Cacing Tanah merupakan hewan tingkat rendah yang tidak memiliki tulang belakang
(avertebrata) dan bertubuh lunak. Hewan ini paling sering dijumpai di tanah dan tempat lembab,
yang banyak mengandung senyawa organik dan bahan mineral yang cukup baik dari alam
maupun dari sampah limbah pembuangan penduduk sebagaimana habitat alaminya.Cacing
Tanah telah dikenal dari berbagai familia yaitu moniligastridae, megascolecidae, eudrillidae,
glossocolecidae dan lumbricidae. Beberapa spesies yang sering ditemui di Indonesia antara lain
pontoscolex corethurus, drawida sp, peryonix excavatu, megascolex cempii, pheretima
posthoma, pheretima javanica, metaphire javanica dan metaphire capensis (Khairulman dan
Amri, 2009 ; Suin, 1989)
Bagi sebagian orang cacing tanah masih dianggap sebagai mahluk yang menjijikan
dikarenakan bentuknya, sehingga tidak jarang cacing tanah masih dipandang sebelah mata.
Namun terlepas dari hal tersebut cacing ternyata masih dicari oleh sebagian orang untuk
dimanfaatkan. Menurut sumber, kandungan protein yang dimiliki cacing tanah sangatlah tinggi,
yakni mencapai 58-78 % dari bobot kering.Selain Protein, cacing tanah juga mengandung
abu,serat dan lemak tidak jenuh. Selain itu, cacing Tanah mengandung auxin yang merupakan
perangsang tumbuh untuk tanaman (Khairulman dan Amri, 2009).
Arlen (2007) menjelaskan bahwa di beberapa Negara maju, seperti Italia, Amerika Utara
dan Kanada memanfaatkan cacing tanah sebagai pemusnah kota sampah. Di beberapa Negara
Eropa, cacing tanah dioleh menjadi makanan seperti burger cacing. Pemanfaatan cacing di
Indonesia baru dalam umpan untuk memancing ikan dan dalam usaha pengobatan tradisional.
Efek antitumor dari cacing tanah telah diteliti secara in vitro dan in vivo.Hal ini telah
terbukti bahwa EFE( enzim fibrinolitik cacing tanah) yang terisolasi dari E. Fotida menunjukan
aktivitas antitumor melawan sel hepatoma manusia.EFE menginduksi sel-sel apoptosis pada sel-
sel ini.Hasil penelitian menunjukkan bahwa EFE dapat digunakan dalam pengobatan
hepatoma.Selain itu,campuran makromolekul dari homogenate E. foetida menghambat
pertumbuhan sel-sel melanoma in vitro dan in vivo.
Dalam penelitian ini,kami memilih cacing tanah sebagai obat penyembuh kanker usus,
dimana caing tanah mengandung antitumor yang dapat menghambat perumbuhan sel kanker.
1.3 Tujuan
Untuk membuktikan bahwa Cacing Tanah dapat dijadikan obat untuk
menyembuhkan kanker usus
1.4 Manfaat
1.4.1 Memberikan pengetahuan lebih kepada masyarakat bahwa cacing tanah dapat
juga dijadikan obat kanker usus
1.4.2
.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Dasar Teori
Dalam buku “Biology of Earthworms” yang ditulis oleh Edwards dan Lofty di Newyork,
1977 menyatakan bahwa sebagian besar bahan tanah mineral yang dicerna cacing tanah
dikembalikan ke dalam tanah dalam bentuk nutrisi yang membuat tanah lebih subur sehingga
pertumbuhan tanaman lebih cepat.
Para ahli dari University of Bergen, mencoba melakukan eksperimen pada obat cacing
nitazoxandia,yang biasanya digunakan ketika seseorang mengalami infeksi cacing pita.
Didalam tubuh manusia terdapat Beta-catenin, yaitu zat Protein yang berperan dalam
fungsi genetika. Pada orang yang mengalami kanker usus, zat tersebut terlalu aktif dalam
menjalankan fungsinya sehingga merangsang sel-sel kanker lebih cepat tumbuh dan
berkembang.Zat ini pula lah yang membuat sel kanker menjadi lebih kebal terhadap obat yang
diberikan sehingga kemoterapi tidak akan berdampk banyak.
Oleh sebab itu, dalam studi ini, peneliti mencoba untuk menghentikan zat tersebut dengan
menggunakan obat cacing. Hasilnya, terbukti mampu menekan aktivitas beta-catenin.
Menurunnya tingkat aktivitas zat Protein tersebut membuat sel kanker tidak mampu untuk
berkembang dengan baik dan akhirnya pertumbuhan kanker pun terhambat.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2