Anda di halaman 1dari 17

Dosen pengampu:

1. Dr. Arlina Gunarya, M.Sc


2. Dr. Muhammad Tamar, M.Psi
3. Dra. Dyah Kusmarini, Psych
4. Umniyah Saleh, S.Psi., M.Psi., Psikolog

PENERAPAN KODE ETIK PSIKOLOGI

SIFAT BOROS DAN SUKA INSTAN

KELOMPOK 10:
ISMA KAMARUDDIN – Q11114007
NADHIA SYAWALANI R. – Q11114311
MUHAMMAD KADAFI - Q11114308
AINUN ERIYANTI – Q11114506
RAFIKA NURSANI AMALIAH – Q11114507

PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
A. Diskusikan 12 ciri/sifat Manusia Indonesia, seberapa jauh sifat tersebut
menggejala di masyarakat Indonesia dan berikan contoh-contohnya.
Keduabelas karakter Manusia Indonesia menurut Mochtar Lubis telah
di jabarkan kedalam sebuah buku Manusia Indonesia pada tahun 2001 dan
telah diterjemahkan kedalam bahasa inggris yang berjudul We Indonesian
pada tahun 1979. Keduabelas karakter ini merupakan buah pikiran dari Lubis
dalam melihat berbagai permasalahan yang ada di Indonesia. Segala sifat dan
karakter yang ditunjukkan oleh orang Indonesia sekarang ini adalah buah
evolusi dari warisan nenek moyang yang hingga kini telah dipengaruhi oleh
berbagai peristiwa penting dan bersejarah di negara ini. Latar belakang
Indonesia sebagai bekas jajahan negara asing memengaruhi dasar negara dan
cara pandang bangsa Indonesia. Dengan kata lain, karakter yang ada pada
masyarakat Indonesia sekarang dipengaruhi oleh berbagai hempasan, tindasan
dan peninggalan budaya dari negara jajahan hingga kemerdekaan bangsa
Indonesia (Lubis,2001).
Selain peristiwa-peristiwa bersejarah yang telah dialami oleh bangsa
Indonesia, adanya berbagai perbedaan seperti perbedaan agama, falsafalah dan
kepercayaannya yang turut serta memberikan kontribusi terhadap
pembentukan karakter manusia Indonesia yang ada. Kreatifitas, perkembangan
ilmu pengetahuan modern dan juga perkembangan teknologi juga ikut
mempengaruhi masyarakat Indonesia dalam hal penciptaan karya-karya dan
teknologi yang terus berkembang dari dari dulu hingga sekarang (Lubis,2001).
Dimasa sekarang ini, keduabelas karakter manusia Indonesia yang dipaparkan
oleh Lubis cukup menggejala di masyarakat Indonesia.
Karakter orang Indonesia yang pertama adalah Hipokrisi. Hipokrisi
adalah suatu karakter dimana individu seringkali mengatakan atau melakukan
suatu hal yang berbeda pada satu orang dan mengungkapkan hal yang berbeda
pada orang yang lain. Hal ini berawal dari zaman penjajahan Portugis, Itali
dan Belanda yang menunjukkan adanya kekuatan besar dan menindas bangsa
Indonesia untuk dapat selamat “survive” dari kekerasan. Hingga kini
masyarakat Indonesia kian mahr dalam mengembangkan karakter ini dalam
hal menyembunyikan perasaan, pikiran atau bahkan keyakinan untuk tujuan
tertentu. Perilaku yang menunjukkan karakter ini adalah perilaku ABS (Asal
Bapak Senang). Bapak dalam hal ini disimbolkan sebagai seseorang yang
lebih kuat atau lebih berpegaruh sehingga apapun yang diperitahkan akan
disetujui oleh individu tersebut, meski bertentangan dengan keinginan atau
pendapat sendiri (Lubis,1979)
Karakter yang kedua adalah tidak bertanggung jawab atau sering
mengalihkan tanggung jawab. Karakter ini ditunjukkan dengan perilaku sering
mengalihkan tugas atau pekerjaan ke orang lain yang memiliki jabatan atau
posisi yang lebih rendah, sementara itu ketika ada kesalahan yang muncul
maka individu yang menerima tugas dari atas akan beralasan bahwa tugas
tersebut dikerjakan semata-mata merupakan arahan dari bosnya atau dari
orang yang lebih tinggi jabatannya (Lubis,1979)
Karakter yang ketiga adalah berjiwa feodalistik. Pada karakter ini
berhubungan dengan masalah kekuasaan, kekayaan, pangkat atau tingkatan
sosial seseorang. Kemudian para bawahannya melayani individu tersebut
dengan menunjukkan ketaatan, hormat, takut, merendahkan diri dan terlalu
sopan. Karakter ini biasanya ditemukan pada instansi-instansi misalnya dalam
suatu instansi, terdapat suatu asosiasi wanita dan pada istri-istri dari pejabat
instansi tersebut yang dipilih menjadi pemimpin bukan karena kemampuan
mereka, bakat kepemimpinnya, pengetahuan, keahlian atau pengabdian
mereka dalam kelompok namun terpilih secara otomatis.
Salah satu contoh karakter berjiwa feodalistik yaitu mengenai
penertiban parkir liar di salah satu tempat di Jakarta. Seorang pria berinisial F
marah karena mobilnya harus di derek oleh petugas dishub. Saat mobilnya
akan diderek dia berkali-kali mengatakan bahwa dirinya seorang anggota
dewan dan mempertanyakan aturan mengenai penderekan tersebut.
Ingat ya! Saya anggota DPRD DKI. Dengar ya, rekam ya! Ini nggak ada
larangan (parkir). Ini nggak ada larangan dari ujung ke ujung. Saya lahir
di sini nggak ada larangan (parkir). Tidak ada larangan. Kalau ada, saya
nggak akan parkir di sini," kata."Saya wakil rakyat lho. Situ jangan
asal naikin saja. Saya anggota DPRD, ini yang diparkir mobil saya
anggota Dewan. Silakan ayo Pak Gubernur siapa pun, Pak Andi Yansah
(Kadishub DKI),"Setelah peristiwa ini, F kemudian mengirimkan pesan
pada wakil Gubernur mengenai penderekan tersebut. (sumber:
detik.com)

Percaya akan tahayul juga menjadi karakter orang Indonesia yang


keempat. Manusia Indonesia percaya bahwa batu, gunung, danau,pohon,
bangunan, keris, pisau dan lain-lain, memiliki hubungan dengan manusia dan
manusia harus mengatur hubungan khusus dengan hal tersebut agar manusia
tidak diganggu dan manusia melakukan pemujaan, memberi sesajen, memberi
kembang pada kuburan kemudian ditutupi oleh kain putih,kuning merah, atau
membaca doa dan mengantar sesajen minta berkah. Selain itu manusia
Indonesia juga mempercayai tanda-tanda alam misalnya burung gagak yang
lewat diatas rumah bertanda ada yang mati dalam rumah, mempercayai segala
jenis hantu dan jelmaan,mempercayai semboyan dan lambang yang dibuatnya
sendiri, dan menghitung hari baik dan hari naas. (Lubis, 2001) seperti pada
upacara adat rutin yang dilakukan di Yogyakarta bernama Upacara Lebuhan
Merapi dan dilakukan setiap 30 Rajab (kelender Jawa) dalam rangka
memperingati naik tahta Sri Sultan Hamengku Buwono X adapun tujuan dari
upacara ini adalah untuk memohon keselamatan warga merapi dan masyarakat
Yogyakarta pada umumnya. (sumber: antar news.com dan
jogjascrummy.com)
Karakter kelima adalah orang Indonesia dinilai memiliki watak yang
lemah yang ditandai dengan adanya ketidakmampuan untuk memperjuangkan
kepercayaan yang dimilikinya. Selain itu, orang Indonesia juga dinilai
gegabah dan selalu siap untuk mengubah keyakinannya, khususnya pada saat
dibawah tekanan. Karakter ini juga ditandai dengan ketidakstabilan dalam
pengambilan keputusan, atau bahkan megambil keputusan untuk
menyenangkan individu yag lebih kuat sambil menyelamatkan diri sendiri
(Lubis,1979).
Berwatak lemah adalah salah satu karakter orang Indonesia yang
ditunjukkan dengan ketidakmampuan untuk mempertahankan pendapat dan
kepercayaan yang dimilikinya. Lubis (1979) mengungkapkan bahwa orang
Indonesia mudah untuk mengubah kepercayaan apabila berada dibawah
tekanan untuk menyelamatkan dirinya. Kasus yang menimpa dokter Bimanesh
sebagai salah satu dokter yang memeriksa tersangka kasus korupsi Setya
Novanto adalah contoh bahwa orang Indonesia memiliki karakter yang lemah.
Dokter Bimanesh diduga merekayasa hasil diagnosa Setya Novanto yang
mengalami kecelakaan untuk menghindari pemeriksaan oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).
Dokter Bimanesh bersama dengan pengacara Setya Novanto pada saat
itu melakukan rekayasa agar Setya Novanto dirawat di Rumah Sakit Permata
Hijau. Hal ini nampak bahwa dokter Bimanesh dan pengacara Setya Novanto
melindungi Setya Novato sebagai professional yang terlibat dengan Setya
Noanto pada saat itu sebagai pengacara dan dokter yang merawat Setya
Novanto. Sebagaimana yang diketahui bahwa sebagai seorang dokter penting
untuk menegakkan diagnosis dan pengacara yang mampu untuk menegakkan
hukum akan tetapi karena kepentingan tertentu, mereka membuat scenario
agar dapat menggagalkan pemeriksaan terhadap Setya Novanto.
Karakter keenam adalah Indonesia adalah orang Indonesia yang sangat
boros dan sangat cepat menghabiskan uang bahkan dalam menghabiskan uang
yang belum sampai ditangannya (misalnya melalui cicilan perbulan). Hal ini
didukung dengan gaya hidup orang Indonesia yang senang mamerkan
kemewahan, berpenampilan mencolok, melangsungkan hajatan besar, bahkan
terlibat aktivitas yang menunjukkan kekayaan. Hal ini juga ditunjukkan
dengan perilaku lain yaitu tidak sabaran dan menginginkan sesuatu dengan
instan. Contohnya adalah mereka yang menginginkan jabatan tinggi dengan
penghasilan yang lebih besar dan tidak ingin berlama-lama mengenyam
pendidikan akan mencoba cara lain untuk mendapatkan ijazah. Hal ini juga
bertujuan untuk memenuhi gaya hidup akan tetapi dengan cara yang mudah
(Lubis,1979).
Sikap boros tergambarkan pada kasus penipuan yang dilakukan oleh
sepasang suami istri yang kerap pamer kehidupan mewah di media sosial.
Sepasang suami istri ini merupakan pimpinan dari PT. First Anugerah Karya
Wisata (Frist Travel). Keduanya diduga melakukan penipuan karena tidak
memberangkatkan Jemaah pergi umrah. Penipuan ini terungkap saat adanya
kegagalan pemberangkatan Jemaah umrah. First travel diminta untuk
memenuhi permintaan mediasi dengan jamaah namun mediasi pun tidak
memberikan solusi yang pasti. Kementerian Agama pun memutuskan izin
penyelenggara perjalanan umrah dan meminta pihak First Travel untuk
mengambilkan seluruh biaya Jemaah umrah yang telah mendaftar. Setelah
ditelusuri oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
terdapat fakta yang menyatakan bahwa ada aliran dana jemaah yang
digunakan untuk kegiatan fashion show Anniesa dan Andika di Amerika
Serikat, aset restoran di London, Inggris, serta memenuhi kebutuhan atau
keinginan sehari-hari (tirto.id)
Ciri karakter yang ketujuh adalah malas. Manusia Indonesia cenderung
bermalas-malasan karena pemikirannya terbatas pada kebutuhan-
kebutuhannya yang cenderung terpenuhi dalam sehari. Hal ini dapat
mendorong individu untuk berpikir lebih praktis dari biasanya. Malas juga
merupakan sikap individu yang dilatarbelakangi dengan pemikiran/penilaian
negatif sehingga individu tidak memiliki keinginan untuk mengerjakan hal-hal
tersebut. Sikap malas ini menunjukkan turunnya motivasi untuk dan/atau
dalam mengerjakan sesuatu sehingga individu perlu mencari faktor pendorong
agar motivasi yang dimilikinya tidak mengalami penurunan.
Ciri karakter yang kedelapan adalah tukang menggerutu. Karakter ini
termasuk karakter orang yang tidak sabar dimana dalam menghadapi situasi
atau melakukan suatu pekerjaan, ia akan tetap menghadapi atau melakukan
pekerjaan tersebut namun dengan respon menggerutu atau sedikit mengeluh.
Misalnya pada peristiwa yang terjadi di Sumatera Selatan, di Kecamatan
Martapura, Kabupaten Ogan komering Ulu Timur. Sejumlah personel dari
TNI dan Polri mensterilkan jalan yang dilalui oleh Pak Jokowi dan rombongan
sampai ketempat peristirahatan makan siang setelah menyaksikan demonstrasi
latihan tempur TNI Angkatan darat di Pusat Latihan Tempur Kodiklat.
Penutupan jalan itu menimbulkan kemacetan sehingga sejumlah pengendara
menggerutu karena harus menahan teriknya matahari. Warga semakin
menggerutu karena tidak adanya jalan alternative untuk melewati lokasi
makan siang Jokowi dan rombongan. Kemudian peristiwa yang terjadi di
Cimanuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Masyarakat Setempat pun
menggerutu mengenai perencanaan dan pengerjaan yang tidak sesuai tersebut.
Akibat dari pengerjaan yang dinilai seadanya dan pengawasan yang kurang
ketat, masyakarat menggerutu was-was akan kondisi trotoar yang setara
dengan jalan raya tidak dapat menahan air rawan masuk rumah serta tidak
dapar menjaga keamanan pejalan kaki saat melintas trotoar (kompas.com)
Karakter yang kesembilan adalah cepat cemburu dan dengki. Orang
Indonesia dinilai sangat sensitif dengan orang-orang yang lebih dari mereka,
baik itu secara materi atau dari sisi lain seperti kekuasaan, keahlian atau dari
segi penampilan. Orang Indonesia senang merasa resah ketika melihat
individu lain yang menurut mereka lebih baik darinya. Hal ini yang membuat
mereka tertarik untuk mengetahui lebih tentang kehidupan individu tersebut
(Lubis,1979).
Sok dan Sombong adalah karakter kesepuluh menurut Mochtar Lubis
sebagai karakter orang Indonesia. Sok dan sombong adalah dua hal yang
berbeda. Kamus Besar Bahasa Indonesia (kbbi.web.id) mengungkapkan
bahwa sok adalah sebuah sifat dimana individu yang bersangkutan senang
memamerkan kemampuan atau materi yang seolah-olah dimiliki akan tetapi
sebenarnya tidak dimiliki. Psikologi memandang sombong sebagai suatu
kecenderungan sifat yang mencerminkan adanya keinginan untuk menjadi
lebih kuat (over power) terhadap orang lain. Individu yang sombong akan
melakukan segala hal melibatkan kata-kata dan penggambaran diri (images)
untuk menjadi lebih kuat dari individu lain yang dianggap sebagai saingan
(Fetterman, Robinson, & Ode, 2015).
Salah satu kasus sombong tergambarkan pada kasus viral yang
menghebohkan dunia maya dilakukan oleh salah satu anak dari keluarga
halilintar, anak ini membuat dan mengunggah video di akun instagramnya
yang berisi ungkapan bahwa ia ingin membuat sesuatu yang satisfy sambil
pelan –pelan memilin uang kertas bernilai Rp.100.000 dan langsung
menyobeknya. Hal ini dinilai sombong dan tidak menghargai uang yang
didapatkan dari kerja keras orangtua/saudara (cerpen.co.id)
Lubis Muchtar (2001) menyatakan bahwa manusia Indonesia juga
manusia tukang tiru. Tukang Tiru (plagiarsme) orang Indonesia seperi meniru
kulit-kulit orang luar yang mempesona serta terpengaruh terhadap apa yang
datang dari luar karena bikinan luar lebih menarik dari hasil dalam negeri.
Plagiarisme juga mejadi salah satu masalah terkait dengan salah satu sifat
orang Indonesia. Penjiplakan karya seni maupun karya ilmiah sering muncul
di pemberitaan. Salah satunya adalah tindakan plagiarisme yang dilakukan
oleh Rektor Universitan Halo Oleo Kendari Sulwesi Tenggara. Rektor ini
diberitakan menjiplak tiga karya ilmiah. Pemeriksaan terhadap plagiariasme
ini dilakukan oleh Ombudsman dan Keenristek Dikti berdasarkan pelaporan
dari 30 guru besar. Pelapor mengatakan bahwa Rektor UHO tersebut telah
mengklaim jurnal internasional milik yang peneliti lain dan menurut hasil
pemeriksaan terdapat 72% kesamaan pada bagian abstrak hingga kesimpulan.
Adapun karya yang dijiplak adalah karya ilmiah Dr. Zamrun Firihu, I
nyoman Sudiana dan Seitaro Mitsudo yang berjudul “Microwaves Sintering
Mechanisms in Alumnia Ceramic Sintering Experiment” yang dimuat dalam
jurnal Contemporary Engineer Science tahun 2016. Jurnnal kedua yang
dijiplak merupakan milik Joel D. Ketz dan Roger D.Blake berjudul
“Microwave Enhanced Diffusion” dan karya ilmiah David E yang berjudul
Application in Material Processing. Rektor UHO kemudian diancam akan
dilaporkan dan terancam akan dipecat. Selain melanggar hukum terkait
dengan hak cipta, rektor UHO juga melanggar nilai etik pendidikan terkait
dengan integritasdan kejujuran.
Selain karya ilmiah, karya seni juga ikut dijiplak oleh Indonesia. Salah
satunya adalah sebuah wisata selfie di Bandung yang bernama rabid town
yang menjiplak beberapa karya seni karya seniman dunia. Salah satu karya
seniman dunia yaitu spot swafoto yang berlatarkan lampu ice cream yang
menggantung, menjiplak instalasi di Museum of ice cream di Los Angeles.
Selain itu terdapat pula spot swafoto lain yang terdiri dari ratusan tiang lampu
yang sangat mirip dengan karya seni dari Chris Burden yaitu burden of the
light yang berlokasi di Museum of Art di Los Angeles juga spot foto yang
menjiplak karya Yayoi Kosama yaitu Obliteration room.
Kasus penjiplakan ini muncul ketika salah satu pengguna instagram
melayangkan postingan berupa gambar dan penjelasan penjiplakan kepada
akun instagram rabbids town. Kasus ini tergolong penjiplakan karena tidak
ada keterangan yang menjelaskan adaptasi karya seni yang dibuat tersebut dan
kemiripannya bukan kebetulan atau hanya unsur tertentu saja yang mirip
melainkan sangat mirip hingga tidak ada bedanya. Hal ini seakin didukung
dengan menjadikan Rabid Town yang dijuluki tempat wisata selfie sebagai
salah satu icon wisata kota Bandung (travel.kompas.com).
Ciri karakter keduabelas adalah artistik. Karakter ini digambarkan
sebagai individu yang hidup dengan perasaan-perasaan sensualnya. Naluri ini
lah yang mendorong individu sehingga menuangkannya dalam seni rupa
ciptaan artistic yang sangat indah dan bervariasi. Sejak dulu hasil daya artistic
manusia Indonesia telah diminati oleh orang luar seperti Eropa dan Amerika
yang memuseumkan seni rupa seperti batik, tenunan, dan ukiran. Bukan
hanya seni rupa, music, seni tari, folklore merupakan daya imajinasi manusia
Indonesia yang juga kaya budaya, menarik, dan mempesona. Hal ini
merupakan sumber tumpuan dan harapan bagi hari kedepannya bangsa
Indonesia. Seni rupa seperti batik yang dibuat oleh para seniman, bukanlah
hanya coretan tinta semata tetapi coretan tinta tersebut memiliki makna-makna
indah. Contohnya seperti makna motif udan riris yang menggambarkan
individu yang hidup berumah tangga, apalagi bagi pengantin baru, harus
berani dan mau hidup prihatin ketika banyak halangan dan cobaan, ibaratnya
tertimpa hujan dan panas, tdk mudah mengeluh. Segala halangan dan
rintangan itu harus bisa dihadapi & diselesaikan bersama-sama (Lubis,2001).
Suami atau istri merupakan bagian hidup di dalam rumah tangga. Jika
salah satu menghadapi masalah maka pasangannya harus ikut membantu
menyelesaikan, bukan sebaliknya justru menambah masalah. Makna motif lain
yaitu motif kawung bahwa keinginan dan usaha yang keras akan selalu
membuahkan hasil, seperti rejeki yang berlipat ganda dimana telah menjadi
hukum karma, bahwa orang yang bekerja keras pasti akan menuai hasil
walaupun kadang harus memakan waktu yang lama, begitupun sebaliknya.
Misalnya seorang petani yang bekerja giat di sawah, jika tidak ada hama yg
mengganggu, tentu dia akan memanen hasil padi yang berlipat di kemudian
hari. Namun sayang, budaya kerja keras utk menuai hasil maksimal tidak
dilakukan oleh semua orang (Lubis,2001).
Pemaparan hasil diskusi kelompok mengenai keduabelas karakter
orang Indonesia menunjukkan bahwa keduabelas karakter ini cukup
menggejala dimasyarakat Indonesia yang ditunjukkan dengan adanya
beberapa kasus-kasus yang dapat menjelaskan kontribusi karakter dalam
berbagai permasalahan di Indonesia.

B. Sejauhmana 12 ciri sifat manusia Indonesi menurut M.Lubis nampak di


komunitas psikologi Unhas dan pada diri sendiri.
Ciri sifat manusia yang dikemukakan oleh M. Lubis nampak pula di
komunitas psikologi Unhas. Ada beberapa hal yang dirasakan oleh kelompok
penulis terkait sejauh mana ciri sifat tersebut menggejala di komunitas
psikologi Unhas. Ciri sifat tidak bertanggung jawab, menurut kelompok
nampak di komunitas Psikologi Unhas misalnya pada saat mengerjakan tugas
kelompok yang merupakan kewajiban setiap anggota kelompok namun
terdapat beberapa anggota kelompok yang tidak berkontribusi pada tugas
tersebut dan namanya tetap tertera dalam anggota kelompok. Hal tersebut
dapat memengaruhi hasil diskusi yang dilakukan karena ide-ide yang dapatkan
juga tidak beragam. Selain itu hal ini juga kadang didapatkan pada peristiwa
dimana, mahasiswa membuat suatu tugas yang seyogyanya mencantumkan
penelitian atau bacaan yang digunakan sebagai bahan rujukan namun hal
tersebut tidak dilakukan
Ciri sifat berwatak lemah nampak pula pada sebagian komunitas
psikologi Unhas. Dimana, terjadi pada beberapa mahasiswa ketika sedang
melakukan diskusi kelompok cenderung hanya mengikut dan meng”iya”kan
pandangan yang disampaikan oleh anggota kelompok lain serta tanpa adanya
tanggapan yang diberikan. Bukan hanya itu, seringkali dalam diskusi
kelompok, jika ada salah satu anggota kelompok yang memiliki pandangan
yang berbeda, maka pandangannya cenderung goyah dan mengubah
pandangannya tersebut sesuai dengan pandangan anggota kelompok lain tanpa
adanya usaha mempertahankan pandangan yang dimiliki sehingga tidak terjadi
diskusi. Hal itu sering kali terjadi mungkin dikarenakan “cari aman” atau
“tidak mau pusing”. Hal itu pula terlihat bahwa ia tidak mengembangkan cara
berpikir kritisnya.
Ciri sifat yang menginginkan hasil instan juga terdapat di komunitas
psikologi Unhas. Salah satu contohnya ada beberapa mahasiswa yang diminta
untuk mencari sejumlah subjek untuk mata kuliah tertentu. Karena waktu yang
singkat dan jumlah subjek yang banyak terkadang beberapa mahasiswa
membuat data yang diminta seolah-olah telah terpenuhi dengan mengisi
sendiri tugas yang seharusnya ditujukan oleh calon subjek. Akan tetapi tidak
semua yang melakukan hal tersebut mahasiswa lainnya mencari subjek sesuai
yang diminta oleh dosen karena sebagian menyadari bahwa mengikuti proses
sebagai mana mestinya lebih penting dibandingkan hasil.
Ciri sifat malas seringkali nampak pula pada komunitas psikologi.
Dimana, seringkali komunitas psikologi paham akan berbagai fasilitas yang
diberikan demi kemajuan dirinya. Namun, hal itu seringkali tidak
dimanfaatkan karena adanya sifat malas meskipun tau pentingnya dari fasilitas
itu. Misalnya saja membuat refleksi. Bukan hanya itu, pengerjaan tugas juga
sering kali ditunda-tunda hingga pada akhirnya mendekati deadline sehingga
kurang optimal. Selain itu, ciri sifat menggerutu juga nampak pada sebagian
komunitas psikologi Unhas. Seringkali ditemui sebagaian mahasiswa
psikologi Unhas menggerutu terkait tugas yang diberikan baik itu karena
menurutnya sulit atau banyak. Namun, meski menggurutu tetapi tugas itu tetap
saja dikerjakan. Seringkali keluh kesah itu berani disampaikan kepada teman-
teman yang juga merasakan hal yang sama dan mungkin jarang keluh kesah
itu disampaikan pada teman yang menurutnya tidak merasakan hal yang sama
Ciri cepat cemburu tidak terlalu nampak dirasakan di komunitas
psikologi. Prestasi-prestasi yang diraih oleh beberapa anggota komunitas
psikologi tidak membuat anggota komunitas psikologi Unhas lainnya tidak
merasa iri bahkan ingin menjatuhkan anggota komunitas tersebut. Malahan,
prestasi-prestasi yang ditunjukkan oleh beberapa anggota komunitas psikologi
itu sangat diapresiasi dan memotivasi anggota komunitas psikologi Unhas
lainnya.
Ciri tukang tiru juga terlihat dibeberapa mahasiswa ditunjukkan
dengan perilaku dimana ketika mengerjakan tugas, ia tidak mengembangkan
kreativitas dan cara berpikir kritisnya serta mengolah berbagai/ informasi.
Seringkali cenderung hanya meniru hasil karya teman atau bahkan copy-paste
dari sumber-sumber yang ditemukan. Namun, menurut kelompok penulis, ciri
ini tidak banyak terlihat dan dirasakan di komunitas psikologi unhas, hanya
sebagian kecil saja.
Selanjutnya, kelompok menghayati bahwa bahwa ciri sifat artistik
cukup tergambar di komunitas psikologi Unhas. Kelompok menghayati bahwa
komunitas psikologi cukup terfasilitasi untuk mengeksplor kreativitas yang
dimiliki baik itu melalui metode pembelajaran yang diberikan seperti
pembuatan poster dan pembuatan video serta diadakannya kegiatan-kegiatan
mahasiswa yang dapat mengembangkan kreativitas dan menjunjung tinggi
budaya Indonesia.
Ciri sifat hiprokrasi, feudal, percaya tayahul serta sok dan sombong
tidak nampak dan tidak dirasakan keberadaanya pada komunitas psikologi
Unhas. Kelompok menghayati bahwa untuk sifat ciri sok dan sombong tidak
dirasakan pada komunitas psikologi Unhas sebab ciri sifat ini telah berusaha
dihilangkan sejak individu menjadi bagian dari komunitas psikologi Unhas.
C. Diskusikan Seberapajauh resiko pelanggaran kode etik psikologi apabila
sifat (sifat boros dan ingin instan) tidak diperbaiki.
Ciri sifat manusia Indonesia salah satunya adalah boros. Ia sangat
cepat membelanjakan dan menghabiskan uang, baik itu uang yang memang
telah dimiliki maupun uang yang akan dimiliki alias belum ditangan dalam
bentuk cicilan, misalnya. Hal itu ditunjukkan dari perilaku manusia Indonesia
yang senang memamerkan kemewahan. Selain itu, ditunjukkan pula dengan
perilaku lain yaitu tidak sabaran dan menginginkan sesuatu dengan instan.
Manusia Indonesia akan melakukan apa saja demi gaya hidup dan
kemewahan. Misalnya saja mereka yang menginginkan jabatan tinggi dengan
penghasilan yang lebih besar dan tidak ingin berlama-lama mengenyam
pendidikan akan mencoba berbagai cara untuk mendapatkan ijazah atau agar
menempati suatu jabatan tertentu. Hal ini juga bertujuan untuk memenuhi
gaya hidup dan kemewahan yang ingin didapatkan dengan cara yang cepat
atau instan.
Impulsive buying dalam ilmu psikologi memiliki gambaran yang
hampir sama dengan gambaran ciri sifat boros manusia Indonesia. Verplanken
& Sato (2010) mengemukakan bahwa sebuah produk atau barang yang
dibelanjakan juga dapat menjadi makna simbolis bagi individu. Misalnya,
produk dapat melambangkan gaya hidup, kelompok sosial, status,
kelas, nilai-nilai, agama, identitas regional, atau posisi politik. Membeli
produk semacam itu merupakan tindakan yang dilakukan untuk mendapatkan
symbol-simbol tertentu atau apa yang berlaku. Wicklund & Gollwitzer (dalam
Verplanken & Sato, 2010) berpendapat bahwa kita memiliki kebutuhan untuk
mendefinisikan dan mengkonfirmasi identitas kita, dan melakukannya melalui
"simbol penyelesaian," yaitu,simbol yang mewakili identitas tertentu. Harta
dan pembelian produk dapat menjadi cara untuk melakukannya. Motivasi
untuk menegaskan definisi diri seseorang menjadi sangat menonjol ketika
individu merasa tidak pasti atau terancam. Impulsive buying dapat pula
berfungsi untuk memperjelas, menegaskan, atau mengungkapkan aspek
identitas seseorang, misalnya karena produk melambangkan kelompok sosial
atau gaya hidup yang dicita-citakan.
Apabila ciri sifat boros ini tertanam pada diri individu utamanya calon
dan sarjana psikologi, maka akan berpotensi terjadinya berbagai macam
pelanggaran kode etik. Adanya kebutuhan yang tinggi akan uang akan
membuat individu dengan ciri sifat boros ini melakukan berbagai hal agar
mendapatkan uang yang mendukung gaya hidupnya. Pelanggaran-pelanggaran
kode etik yang mungkin terjadi adalah adanya konfilk kepentingan dalam
menjalankan tugas professional. Adanya kepentingan pribadi, ilmiah,
professional, hukum, finansial, kepentingan atau hubungan lain yang juga
ingin dipenuhi ketika menjalakan peran professional. Dimana, sangat
mengganggu objektifitas psikolog dan/atau ilmuwan psikologi dalam
menjalankan perannya. Misalnya demi mendapatkan uang atau kebutuhan
finanasial, psikolog dan/atau ilmuwan psikologi menerima permintaan dari
klien yang rela membayar mahal agar hasil tesnya dimanipulasi sehingga hasil
tes yang diberikan cenderung jauh dari objektif.
Selain itu, adanya kebutuhan yang tinggi akan uang bahkan rela
melakukan apa saja demi mendapatkan uang yang banyak, juga
memungkinkan terjadinya pelanggaran etik dalam hal iklan diri yang
berlebihan. Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi mengiklankan dirinya secara
berlebihan, misalnya dengan menyebut bahwa dirinya merupakan psikolog
terhebat dan memiliki kemampuan luar biasa demi menarik perhatian banyak
klien sehingga banyak yang datang padanya. Oleh karena banyak yang
tertarik, maka dengan mudah ia akan mendapatkan uang.

D. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki karakter Boros dan


Ingin Instan pada Manusia
Menurut kelompok upaya yang dapat dilakukan adalah individu perlu
memperhatikan skala pioritas dalam memenuhi kebuhan, mengetahui apa yang
merupakan kebutuhan dan keinginan. Individu perlu untuk memilah yang
mana kebutuhan yang perlu segera dipenuhi, kebutuhan yang dapat ditunda
atau tidak dibutuhkan sama sekali. Kemudian dorongan untuk selalu ingin
instan dalam melakukan sesuatu, menurut kelompok hal ini dapat ditekan
dengan cara menghargai setiap proses yang dilakukan, tidak hanya
menghitung hasil yang didapatkan tetapi menikmati proses sebagai fasilitas
untuk belajar lebih baik. dengan begitu, individu tidak akan melakukan segala
macam cara yang negative untuk mengejar hasil yang ingin dicapai. Selain itu
agar kedua hal ini dapat diperbaiki, menurut kelompok kita perlu menyadari
bahwa segala hal yang dilakukan, meskipun yang dilakukan tujuannya baik
namun dalam prosesnya tidak dengan cara yang baik maka akan dituntut
pertanggung jawaban yang setimpal di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Aco, H. (2018, Maret 2018). Tribunnews.com. Retrieved Mei 6, 2018, from
http://m.tribunews.com
http://www.tribunnews.com/metropolitan/2018/03/24/mobilnya-diderek-petugas
anggota-dprd-dki-saya-anggota-dewan-tapi-bayar-parkir-juga-lho
Damanik, C. (2015, Juni 16). Kompas.com. Retrieved Mei 6, 2018, from
https://regional.kompas.com:
https://regional.kompas.com/read/2015/06/16/15575591/Jalan.Ditutup.Saat.Jokow
i. akan.Siang.Warga.Menggerutu
Damarjati, D. (2018, Januari 29). http://m.detik.com. Retrieved Mei 6, 2018, from
Detik News: https://m.detik.com/news/berita/d-3839365/ombudsman-rektor-uho
plagiat-parah-cabut-gelar-dan-jabatannya
Fetterman, A. K., Robinson, M. D., & Ode, S. (2015). Interpersonal Arrogance
and theIncentive Salience of Power versus Affiliation Cues. . European Journal
of Personality , 29(1) 28-41.
Gabrillin, A. (2018, Maret 26). Kompas.com. Retrieved Mei 6, 2018, from
http://kompas.com:
https://nasional.kompas.com/read/2018/03/26/13333291/gara-gara-kasus-rekayasa
data-medis-setya-novanto-dokter-ini-pindah-kerja
Hidayat, R. (2017, Agustus 11). Tirto.id. Retrieved Mei 6, 2018, from
https://tirto.id: https://tirto.id/kehidupan-glamor-anniesa-hasibuan-pemilik-first-
travel cumu?
gclid=EAIaIQobChMI2fPt5enw2gIVUI2PCh0jBwUGEAAYASAAEgLp__D_B
E
Kusnaidi, M. (2018, April 04). htttp://www.cerpen.co.id. Retrieved Mei 6, 2018,
from Cerpen Bacaan Setiap Hari: http://www.cerpen.co.id/post_154017.html
Lubis, M. (2001). Manusia Indonesia (Sebuah Pertanggung Jawaban). Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Lubis, M. (1979). We Indonesians . Hawaii: Southeast Asian Studies Asian
StudiesProgram University of Hawaii.
Projo, W. A. (2018, Maret 29). Kompas.com. Retrieved Mei 6, 2018, from
https://travel.kompas.com:
https://travel.kompas.com/read/2018/03/29/162000527/polemik-rabbit-town-
diduga plagiat-karya-seniman-luar-negeri
Putrichester. (2013, Maret 6). Kaskus.com. Retrieved Mei 6, 2018, from
http://m.kompas.com:
https://www.kaskus.co.id/thread/513748821d7608fb4c000001/motif-batik-dan-
makna nya/
Supriadin, J. (2017, Desember 13). Liputan6. Retrieved Mei 6, 2018,
https://m.liputan6.com:
https://www.liputan6.com/regional/read/3194669/warga-menggerutu-
trotoar diperbaiki-malah-jadi-miring
Verplanken, B., & Sato, A. (2011). The psychology of impulse buying: An
integrative self-regulation approach. Journal of Consumer Policy, 34(2),
197-210.

Anda mungkin juga menyukai