Anda di halaman 1dari 12

Madzhab Hambali

Citra Husnul Khuluqi


13030116120013
MADZHAB HAMBALI
Mazhab fiqih besar yang menempati
urutan keempat berdasarkan periodisasi
kemunculannya adalah Mazhab Hambali.
Mazhab ini muncul di kota kelahiran pendirinya
yaitu Baghdad. Pemikiran Mazhab Hambali
diawali oleh Imam Ahmad bin Hanbal. Ia
terkenal sebagai ulama fiqh dan hadits
terkemuka di zamannya dan pernah belajar fiqh
Ahlurra’yi kepada Imam Abu Yusuf dan Imam
asy-Syafi’i.
Dibandingkan dengan madzhab-madzhab fiqih lain,

perkembangan pengikut Mazhab Hambali bisa dibilang yang

paling tersendat.

Menurut sejarawan muslim, hal ini disebabkan rata

- rata ulama Mazhab Hambali enggan duduk dalam

pemerintahan, seperti menjadi qadhi (hakim) atau mufti.

Karena menolak menjadi pejabat pemerintah, otomatis

mazhabnya pun tidak pernah menjadi mazhab resmi negara

pada masa itu.

Padahal dengan menjadi mazhab resmi negara,

bisa dipastikan suatu mazhab akan berkembang pesat

diwilayah kekuasaan pemerintah tersebut. Madzhab Hambali

terkenal sangat ketat dan teguh dalam menggunakan dasar

sunnah.
Awal perkembangannya, mazhab
Hambali berkembang di Bagdad
pada akhir abad ketiga dan awal
abad kedua ( yang bertepatan
dengan masa pemerintahan
Daulah Bani Abbasiyah ), Irak dan
Mesir dalam waktu yang sangat
lama. Pada abad XII mazhab
Hambali berkembang terutama
pada masa pemerintahan Raja
Abdul Aziz As Su’udi.
Para pengembang Mazhab
Hambali generasi awal
(sesudah Imam Ahmad bin
Hanbal) diantaranya adalah:
- al-Asram Abu Bakar Ahmad
bin Muhammad bin Hani al-
Khurasani al-Bagdadi (wafat
273 H.)
- Ahmad bin Muhammad bin
al-Hajjaj al-Masruzi (wafat
275 H.) • Keempat ulama besar
- Abu Ishaq Ibrahim al-Harbi Mazhab Hambali ini
(wafat 285 H.) merupakan murid langsung
- Abu al-Qasim Umar bin Abi Imam Ahmad bin Hanbal,
Ali al-Husain al-Khiraqi al- dan masing-masing
Bagdadi (wafat 324 H.). menyusun buku fiqh sesuai
dengan prinsip dasar
Mazhab Hambali.
Adapun dasar-dasar mazhabnya yang pokok dalam mengistinbatkan hukum
adalah berpegang pada:
1. Al-Quran;
2. Sunnah;
3. Fatwa dan pendapat sebagian sahabat (baik yang disepakati maupun
diperselisihkan) dan mereka yang lebih dekat pada Al - Quran dan hadits, di
antara fatwa yang berlawanan. Lalu pendapat sahabat yang diketahui
terdapat ikhtilaf. Dalam menyikapi perbedaan pendapat tersebut, Imam
Ahmad mengambil pendapat yang paling dekat dekat dengan dasar yang
lebih kuat;
4. Ijtihad; metode ijtihad yang lazim digunakan adalah qiyas (analogi) dan
istishab (penetapan atau berlakunya hukum terhadap suatu perkara atau
dasar hukum itu berlaku sebelumnya). Apabila dalam ketiga dalil di atas tidak
dijumpai, maka akan digunakan qiyas. Penggunaan qiyas bagi Imam Ahmad
bin Hanbal hanya dalam keadaan yang amat terpaksa. Prinsip dasar Mazhab
Hambali ini dapat dilihat dalam kitab hadits Musnad Ahmad bin Hanbal.
Biografi Imam Ahmad bin Hanbal sebagai
pendiri Mazhab Hambali
Nama: Ahmad bin
Muhammad bin Hanbal
Lahir : Baghdad, tahun 164
H/780 M
Wafat: tahun 241 H/ 855 M
Imam Ahmad bin Hanbal adalah
Imam yang keempat dari fuqaha’
Islam.
-Beliau memiliki sifat-sifat yang
luhur
-Seorang yang alim tentang
hadits-hadits Rasulullah SAW
-Sebagai contoh dan teladan
bagi orang-orang ahli sunnah
-dan seorang yang sabar dikala
menghadapi cobaan
Imam Ahmad bin Hanbal adalah seorang
yatim sejak kecil. Ia hidup sederhana bersama
dengan ibunya yang bernama Safiyyah binti
Abdul Malik bin Hindun al-Syaibani.
Walau hidup dalam kesederhanaan dan
keterbatasan ekonomi namun, beliau tak patah
semangat untuk selalu mempelajari ilmu
pengetahuan.
Dengan berjalannya waktu berkat
semangat belajarnya, beliau menjadi seorang
muhaddits besar. Salah seorang guru yang paling
dicintainya adalah Imam Syafi’i.
Namun pada masa Khalifah Al-
Ma’mun, pemahamannya mengenai
agama Islam berlawanan dengan
penguasa saat itu sehingga ia
dijebloskan ke penjara bersama
ulama-ulama lain yang tidak mau
tunduk.
Situasi berubah ketika
kekuasaan dipegang oleh Khalifah
Al-Mutawakkil yang menghentikan
perdebatan mengenai Al-Quran.
Imam Ahmad bin Hanbal bersama
ulama-ulama lain pun akhirnya
dibebaskan.
Imam Ahmad bin Hanbal wafat pada hari Jumat
tanggal 12 Rabi’ul Awal tahun 241 H di Baghdad
, pada usianya yang ke-77 setelah melewati sakit
selama sembilan hari.

Anda mungkin juga menyukai