PENELITIAN (PKM-P)
Diusulkan oleh :
1. Putu Ayu Nilam Pratiwi P07134120001
2. Azka Hafizhatul ‘Ulumi P07134120012
3. Hertami Prananingsih P07134120018
4. Intan Elok Nafisa P07134120027
PENELITIAN (PKM-P)
Diusulkan oleh :
1. Putu Ayu Nilam Pratiwi P07134120001
2. Azka Hafizhatul ‘Ulumi P07134120012
3. Hertami Prananingsih P07134120018
4. Intan Elok Nafisa P07134120027
i
PENGESAHAN
PROPOSAL PKM
c. NIM : P07134120001
f. Semester : 4 (empat)
g. Telpon.HP/e-mail : 0877-6164-4870
5. Dosen pembimbing :
b. NIP : 196712261988031001
c. Telpon.HP/e-mail : 0818-0404-7792
6. Lokasi kegiatan
ii
7. Jumlah dana yang : Rp2.550.000
diusulkan
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Ketua Tim PKM
Mengetahui, Mengetahui,
Pembantu Direktur III Ketua Jurusan TLM
iii
DAFTAR ISI
PENGESAHAN......................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
RINGKASAN........................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
iv
RINGKASAN
v
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi pada luka merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi
setiap orang pada masa pemulihan luka, infeksi ini dikenal dengan infeksi
piogenik. Infeksi piogenik merupakan infeksi yang ditandai dengan terjadinya
peradangan local yang parah dan biasanya dengan pembentukan nanah (pus).
Infeksi piogenik dikarenakan adanya invasi dan multiplikasi mikroorganisme
pathogen di jaringan sehingga mengakibatkan luka pada jaringan dan berlanjut
menjadi penyakit, melalui berbagai mekanisme seluler dan umumnya
disebabkan oleh salah satu kuman piogenik (Singh et al., 2013).
Penelitian yang dilakukan di RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo
Makassar menemukan kuman penyebab utama infeksi nosokomial didalam
ruang perawatan bedah terutama yaitu Staphylococcus aureus yang berasal
dari saluran pernapasan bagian atas, hidung dan tenggorokan perawat yang
dapat berperan sebagai sumber penularan (Abdullah dan Hakim, 2011).
Bakteri Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri patogen yang
bisa menyebabkan beragam penyakit. Kenali apa saja penyakit yang bisa
disebabkan oleh infeksi bakteri Staphylococcus aereus melalui penjelasan
berikut.
Sekitar 30% orang memiliki bakteri Staphylococcus aureus dalam
hidungnya. Kehadiran bakteri ini sebenarnya tidak berbahaya, namun tetap
berisiko untuk menimbulkan infeksi. Penyakit infeksi yang bisa disebabkan
oleh bakteri ini antara lain adalah bakteremia, endokarditis, osteomielitis, dan
penyakit kulit. Siapa pun bisa mengalami infeksi kulit yang disebabkan oleh
bakteri Staphylococcus aureus. Namun, ada beberapa kondisi yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya infeksi bakteri ini, antara lain terdapat goresan
atau luka terbuka pada kulit dan bersentuhan dengan penderita infeksi kulit.
Infeksi bakteri Staphylococcus aureus pada kulit bisa menyebabkan
bisul, impetigo, selulitis, dan Staphylcoccal Scalded Skin Syndrome (SSSS).
Biasanya infeksi bakteri ini pada kulit ditandai dengan kemerahan, bengkak,
nyeri, dan adanya nanah pada luka. Karena hal tersebut, terjadinya infeksi
piogenik pada luka sangat besar kemungkinan terjadinya, dan bakteri yang
menyebakan yaitu Staphylococcus aureus jika kita tidak bisa menjaga
kebersihan luka selama masa pemulihan. Oleh karena itu penggunaan
antiseptik pada daerah luka sangat perlu dilakukan.
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Berapa KHM (Konsentrasi Hambat Minimal) bawang putih pada bakteri
Staphylococcus aureus?
2. Apakah bawang putih dapat dijadikan pengganti alternatif antiseptik?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian
ini adalah untuk :
1. Mengetahui KHM (Konsentrasi Hambat minimal) bawang putih pada
bakteri Staphylococcus aureus.
2. Mengetahui apakah bawang putih dapat menjadi pengganti alternatif
antiseptik.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bawang Putih
Indonesia merupakan negara yang kaya akan flora dan fauna. Diantara
kekayaan flora (tumbuh-tumbuhan) yang dimiliki, salah satunya adalah
tanaman yang termasuk dalam kategori tanaman obat. Menurut Challem
(1994) Salah satu tanaman yang mempunyai khasiat obat dan sebagai
antimikroba adalah bawang putih (Allium sativum L.). Menurut Hidayati
(2010) Bawang putih telah menarik perhatian sejak ribuan tahun yang lalu.
Pada abad ke-21 ini, sudah mulai banyak penelitian pembuktian beberapa
khasiat bawang putih.
Bawang putih (Allium sativum L) merupakan salah tanaman sayuran
umbi yang banyak ditanam diberbagai negara di dunia. Di Indonesia bawang
putih memiliki banyak nama panggilan seperti orang manado menyebutnya
lasuna moputi, orang Makasar menyebut lasuna kebo dan orang Jawa
menyebutnya bawang (Wibowo, 2007).
Menurut Samadi (2000) sistematika tanaman bawang putih adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Liliflorae
Famili : Liliales atau Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium sativum L.
B. Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif, aerob atau
anaerob fakultatif, berbentuk bola atau kokus berkelompok tidak teratur,
diameter 0,8 - 1,0 μm, tidak membentuk spora dan tidak bergerak. Koloni
berwarna kuning emas dan bakteri ini tumbuh baik pada suhu 37oC.
Menghasilkan uji koagulase dan katalase positif, dan menghasilkan warna biru
(violet) pada pewarnaan Gram (Radji, 2011).
Klasifikasi Staphylococcus aureus menurut (Warsa, 1994) sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Phylum : Thailophyta
Class : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah eksperimental dengan metode cakram disk
untuk melihat zona hambat ekstrak bawang putih (Allium sativum L) terhadap
Staphylococcus aureus pada media Mueller Hinton Agar dengan penambahan
5% darah domba dan nicotinamide adenin dinucleotide.
C. Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak bawang putih
(Allium sativum L) terhadap Staphylococcus aureus. Variabel terikat adalah
pertumbuhan Staphylococcus aureus pada media Mueller Hinton Agar dengan
penambahan 5% darah domba dan nicotinamide adenin dinucleotide.
D. Tahapan Penelitian
Tahapan-tahapan dalam penelitian Daya Hambat Ekstrak Bawang
Putih (Allium sativum L) Terhadap Staphylococcus aureus, yaitu:
1. Tahapan Pendahuluan
Penelitian diawali dengan mencari pustaka-pustaka yang berikatan
dengan penelitian. Pustaka berupa jurnal atau penelitian terdahulu serta
dasar teori yang dapat mendukung penelitian ini.
2. Tahapan Perumusan Masalah
Tahapan selanjutnya dalam penelitian ini adalah perumusan
masalah yang berkaitan dengan fungsi bawang putih (Allium sativum L)
pada bidang bakteriologi.
3. Tahapan Pengumpulan Data dan Analisis Data
Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu
dengan observasi terhadap zona hambat ekstrak bawang putih pada media
Mueller Hinton Agar dengan penambahan 5% darah domba dan
nicotinamide adenin dinucleotide dengan pengukuran diameter zona
hambat yang terjadi.
7
BAB IV
A. Biaya
3. Perjalanan 250.000
4. Lain-lain 500.000
B. Jadwal Kegiatan
Jenis Kegiatan
Perumusan Masalah V
Penyusunan Proposal V V
Pelaksanaan Penelitian V V V V
Pelaporan V
11
BAB V
POTENSI HASIL
BAB VI
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang akan dilakukan didapatkan hasil KHM bawang
putih pada Staphylococcus aureus dan mengetahui apakah bawang dapat
dijadikan sebagai bahan antibiotik terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
B. Rekomendasi
Penelitian ini akan menunjukan potensi ekstrak bawang putih sebagai
antimikroba pada bakteri Staphylococcus aureus dan akan mengetahui apakah
bawang putih dapat dijadikan pengganti bahan alam antiseptic pada bakteri
Staphylococcus aureus, sehingga dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui potensi ekstrak bawang putih sebagai antimikroba/antibakteri
terhadap bakteri lain.
13
DAFTAR PUSTAKA