Disusun Oleh :
1917501072
PURWOKERTO
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw, banyak berkembang keilmuan islam dengan
berbagai persoalan yang terjadi. Salah satu persoalan adalah tentang penetapan hukum dalam
Islam. Hal ini juga didesak meluasnya Islam ke berbagai daerah, yang memberi ragam
pendekatan atas sumber hukum Islam.
Madzhab Hanbali adalah salah satu madzhab yang merupakan bagian dari perkembangan
keilmuan islam setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw dalam bidang penetapan hukum yang
banyak diikuti dan masih eksis hingga hari ini. Tokoh pendirinya bernama Imam Ahmad bin
Hambal. Ahmad bin Hambal lahir di Baghdad, pada bulan Rabiul Awal tahun 164 H. Pada
nasabnya, ia bernama Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal dari kalangan Bani
Syaiban, salah satu kabilah di Arab. Nama Ahmad bin Hambal ini disandarkan pada
kakeknya.
Dalam makalah ini akan membahas tentang Madzhab Hambali serta istimbat hukum islam
dari madzhab yang didirikan oleh Imam Ahmad bin Hambal tersebut.
BAB 1I
PEMBAHASAN
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian salat, sedang kalian dalam keadaan
mabuk, sehingga kalian mengerti apa yang kalian ucapkan, (jangan pula hampiri
masjid) sedang kalian dalam keadaan junub, kecuali sekadar berlalu saja, hingga
kalian mandi. Dan jika kalian sakit atau sedang dalam musafir atau seseorang di antara
kalian datang dari tempat buang air atau kalian telah menyentuh perempuan, kemudian
kalian tidak mendapat air, maka bertayamumlah kalian dengan tanah yang baik (suci);
sapulah muka kalian dan tangan kalian. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha
Pengampun”.
Istimbat hukum dalam kalimat ا َءwwتُ ُم النِّسww ال َم ْسmenurut Imam Ahmad bin Hambal
menyentu perempuan ajnabiyah dan mahrom dapat membatalkan wudlu dengan syarat
adanya syahwat, jika tidak adanya syahwat maka tidak membatalkan wudlu.
Wallahu’alam.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Imam Ibnu Hanbal merupakan seorang ahli sunnah dan ahli Atsar, dan beliau sangat keras
terhadap penggunaan ra’yu, Imam Ibnu Hanbal paling keras terhadap taqlid buta dan orang
yang bertaqlid terhadap urusan agama. Pendirian beliau yang seperti itu dapat dibuktikan
dengan ucapannya yang beliau sampaikan kepada salah atu muridnya seperti Imam Abu
Dawud pernah mendengar bahwa Imam Ibnu Hanbal Berkata “janganlah engkau bertaqlid
kepada saya, Imam Malik, Imam Syafi’I, dan janganlah pula kepada Tsauri tetapi ambillah
olehmu darimana mereka Itu mengambil”. Dari perkataan beliau, jelas ras terhadap beliau
melarang keras terahadap taqlid, dan beliau memerinntahkan supaya orang mengambil
segala sesuatu dari sumber yang telah mereka ambil (para Imam).
Mazhab Hanbali tersebar luas di negeri Syam. Secara geografis, antara Syam dengan
Baghdad memiliki jarak yang cukup dekat. Jarak yang dekat memungkinkan penyebaran di
masa itu (+ abad 3-4 H).
Adapun sumber hukum dan metode istinbath Imam Ahmad ibn Hanbal dalam menetapkan
hukum adalah:
a. Nash dari Al-Qur’an dan Sunnah yang shahih.
b. Fatwa para sahabat Nabi SAW
c. Hadits Mursal dan Hadits Dha’if
d. Qiyas
e. sadd al-dzara’i
DAFTAR PUSTAKA
Iqbal Syauqi al-Ghifari, Muhammad. 2018. “Mengenal Ahmad bin Hanbal, imam Mazhab
Hanbali” dalam https://lokadata.id/artikel/mengenal-ahmad-bin-hanbali-imam-mazhab-
hanbali diakses pada 13 juni 2020
Nurdri, Cindra. 2017. “Dasar-dasar Istimbath Hukum Imam Empat Madzhab” dalam
http://cindranurdi.blogspot.com/2017/01/dasar-dasar-istinbath-hukum-imam-empat.html
diakses pada 17 Juni 2020
Siswandi. 2012. “Sistem Istinbath Hukum Empat Imam Mazhab” dalam
https://siswady.wordpress.com/makalah/sistem-istinbath-hukum-empat-imam-mazhab/
diakses pada 13 Juni 2020
Syarofuddin Firdaus, Muhammad. 2018. ” Pasang surut Mazhab Hanbali” dalam dalam
https://lokadata.id/artikel/mengenal-ahmad-bin-hanbali-imam-mazhab-hanbali diakses
pada 13 juni 2020