Anda di halaman 1dari 19

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : Sejarah Kebudayaan Islam

B. Kegiatan Belajar : Kebudayaan Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah
(KB2)

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

PETA KONSEP

Peta Konsep (Beberapa


1 istilah dan definisi) di
modul bidang studi

• Bani Umayyah di Damaskus


Dinasti Bani Umayah berdiri selama lebih kurang 90 tahun
(40-132 H atau 661-750 M), dengan Damaskus sebagai
pusat pemerintahannya. Muawiyah bin Abi Sufyan (661-680
M) adalah pendiri Dinasti Bani Umayah dan penguasa
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

imperium yang sangat luas. Selama 20 tahun masa


pemerintahannya ia terlibat dalam sejumlah peperangan
dengan penguasa Romawi baik dalam pertempuran darat
maupun laut. Wilayah kekuasaan dinasti ini meliputi daerah
Timur Tengah, Afrika Utara dan Spanyol. Muawiyah
meninggal dunia pada Kamis pertengahan Rajab 60 H dalam
usia 78 tahun. Secara berturut-turut, para Khalifah Daulah
Umayyah di Damaskus adalah sebagai berikut :
1. Muawiyah bin Abi Sufyan (41-61 H/661-680 M)
2. Yazid bin Mu’awiyah (61-64 H/680-683 M)
3. Muawiyah II bin Yazid (64-65 H/683-684 M)
4. Marwan bin al-Hakam (65-66 H/684-685 M)
5. Abd al-Malik ibn Marwan (66-86 H/685-705 M)
6. Al-Walid bin Abd al-Malik (86-97 H/705-715 M)
7. Sulaiman bin Abdul Malik (97-99 H/715-717 M)
8. Umar bin Abdul Aziz (99-102 H/717-720 M)
9. Yazid II bin Abd al-Malik (102-106 H/720-724 M)
10. Hisyam bin Abd al-Malik (106-126 H/724-743 M)
11. Al-Walid II bin Yazid (126-127 H/743-744 M)
12. Yazid III bin al-Walid (127 H/744 M)
13. Ibrahim bin al-Walid (127 H/744 M)
14. Marwan II bin Muhammad (127-133 H/744-750 M)
Adapun sistem pemerintahan yang diterapkan Bani Umayyah
adalah sistem monarkhi (Monarchiheridetis), yang mana
suksesi kepemimpinan dilakukan secara turun-temurun.
Semenjak Muawiyah berkuasa, raja-raja Umayyah yang
berkuasa kelak menunjuk penggantinya dan para pemuka
agama diwajibkan menyatakan sumpah setia di hadapan
raja. Sistem pengangkatan penguasa seperti ini,
bertentangan dengan prinsip dasar dan ajaran
permusyawaratan.
Dalam menata administrasi pemerintahan, Bani Umayyah
mengembangkan administrasi pemerintahan Khulafaur
Rasyidin. Pada masa Umar bin Khatab, telah ada lima bentuk
departemen, yaitu Nidhamul Maaly, Nidhamul Harbi,
Nidhamul Idary, Nidhamul Siashi dan Nidhamul Qadhi.
Bentuk departemen ini kemudian dikembangkan lagi oleh
Muawiyah bin Abi Sufyan dalam bentuk yang lebih luas dan
menyeluruh, sebagai berikut:
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

1. An-Nidham Al-Idari, Organisasi tata usaha negara


pada permulaan Islam sangat sederhana, tidak diadakan
pembidangan usaha yang khusus. Ada empat organisasi
tata usaha pada masa Bani Umayyah, yaitu:
a. Ad-Dawawin. Untuk mengurus tata usaha pemerintahan,
Daulah Umayyah mendirikan empat dewan atau kantor
pusat, yaitu: diwanul kharraj, diwanur rasail, diwanul
mustaghilat al-mutanawi’ah, dan diwanul Khatim.
Keempat dewan ini memiliki tugas dan tanggung jawab
mengurus surat-surat lamaran raja, menyiarkannya,
menstempel, membungkus dengan kain dan dibalut
dengan lilin kemudian di atasnya dicap.
b. Al-Imarah Ala Al-Buldan. Daulah Umayyah membagi
daerah Mamlakah Islamiyah menjadi lima wilayah besar,
yaitu Hijaz, Yaman dan Nejed (pedalaman jazirah Arab),
Irak Arab dan Irak Ajam, Aman dan Bahrain, Karman dan
Sajistan, Kabul dan Khurasan, negeri-negeri di belakang
sungai (Ma Wara’a Nahri) dan Sind serta sebagian negeri
Punjab, Mesir dan Sudan, Armenia, Azerbaijan, dan Asia
Kecil, Afrika Utara, Libia, Andalusia, Sisilia, Sardinia dan
Balyar. Setiap wilayah besar diangkat seorang Amirul
Umara (gubernur jenderal) yang di bawah kekuasaannya
terdapat beberapa orang amir (gubernur) yang
mengepalai satu wilayah
c. Barid. Organisasi pos dalam tata usaha pemerintahan
semenjak Muawiyah bin Abi Sofyan memegang jabatan
khalifah. Setelah Abdul Malik bin Marwan berkuasa
organisasi pos dikembangkan sehingga menjadi alat
penting dalam administrasi negara.
d. Syurthah. Organisasi syurthah (kepolisian) dilanjutkan
dan dikembangkan pada masa Daulah Umayyah. Pada
mulanya organisasi ini menjadi bagian dari organisasi
kehakiman yang bertugas melaksanakan perintah hakim
dan keputusan-keputusan pengadilan, yang kepalanya
sekaligus sebagai pelaksana al-Hudud. Kemudian
organisasi kepolisian terpisah dari kehakiman dan berdiri
sendiri, dengan tugas mengawasi dan mengurus soal-
soal kejahatan. Khalifah Hisyam memasukkan dalam
organisasi kepolisian satu badan yang bernama Nidhamul
Ahdas dengan tugas hampir serupa dengan tugas tentara
yaitu semacam brigade mobil.
2. An-Nidham Al-Mali, Organisasi keuangan atau
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

ekonomi. Sumber pemasukan keuangan pada zaman


Daulah Umayyah pada umumnya sama seperti pada
masa permulaan Islam, sebagai berikut:
a. Al-Dharaib, yaitu suatu kewajiban yang harus dibayar
oleh warga negara (Al-Dharaib) pada zaman Daulah
Umayyah. Penduduk dari wilayah-wilayah yang baru
ditaklukkan, terutama yang belum masuk Islam,
ditetapkan pajak-pajak istimewa.
b. Masharif Baitul Mal, yaitu pengeluaran keuangan pada
masa Daulah Umayyah, pada umumnya sama seperti
pada masa permulaan Islam yaitu untuk: (a) Gaji para
pegawai dan tentara serta biaya tata usaha
pemerintahan; (b) Pembangunan pertanian, termasuk
irigasi dan penggalian ; (c) Biaya orang-orang hukuman
dan tawanan perang; (d) Biaya perlengkapan perang;
dan (e) Hadiah-hadiah kepada para pujangga dan para
ulama. Selain itu, para khalifah Umayyah menyediakan
dana khusus untuk dinas rahasia.
3. An-Nidham Al-Harbi, Organisasi pertahanan pada
masa Daulah Umayyah sama seperti yang telah dibuat
oleh khalifah Umar, hanya lebih disempurnakan.
Bedanya, pada masa Khulafaur Rasyidin tentara Islam
adalah tentara sukarela, sedangkan pada masa Daulah
Umayyah orang masuk tentara kebanyakan dengan
paksa atau setengah paksa, yang dinamakan Nidhamut
Tajnidil Ijbari, semacam undang-undang wajib militer.
Politik ketentaraan pada masa ini adalah Arab oriented,
dimana anggota tentara haruslah terdiri dari orang-orang
Arab. Muawiyah membangun armada musim panas dan
armada musim dingin yang kuat dengan tujuan untuk:
(1) mempertahankan daerah-daerah Islam dari serangan
armada Romawi; dan (2) memperluas dakwah Islamiyah.
4. An-Nidham Al-Qadhai, Kehakiman pada zaman itu
mempunyai dua ciri khas yaitu: (1) seorang qadhi
memutuskan perkara dengan ijtihadnya, karena pada
waktu itu belum ada lagi madzhab empat atau madzhab
lainnya. Pada masa itu para qadhi menggali hukum
sendiri dari Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan berijtihad.
(2) Kehakiman belum terpengaruh dengan politik, karena
para qadhi bebas merdeka dengan hukumnya, tidak
terpengaruh dengan kehendak para pembesar yang
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

berkuasa. Para hakim pada zaman Umayyah adalah


manusia pilihan yang bertakwa kepada Allah SWT dan
melaksanakan hukum dengan adil, sementara itu para
khalifah mengawasi gerak-gerik dan perilaku mereka,
sehingga kalau ada yang menyeleweng langsung dipecat.
Kekuasaan kehakiman di zaman ini dibagi ke dalam tiga
badan: (1) Al-Qadha, seorang qadhi bertugas
menyelesaikan perkara-perkara yang berhubungan
dengan agama; (2) Al-Hisbah, seorang al-Muhtashib
bertugas menyelesaikan perkara-perkara umum dan soal-
soal pidana yang memerlukan tindakan cepat; dan (3)
An-Nadhar fil Madhalim yaitu mahkamah tertinggi atau
mahkamah banding.
An-Nadhar fil Madhalim merupakan pengadilan tertinggi
yang bertugas menerima banding dari pengadilan yang
berada di bawahnya dan mengadili para hakim dan para
pembesar tinggi yang bersalah. Mahkamah Madhalim ini
diadakan dalam masjid. Ketua Mahkamah Madhalim
dibantu oleh lima orang pejabat lainnya, dimana sidang
mahkamah itu tidak sah tanpa mereka yaitu: (1) Para
pengawal yang kuat, yang sanggup bertindak kalau para
pesakitan lari; (2) Para hakim dan qadhi; (3) Para sarjana
hukum (fuqaha) tempat para hakim meminta pendapat
tentang hukum; dan (4) Para penulis yang bertugas
mencatat segala jalannya sidang.
Selain itu, pada masa Daulah Umayyah diadakan satu
jabatan baru yang bernama al-Hijabah, yaitu urusan
pengawalan keselamatan khalifah.

Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani


Umayyah di Damaskus meliputi 3 bidang, yaitu: bidang
diniyah, bidang tarikh dan bidang filsafat. Pembesar Bani
Umayyah secara khusus menyediakan dana tertentu
untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Para khalifah
mengangkat ahli-ahli cerita dan mempekerjakan mereka
dalam lembaga-lembaga ilmu, berupa masjid-masjid dan
lembaga lainnya yang disediakan oleh pemerintah.
Kebijakan ini mungkin karena didorong oleh beberapa
hal: (1) Pemerintah Bani Umayyah dibina atas dasar
kekerasan karena itu mereka membutuhkan ahli syair,
tukang kisah dan ahli pidato untuk bercerita menghibur
para khalifah dan pembesar istana. (2) Jiwa Bani
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

Umayyah adalah jiwa Arab murni yang belum begitu


berkenalan dengan filsafat dan tidak begitu serasi dengan
pembahasan agama yang mendalam. Para ahli sejarah
menyimpulkan bahwa perkembangan gerakan ilmu
pengetahuan dan budaya pada masa Bani Umayyah di
Damaskus memfokuskan pada tiga gerakan besar yaitu;
(1) Gerakan ilmu agama, karena didorong oleh semangat
agama yang sangat kuat pada saat itu; (2) Gerakan
filsafat, karena ahli agama diakhir Daulah Umayyah
terpaksa menggunakan filsafat untuk menghadapi kaum
Nasrani dan Yahudi; dan (3) Gerakan sejarah, karena
ilmu-ilmu agama memerlukan riwayat. Kegiatan-kegiatan
ilmiah tersebut berpusat di Kuffah dan Basrah, Irak.
a. Ilmu Tafsir, Setelah Daulah Umayyah di Damaskus
berdiri, kaum muslim berhajat kepada hukum dan
undang-undang yang bersumber dari Al-Qur’an,
sedangkan para qurra dan mufassirin menjadi tempat
bertanya masyarakat dalam bidang hukum.
b. Ilmu Hadis, Pada saat mengartikan makna ayat-ayat
Al-Qur’an, kadang-kadang para ahli hadis kesulitan
mencari pengertian dalam hadis karena terdapat banyak
hadis yang sebenarnya bukan hadis. Dari kondisi
semacam ini maka timbullah usaha para muhaddisin
untuk mencari riwayat dan sanad hadis. Proses seperti ini
pada akhirnya berkembang menjadi ilmu hadis dengan
segala cabang-cabangnya.
c. Ilmu Kalam, Perang yang diakhiri dengan tahkim
(arbitrase) telah menyebabkan munculnya berbagai
golongan, yaitu Muawiyah, Syiah, Khawarij dan sahabat-
sahabat yang netral. Persoalan ini akhirnya menimbulkan
tiga aliran Ilmu Kalam dalam Islam, yaitu: (a) Aliran
Khawarij yang mengatakan bahwa orang yang berdosa
besar adalah kafir, dalam arti keluar dari Islam, atau
tegasnya murtad dan wajib dibunuh. (b) Aliran Murjiah
yang menegaskan bahwa orang yang berbuat dosa besar
tetap mukmin dan bukan kafir. Adapun soal dosa yang
dilakukannya terserah kepada Allah untuk mengampuni
atau tidak mengampuninya. (c) Aliran Mu’tazilah yang
tidak menerima pendapat-pendapat di atas. Bagi mereka,
orang yang berdosa besar bukan kafir, tetapi bukan pula
mukmin.
d. Ilmu Qira'at, Dalam sejarah perkembangan ilmu, yang
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

pertama kali berkembang adalah ilmu qira’at. Cabang


ilmu ini mempunyai kedudukan yang sangat penting
pada permulaan Islam sehingga orang-orang yang
pandai membaca Al-Qur’an pada saat itu disebut para
Qurra. Setelah pembukuan dan penyempurnaan Al-
Qur’an pada masa Khulafaur Rasyidin dan Al-Qur’an yang
sah dikirim ke berbagai kota wilayah bagian, kemudian
lahirlah dialek bacaan tertentu bagi masing-masing
penduduk kota tersebut dan mereka mengikuti bacaan
seorang qari’ yang dianggap sah bacaannya. Akhirnya
muncul tujuh macam bacaan yang sekarang terkenal
dengan nama Qiraat sab’ah kemudian selanjutnya
ditetapkan sebagai bacaan standar.
e. Ilmu Nahwu, Dengan meluasnya wilayah Islam dan
didukung dengan adanya upaya Arabisasi maka ilmu tata
bahasa Arab sangat dibutuhkan. Sehingga dibukukanlah
ilmu nahwu dan menjadi salah satu ilmu yang penting
untuk dipelajari. Memulai mempelajari tata Bahasa Arab
yang dikenal dengan nama nahwu adalah ketika seorang
bayi memulai berbicara di lingkungannya.
f. Tarikh dan Geografi, Dalam mengembangkan ilmu
tarikh ilmuwan pada masa ini mengumpulkan kisah
tentang nabi dan para sahabatnya yang kemudian
dijadikan landasan bagi penulisan buku-buku tentang
penaklukan (maghazi) dan biografi (sirah).
g. Seni Bahasa, Umat Islam masa Bani Umayyah selain
telah mencapai kemajuan dalam bidang politik, ekonomi
dan ilmu pengetahuan, juga telah tumbuh dan
berkembang seni bahasa. Perhatian kepada syair Arab
Jahiliyah muncul kembali dan penyair-penyair Arab,
seperti Umar Ibn Abi Rabi’ (w. 719 M), Jamil Al-Udhri (w.
701 M), Qays Ibn Al-Mulawwah (w. 699 M) yang lebih
dikenal dengan nama Laila Majnun, Al-Farazdaq (w. 732
M), Ummu Jarir (w. 792 M), penyair yang mendukung
dan memelihara kemulian Badui dan yang syair-syairnya
menonjol karena nafas-nafas spiritualnya

• Perkembangan Kebudayaan pada Masa Bani


Abbasiyah
Bani Abbasiyah lahir tahun 132 H/ 750 M. Nama Abbasiyah
yang dipakai untuk nama bani ini adalah di ambil dari nama
bapak pendiri Abbasiyah yaitu Abas bin Abdul Muthalib
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

paman Nabi Muhammad Saw. Proses lahirnya Abbasiyah


dimulai dari kemenangan Abu Abbas Assafah dalam sebuah
perang terbuka (al-Zab) melawan khalifah Bani Umayyah
yang terakhir yaitu Marwan bin Muhammad. Abu Abbas
diberi gelar Assafah karena dia pemberani dan mampu
memainkan mata pedangnya kepada lawan politiknya. Abu
Abbas Assafah sebagai pendiri Bani Abbasiyah memiliki masa
kepemimpinan yang sangat singkat. Hanya 4 tahun beliau
memerintah, akan tetapi mampu menciptakan suasana dan
kondisi Abbasiyah yang seteril dari keturunan Bani Umayyah
sebagai lawan politik yang baru dikalahkan dan dikuasainya.
Adapun sistem pemerintahan yang diterapkan Bani
Abbasiyah adalah sistem monarkhi (Monarchiheridetis), yang
mana suksesi kepemimpinan dilakukan secara turun-
temurun.
Berikut merupakan khalifah-khalifah yang memimpin Bani
Abbasiyah :
1. Abu Abbas As-Saffah (132-136 H/ 749-754 M)
2. Abu Ja'far al-Manshur (136-158 H/ 750-775 M)
3. Abu Abdullah Muhammad al-Mahdi (158-169 H/ 775-
785 M)
4. Abu Muhammad Musa al-Hadi (169-170 H/ 785-786 M)
5. Abu Ja’far Harun ar-Rasyid (170-193 H/ 786-809 M)
6. Abu Musa Muhammad Al-Amin (193-198 H/ 809-813 M)
7. Abu Ja’far Abdullah Al-Ma'mun (198-201 H/ 813-817 M)
8. Ibrahim bin al-Mahdi di Baghdad (201-203 H/ 813-819
M)
9. Abu Ishaq Muhammad Al-Mu'tasim (218-227 H/ 833-842
M)
10. Abu Ja’far Harun Al-Watsiq (227-232 H/ 842-847 M)
11. Abul Fadl Ja’far Al-Mutawakkil (232-247 H/ 847-861 M)
12. Abu Ja’far Muhammad Al-Muntashir (247-248 H/ 861-
862 M)
13. Abu Abbas Ahmad Al-Musta'in (248-252 H/ 862-866 M)
14. Abu Abdullah Muhammad dan Al-Mu'tazz (252-255 H-
866-869 M)
15. Abu Ishaq Muhammad Al-Muhtadi (255-256 H/ 869-870
M)
16. Abu Al-Abbas Ahmad Al-Mu'tamid (256-279 H/ 870-892
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

M)
17. Abu Al-Abbas Ahmad Al-Mu'tadid (279-289 H/ 892-902
M)
18. Abu Muhammad Ali al-Muktafi (289-295 H/ 902-908 M)
19. Abu Fadl Ja’far Al-Muqtadir (295-320 H/ 908-932 M)
20. Abu Mansur Muhammad Al-Qahir (320-322 H/ 932-934
M)
21. Abu Al-Abbas Ahmad Ar-Radhi (322-329 H/ 934-940 M)
22. Abu Al-Ishaq Ibrahim Al-Muttaqi (329-333 H/ 940-944
M)
23. Abu Al-Qasim Abdullah Al-Mustakfi (333-334 H/ 944-946
M)
24. Abu Al-Qasim al-Fadl Al-Mu’thi (334-363 H/ 946-974 M)
25. Abu Al-Fadl Abdul Karim At-Tha'i (363-381 H/ 974-991
M)
26. Abu Al-Abbas Ahmad Al-Qadir (381-422 H/ 991-1031 M)
27. Abu Ja’far Abdullah Al-Qa'im (422-467 H/ 1031-1075 M)
28. Abu Al-Qasim Abdullah Al-Muqtadi (467-487 H/ 1075-
1094 M)
29. Abu Al-Abbas Ahmad Al-Mustazhir (487-512 H/ 1094-
1118 M)
30. Abu Mansur Al-Fadl Al-Mustarsyid (512-529 H/ 1118-
1135 M)
31. Abu Ja’far al-Mansur Ar-Rasyid (529-530 H/ 1135-1136
M)
32. Abu Abdullah Muhammad Al-Muqtafi (530-555 H/ 1136-
1160 M)
33. Abu Al-Muzaffar Al-Mustanjid (555-566 H/ 1160-1170 M)
34. Abu Muhammad Al-Hasan Al-Mustadhi’ (566-575 H/
1170-1180 M)
35. Abu Al-Abbas Ahmad An-Nashir (575-622 H/ 1180-1225
M)
36. Abu Nashr Muhammad Az-Zahir (622-623 H/ 1225-1226
M)
37. Abu Ja’far Al-Mansur Al-Mustansir (623-640 H/ 1226-
1242 M)
38. Abu Ahmad Abdullah Al-Musta'sim (640-656 H/ 1242-
1258 M)
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

Masa Abbasiyah dikenal sebagai era keemasan ilmu


pengetahuan dan Agama.
1. Ilmu Tafsir, Penafsiran Al-Qur’an pun berkembang tidak
hanya dengan penafsiran makna, tetapi juga penafsiran
“Bil al Ma’tsur dan “Bi al-Ra’yi”. Pemerintahan Abbasiyah
yang pertama menyusun tafsir dan memisahkan antara
Tafsir dengan Hadis. Di antara karya besar tafsir adalah
Al-Farra’, yang merupakan karya Tafsir pertama yang
disesuaikan dengan sistematika Al-Qur’an. Kemudian
muncul At-Tabari yang menghimpun kumpulan-kumpulan
tafsir dari tokoh sebelumnya. Kemudian muncul golongan
ulama yang menafsirkan Al-Qur’an secara rasional,
seperti Tafsir Al-Jahiz. Ahli tafsir terkemuka yang muncul
pada masa Abbasiyah adalah Abu Yunus Abdus Salam Al-
Qozwani yang merupakan salah satu penganut aliran
Tafsir bi al-Ra’yi. Sedangkan yang muncul dari aliran
Tafsir bi Al-Aqli adalah Amar Ibnu Muhammad al-
Khawarizmi, Amir al-Hasan bin Sahl. metode Tafsir bi al-
Ma’tsur. Metode ini fokus pada riwayat-riwayat yang
sahih, baik menggunakan ayat dengan ayat, hadis, dan
perkataan sahabat atau tabi’in. Ada beberapa tokoh yang
dikenal mempopulerkan metode ini.
a. Imam at-Thabari (wafat: 923 M/310 H), karyanya
adalah Jami’ al-Bayan fi Ta’wil Ayy Al-Qur’an, yang
menjadi rujukan para ulama pada masa berikutnya,
seperti al-Baghawi, as-Suyuthi, dan Ibnu Katsir.
b. Ibnu Katsir (wafat: 1372 M), karyanya adalah Tafsir
al-Qurad al-Azhim. Dikenal juga sebagai seorang
sejarawan dengan karya terkenalnya, al-Bidayah wa
an-Nihayah.
c. As-Suyuthi (lahir: 1445 M), karyanya adalah ad-Durr
al-Mantsur fi Tafsir bi al-Ma’tsur. Karya lain dalam
bidang Al-Qur’an adalah al-Itqan fi ‘Ulum al-Alquran.
2. Ilmu Hadis, Pada masa ini kajian hadis sebagai sumber
hukum setelah Al-Qur’an berkembang dengan cara
menelusuri keotentikkan Hadis. Hal inilah yang
mengilhami terbentuknya ilmu-ilmu Jarhi wa Ta’di dan
ilmu Mustalahul Hadis, sehingga para ulama hadis
berhasil mengkodifikasi hadis ke dalam kitab secara
teratur dan sistemik. Di antara kitab-kitab Hadis yang
berhasil disusun adalah kitab Hadis “Kutub as-Sittah”,
yang disusun oleh enam ulama’ Hadis, Imam Muslim
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

(wafat 261 H), Imam Bukhori (wafat 256 H), Imam


Turmudzi (wafat 279 H), Ibnu Majjah (wafat 273 H),
Imam Nasa’i (wafat 303 H), Abu Daud (wafat 275 H).
3. Ilmu Kalam, Pada masa al-Ma’mun dan Harun al-
Rasyid, ilmu kalam (teologi) mendapat tempat yang luas,
bahkan sangat mempengaruhi keadaan pemerintahan
saat itu. Seperti aliran Mu’tazilah dijadikan aliran resmi
pemerintah Bani Abbas. Peran ilmu kalam pada saat itu
sangat besar untuk membela Islam dari paham-paham
Yahudi dan Nasrani. Jadi ilmu kalam tidak semata
mengembangkan pemikiran agama tetapi
mengembangkan juga pemikiran sosial, politik, dan
mengembangkan pemikiran umat agar tidak statis, baik
bidang agama maupun bidang kemasyarakatan.
4. Ilmu Fiqh, Di antara kebanggaan pemerintahan
Abbasiyah adalah adanya empat ulama’ Fiqh yang
terkenal pada saat itu sampai sekarang ini, yaitu Imam
Abu Hanifah (wafat 129 H, Imam Malik (wafat 179 H),
Imam Syafi’i (wafat 204 H) dan Imam Ahmad bin Hambal
(wafat 241 H). Pada masa ini berkembang dua cara
dalam mengambil hukum fiqih, yaitu: (1) Ahl al-Hadis,
aliran yang berpegang teguh pada nash-nash Al-Qur’an
dan Hadis, mereka menghendaki hukum yang asli dari
Rasulullah dan menolak hukum menurut akal. Pemuka
aliran ini adalah Imam Malik, Imam Syafi’i dan pengikut
Sufyan As-Sauri. (2) Ahl al-Ra’yi, aliran yang
menggunakan akal pikiran dalam mengistimbatkan
hukum, di samping memakai Al-Qur’an dan Hadis. Aliran
ini dipelopori oleh Imam Abu Hanifah dan Fuqaha’ Irak.
Dari sini kita bisa melihat bahwa pemikiran umat Islam
pada saat itu sangat maju sekali, dengan bukti lahirnya
ulama’ terkenal dan kitab-kitab termashur, seperti Al-
Muwatta’, Al-Kharaj, dan Al-Mustasfa.
5. Ilmu Tasawuf, Perkembangan ilmu ini dimulai dari
perkumpulan-perkumpulan tak resmi dan diskusi
keagamaan (halaqah) dan latihan spiritual dengan
membaca dzikir berulang-ulang. tasawuf yang
berkembang sampai abad 9 Hijriyah. Ilmu ini menyebar
di penjuru negeri Islam di wilayah Abbasiyah yang
dibawa oleh para sufi-sufi terkemuka, seperti: (1) Abu
Kasim Abdul Karim bin Hawzin al Qusairi (wafat 465 H),
kitabnya yang terkenal adalah Ar-Risalah al-Qusyairiyah.
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

(2) Abu Haffas Umar bin Muhammad Sahabuddin (wafat


632 H), kitabnya yang terkenal adalah Awariful Ma’arif.
(3) Imam al Ghazali (wafat 502 H), kitabnya yang
terkenal adalah Ihya ’Ulumuddin.
6. Ilmu Filsafat, Pada masa Harun al-Rasyid juga
dikembangkan suatu lembaga yang mengkaji dan
mengembangkan pengetahuan yang dinamakan
“Khizanat al-Hikmah” yang kemudian pada masa Al-
Ma’mun dikembangkan lagi menjadi “Bait al-Hikmah”,
dan kemudian dikembangkan lagi menjadi “Darul
Hikmah”, yang meliputi: perpustakaan, pusat
penerjemahan, dan observatorium bintang.
Tokoh-tokoh penting dalam bidang filsafat antara lain:
(1) Abu Yusuf bin Ishaq Al Kindi (wafat 873 M), dikenal
sebagai Filsuf Arab yang memperkenalkan filsafat Yunani
di kalangan kaum muslimin. Ajarannya tentang filsafat
adalah bahwa antara agama dan filsafat sama-sama
menghendaki kebenaran; agama menempuhnya melalui
syari’at, sedangkan filsafat melalui pembuktian rasio. (2)
Ibnu Sina lahir tahun 980 M di Bukhara. Dalam ilmu
filsafat beliau banyak mengarang buku, diantaranya As-
Sifa’, Al-Isryara, Ti’su Rasail fil Hikmah, yang sebagian
besar memuat hubungan agama dengan filsafat. (3) Al-
Farabi, lahir di Turkistan tahun 870 M. Beliau berguru di
Baghdad untuk mempelajari Sains dan Filsafat. Beliau
juga banyak belajar dari guru Kristen. Filsafat Al Farabi
ini merupakan bentuk dari “Neoplatonisme” yang
disesuaikan dengan dokrin Islam. Seperti halnya filsafat,
politiknya Al Farabi banyak mengambil dari Replubic and
Law-nya Plato. (4) Ibnu Rusydi (Wafat 594 H). Dalam
hal filsafat beliau banyak mengambil dari ide-ide
Aristoteles, dia banyak mengulas hubungan antara
Filsafat dan Syari’at.
7. Ilmu Sains dan Tekonologi, Dalam bidang sains dan
teknologi, orang-orang Arab masih kalah dengan orang
Yunani. Sains dan Filsafat terbentuk atas rangsangan
buku terjemahan dari orang Yunani. Kemudian
perkembangan ilmu pengetahuan (Sains) ditandai
dengan berdirinya Universitas-universitas Islam di Iraq
dan Baghdad. baru setelah itu banyak penemuan-
penemuan penting tentang sains dan teknologi yang
akan dibahas di bawah ini:
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

a. Ilmu Kedokteran, Ilmu Kedokteran tumbuh dan


berkembang pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid
abad 9 M. Hal ini ditandai dengan berdirinya rumah
sakit yang didirikan oleh Harun Al-Rasyid dan
selanjutnya berkembang menjadi 34 Rumah Sakit
Islam
b. Ilmu Kimia, Dalam bidang ilmu Kimia, ilmuwan yang
terkenal adalah Jabir Ibnu Hayyam, yang diberi gelar
“Bapak Ilmu Kimia Arab”. Dia banyak mengemukakan
teori uap, pelelehan, dan sublimasi. Dalam teorinya,
Jabir bin Hayyan mengatakan bahwa logam seperti
timah putih atau hitam, besi dan tembaga bisa
dirubah menjadi emas atau perak dengan
menggunakan zat rahasia hingga pada sampai akhir
hayatnya beliau masih melakukan eksperimen
tentang hal ini
c. Ilmu Astronomi pelaut dan para tentara untuk
menyebarkan agama di luar negeri. ulama yang ahli
dalam ilmu astronomi adalah Al-Khawarizmi (wafat
846). Al-Kawariszimi, ada ulama’ yang bernama Ibnu
Kardabah yang banyak menemukan teori
perbintangan dan ilmu Falak. Ibnu Kardabah juga
banyak menulis buku tentang Astronomi, diantaranya
Al-Mashalih wal Mawalik, Al-Buldan, Al Jihani dan Al
Muhtasar. Dengan ditemukannya ilmu Astronomi,
umat Islam bisa menjual hasil pertaniannya dan
kerajinannya ke negeri Tiongkok, Zanzibar, sekaligus
mendatangkan hasil karya dari negeri lain untuk
dijual di negeri Islam. Pemerintahan Abbasiyah
semakin kaya karena setiap hasil perdagangan
(ekspor/Impor) dikenakan pajak untuk negara,
kemudian oleh negara disalurkan pada rakyat yang
miskin.
d. Ilmu Matematika, Dalam ilmu ini orang Arab
(Islam) memberikan sumbangan yang besar sekali
bagi peradaban manusia dengan menemukan “Angka
Arab“, seperti yang kita pakai sampai sekarang
(123456789). Orang-orang Islam di bawah pimpinan
Ibnu Haitam dan Al-Khawarizmi membuat teori
matematika, di antaranya adalah teori Al-Jabar, cara
menghitung akar kuadrat dan desimal. Pada
perkembangan selanjutnya Ibnu Haitam berhasil
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

menemukan ilmu untuk mengukur sudut, yang diberi


nama Trigonometri.

• Perkembangan Kebudayaan pada Masa Bani Umayyah


di Andalusia
Bani Umayyah di Andalusia adalah kekhalifahan Islam yang
pernah berkuasa di Semenanjung Iberia dalam rentang
waktu antara abad ke-8 sampai abad ke-12. Ada 2 faktor
utama yang diidentifikasi menjadi sebab masuknya Islam di
Andalusia. Pertama, faktor internal, yakni kemauan kuat para
penguasa Islam untuk mengembangkan dan membebaskan
menjadi wilayah Islam. Andalusia atau Semenanjung Iberia
(Spanyol dan Portugal termasuk selatan Perancis sekarang)
mulai ditaklukkan oleh umat Islam pada masa khalifah Al-
Walid bin Abdul Malik (705-715 M).
Kedua, faktor eksternal, yakni suatu kondisi yang terdapat di
dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan
Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan
ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan.
Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-
bagi ke dalam beberapa negeri kecil.
Kebudayaan Islam masa Bani Umayyah mengalami
perkembangan yang sangat mengesankan dan
mengagumkan pada periode pemerintahan Abdurrahman III
an-Nashir (300-350 H/912-961 M). Di bawah khalifah ‘Abd al-
Rahmân III dan penerusnya, al-Hakam II dan al-Manshûr,
Andalusia benar-benar mencapai puncak kejayaannya dalam
bidang keagamaan maupun kebudayaan. Kota Kordova
berkembang menjadi pusat kebudayaan yang sebanding
dengan Kairawan, Damaskus, atau Baghdad. Menurut satu
laporan pada pengujung abad ke 4/10 kota Kordova saja
memiliki 1.600 masjid, 900 pemandian umum, 60.300 villa,
213.077 rumah, dan 80.455 toko. Kemegahan dan
kemeriahan kota Kordova juga dimiliki oleh kota-kota lain di
Andalusia. Ibn Hawqal yang mengunjungi Andalusia pada
pertengahan abad ke 4/10 melaporkan bahwa semua kota di
wilayah tersebut besar dan ramai, memiliki fasilitas
perkotaan yang sangat lengkap: jalan-jalan yang lapang dan
bersih, pemandian, dan penginapan. Pada saat yang sama
dia juga mencatat bahwa Andalusia masih memiliki sejumlah
wilayah pedesaan yang kurang berkembang, biasanya dihuni
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

oleh penduduk beragama Kristen. Pada masa kejayaan ini,


ketergantungan kultural Andalusia kepada Dunia Islam Timur
sudah berakhir, dan Andalusia mulai mengembangkan
kebudayaannya sendiri dengan identitasnya yang khas
Andalusia.

Kemajuan IPTEK, Seni Budaya dan Pembangunan


Di antara kemajuan yang bahkan mempengaruhi Eropa
yaitu:
a. Kemajuan Intelektual Filsafat
Dikembangkan abad ke-9 selama pemerintahan
Muhammad bin Abdurrahman. Tokohnya adalah: Abu
Bakar Muhammad bin al-Sayigh (Ibn Bajjah). Magnum
Opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid Abu Bakar bin
Thufail. Ibn Rusyd menafsirkan naskah-naskah
Aristoteles dengan cermat dan hati-hati dalam
menyelaraskan antara filsafat dan agama. Abbas bin
Farnas, ahli kimia dan astronomi, menemukan
pembuatan kaca dari batu. Ibrahim al-Naqqash, ahli
astronomi, dapat menentukan waktu gerhana matahari,
membuat teropong, dan dapat menentukan jarak antara
tata surya dan bintang-bintang. Ahmad bin Ibas dari
Cordova merupakan ahli farmasi. Umm al-Hasan bint Abi
Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidz, dua ahli
kedokteran dari kalangan wanita. Ibn Jubair, menulis
tentang negeri-negeri muslim Mediterranea dan Sicilia.
Ibn Batutah, menulis tentang negeri Samudera Pasai dan
Cina. Ibn Khaldun, perumus filsafat sejarah. Ziyad bin
Abdurrahman yang memperkenalkan mazhab Maliki. Ibn
Yahya yang menjadi Qadhi. Musik dan Seni, al-Hasan bin
Nafi, sang penggubah lagu yang dijuluki Zaryab. Bahasa
dan Sastra Ibn Sayyidih Ibn Malik (pengarang Alfiyah),
Ibn Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu Hasan bin
Usfur, Abu Hayyan al-Gharnathi.
b. Kemajuan Pembangunan
1. Cordova, Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum
Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah.
Oleh penguasa Muslim, kota ini dibangun, diperindah
untuk nantinya dijadikan pusat kota juga pusat
pemerintahan Andalusia. Jembatan besar dibangun di
atas sungai yang mengalir di tengah kota. Masjid-masjid
hingga taman-taman tak luput dibangun untuk
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

peribadahan umat muslim juga menghiasi ibu kota


Spanyol Islam itu.

2. Perdagangan (Pembangunan Jalan Raya dan Pasar), Di


Cordoba juga dibangun sebuah istana yang indah, Az-
Zahra, yang dianggap sebagai suatu keajaiban kesenian
Islam. Istana kerajaan ini memiliki 400 kamar yang
konon dapat menampung ribuan budak dan pegawai.
Istana Az-Zahra terbuat dari pualam putih yang
didatangkan dari Nurmidia dan Carthago. Penerangan
dilakukan di jalan Cordoba sepanjang 16 kilometer
dengan cahaya yang begitu terang. Padahal, jalan-jalan
yang bagus di Inggris dan Prancis pada saat itu masih
langka. Pasar-pasar yang terdapat di Andalus, antara
lain: al-qaysariyyah (special market) dan pasar-pasar
biasa (common market). Penduduk di Andalus juga
menjalankan sistem pemusatan pasaran (centralization
of market) yang terdiri suq al-itr (pasar minyak wangi),
suq al-attarin (pasar rempah ratus), al-bazzazin (pasar
pakaian), al-qarraqin (pasar kasut), suq al-zayyatin
(pasar minyak zaitun) dan banyak lagi (Yusuf dan Ezad
Azraai Jamsari, 2012: 68).
3. Pertanian (Sistem Irigasi), Sektor pertanian telah
memanfaatkan dam untuk mengecek curah air, waduk
untuk konservasi, dan pengaturan hidrolik dengan water
wheel (roda air). Tanaman lain yang turut dihasilkan di
Andalusia ialah buah zaitun, buah anggur, sayur-sayuran
dan beberapa jenis buah-buahan yang lain. Hasil
pertanian ini penting untuk memenuhi keperluan
penduduk di Andalus. Selain tanaman untuk dimakan,
Andalusia juga menghasilkan tanaman, seperti kapas dan
linen, untuk diproses dan dijadikan pakaian mereka
sehari-hari.
c. Kemajuan Sains dan Teknologi
1. Ilmu Kedokteran
Ilmu kedokteran mengalami kemajuan yang cukup
menonjol. Spanyol yang membentuk sebuah unit
kebudayaan, juga melahirkan ahli kedokteran, seperti
Ibn Rusyd dan Ibn Juljul. Ibn Juljul disamping sebagai
dokter juga dikenal sebagai filosof. Abu Qasim al-
Zanrawi yang namanya dilatinkan sebagai Abulcasim of
the west adalah figure seorang ahli bedah yang besar.
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

Dia mengembangkan ilmunya di masa pemerintahan


Abdurrahman al-Nasir. Dia dikenal sebagai perintis ilmu
pengenalan penyakit diagnotic, cara penyembuhan dan
pembedahan. Dia juga seorang dokter gigi. Ibnu Khatib
dan Ibn Khatima, keduanya ahli dalam penyakit kolera
dan mata. Tokoh lain dalam ilmu kedokteran adalah Ibn
Wafid (Abu Guefit) yang terkenal dalam metode rasional
di dalam makanan. Ahmad Ibnu Ibas dari Cordova
adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Ummul Hasan
binti Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah
dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
2. Astronomi
Dalam bidang astronomi dapat disebutkan tokohnya
adalah Abu Ma’syar. Ia dikenal sebagai seorang
astronomi yang sangat terkenal. Dia mempunyai
kepercayaan tentang adanya pengaruh bintang dalam
pokok-pokok kehidupan manusia, tentang lahir maupun
matinya. Al-Majriti juga salah seorang ahli astronomi, di
samping ahli hitung, kedokteran dan kimia. Sedang Al-
Zarqali adalah seorang ahli astronomi dan juga ahli
nujum yang terkenal pada masanya. Dia juga
mengemukakan perkiraan gerak matahari dengan
melihat posisi bintang-bintang. Ibrahim bin Yahya al-
Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat
menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan
menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat
teropong modern yang dapat menentukan jarak antara
tata surya dan bintang-bintang.
3. Matematika
Dalam bidang matematika yang berkembang pada masa
itu adalah perhitungan. Terkadang kita berfikir nilai nol
tidak begitu penting, tetapi cendekiawan muslim
matematika angka nol merupakan bagian dari angka,
sehingga mereka menemukan angka nol dalam
perhitungan.

d. Musik dan Kesenian


Dalam bidang musik dan seni, pada masa Bani Umayyah
juga telah mengalami pengembangan hingga mencapai
puncak kecemerlangan dengan tokohnya, al-Hasan Ibn
Nafi, yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diselenggarakan
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

pertemuan dan perjamuan, Zaryab selalu menampilkan


kebolehannya menggubah lagu. Keahliannya itu
diwariskan kepada anak-anaknya dan juga kepada
budak-budak sehingga kemasyhurannya tersebar luas.

e. Bahasa dan Sastra


Bahasa dan sastra telah menjadi bahasa administrasi
pemerintahan Islam di Spanyol, khususnya di Cordova.
banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik
keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu
antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik, pengarang Alfiyah,
Ibnu Khuruf, Ibnu al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-
Hasan bin Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring
dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra
bermunculan, seperti Al-’Iqd al-Farid karya Ibnu Abd
Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibnu
Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath bin Khaqan,
dan banyak lagi yang lain.
f. Sejarah dan Geografi
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam
bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal, Ibnu
Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang
negeri-negeri Muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibnu
Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai
Samudera Pasai dan Cina. Ibnu Khatib (1317-1374 M)
menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibnu Khaldun
dari Tunisia adalah perumus filsafat sejarah. Semua
sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang
kemudian pindah ke Afrika.

Daftar materi bidang studi 1. Nidhamul maaly, Nidhamul harbi, Nidhamul siashi dan
2 yang sulit dipahami pada nidhamul qadhi
modul 2. Al manzilah bain al manzilatain
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

Daftar materi yang sering


1. Tarikh dan geografi
3 mengalami miskonsepsi
2.
dalam pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai