Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

DAYA HAMBAT EKSTRAK BAWANG PUTIH (Amilum Sativum L)


TERHADAP Staphylococcus Aureus

PENELITIAN (PKM-P)

Diusulkan oleh :
1. Putu Ayu Nilam Pratiwi P07134120001
2. Azka Hafizhatul ‘Ulumi P07134120012
3. Hertami Prananingsih P07134120018
4. Intan Elok Nafisa P07134120027

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
TAHUN 2022
PROPOSAL
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

DAYA HAMBAT EKSTRAK BAWANG PUTIH (Amilum Sativum L)


TERHADAP Staphylococcus Aureus

PENELITIAN (PKM-P)

Diusulkan oleh :
1. Putu Ayu Nilam Pratiwi P07134120001
2. Azka Hafizhatul ‘Ulumi P07134120012
3. Hertami Prananingsih P07134120018
4. Intan Elok Nafisa P07134120027

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
TAHUN 2022

i
PENGESAHAN

PROPOSAL PKM

1. Judul : Daya Hambat Ekstrak Bawang Putih (Amilum


Sativum L) Terhadap Staphylococcus Aureus

2. Bidang PKM : Penelitian (PKM-P)

3. Ketua Tim PKM

a. Nama lengkap : Putu Ayu Nilam Pratiwi

b. Jenis kelamin : Perempuan

c. NIM : P07134120001

d. Jurusan : Teknologi Laboratorium Medis

e. Program Studi : DIII Teknologi Laboratorium Medis

f. Semester : 4 (empat)

g. Telpon.HP/e-mail : 0877-6164-4870

4. Jumlah anggota : 4 orang

5. Dosen pembimbing :

a. Nama lengkap : Budi Martono, S.Pd, M.Sc

b. NIP : 196712261988031001

c. Telpon.HP/e-mail : 0818-0404-7792

6. Lokasi kegiatan

a. Lokasi kegiatan : Laboratorium Jurusan Teknologi Laboratorium


Medis Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

b. Kabupaten/Kota : Kota Yogyakarta

c. Provinsi : DI. Yogyakarta

ii
7. Jumlah dana yang : Rp2.550.000
diusulkan

Yogyakarta, Maret 2022

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Ketua Tim PKM

Budi Martono, S.Pd, M.Sc Putu Ayu Nilam Pratiwi


NIP. 196712261988031001 NIM. P07134120001

Mengetahui, Mengetahui,
Pembantu Direktur III Ketua Jurusan TLM

Dr. Iswanto, S.Pd., M.Kes Subrata Tri Widada, SKM, M.Sc


NIP. 197009131993031001 NIP. 196311281983031001

iii
DAFTAR ISI

PENGESAHAN......................................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

RINGKASAN........................................................................................................vi

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3


A. Bawang Putih................................................................................................3
B. Staphylococcus aureus..................................................................................4
C. Kandungan Bawang Putih sebagai Zat Antimikroba...................................5

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................6


A. Jenis Penelitian.............................................................................................6
B. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................................6
C. Variabel Penelitian.......................................................................................6
D. Tahapan Penelitian.......................................................................................6
E. Alat dan Bahan Penelitian............................................................................7
F. Prosedur Kerja Peneliltian...........................................................................8

BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN.................................................10


A. Biaya...........................................................................................................10
B. Jadwal Kegiatan.........................................................................................10

BAB V POTENSI HASIL....................................................................................11

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI.............................................12


A. Kesimpulan..................................................................................................12
B. Rekomendasi...............................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

iv
RINGKASAN

Penggunaan antibiotik di beberapa negara sebagai bahan aditif telah


dilarang, seperti kasus penggunaan povidone iodine. Hal ini disebabkan adanya
residu dari penggunaan antibiotik yang membahayakan kesehatan manusia, maka
perlu diterapkan penggunaan bahan herbal sebagai alternatif lain yang
mengandung senyawa aktif sebagai antiseptik yang efektif sehingga aman bagi
manusia dan ternak (Sudarman, 2017). Salah satu bahan alam yang bisa
digunakan untuk campuran larutan desinfektan luka adalah bawang putih.
Bawang putih (Allium sativum L) merupakan salah tanaman sayuran umbi
yang banyak ditanam diberbagai negara di dunia dan memiliki senyawa aktif yang
tinggi. Salah satu senyawa aktif pada bawang putih yaitu allicin dengan
kandungan sulfur sebagai zat antibakteri. Pada beberapa penelitian disebutkan
kandungan allicin pada bawang putih juga bisa digunakan sebagai antiseptik alami
dan menghambat pertumbuhan bakteri, termasuk Staphylococcus aureus.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif, aerob atau
anaerob fakultatif, berbentuk bola atau kokus berkelompok tidak teratur, diameter
0,8 - 1,0 μm, tidak membentuk spora dan tidak bergerak. Menurut Hedblom EC
tahun 2011 Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri penyebab infeksi
tersering di dunia. Variasi dari tingkat keparahan infeksinya, mulai dari infeksi
minor di kulit (furunkulosis dan impetigo), infeksi traktus urinarius, infeksi
trakrus respiratorius, sampai infeksi pada mata dan Central Nervous System
(CNS).

v
1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi pada luka merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi
setiap orang pada masa pemulihan luka, infeksi ini dikenal dengan infeksi
piogenik. Infeksi piogenik merupakan infeksi yang ditandai dengan terjadinya
peradangan local yang parah dan biasanya dengan pembentukan nanah (pus).
Infeksi piogenik dikarenakan adanya invasi dan multiplikasi mikroorganisme
pathogen di jaringan sehingga mengakibatkan luka pada jaringan dan berlanjut
menjadi penyakit, melalui berbagai mekanisme seluler dan umumnya
disebabkan oleh salah satu kuman piogenik (Singh et al., 2013).
Penelitian yang dilakukan di RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo
Makassar menemukan kuman penyebab utama infeksi nosokomial didalam
ruang perawatan bedah terutama yaitu Staphylococcus aureus yang berasal
dari saluran pernapasan bagian atas, hidung dan tenggorokan perawat yang
dapat berperan sebagai sumber penularan (Abdullah dan Hakim, 2011).
Bakteri Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri patogen yang
bisa menyebabkan beragam penyakit. Kenali apa saja penyakit yang bisa
disebabkan oleh infeksi bakteri Staphylococcus aereus melalui penjelasan
berikut.
Sekitar 30% orang memiliki bakteri Staphylococcus aureus dalam
hidungnya. Kehadiran bakteri ini sebenarnya tidak berbahaya, namun tetap
berisiko untuk menimbulkan infeksi. Penyakit infeksi yang bisa disebabkan
oleh bakteri ini antara lain adalah bakteremia, endokarditis, osteomielitis, dan
penyakit kulit. Siapa pun bisa mengalami infeksi kulit yang disebabkan oleh
bakteri Staphylococcus aureus. Namun, ada beberapa kondisi yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya infeksi bakteri ini, antara lain terdapat goresan
atau luka terbuka pada kulit dan bersentuhan dengan penderita infeksi kulit.
Infeksi bakteri Staphylococcus aureus pada kulit bisa menyebabkan
bisul, impetigo, selulitis, dan Staphylcoccal Scalded Skin Syndrome (SSSS).
Biasanya infeksi bakteri ini pada kulit ditandai dengan kemerahan, bengkak,
nyeri, dan adanya nanah pada luka. Karena hal tersebut, terjadinya infeksi
piogenik pada luka sangat besar kemungkinan terjadinya, dan bakteri yang
menyebakan yaitu Staphylococcus aureus jika kita tidak bisa menjaga
kebersihan luka selama masa pemulihan. Oleh karena itu penggunaan
antiseptik pada daerah luka sangat perlu dilakukan.
2

Povidone iodine, larutan antimikroba ini efektif melawan beragam


kuman penyebab infeksi, termasuk Staphylococcus aureus. Meski begitu,
penggunaan povidone iodine untuk membersihkan dan merawat luka mulai
ditinggalkan, karena bersifat merusak sel jaringan sekitar yang sehat
(sitotoksik). Penggunaan larutan ini juga menyebabkan iritasi, sehingga dapat
menimbulkan rasa perih baik pada kulit maupun jaringan sekitar luka, serta
dapat menyebabkan perubahan warna kulit.
Penggunaan antibiotik di beberapa negara sebagai bahan aditif telah
dilarang, seperti kasus penggunaan povidone iodine. Hal ini disebabkan
adanya residu dari penggunaan antibiotik yang membahayakan kesehatan
manusia, maka perlu diterapkan penggunaan bahan herbal sebagai alternatif
lain yang mengandung senyawa aktif sebagai antiseptik yang efektif sehingga
aman bagi manusia dan ternak (Sudarman, 2017). Salah satu bahan alam yang
bisa digunakan untuk campuran larutan desinfektan luka adalah bawang putih.
Bawang putih dikenal sebagai antibakteri alami. Zat bioaktif yang
berperan sebagai antibakteri dalam bawang putih adalah allicin yang mudah
menguap (volatil) dengan kandungan sulfur. Beberapa penelitian sebelumnya
menyebutkan bahwa bawang putih mampu menghambat bakteri, baik bakteri
Gram positif maupun Gram negatif. Penelitian Prihandani et al. (2015)
menunjukkan bahwa bawang putih efektif menghambat pertumbuhan bakteri
S. aureus. Semakin tinggi konsentrasi bawang putih, semakin besar diameter
daya hambat (DDH) yang dihasilkan, artinya aktivitas antibakteri semakin
tinggi. Bawang putih yang memiliki antibakteri alami diharapkan mampu
menggantikan antiseptik produksi pabrik sebagai bahan campuran alami untuk
menjadi antiseptic luka.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Berapa KHM (Konsentrasi Hambat Minimal) bawang putih pada bakteri
Staphylococcus aureus?
2. Apakah bawang putih dapat dijadikan pengganti alternatif antiseptik?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian
ini adalah untuk :
1. Mengetahui KHM (Konsentrasi Hambat minimal) bawang putih pada
bakteri Staphylococcus aureus.
2. Mengetahui apakah bawang putih dapat menjadi pengganti alternatif
antiseptik.
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bawang Putih
Indonesia merupakan negara yang kaya akan flora dan fauna. Diantara
kekayaan flora (tumbuh-tumbuhan) yang dimiliki, salah satunya adalah
tanaman yang termasuk dalam kategori tanaman obat. Menurut Challem
(1994) Salah satu tanaman yang mempunyai khasiat obat dan sebagai
antimikroba adalah bawang putih (Allium sativum L.). Menurut Hidayati
(2010) Bawang putih telah menarik perhatian sejak ribuan tahun yang lalu.
Pada abad ke-21 ini, sudah mulai banyak penelitian pembuktian beberapa
khasiat bawang putih.
Bawang putih (Allium sativum L) merupakan salah tanaman sayuran
umbi yang banyak ditanam diberbagai negara di dunia. Di Indonesia bawang
putih memiliki banyak nama panggilan seperti orang manado menyebutnya
lasuna moputi, orang Makasar menyebut lasuna kebo dan orang Jawa
menyebutnya bawang (Wibowo, 2007).
Menurut Samadi (2000) sistematika tanaman bawang putih adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Liliflorae
Famili : Liliales atau Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium sativum L.

Bawang putih merupakan salah satu tanaman dengan kandungan


senyawa aktif yang tinggi. Senyawa aktif tersebut berdampak positif dan
bermanfaat besar bagi tubuh diantaranya seperti allicin, protein, vitamin B1,
B2, C, dan D (Hembing, 2007). Senyawa aktif yang berfungsi sebagai
antioksidan pada bawang putih adalah allicin. Bawang putih yang dipotong
atau dihancurkan akan menyebabkan allinase mengkonversi alliin menjadi
allicin (diallylthiosulphinate atau 2- prophenyl-2-propenethiol sulphinate).
Senyawa allicin dan diallil sulfide inilah yang memiliki banyak kegunaan dan
berkhasiat sebagai obat.
4

B. Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif, aerob atau
anaerob fakultatif, berbentuk bola atau kokus berkelompok tidak teratur,
diameter 0,8 - 1,0 μm, tidak membentuk spora dan tidak bergerak. Koloni
berwarna kuning emas dan bakteri ini tumbuh baik pada suhu 37oC.
Menghasilkan uji koagulase dan katalase positif, dan menghasilkan warna biru
(violet) pada pewarnaan Gram (Radji, 2011).
Klasifikasi Staphylococcus aureus menurut (Warsa, 1994) sebagai
berikut:

Kingdom : Plantae
Phylum : Thailophyta
Class : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri


dalam keadaan aerobik atau mikroaerofilik. Bakteri ini tumbuh paling cepat
pada suhu 37oC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-
35oC). Koloni pada media padat berbentuk bulat, halus, menonjol, dan
mengkilat. Staphylococcus aureus membentuk koloni berwarna abu-abu
sampai kuning emas (Jawetz, 2005).

Menurut Hedblom EC tahun 2011 Staphylococcus aureus merupakan


salah satu bakteri penyebab infeksi tersering di dunia. Variasi dari tingkat
keparahan infeksinya, mulai dari infeksi minor di kulit (furunkulosis dan
impetigo), infeksi traktus urinarius, infeksi trakrus respiratorius, sampai
infeksi pada mata dan Central Nervous System (CNS). Menurut Wikansar, dkk
tahun 2012 Diperkirakan 50% individu dewasa merupakan carrier
Staphylococcus aureus, akan tetapi keberadaan Staphylococcus aureus pada
saluran pernapasan atas dan kulit pada individu sehat jarang menyebabkan
penyakit. Infeksi serius dari Staphylococcus aureus dapat terjadi ketika sistem
imun melemah yang disebabkan oleh perubahan hormon, penyakit, luka,
penggunaan steroid atau obat lain yang mempengaruhi imunitas (Rahmadan,
A. 2017).
5

C. Kandungan Bawang Putih sebagai Zat Antimikroba


Bawang putih mengandung lebih dari 100 metabolit sekunder yang
sangat berguna termasuk alliin, alliinase, allisin, S-allilsistein, diallil sulfida,
allil metil trisulfida. Bawang putih dapat membunuh bakteri, bahkan bakteri
yang paling berbahaya dan potensial mengancam jiwa sekalipun. Hasil
penelitian menyebutkan bahwa penambahan ekstrak bawang putih pada koloni
bakteri dapat menyebabkan matinya bakteri secara cepat dan menghambat
pertumbuhannya secara lanjut.
Menurut Zhang tahun 1999 Ekstraksi umbi bawang putih dengan
etanol pada suhu di bawah 0ºC, akan menghasilkan allin. Ekstraksi dengan
etanol dan air pada suhu 25ºC akan menghasilkan allisin dan tidak
menghasilkan allin. Sedangkan ekstraksi dengan metode distilasi uap (100ºC)
menyebabkan seluruh kandungan allin berubah menjadi senyawa allil sulfida.
Oleh karena itu proses ekstraksi perlu dilakukan pada suhu kamar. Hal ini
diduga akibat pemanasan pada saat ekstraksi mampu menghambat aktivitas
enzim allinase sehingga menghambat aktivitas (Mona dkk, 2018).
Menurut Ankri & Mirelman tahun 1999 di jurnal Antimicrobial
properties of allicin from garlic Microbes Infect. 1:125-129 menyebutkan
bahwa sifat antibakteri dari bawang putih didapat dari zat allicin yang
merupakan senyawa sulfur. Allisin merupakan senyawa organosulfur yang
paling banyak dalam bawang putih. Senyawa ini akan muncul apabila bawang
putih dipotong atau dihancurkan. Allisin merupakan senyawa yang tidak stabil
dan tidak tahan terhadap panas. Senyawa ini kebanyakan mengandung
belerang yang bertanggung jawab atas rasa, aroma, dan sifat-sifat farmakologi
bawang putih seperti antibakteri.
Allicin menunjukkan aktivitas antibakteri spektrum luas terhadap
bakteri Gram negatif dan Gram positif, termasuk aktivitas antijamur, aktivitas
antiparasit, dan aktivitas antivirus. Menurut Dillon dkk. tahun 2003, selain
memiliki efek sebagai antibakteri, antivirus, antijamur dan antiprotozoa,
bawang putih juga memiliki efek menguntungkan pada sistem kardiovaskular
dan kekebalan tubuh (Juniawati dan Miskiyah, 2014).
6

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah eksperimental dengan metode cakram disk
untuk melihat zona hambat ekstrak bawang putih (Allium sativum L) terhadap
Staphylococcus aureus pada media Mueller Hinton Agar dengan penambahan
5% darah domba dan nicotinamide adenin dinucleotide.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian Daya Hambat Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum L)
Terhadap Staphylococcus aureus dilaksanakan pada bulan Maret 2022 - Juni
2022 di Laboratoirum Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta.

C. Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak bawang putih
(Allium sativum L) terhadap Staphylococcus aureus. Variabel terikat adalah
pertumbuhan Staphylococcus aureus pada media Mueller Hinton Agar dengan
penambahan 5% darah domba dan nicotinamide adenin dinucleotide.

D. Tahapan Penelitian
Tahapan-tahapan dalam penelitian Daya Hambat Ekstrak Bawang
Putih (Allium sativum L) Terhadap Staphylococcus aureus, yaitu:
1. Tahapan Pendahuluan
Penelitian diawali dengan mencari pustaka-pustaka yang berikatan
dengan penelitian. Pustaka berupa jurnal atau penelitian terdahulu serta
dasar teori yang dapat mendukung penelitian ini.
2. Tahapan Perumusan Masalah
Tahapan selanjutnya dalam penelitian ini adalah perumusan
masalah yang berkaitan dengan fungsi bawang putih (Allium sativum L)
pada bidang bakteriologi.
3. Tahapan Pengumpulan Data dan Analisis Data
Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu
dengan observasi terhadap zona hambat ekstrak bawang putih pada media
Mueller Hinton Agar dengan penambahan 5% darah domba dan
nicotinamide adenin dinucleotide dengan pengukuran diameter zona
hambat yang terjadi.
7

Analisis data dilakukan berdasarkan data yang telah dikumpulkan


yaitu diameter zona hambat ekstrak bawang putih pada media Mueller
Hinton Agar dengan penambahan 5% darah domba dan nicotinamide
adenin dinucleotide. Hasil analisis data akan menunjukkan kemampuan
daya hambat ekstrak bawang putih terhadap Staphylococcus aureus.
Selanjutnya dilakukan pembahasan terkait hasil yang diperoleh.
4. Penyimpulan Hasil Penelitian
Pada tahapan ini dilakukan penarikan kesimpulan dari hasil
penelitian dan pembahasan mengenai daya hambat bawang putih (Allium
sativum L) terhadap Staphylococcus aureus yang telah dirumuskan.

E. Alat dan Bahan Penelitian


1. Alat
a. Autoklaf
b. Labu ukur
c. Pipet volume
d. Corong
e. Pipet tetes
f. Oven
g. Neraca analitik
h. Erlenmeyer
i. Kertas saring
j. Labu evaporator
k. Beaker Glass
l. Pendingan/rotary evaporator
m. Water bath
n. Tabung reaksi
o. Lidi kapas
p. Pinset
q. Inkubator
r. Penggaris
2. Bahan
a. Etanol 96%
b. Aquadest
c. Blank disk
d. NaCl fisiologis
e. Standar Mc Farland
f. Media Mueller Hinton Agar dengan penambahan 5% darah domba dan
nicotinamide adenin dinucleotide
8

F. Prosedur Kerja Peneliltian


1. Sterilisasi Alat dan Bahan
Peralatan yang akan digunakan dicuci dan dikeringkan selanjutnya
dibungkus menggunakan kertas. Kemudian, disterilisasi dengan autoklaf
pada suhu 121°C selama 15 menit.
2. Ekstraksi bawang putih
a. Bawang putih dipotong kecil-kecil dan dikeringkan kemudian
dihaluskan dengan blender dan ditimbang sebanyak 100 g.
b. Kemudian dimasukkan 100 g hasil blenderan ke dalam gelas
erlenmayer 1 liter lalu direndam dengan etanol 96% hingga volume
1000 cc.
c. Diaduk sampai benar-benar tercampur kurang lebih 30 menit dan
didiamkan 1 malam sampai mengendap.
d. Lapisan paling atas dari larutan campuran etanol 96% dan bawang
putih diambil dan diletakkan dalam gelas ekstraksi kemudian di
evaporasi menggunakan rotary evaporator.
e. Pasang evaporator pada tiang permanen agar dapat tergantung dengan
kemiringan 30° - 40° terhadap meja percobaan. Susuan dari atas ke
bawah yaitu alat pemanas air, labu penampung hasil, rotary
evaporator, dan labu pendingin.
f. Tabung pendingan dihubungkan dengan alat pompa sirkulasi air dingin
dengan bak penampur air dingin melalui pipa listrik, tabung pendingan
juga terhubung dengan pompa vakum dan penampung hasil
penguapan.
g. Labu penampung hasil evaporasi diisi dengan hasil ekstraksi,
kemudian disusun kembali.
h. Rotary evaporator, alat pompa sirkulasi air dingin, dan alat pompa
vakum dinyalakan.
i. Pemanas aquadest dinyalakan sehingga hasil ekstraksi dalam tabung
penampung evaporasi ikut mendidih dan pelaturt etanol mulai
menguap.
j. Hasil penguapan ethanol akan dikondensasikan menuju labu
penampung etanol sehingga tercampur dengan hasil evaporasi,
sedangkan uap lain tersedot pompa vakum.
k. Setelah kental, maka proses evaporasi dihentikan dan hasil evaporasi
diambil.
l. Ekstraksi dioven dengan suhu 80°C selama 2 jam.
3. Penyerapan Ekstrak Bawang Putih pada Cakram Disk
Sebelum penyerapan ekstrak bawang putih pada cakram disk,
dilakukan pengenceran terhadap ekstrak bawang putih sehingga
9

menghasilkan konsentrasi 5%, 10%, 15%, dan 20%. Selanjutnya, blank


disk direndam pada ekstak bawang putih 5%, 10%, 15%, dan 20% selama
24 jam.
4. Pengujian Daya Hambat Ekstrak Bawang Putih terhadap Staphylococcus
aureus
a. Dengan pipet tetes, dihisap suspensi bakteri Staphylococcus aureus,
kemudian disuspensikan dengan NaCl fisiologis.
b. Suspensi bakteri Staphylococcus aureus dalam NaCl dibandingkan
kekeruhannya dengan standar Mc Farland.
c. Ke dalam suspensi bakteri yang sudah distandarisasi kekeruhannya,
dicelupkan kapas lidi steril hingga cairan meresap ke kapas.
Kemudian, lidi diangkat dan diperas dengan menekan pada dinding
tabung reaksi bagian dalam sambil diputar-putar.
d. Goreskan pada permukaan Mueller Hinton Agar dengan penambahan
5% darah domba dan nicotinamide adenin dinucleotide sampai seluruh
permukaan media rapat dengan goresan-goresan. Cara penggoresannya
yaitu dengan menggores secara rata dan tebal dari atas ke bawah,
kanan ke kiri, miring kanan, dan miring kiri.
e. Dibiarkan MHAdengan penambahan 5% darah domba dan
nicotinamide adenin dinucleotide diatas meja selama 5 menit supaya
suspensi meresap ke dalam agar.
f. Cakram disk ekstak bawang putih ditempelkan ke MHA dengan
penambahan 5% darah domba dan nicotinamide adenin dinucleotide
dengan pinset. Jarak antardisk >30 mm. Setelah ditempelkan, cakram
disk ditekan sedikit untuk melekatkan.
g. Diinkubasi dalam inkubator suhu 37°C selama 24 jam dengan posisi
agar dibawah.
h. Diamati dan diukur zona hambat yang terjadi di setiap cakram disk
ekstrak bawang putih.
10

BAB IV

BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

A. Biaya

No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)

1. Peralatan penunjang 1.000.000

2. Bahan habis pakai 800.000

3. Perjalanan 250.000

4. Lain-lain 500.000

B. Jadwal Kegiatan

Jenis Kegiatan

Feb Maret April Mei Juni

Perumusan Masalah V

Penyusunan Proposal V V

Pelaksanaan Penelitian V V V V

Pelaporan V
11

BAB V

POTENSI HASIL

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui KHM (Konsentrasi Hambat


Minimal) bawang putih pada bakteri Staphylococcus aureus dan mengetahui
apakah bawang putih dapat menjadi pengganti alternatif antiseptic. Hasil dari
penelitian ini dapat dipublikasikan dalam jurnal ilmiah, dengan demikian para
pendidik ataupun mahasiswa dan masyarakat dapat mendapat informasi dan dapat
menjadi refrensi mengenai kegunaan bawang putih sebagai antimikroba untuk
mencegah infeksi oleh Staphylococcus aureus.
12

BAB VI

KESIMPULAN & REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Dari penelitian yang akan dilakukan didapatkan hasil KHM bawang
putih pada Staphylococcus aureus dan mengetahui apakah bawang dapat
dijadikan sebagai bahan antibiotik terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

B. Rekomendasi
Penelitian ini akan menunjukan potensi ekstrak bawang putih sebagai
antimikroba pada bakteri Staphylococcus aureus dan akan mengetahui apakah
bawang putih dapat dijadikan pengganti bahan alam antiseptic pada bakteri
Staphylococcus aureus, sehingga dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui potensi ekstrak bawang putih sebagai antimikroba/antibakteri
terhadap bakteri lain.
13

DAFTAR PUSTAKA

Abrori, FA. 2014. Pengaruh Pemberian Getah Pelapah Pisang Terhadap


Pertumbuhan Kuman Staphylococcus aureus. http://repository.um-
surabaya.ac.id/914/3/BAB_2.pdf.
DermNet NZ (2005). Antiseptic.
Evy Ratnasari Ekawati, dkk. (2018). IDENTIFIKASI KUMAN PADA PUS
DARI LUKA INFEKSI KULIT.
https://media.neliti.com/media/publications/231132-identifikasi-kuman-
pada-pus-dari-luka-in-f688211c.pdf.
Gotter, A. Healthline (2018). A Guide to Antiseptics.Lastrawan, I Made Odie.
2012. Efek Ekstrak Etanol Bawang Putih (Allium sativum Linn) dengan
Metode Maserasi Sebagai Antimikroba Terhadap Klebsiella pneumoniae
Secara In Vitro. http://repository.ub.ac.id/123301/1/051200211.pdf.
https://eprints.umm.ac.id/38101/3/BAB%20II.pdf. diakses 26 Maret 2022
T. I. Purwantiningsih, dkk. (2019). Uji In Vitro Antibakteri Ekstrak Bawang Putih
sebagai Bahan Alami untuk Menghambat Bakteri Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli. http://dx.doi.org/10.20961/sainspet.v%vi%i.23940.

Anda mungkin juga menyukai