microsoft Office), tahap ini tetap ada selama
produk dijual. Pada pengembangan atas request (misal atas organisasi user), tahap ini
terbatas (misal durasi tertentu sejak serah terima).
DAFTAR PUSTAKA

[1] Shirvani, Hamid. (1985). The Urban Design Process. New York. VNR Company.
[2] Rubenstein, Harvey M. (1992). Pedestrian Malls, Streetcapes, and Urban Spaces. John Wiiley
and Sons: USA
[3] Septika D, Enggar (2016). Tingkat Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki Jalan Asia Afrika, Bandung.
Diakses dari : https://temuilmiah.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2016/12/IPLBI2016-A-111-116-
Tingkat-Kenyamanan-Jalur-Pejalan-Kaki-Jalan-Asia-Afrika-Bandung.pdf

Anda mungkin juga menyukai