Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN KEGIATAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

DI UPTD PUSKESMAS KALIJUDAN

I. Pendahuluan
Pemerintah Indonesia telah menandatangani kesepakatan global tentang
peningkatan pembangunan manusia dan lingkungannya yaitu melalui Millenium Development
Goals (MDG’s), dimana salah satu goal yang harus dicapai adalah meningkatkan akses air
minum dan akses sanitasi dasar oleh masyarakat. Salah satu program unggulan untuk
mendukung target tersebut adalah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk mengubah
perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan.
Pemicuan adalah cara untuk mendorong perubahan perilaku higiene dan sanitasi individu atau
masyarakat atas kesadaran sendiri dengan menyentuh perasaan, pola pikir, perilaku, dan
kebiasaan individu atau masyarakat. Pemicuan kepada masyarakat diarahkan untuk
memberikan kemampuan dalam merencanakan perubahan perilaku, memantau terjadinya
perubahan perilaku dan mengevaluasi hasil perubahan perilaku. Masyarakat
menyelenggarakan STBM secara mandiri dengan berpedoman pada pilar STBM yang
digunakan sebagai acuan penyelenggaraan Sanitasi total Berbasis Masyarakat yang terdiri
atas :
1. Stop Buang Air Besar Sembarangan;
2. Cuci Tangan Pakai Sabun;
3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga;
4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga; dan
5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga.

II. Latar Belakang


Dalam rangka Percepatan target MDG’s (Millenium Development Goals) Goals 7
maka diperlukan upaya peningkatan akses masyarakat terhadap sarana air minum dan sarana
sanitasi dasar (jamban sehat) yang berkelanjutan yang harus sudah teratasi pada akhir tahun
2015
Hasil studi WHO (2007), intervensi melalui modifikasi lingkungan dapat menurunkan
risiko penyakit diare sampai dengan 94%. Modifikasi lingkungan tersebut mencakup
penyediaan air bersih menurunkan risiko 25%, pemanfaatan jamban menurunkan resiko 32%,
pengolahan air minum di tingkat rumah tangga dapat menurunkan risiko sebesar 39% dan cuci
tangan pakai sabun menurunkan risiko sebesar 45%.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) perlu dilaksanakan dan diterapkan di Kota Surabaya.
III. Tujuan
Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dengan memperkuat
upaya perilaku hidup bersih dan sehat.

Tujuan Khusus :
a. Mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan ;
b. Mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka
meningkatkan dan membudayakan perilaku Stop Buang Air Besar Sembarangan di
masyarakat guna tercapainya Kelurahan Stop Buang air Besar Sembarangan
(ODF/Open Defecation free);
c. Meningkatkan dan membudayakan perilaku cuci tangan pakai sabun dengan air bersih
yang mengalir secara berkelanjutan di masyarakat;
d. Meningkatkan dan membudayakan perilaku pengelolaan air minum dan makanan rumah
tangga yang aman dan bersih secara berkelanjutan;
e. Meningkatkan dan membudayakan perilaku memilah sampah rumah tangga sesuai
dengan jenisnya seperti upaya Reduce, Reuse, Recycle (3R) dan membuang sampah
rumah tangga secara rutin;
f. Meningkatkan dan membudayakan perilaku pengamanan limbah cair rumah tangga di
masyarakat dengan benar

IV. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


Kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
yaitu:
1. Pendataan dan pemetaan wilayah Buang Air Besar Sembarangan (BABS) oleh Sanitarian
Puskesmas
2. Pembentukan dan pelatihan Tim Fasilitator STBM;
3. Pemicuan STBM ditingkat komunitas (RT/RW) oleh Tim fasilitator STBM Puskesmas;
4. Monev pasca pemicuan STBM oleh Tim Fasilitator STBM Puskesmas;
5. Verifikasi Kelurahan ODF (Open Defecation Free) apabila suatu kelurahan 100%
warganya telah akses jamban sehat dan Stop BABS.

V. Peran Lintas Program dan Lintas Sektor


1. RT memberikan dukungan dalam STBM
2. RW memberikan dukungan secara menyeluruh dari KK yang di picu untuk BABS
3. Lurah membantu dalam kegiatan perekapan jumlah rumah yang BABS
4. Kader lingkungan membantu dalam mengumpulkan masyarakat yang belum memiliki
jamban dan rumah yang tidak sehat sesuai criteria penilaian rumah sehat
5. Tokoh masyarakat dan badan LKMK membantu untuk mendatangakn para KK yang
sebelumnya hanya ibu ibu saja yang hadir dalam kegiatan Pemicuan

VI. Cara Melaksanakan Kegiatan


1. Pendataan dan pemetaan wilayah BABS oleh Sanitarian Puskesmas di wilayah kerja
masing – masing dilakukan dengan cara :
a. Melakukan survey lapangan dan pendataan wilayah yang dibantu oleh kader
sanitasi/lingkungan;
b. Melakukan pemetaan dari hasil survey lapangan terhadap wilayah yang masih BABS
dan yang sudah Stop BABS (dalam hal ini RW) dengan digambarkan melalui peta
wilayah yang diberi tanda warna merah apabila masih BABS dan warna Biru apabila
Stop BABS.
2. Pembentukan dan pelatihan Tim Fasilitator Puskesmas, dilakukan dengan cara:
a. Memprioritaskan puskesmas dengan tingkat wilayah BABS terbanyak yang dilihat dari
hasil pendataan dan pemetaan wilayah BABS oleh sanitarian Puskesmas yang dibantu
oleh kader.
b. Membentuk Tim Fasilitator STBM Puskemas yang terdiri dari Sanitarian, Bidan
kelurahan/promkes, kader lingkungan,PKK dan tokoh masyarakat
c. Melatih Tim Fasilitator yang telah dibentuk dengan narasumber yang berkompeten.
3. Pemicuan STBM, dilakukan dengan cara :
a. Menentukan komunitas BABS(RT/RW) yang akan dilakukan pemicuan oleh Tim
Fasilitator STBM dan tempat yang digunakan untuk pemicuan;
b. Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait di wilayah komunitas yang akan
dilakukan pemicuan (RT/RW/Kelurahan);
c. Membuat undangan terhadap komunitas yang akan dipicu;
d. Menyiapkan bahan dan Peralatan yang akan digunakan sebagai media untuk
pemicuan.
4. Monev Pasca Pemicuan STBM, dilakukan dengan cara :
a. Menindaklanjuti hasil pemicuan (warga-warga yang telah terpicu waktu pemicuan)
dengan melakukan survey lapangan ke rumah warga untuk memastikan adanya
perubahan perilaku;
b. Melakukan monitoring secara periodik terhadap komunitas yang dipicu yang belum
melakukan perubahan perilaku;
c. Mengevaluasi hasil perubahan perilaku;
5. Pembentukan TIM Verifikasi Kelurahan ODF oleh Kecamatan, dilakukan dengan cara :
a. Puskesmas membentuk Tim Verifikasi Kelurahan ODF, apabila di wilayahnya dianggap
100% masyarakatnya telah akses jamban sehat dan Stop BABS;
b. Puskesmas satu dengan lainnya yang berada di satu wilayah kecamatan melakukan
koordinasi untuk membentuk Tim Verifikasi kelurahan ODF,yang kemudian akan
disahkan dengan Surat keputusan dari Kecamatan tentang Tim Verifikasi Kelurahan
ODF;
c. Tim Verifikasi terdiri dari Petugas Sanitasi Puskesmas, Bidan Kelurahan, Petugas
Kecamatan, Tim Penggerak PKK/Kader dan anggota masyarakat dari kelurahan lain.
6. Verifikasi Kelurahan ODF (Open Defecation Free)
a. Menentukan Kelurahan yang akan dilakukan verifikasi kelurahan ODF untuk
memastikan status ODF suatu komunitas masyarakat yang menyatakan bahwa secara
kolektif mereka telah bebas dari perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS);
b. Konsolidasi TIM Verifikasi
- Penyiapan lembar penilaian
- Penyamaan Persepsi tentang isi lembar penilaian dan 100% penduduk sudah
mengakses jamban/WC
- Pembagian Wilayah dan Jadwal
c. Pelaksanaan Verifikasi
Semua TIM melaksanakan kunjungan rumah (sesuai sampel) untuk melakukan
penilaian sesuai dengan lembar penilaian.
d. Penentuan hasil Verifikasi
– Buat Rekapitulasi hasil penilaian
– Lolos Verifikasi Jika semua Kriteria dipenuhi
– Buat Berita Acara Verifikasi yang ditanda tangani oleh ketua TIM Verifikasi
mengetahui Lurah
e. Mengirim Berita acara verifikasi ke Dinas Kesehatan
f. Penerbitan Sertifikat Kelurahan ODF dari Dinas Kesehatan Kota yang ditandatangani
oleh Walikota/ Kepala Dinas Kesehatan

VII. Sasaran
1. Sasaran pemicuan adalah komunitas masyarakat (RT/RW/Kelurahan) yaitu : Semua
keluraga yang belum melaksanakan salah satupilar atau lima pilar STBM
2. Semua keluraga yang telah memiliki fasilitas sanitasi tetapi belum memenuhi syarat
kesehatan

VIII. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan STBM dilakukan dengan anggaran APBD dan APBN (BOK) dengan jadwal sebagai
berikut :
1. APBD : Pemicuan STBM dilakukan bulan Agustus 2016 dan Monev pasca pemicuan bulan
September dan Oktober 2016
2. APBN (BOK) : Verifikasi kelurahan ODF bulan Mei 2016

IX. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan


1. Evaluasi pelaksanaan kegiatan akan di lakukan setiap akhir kegiatan meliputi kesesuaian
jadwal, sasaran serta hambatan dan kendala pelaksanaan kegiatan
2. Pelaporan kegiatan ada di laporan tribulanan yang dilaporkan ke DKK

X. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi


Setiap progress yang dihasilkan pasca pemicuan harus selalu dicatat dan didokumentasikan
oleh sanitarian dan dilakukan pelaporan kepada Dinas Kesehatan Kota Surabaya setiap
Tribulan melalui Sistim Informasi Kesehatan (SIK). Laporan tribulan STBM yang harus
dilaporkan meliputi :
1. Laporan Akses Jamban
2. Laporan penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak (Jamban sehat)
menurut jenis jamban dan kelurahan
3. Laporan Kelurahan yang melaksanakan Santasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
4. Laporan Progres Pembangunan Jamban Sehat tribulan yang diserahkan langsung
kepada Dinas Kesehatan Kota Surabaya melalui Seksi Kesehatan Lingkungan.
5. Evaluasi kegiatan dilakukan setahun sekali / sesuai kebutuhan

Surabaya, 2 Januari 2016


Kepala UPTD Puskesmas Kalijudan

drg. Toetik Winarjati


Pembina Tingkat I
NIP. 19620226 199303 2 002

Anda mungkin juga menyukai