Anda di halaman 1dari 10

PERBEDAAN (KONTROVERSI) TAFSIR ATAS ANCAMAN BAHAYA COVID-19

Apa yang terjadi? Telah terjadi “kontroversi” dalam menafsirkan ancaman bahaya
COVID-19
1. WUJUD dari “kontroversi” yang terjadi dalam menafsirkan ancaman bahaya
2. FAKTOR yang menjadi dasar terjadinya “kontroversi” dalam menafsirkan
3. IMPLIKASI yang muncul atas adanya “kontroversi” dalam menafsirkan

Abstract (150-200 kata): 2-3 kalimat yang mewakili setiap bagian penting tulisan
Fenomena (penting): Pemahaman atas ancaman bahaya pandemic memperlihatkan sesuatu
yang kontroversial, sebagian melihat pandemic hanya sebagai interupsi atas kehidupan
normal dan sebagian yang lain melihat sebagai ancaman bahaya bagi masyarakat (fenomena).
Perbedaan pemahaman telah menimbulkan kesulitan dalam usaha menghambat penyebaran
virus corona (arti penting fenomena). Tujuan: Sejalan dengan itu, tulisan ini selain
memetakan bentuk kontroversi dalam berbegai kelompok masyarakat juga menganalisis
alasan-alasan terjadinya perbedaan pemahaman. Tulisan ini didasarkan pada data yang
dikumpulkan dari hasil wawancara pada tiga kelompok masyarakat yang berbeda dengan
memperhatikan karakteristik structural kelompok. Temuan: Hasil penelitian memperlihatkan
bahwa perbedaan kelompok dan kelas sosial dalam masyarakat telah menjadi kekuatan yang
menstrukturkan pandangan dan pemaknaan masyarakat atas ancaman bahaya pandemic.
Perbedaan pemaknaan memiliki konsekuensi bagi tingkat kesulitan di dalam penanaganan
pandemic covid-19. Kesimpulan/saran. Perbedaan structural yang ada dalam masyarakat
telah menjadi faktor pembeda penting dalam interpretasi atas suatu realitas kehidupan.
Tulisan ini menyarankan perlunya perluasan kasus yang diteliti dan penambahan sumber data
untuk memungkinkan dipahaminya dampak pandemic pada keamanan masyarakat secara
mendalam dan komprehensif.
Keywords: Pandemi COVID-19; Kontroversi Interpretasi; Ancaman Bahaya; Strukturasi;
Human Security

1. INTRODUCTION
1.1. Fakta sosial: (a) kalimat pembuka/shocking: Telah terjadi kontroversi di dalam
menafsirkan bahaya pandemic covid-19; (b) kalimat penjelasan/support: Sebagian
menganggap pandemic sebagai ancaman bagi kesehatan, sebagian yang lain masih
melihatnya sebagai penyakit yang tidak serius mengancama kesehatan; (c) data/bukti:
Kelompok agama tertentu telah dilaporkan menolak anggapan bahwa covid-19 dapat
menyebabkan kematian (Misnar, 2020). Pada saat yang sama anggota Jamaah Tablig yang
terinfeksi covid-19 lebih dari 200 orang yang diperoleh dari berbagai pertemuan agama
(Hamdi, 2020). (d) dukungan ahli (untuk menegaskan penelitian/tulisan kita penting):
Sebagaimana ditunjukkan oleh Setiati (2020) kesalahpahaman terhadap bahaya pandemic
telah mengakibatkan kesulitan penanganan COVID-19. (=> akan dibahas dalam
CONCLUSION)
1.2. Fakta literature: Sejauh ini studi tentang “kontroversi” cenderung melihat dua hal.
Pertama, studi kontroversi yang menegaskan keterlibatan kelompok agama yang menolak
berbagai kebijakan terkait pandemic (VGDGD, 2020; RETE, 2020; VEVH, 2020).
Sebagaimana ditunjukkan Misnar kelompok agama telah dituding sebagai pihak yang
menentang keras kebijakan social distancing (Misnar, 2020). Kedua, studi tentang
kontroversi yang menjelaskan dasar pertimbangan yang digunakan yang telah menyebabkan
perbedaan paham dalam menanggapi pandemic (YGUTO, 2020; EFES, 2020; OKOY, 2021).
Dua kecenderungan di atas memperlihatkan bahwa pandemic dilihat sebagai satu kesatuan
persoalan (hanya satu persoalan), padahal pandemic menyangkut banyak aspek yang tidak
diperhatikan secara seksama dalam studi yang ada (novelty). Pandemi selalu menyangkut isu
“bahaya” yang pemaknaan/interpretasi atas bahaya sangat menentukan sikap yang diambil
oleh setiap kelompok masyarakat. (=> akan dibahas dalam LITERATURE REVIEW +
DISCUSSION/ NOVELTY)
1.3. Tujuan: Tujuan tulisan ini melengkapi KEKURANGAN studi-studi terdahulu yang
KURANG MEMPERHATIKAN keragaman dimensi persoalan yang terkait pandemic.
Secara khusus tulisan ini menunjukkan bahwa “kontroversi” dalam melihat bahaya terkait
pandemic merupakan dimensi sentral yang diperlihatkan oleh berbagai kelompok masyarakat.
Sejalan dengan itu tiga pertanyaan dijawab dalam tulisan ini: (a) bagaimana WUJUD dari
“kontroversi” atas bahaya selama pandemic; (b) FAKTOR apa yang menjadi dasar terjadinya
“kontroversi” dalam berbagai kelompok masyarakat; (c) bagaimana adanya “kontroversi”
melahirkan IMPLIKASI dalam kehidupan masyarakat. JAWABAN atas ketiga pertanyaan
memungkinkan dipahaminya dasar-dasar pemikiran yang digunakan sebagai landasan
penerimaan dan penolakan atas kebijakan selama pandemic. (=> akan dibahas dalam
RESULTS/FINDINGS)
1.4. Argumen (jawaban sementara atas pertanyaan/masalah): Tulisan tentang “kontroversi”
dalam interpretasi bahaya selama pandemic ini didasarkan pada suatu ARGUMEN bahwa
setiap kelompok memiliki landasan ideologis dan praktis yang berbeda yang telah
mempengaruhi respons atas pandemic. Bahaya yang diakibatkan oleh virus tidak ditanggapi
secara seragam oleh kelompok yang berbeda. Sebagian menggunakan agama sebagai
landasan ideology dalam membaca dan memahami apa yang sedang terjadi. Sebagian yang
lain menggunakan ilmu pengetahuan sebagai dasar mengambil sikap terhadap bahaya yang
mengancam kehidupan mereka. Perbedaan kelompok dengan perbedaan landasar pemikiran
masing-masing telah menjadi factor penting yang menyebabkan lahirnya kontroversi dalam
interpretasi terhadap bahaya pandemic covid-19. (=> akan dibahas/diuji dalam
DISCUSSION)

2. LITERATURE REVIEW
2.1. Pandemi COVID-19
Pandemi COVID-19 didefinisikan sebagai sebuah istilah kesehatan yang merujuk pada
penyebaran penyakit coronavirus yang menyerang orang daalam jumlah banyak dan terjadi di
banyak tempat sehingga menimbulkan krisis dan dampak pada aspek-aspek kehidupan
lainnya (Bhavya Bhasin et al., 2021). Definisi tersebut menyatakan dua hal: Pandemi
COVID-19 memiliki makna sebagai sebuah peristiwa yang sedang terjadi yang mengarah
pada situasi tidak stabil dan berbahaya dan Pandemi COVID-19 berhubungan dengan banyak
aspek dalam kehidupan manusia tidak hanya pada aspek kesehatan. (T. Ahmad et al., 2020)
dalam mendefinisikan Pandemi COVID-19 menekankan pada aspek ekonomi yang melihat
pandemic covid-19 sebagai sebuah krisis yang perekonomian dunia yang teparah dalam
sejarah. Berbeda dengan pandangan di atas, Agung, (2020) menunjukkan bahwa Pandemi
COVID-19 dapat dilihat sebagai sebuah penyakit yang menyebar dengan cepat dan luas yang
memberikan dampak psikologis yang signifikan pada manusia. Ketiga pandangan tersebut
memiliki kesamaan dalam melihat Pandemi COVID-19, yakni sama-sama menekankan
aspek/hubungannya dengan dampak yang ditimb ulkan dari pandemi covid-19.
Tiga wujud dari Pandemi COVID-19 dapat ditemukan. Pertama, Pandemi COVID-19
mewujud dalam suatu kondisi yang memperlihatkan bahwa Pandemi COVID-19 merupakan
suatu keadaan krisis dalam kesehatan yang menyebar secara global di seluruh dunia
(Cucinotta & Vanelli, 2020). Pandemi COVID-19 sebagai suatu kondisi juga memperlihatkan
adanya nilai-nilai norma baru yang berlaku terkait dengan Pandemi COVID-19 yang
membawa akibat pada perubahan praktik kehidupan masyarakat. Kedua, Pandemi COVID-19
merupakan proses yang keberlangsungannya didasarkan pada suatu sebab atau prakondisi,
yakni corona virus disease yang menyebar secara massif dan menyebabkan peningkatan
kematian di seluruh wilayah (Wu et al., 2020). Pandemi COVID-19 sebagai suatu proses
dinamis juga memperlihatkan adanya nilai-nilai perubahan melalui norma baru yang berlaku
terkait dengan Pandemi COVID-19 sebagai proses yang berlangsung. Ketiga, Pandemi
COVID-19 merupakan kondisi dan proses yang membawa akibat-akibat mendasar seperti
perubahan aktivitas masyarakat terutama dalam aspek pendidikan, ekonomi dan sosial-
budaya (Green, Tappin, & Bentley, 2020; Gupta et al., 2020; Juntra et al., 2020). Pandemi
COVID-19 sebagai suatu akibat memberikan pengaruh yang luas dalam mendesak
masyarakat untuk membiasakan diri pada norma baru yang diciptakan sebagai solusi dalam
mengatasi krisis (Moorhouse, 2020). Dengan kata lain, Pandemi COVID-19 telah mendorong
adanya adaptasi atas perubahan yang terjadi.
2.2. Kontroversi Interpretasi
Kontroversi Interpretasi didefinisikan sebagai sebuah masalah atas pemahaman yang
berbeda terhadap arti atau simbol serta fungsi yang menyebabkan situasi yang ambiguitas
dalam masyarakat (Nisa, 2020). Definisi tersebut menyatakan dua hal bahwa Kontroversi
Interpretasi memiliki makna yang cendrung pada perasaan yang kuat terhadap perbedaan
opini sebuah komunitas atau masyarakat dan Kontroversi Interpretasi berhubungan dengan
akibat yang ditimbulkan oleh perbedaan pandangan terhadap suatu peristiwa di dalam
masyarakat yang dilandasi pada perbedaan sumber yang diperoleh. Aranda, (2020) dalam
mendefinisikan Kontroversi Interpretasi menekankan pada aspek yang saling berpengaruh
dimana hubungan erat antara berbagai interpretasi yang akan memiliki peluang pada
terjadinya kontroversi dalam masyarakat. Berbeda dengan pandangan di atas, (Saunders &
Kennedy, 2020) menunjukkan bahwa Kontroversi Interpretasi menyangkut hal-hal yang
bertentangan dengan pengetahuan umum yang ada di masyarakat yang dapat menimbulkan
konflik. Ketiga pandangan tersebut memiliki kesamaan dalam melihat Kontroversi
Interpretasi, yakni sama-sama menekankan aspek/hubungannya dengan sebuah perbedaan
cara pandang.
Tiga wujud dari Kontroversi Interpretasi dapat ditemukan. Pertama, Kontroversi
Interpretasi mewujud dalam suatu kondisi yang memperlihatkan bahwa Kontroversi
Interpretasi merupakan suatu keadaan yang melibatkan adanya konfrontasi kelompok dengan
interpretasi masing-masing mengenai suatu objek atau peritiwa (Boutillier et al., 2020).
Kontroversi Interpretasi sebagai suatu kondisi juga memperlihatkan adanya nilai-nilai
kepentingan sebuah kelompok yang berlaku terkait dengan Kontroversi Interpretasi yang
membawa akibat pada munculnya konflik dengan kelompok lainnya. Kedua, Kontroversi
Interpretasi merupakan proses yang keberlangsungannya didasarkan pada suatu sebab atau
prakondisi, yakni perdebatan yang bergerak pada aktivitas kepercayaan semu (D’Acunto et
al., 2021). Kontroversi Interpretasi sebagai suatu proses dinamis juga memperlihatkan adanya
nilai-nilai kepercayaan yang berlaku terkait dengan Kontroversi Interpretasi sebagai proses
yang berlangsung dalam masyarakat. Ketiga, Kontroversi Interpretasi merupakan kondisi dan
proses yang membawa akibat-akibat mendasar seperti menyiratkan peningkatan konflik yang
dimulai dari benturan pendapat bahkan menimbulkan konflik kekerasan langsung (Grohse,
2020) .Kontroversi Interpretasi sebagai suatu akibat memberikan pengaruh yang luas dalam
harmonisasi hubungan dalam masyarakat sehingga dibutuhkan kompromi untuk menghindari
kontroversi yang terus berlanjut. Dengan kata lain, Kontroversi Interpretasi telah mendorong
adanya adaptasi atas perubahan yang terjadi.
2.3. Bahaya (ancaman)
Bahaya (ancaman) didefinisikan sebagai sebuah kondisi yang memiliki dampak negatif
dari suatu pra-kejadian atau pra-peristiwa yang menimbulkan munculnya pencarian objek
untuk disalahkan (Cheng & Conca-Cheng, 2020). Definisi tersebut menyatakan dua hal:
bahaya (ancaman) memiliki makna sebagai sebuah tanda akan munculnya sebuah kondisi
‘yang mengancam’ dan bahaya (ancaman) berhubungan dengan actor dari pencipta keadaan
bahaya. Sejalan dengan itu (Adhari 2019) dalam mendefinisikan bahaya (ancaman)
menekankan pada adanya pelanggaran terhadap ketertiban umum yang memunculkan adanya
sifat mengancam. Berbeda dengan pandangan di atas, (Matzinger 2012) menunjukkan bahwa
bahaya (ancaman) menyangkut juga pada respon tubuh dalam menganggapi sinyal-sinyal
bahaya. Ketiga pandangan tersebut memiliki kesamaan dalam melihat bahaya (ancaman),
yakni sama-sama menekankan aspek/hubungannya dengan adanya actor pemberi sinyal dan
receive sebagai pnerima yang memungkinkan adanya bahaya yang sedang mengintai. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa bahaya (ancaman) merupakan sebuah kondisi yang
mengarah pada adanya ketidaktertiban terhadap ketetapan public yang berimplikasi pada
munculnya tindakan negatif dalam ruang sosial.
Tiga wujud dari bahaya (ancaman) dapat ditemukan. Pertama, bahaya (ancaman)
mewujud dalam suatu kondisi yang memperlihatkan bahwa bahaya (ancaman) merupakan
suatu keadaan yang mengancam tidak hanya pada satu individu akan tetapi juga mengancam
secara sosial (Arends, 2020 ;Ahmad et al., 2020; Kartashov, 2020). Bahaya (ancaman)
sebagai suatu kondisi juga memperlihatkan adanya nilai-nilai kekerasan yang berlaku terkait
dengan bahaya (ancaman) dan membawa akibat berbagai bentuk kekerasan seperti
kerusuhan. Kedua, bahaya (ancaman) merupakan proses yang keberlangsungannya
didasarkan pada suatu sebab atau prakondisi, yakni merujuk pada ketakutan yang menyebar
dalam masyarakat (Li et al., 2020). Bahaya (ancaman) sebagai suatu proses dinamis yang
juga diperlihatkan pada dinamika waktu, konteks, dan actor. Sejalan dengan adanya dimensi
waktu, bahaya dapat diidentifikasi sebagai bahaya laten ketika sebuah bahaya yang tetap ada
dan bersembunyi menyusun strategi dan akan kembali muncul setelah semua lengah
(Simangunsong, 2018). Ketiga, bahaya (ancaman) merupakan kondisi dan proses yang
membawa akibat-akibat mendasar seperti adanya kesenjangan, ketidakadilan, ketidakpastian,
serta gangguan sosial (Kuznar, 2021). bahaya (ancaman) sebagai suatu akibat memberikan
pengaruh yang luas dalam tatanan hidup masyarakat. Dengan kata lain, bahaya (ancaman)
telah mendorong adanya adaptasi atas perubahan yang terjadi.
3. METHOD
3.1. PILIHAN KASUS: “Kontroversi” dalam menafsirkan ancaman bahaya dipilih sebagai
subjek pembicaran tulisan ini atas tiga pertimbangan. Pertama, persoalan “kontroversi”
merupakan topik sentral yang belum banyak diperhatikan dalam studi-studi terdahulu. Kedua,
“kontroversi” menjelaskan tentang adanya hubungan sebab akibat yang membutuhkan suatu
pemahaman seksama. “Kontroversi” muncul atas alasan-alasan yang perlu diungkapkan.
Ketiga, adanya “kontroversi” menjadi dasar atas serangkaian akibat yang terjadi. Akibat-
akibat ini membutuhkan pemetaan untuk memampukan dirumuskan tindakan aksi. Ketiga
alasan dipilihnya isu “kontroversi” sebagai pokok pembicaraan tulisan diharapkan
memberikan pemahaman yang komprehensif dan insight bagi pemecahan masalah.
3.2. TIPE PENELITIAN & JENIS DATA: Penelitian ini bersifat “kualitatif” yang bersandar
pada data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari studi lapangan untuk mengamati
langsung dan dari pemetaan aspek-aspek penelitian. Data yang dibutuhkan terdiri dari data
wujud, factor, dan implikasi. Wujud kontroversi menyangkut pola-pola perbedaan baik pada
tataran pengetahuan, nilai dan praktik sosial. Berbagai tindakan yang memperlihatkan adanya
perbedaan dalam interpretasi dipetakan dalam penelitian. Faktor yang menyebabkan
terjadinya kontroversi dipetakan menyangkut factor ideology, factor kepentingan, dan faktor
operasional yang bersifat praktis. Alasan-alasan praktis dapat menjadi dasar adanya
perbedaan dalam interpretasi. Data menyangkut implikasi adanya kontroversi juga dipetakan,
khususnya terkait bagaimana kontroversi melahirkan perpecahan dan disharmoni dalam
pandangan dan tindakan.
3.3. PARTISIPAN: Penelitian ini melibatkan tiga pihak dalam pengumpulan data: (a)
informan yang terdiri dari kaum elite dalam masyarakat seperti tokoh agama atau kaum
intelektual; (b) kelas menengah yang terdiri dari kaum professional; dan (c) masyarakat
umum yang terdiri dari pekerja. Ketiga pihak dilibatkan untuk menguji bagaimana kelas
sosial memiliki signifikansi dalam interpretasi dan apakah kapasitas intelektual memberikan
pengaruh pada pandangan dan sikap yang diberikan. Selain itu dilibatkan juga tokoh-tokoh
yang dapat mengevaluasi akurasi/validitas penelitian.
3.4. PROSES PENELITIAN: Proses penelitian berlangsung dua bulan yang dimulai dari
desk-review, observasi lapangan, wawancara, focus-group discussion. Sebelum penelitian
lapangan dilakukan dikumpulkan berbagai bahan sekunder, termasuk berita online, untuk
memetakan kontroversi yang terjadi pada tataran teks. Observasi dilakukan pada sejumlah
ruang pertemuan di mana kontroversi para pihak dapat diamati secara langsung. Wawancara
berlangsung dalam tiga kategori kelas sosial untuk tujuan perbandingan. Wawancara
dilakukan di tempat masing-masing informan setelah terlebih dahulu mendapatkan
persetujuan. Lima orang dipilih sebagai informan yang terlibat dalam sesi FGD yang
bertujuan untuk konfirmasi temuan-temuan awal.
3.5. ANALISIS DATA: Analisis data dilakukan dalam dua bentuk. Pertama, pengolahan data
mengikuti tahapan Huberman (2000). Tahapan tersebut dimulai dari reduksi data pengamatan
dan wawancara, display data yang dilakukan dalam bentuk summary dan synopsis
berdasarkan tema-tema temuan lapangan, dan verifikasi data untuk proses penyimpulan.
Kedua, analisis yang digunakan mengikuti teknik interpretasi yang dimulai dari “restatement”
atas data yang ditemukan baik dari observasi maupun wawancara, diikuti dengan
“description” untuk menemukan pola atau kecenderungan dari data, diakhiri dengan
“interpretation” untuk mengungkapkan makna dari data yang telah dikumpulkan.
4. RESULTS
Apa yang terjadi: Telah terjadi “KONTROVERSI” dalam pemaknaan “ancaman bahaya” (Y)
dalam kasus pandemic COVID-19:
4.1. DESKRPTIF: Bagaimana WUJUD ““KONTROVERSI” dalam pemaknaan “ancaman
bahaya”” itu:
a. apa itu ““KONTROVERSI” dalam pemaknaan “ancaman bahaya”” (yang dimaksud
kontroversi apa?)
b. petakan scope/skala (keluasan) ““KONTROVERSI” dalam pemaknaan “ancaman
bahaya””
c. intesitas (seberapa parah, akut, laten) ““KONTROVERSI” dalam pemaknaan
“ancaman bahaya””.
4.2. KRITIS: Apa FAKTOR yang menyebabkan terjadinya ““KONTROVERSI” dalam
pemaknaan “ancaman bahaya”” (sesuatu yang perlu dibuktikan)
a. apakah perbedaan PAHAM dapat menjadi dasar terjadinya ““KONTROVERSI” dalam
pemaknaan “ancaman bahaya””,
b. apakah perbedaan KEPENTINGAN (nilai) dapat menjadi dasar terjadinya
““KONTROVERSI” dalam pemaknaan “ancaman bahaya””,
c. apakah perbedaan CARA/KEBIASAAN/TRADISI dapat menjadi dasar terjadinya
““KONTROVERSI” dalam pemaknaan “ancaman bahaya””
4.3. IMPLIKATIF: Bagaimana ““KONTROVERSI” dalam pemaknaan “ancaman bahaya””
dapat memberi IMPLIKASI yang luas ………..
a. Apakah adanya ““KONTROVERSI” dalam pemaknaan “ancaman bahaya””
berimplikasi pada pengetahuan public (salah paham, tingkat literasi, mispersepsi)
b. Apakah adanya ““KONTROVERSI” dalam pemaknaan “ancaman bahaya””
berimplikasi pada nilai-nilai yang berlaku (permisivitas, penerimaan dan penlakan
yang berbeda, perubahan sikap)
c. Apakah adanya ““KONTROVERSI” dalam pemaknaan “ancaman bahaya””
berimplikasi pada tindakan penyelesaian masalah (cara, metode pemecahan
masalah)
5. Discussion
5.1. RINGKASAN hasil penelitian (WHAT?)
Tulisan ini menunjukkan telah terjadi kontroversi dalam interpretasi terhadap
ancaman bahaya (danger) terkait pandemic covid-19 yang sedang dialami. Terdapat tiga
tipologi yang berbeda pada kelompok yang berbeda dalam memahami apa dan bagaimana
bahaya terkait adanya covid-19. Pertama, kelompok yang melihat pandemic covid-19 sebagai
“hukuman” atas dosa-dosa yang dibuat oleh manusia. Adanya penyakit tidak lain merupakan
pembalasan atas kesalahan yang dibuat oleh manusia dalam hidup mereka. Pandangan ini
diwakili oleh kelompok bawah dalam masyarakat. Kedua, pandangan yang melihat bahaya
pandemic covid-19 sebagai “peringatan” Tuhan agar manusia kembali ke jalan yang telah
digariskan. Dengan kata lain diyakini bahwa kehidupan manusia banyak melakukan
pelanggaran yang harus diperbaiki. Adanya covid-19 tidak lain sebagai peringatan agar
manusia dapat menata ulang kehidupan mereka sebagaimana yang diidealkan. Kelompok
menengah merupakan kelompok berpandangan semacam ini. Ketiga, kelompok yang melihat
covid-19 sebagai interupsi atas keberlangsungan kehidupan. Pada tahap ini segala sesuatu
dihentikan untuk terjadinya rehabilitasi sosial dan lingkungan. Pada saat ini terjadi kehidupan
manusia menghadapi berbagai tantangan adaptasi. Kelompok merupakan kelompok yang
percaya atas adanya interupsi yang berimplikasi pada penataan kehidupan yang lebih baik.
Ketiga interpretasi tersebut memperlihatkan adanya bias structural kelompok yang diwakili
dalam melihat proses kehidupan manusia.
5.2. ANALISIS: Mengapa terjadi “kontroversi interpretasi” (WHY?)

KONTEKS PERBEDAAN KONTROVERSI OUTCOME/


SOSIAL ? PAHAM INTERPRETASI IMPLIKASI ?

KONTEKS PERBEDAAN KONTROVERSI OUTCOME/


SOSIAL ? KEPENTINGAN INTERPRETASI IMPLIKASI ?

KONTEKS PERBEDAAN KONTROVERSI OUTCOME/


SOSIAL ? TRADISI/CARA INTERPRETASI IMPLIKASI ?

Kontroversi interpretasi atas bahaya COVID-19 telah disebabkan oleh perbedaan paham.
Perbedaan paham terlihat dari pemahaman yang berbeda antarkelompok dalam masyarakat
yang sekaligus memperlihatkan perbedaan tingkat literasi di dalam memahami pandemic.
Ancaman bahwa pandemic dipahami secara berbeda akibat dari KONTEKS historis dari
masyarakat. Pandemi telah menjadi narasi historis yang dikembangkan melalui berbagai
bentuk wacana yang menegaskan bahwa pandemic terkait dengan “kematian, hukuman, ….”.
Pandangan semacam ini telah BERIMPLIKASI pada kesulitan penggalangan komitmen
untuk penanganan pandemic…..
Kontroversi interpretasi atas bahaya COVID-19 telah disebabkan oleh perbedaan
kepentingan. Perbedaan kepentingan terlihat dari pemahaman yang berbeda antarkelompok
dalam masyarakat yang sekaligus memperlihatkan perbedaan tingkat literasi di dalam
memahami pandemic. Ancaman bahwa pandemic dipahami secara berbeda akibat dari
KONTEKS historis dari masyarakat. Pandemi telah menjadi narasi historis yang
dikembangkan melalui berbagai bentuk wacana yang menegaskan bahwa pandemic terkait
dengan “kematian, hukuman, ….”. Pandangan semacam ini telah BERIMPLIKASI pada
kesulitan penggalangan komitmen untuk penanganan pandemic…..
Kontroversi interpretasi atas bahaya COVID-19 telah disebabkan oleh perbedaan
tradisi/cara. Perbedaan tradisi/cara terlihat dari pemahaman yang berbeda antarkelompok
dalam masyarakat yang sekaligus memperlihatkan perbedaan tingkat literasi di dalam
memahami pandemic. Ancaman bahwa pandemic dipahami secara berbeda akibat dari
KONTEKS historis dari masyarakat. Pandemi telah menjadi narasi historis yang
dikembangkan melalui berbagai bentuk wacana yang menegaskan bahwa pandemic terkait
dengan “kematian, hukuman, ….”. Pandangan semacam ini telah BERIMPLIKASI pada
kesulitan penggalangan komitmen untuk penanganan pandemic…..
5.5. PENUTUP (NOW-WHAT?)
Perbedaan pemahaman dari tiga kelompok masyarakat menegaskan perlunya proses
pendidikan public atas bencana karena pengetahuan public sangat mempengaruhi sikap dan
tindakan yang diwujudkan. Pendidikan public akan mempengaruhi tingkat literasi dan
penerimaan public atas berbagai tindakan penanganan pandemic. Tiga pendekatan dapat
dilakukan untuk menjamin suatu proses pendidikan public. Pertama, perlunya control atas
informasi yang didistribusikan secara meluas untuk menghindari pemahaman yang salah
yang berakibat pada lahirnya sikap dan tindakan yang salah kaprah atas pandemic.
Pengetahuan yang tepat dan berkualitas akan menjamin terjadinya harmoni dalam
interpretasi. Kedua, perlu penataan media dan keterlibatan berbagai lembagai dalam distribusi
informasi terkait pandemic. Media dikonstruksikan untuk memiliki orientasi pada informasi
yang berkualitas dalam rangka resolusi permasalahan. Ketiga, pelibatan aktif berbagai
lembaga dan pusat kekuatan public selain untuk mobilisasi sumber kekuatan nasional, juga
untuk menjadikan pandemic sebagai masalah bersama yang membutuhkan tanggung jawab
bersama. Ketiga pendekatan tersebut akan memungkinkan pemahaman yang tepat dan
memiliki kesamaan paham dalam masyarakat.
6. CONCLUSION
(Penelitian ini menemukan bahwa telah terjadi kontroversi di dalam memahami ancaman
bahaya akibat pandemic covid-19). (DISCUSSION: summary). (DESKRIPTIF)
6.1. TEMUAN TERPENTING (MENGAGETKAN): Penelitian ini menemukan bahwa
kontroversi yang telah terjadi dalam memahami ancaman bahaya selama pandemic lebih
disebabkan oleh posisi structural masyarakat yang berbeda. (ANALITIS). Kelas sosial dan
karakteristik kelompok telah menstrukturkan pandangan dan pemaknaan masyarakat terhadap
ancaman bahaya pandemic. Dengan kata lain, perbedaan kelas atau kelompok sosial telah
menjadi penentu dalam variasi pemaknaan atas ancaman pandemic covid-19. Kontroversi
dalam pemaknaan atas ancaman bahaya yang menjadi Ekspresi dalam masyarakat terjadi atas
perbedaan kelas dan kelompok sosial yang berlaku dalam masyarakat.
6.2. SUMBANGAN PENELITIAN (SECARA KEILMUAN): Analisis tentang kontroversi
dalam memaknai ancaman pandemic telah memungkinkan ditemukannya dua hal penting.
Pertama, pemaknaan pandemic bersifat dinamis dan kontestatif yang memperlihatkan tidak
hanya penguasaan pengetahuan yang berbeda tetapi juga kepentingan yang berbeda. Kedua,
penelitian juga memberikan suatu sudut pandang baru di dalam melihat pandemic covid-19
dalam hubungannya dengan human security yang selama ini hanya dilihat dari perspektif
objektif. Pemaknaan yang dinamis atas pandemic covid-19 dan penggunaan sudut pandang
baru yang lebih subjektif dalam melihat akibat pandemic telah memungkinkan ditemukannya
arah baru dari penelitian pandemic covid-19.
6.3. KETERBATASAN PENELITIAN: Penelitian ini terbatas pada analisis satu wilayah dan
pada tataran pandangan informan. Analisis ini tidak memungkinkan hasil penelitian dijadikan
acuan untuk menjelaskan perbedaan pemaknaan pada skala yang lebih luas. Demikian pula
pandangan informan sebagai dasar penyimpulan atas pemaknaan ancaman bahaya covid-19
tidak memberikan gambaran yang komprehensif tentang adanya kontroversi dalam
pemaknaan. Atas keterbatasan tersebut, perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan
memperhatikan aspek komparasi secara kewilayahan dan bersumber pada data yang lebih
bervariasi. Dengan cara ini kebijakan yang lebih tepat dapat dirumuskan dalam rangka
penanganan pandemic covid-19.
Topic sentence=>detail sentence=>concluding sentence

REFERENCE
Adhari, A. (2019). AMBIGUITAS PENGATURAN KEADAAN BAHAYA DALAM
SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA. Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum
Bisnis Dan Investasi. https://doi.org/10.28932/di.v11i1.1960
Agung, I. M. (2020). Memahami Pandemi Covid-19 Dalam Perspektif Psikologi Sosial.
Psikobuletin:Buletin Ilmiah Psikologi.
Ahmad, T., Haroon, Baig, M., & Hui, J. (2020). Coronavirus disease 2019 (Covid-19)
pandemic and economic impact. In Pakistan Journal of Medical Sciences.
https://doi.org/10.12669/pjms.36.COVID19-S4.2638
Ahmad, W., Ali, I., & Khan, F. (2020). Danger to public health programs in the wake of
Covid-19. In Khyber Medical University Journal.
https://doi.org/10.35845/kmuj.2020.20579
Aranda, V. (2020). Completeness, categoricity and imaginary numbers: The debate on
husserl. Bulletin of the Section of Logic. https://doi.org/10.18778/0138-0680.2020.07
Arends, H. (2020). The Dangers of Fiscal Decentralization and Public Service Delivery:
a Review of Arguments. In Politische Vierteljahresschrift.
https://doi.org/10.1007/s11615-020-00233-7
Bhavya Bhasin, Gautam Gupta, & Sumedha Malhotra. (2021). IMPACT OF COVID-19
PANDEMIC ON EDUCATION SYSTEM. EPRA International Journal of
Environmental Economics, Commerce and Educational Management.
https://doi.org/10.36713/epra6363
Boutillier, S., Fourmentin, S., & Laperche, B. (2020). Food additives and the future of health:
An analysis of the ongoing controversy on titanium dioxide. Futures.
https://doi.org/10.1016/j.futures.2020.102598
Cheng, T. L., & Conca-Cheng, A. M. (2020). The Pandemics of Racism and COVID-19:
Danger and Opportunity. In Pediatrics. https://doi.org/10.1542/peds.2020-024836
Cucinotta, D., & Vanelli, M. (2020). WHO declares COVID-19 a pandemic. In Acta
Biomedica. https://doi.org/10.23750/abm.v91i1.9397
D’Acunto, F., Xie, J., & YAO, J. (2021). Trust and Contracts: Empirical Evidence. SSRN
Electronic Journal. https://doi.org/10.2139/ssrn.3728808
Green, N., Tappin, D., & Bentley, T. (2020). Working From Home Before, During and After
the Covid-19 Pandemic: Implications for Workers and Organisations. New Zealand
Journal of Employment Relations. https://doi.org/10.24135/nzjer.v45i2.19
Grohse, I. P. (2020). THE LOST CAUSE: Kings, the Council, and the Question of Orkney
and Shetland, 1468–1536. Scandinavian Journal of History.
https://doi.org/10.1080/03468755.2019.1626277
Gupta, M., Abdelmaksoud, A., Jafferany, M., Lotti, T., Sadoughifar, R., & Goldust, M.
(2020). COVID-19 and economy. In Dermatologic Therapy.
https://doi.org/10.1111/dth.13329
Juntra, L., Program, U., Gizi, S., Kemenkes, P., Jalan, K., & Tallo -Kupang, P. A. (2020).
Gaya Hidup Mayarakat Nusa Tenggara Timur Dalam Menghadapi Pandemi Corona
Virus Disease 19 (Covid-19). Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Kartashov, S. (2020). Public danger of crimes relapse. Current Issues of the State and Law.
https://doi.org/10.20310/2587-9340-2020-4-13-111-121
Kuznar, L. A. (2021). A tale of two pandemics: evolutionary psychology, urbanism, and the
biology of disease spread deepen sociopolitical divides in the U.S. Humanities and
Social Sciences Communications. https://doi.org/10.1057/s41599-021-00719-8
Li, Y., Hills, T., & Hertwig, R. (2020). A brief history of risk. Cognition.
https://doi.org/10.1016/j.cognition.2020.104344
Matzinger, P. (2012). The evolution of the danger theory. In Expert Review of Clinical
Immunology. https://doi.org/10.1586/eci.12.21
Moorhouse, B. L. (2020). Adaptations to a face-to-face initial teacher education course
‘forced’ online due to the COVID-19 pandemic. Journal of Education for Teaching.
https://doi.org/10.1080/02607476.2020.1755205
Nisa, K. (2020). Questioning Identity Politics in Multicultural Community: Evidence in Kota
Tangerang (2009-2013). https://doi.org/10.5220/0009933416591666
Saunders, B. B., & Kennedy, S. P. (2020). History and constitutional interpretation: Applying
the “Cambridge school” approach to interpreting constitutions. Oxford Journal of Legal
Studies. https://doi.org/10.1093/ojls/gqaa013
Simangunsong, B. (2018). Korupsi sebagai Musuh Bersama: Merekonstruksi Spiritualitas
Anti Korupsi dalam Konteks Indonesia. BIA’: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen
Kontekstual. https://doi.org/10.34307/b.v1i2.52
Wu, Y. C., Chen, C. S., & Chan, Y. J. (2020). The outbreak of COVID-19: An overview. In
Journal of the Chinese Medical Association.
https://doi.org/10.1097/JCMA.0000000000000270

Anda mungkin juga menyukai