Anda di halaman 1dari 27

MACAM-MACAM MAZHAB SUNNI

Oleh Kelompok 2
Mursid
Harisudin Al-Amin
Indra Prilana
Fitriana
Rika Sulistyo Rini
Arum S
Laily Nafiah

Mazhab-Mazhab Sunni
1. Mazhab-Mazhab Sunni yang Masih Eksis
Tokoh-tokoh
Dasar-dasar penetapan hukum
Penyebaran mazhab-mazhab
2. Mazhab-Mazhab Sunni yang Sudah Lenyap
Tokoh-tokoh
Pandangan-pandangan tokoh
Lenyapnya mazhab-mazhab

1. Mazhab-Mazhab Sunni yang


Masih Eksis
1. Mazhab Hanafi
2. Mazhab Maliki
3. Mazhab Syafii
4. Mazhab Hambali

Mazhab Hanaf
Tokoh: Imam Hanafi. Imam hanafi dilahirkan di kota Kufah pada
tahun 80 H (699M), dan wafat di Bagdad pada tahun 150 H. dalam
usia 70 tahun. Nama beliau sejak kecil ialah Numan bin Tsabit bin
Zauth bin Mah. Ayah beliau keturunan dari bangsa Persi (Kabul
Afganistan) yang sudah menetap di Kufah. Hidup di masa Dinasti
Umayyah selama 52 tahun, dan di masa Dinasti Abbasiyah selama
18 tahun
Mazhab Hanafi memakai Quran, Hadits, Fatwa sahabat.
Berdasarkan riwayat-riwayat lain, Beliau juga menggunakan Ijma,
Qiyas, Istihsan, dan Urf.
Qiyas: Menghubungkan sesuatu yang belum ada hukumnya
kepada nash yang ada setelah memperhatikan illat (inti
permasalahan) yang sama antara keduanya.
Istihsan: Istihsan menurut bahasa berarti menganggap baik
atau mencari yang baik.

Lanjutan
Menurut istilah Ulama ushul fiqh, istihsan ialah meninggalkan ketentuan
qiyas yang jelas illatnya untuk mengamalkan qiyas yang samar illatnya,
atau meninggalkan hukum yang bersifat umum dan berpegang kepada
hukum yang bersifat pengecualian karena ada dalil yang
memperkuatnya.
Urf (adat Istiadat):ketentuan positif yang telah mapan dalam
masyarakat dapat dikukuhkan sebagai hukum Islam sepanjang tidak
bertentangan dengan al-Quran dan Sunnah Nabi.
Dalam riwayat lain, Beliau juga menggunakan Hillah Syariyyah, yaitu:
suatu jalan yang dilalui sebagai upaya untuk keluar dari kesempitan
dengan cara yang menurut Beliau diakui oleh Syara
Menjadi mazhab resmi negara pada masa dinasti Abbasiyah dan Turki
Usmani. menjadi panutan besar ummat Islam di India, Cina, beberapa
Negara Timur Tengah (Irak, Suriyah) dan sebagian ummat di Mesir dan
beberapa negara lain, seperti Uzbekistan

Mazhab Maliki
Tokoh: Imam Malik. Imam Malik yang bernama lengkap Abu
Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin Haris
bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris al Asbahi, lahir di
Madinah pada tahun 93 H/712 M dan wafat tahun 179 H/796 M.
Tanah asal leluhurnya adalah Yaman, namun setelah nenek
moyangnya menganut Islam, mereka pindah ke Madinah. Belajar
Qiraah kepada Nafi bin Abi Naim, lalu belajar Hadis kepada
Ulama Madinah, seperti Ibnu Syihab az-Zuhri (51-124 H.), Nafi
Maula bin Amr (w. 117 H.). ilmu fiqh yang dipelajarinya antara
lain dari Rabiah bin Abdurrahman / Rabiah ar-Rayi (w. 136
H/753 M.). Karyanya yang terkenal adalah kitab al-Muwatta,
sebuah kitab Hadis bergaya Fiqh/ kitab fiqh bergaya Hadis.
Dasar-dasar hukum yang diambil dan dipergunakan oleh Imam
Maliki, yaitu:

Lanjutan
Al-Quran, Sunnah Rasul, Ijmak para ulama, Qiyas, dan Istishlah (Mashalihul
Mursalah).
Mashlahah menurut bahasa: kepentingan, kebaikan. Mursalah: bebas,
tidak terbatas, tidak terikat. Maslahah Mursalah: kepentingan dan
kebaikan yang diperoleh secara bebas.
Teori ini diilhami pada suatu paham bahwa syariah Islam bertujuan
memelihara agama, nyawa, akal, keturunan/kehormatan, dan harta.
Mendatangkan manfaat, kesejahteraan dan kedamaian bagi
kepantingan masyarakat dan mencegah kemahdlaratan.
Tiga syarat dalam ditetapkannya Maslahah Mursalah: 1. Kepentingan
tersebut sejalan dengan jiwa syariat dan tidak bertentangan dengan alQuran dan as-Sunnah. 2. Persoalan yang diijtihadkan harus sesuatu
yang menyinggung persoalan-persoalan kemanusiaan dan esensi dari
maslahah itu harus masuk akal, sehingga bilamana dikemukakan pada
ahlinya, mereka akan mengakuinya. 3. Kepentingan itu bersifat Dharuri.

Lanjutan
Mazhab Maliki menjadi luas berkat peranan muridnya,
diantaranya adalah Abu Muhammad Abdullah bin
Wahab bin Muslim (w. 197 H.) dan Abdurrahman bin
Kasim (w. 191 H.). mazhab Malik pernah menjadi
mazhab utama di Hijaz, seperti di Makkah, Madinah,
Basra, Mesir, Andalusia, Maroko, bahkan menjadi
mazhab resmi Negara Maroko.

Mazhab Syafi
Nama beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Idris
Abbas ibn Utsman ibn SyafiI al-Muthalibi dari keturunan
Muthalib bin Abdi Manaf, yaitu kakek keempat dari rasul
dan kakek yang kesembilan dari asy-Syafii. Dengan
demikian, beliau adalah keturunan dari keluarga bangsa
Quraisy dan keturunan beliau bersatu dengan keturunan
Nabi SAW pada Abdul Manaf (datuk Nabi yang ke-3). Imam
Syafii dilahirkan di Guzzah suatu kampung dalam jajahan
Palestina.Masih wilayah Asqalan pada tahun 150 H (767
M), bersamaaan dengan wafatnya Imam Hanafi.Kemudian
beliau dibawa ibunya ke Mekkah dan dibesarkan disana.
Dasar-dasar Mazhab Syafi'i dapat dilihat dalam kitab ushul
fiqh Ar-Risalah dan kitab fiqh al-Umm. Dasar-dasar mazhab
yang pokok ialah berpegang pada hal-hal berikut:

Lanjutan
Al-Quran, beliau mengambil dengan makna yang lahir kecuali jika
didapati alasan yang menunjukkan bukan arti yang lahir itu, yang
harus dipakai atau dituruti.
As-Sunnah, beliau mengambil Sunnah tidaklah mewajibkan yang
mutawatir saja, tetapi yang Ahad pun diambil dan dipergunakan
pula untuk menjadi dalil, asal telah mencukupi syarat-syaratnya,
yakni selama perawi hadits itu orang kepercayaan, kuat ingatan
dan bersambung langsung sampai kepada Nabi SAW
Ijma, bahwa para Sahabat semuanya telah menyepakatinya.
Disamping itu, beliau berpendapat dan meyakini bahwa
kemungkina ijma dan penyesuaian paham bagi segenap ulama
itu tidak mungkin karena berjauhan tempat tinggal dan sulit
berkomunuikasi.

Lanjutan

Qiyas, Imam SyafiI memakai Qiyas apabila dalam ketiga dasar


hukum diatas tidak tercantum, juga dalam keadaan memaksa.
Hukum Qiyas yang terpaksa diadakan itu hanya mengenai
keduniaan atau muamalah, karena segala sesuatu yang
berhubungan dengan ibadah telah cukup sempurna dari al-Quran
dan as-Sunnah.
Istidlal (Istishhab), makna aslinya menarik kesimpulan suatu
barang dari barang yang lain. Dua sumber utama yang diakui
untuk ditarik kesimpulannya ialah adat kebiasaan dan undangundang agama yang diwahyukan sebelum islam. Diakui, bahwa
adat kebiasaan yang lazim di tanah Arab pada waktu datang Islam
yang tidak dihapus oleh Islam, mempunyai kekuasaan hukum.
Demikian pula adat dan kebiasaan yang lazim dimana-mana, jika
tidak bertentangan dengan jiwa al-Quran atau tidak terangterangan dilarang oleh al-Quran juga diperbolehkan.

Lanjutan
Mazhab ini kebanyakan dianut para penduduk Mesir
bawah, Arab Saudi bagian barat, Suriah, Indonesia,
Malaysia, Brunei, pantai Koromandel, Malabar,
Hadramaut, dan Bahrain.

Mazhab Hambali
Imam Hambali nama lengkapnya ialah al-Imam Abu Abdillah
Ahmad ibn Hambal ibn Hilal Addahili as-Syaibani al-Maruzi,
beliau dilahirkan di Baghdad pada tahun 164 H. Ayahandanya
bernama Muhammad as-Syaibani, sedangkan ibu beliau
bernama Syarifah binti Maimunah binti Abdul Malik bin
Sawadah binti Hindun as-Syaibani (wanita dari bangsa
Syaibaniyah juga) dari golongan terkemuka kaum bani Amir.
Beliau menuntut ilmu dari banyak guru yang terkenal dan
ahli di bidangnya. Misalnya dari kalangan ahli hadits adalah
Yahya bin Said al Qathan, Abdurrahman bin Mahdi, Yazid bin
Harun, sufyan bin Uyainah dan Abu Dawud ath Thayalisi. Dari
kalangan ahli fiqh adalah Waki bin Jarah, Muhammad bin
Idris asy Syafii dan Abu Yusuf (sahabat Abu Hanifah)

Dasar-dasar penetapan hukum


Imam Hambali dalam menetapkan suatu hukum adalah dengan
berlandaskan kepada dasar-dasar berikut:
Nash al-Quran dan Hadits, yakni apabila beliau mendapatkan nash,
maka beliau tidak lagi memperhatikan dalil-dalil yang lain dan tidak
memperhatikan pendapat-pendapat sahabat yang menyalahinya.
Fatwa sahaby, yaitu ketika beliau tidak memperoleh nash dan beliau
mendapati sesuatu pendapat yang tidak diketahuinya bahwa hal itu
ada yang menentangnya, maka beliau perpegang kepada pendapat
ini, dengan tidak memandang bahwa pendapat itu merupakan ijmak.
Pendapat sebagian sahabat, yaitu apabila terdapat beberapa
pendapat dalam suatu masalah, maka beliau mengambil mana yang
lebih dekat kepada al-Quran dan sunnah. Terkadang beliau tidak
mau memberi fatwa, apabila beliau tidak memperoleh pentarjih bagi
suatu pendapat itu.

Lanjutan
Hadits Mursal. Hadits Mursal akan tetap dipakai, jika tidak
berlawanan dengan sesuatu atsar atau dengan pendapat
seorang sahabat.
Qiyas, baru beliau pakai apabila beliau memang tidak
memperoleh ketentuan hukumnya pada sumber-sumber
yang disebutkan pada point 1-4 di atas.
Mazhab Hambali menjadi maazhab resmi di Negara Saudi
Arabia yang menetapkan syariat Islam secara utuh. Baik
dalam bidang al-Ahwal al-Syakhshiyyah, Hukum Perdata,
Qishos, Hudud, (hukum zina, pecurian, dan perampokan).
Karya terbesar yang memuat Mazhab Hambali adalah kitab
al-Jami al-Kabir karya Ahmad bin Muhammad al-Khalal (w.
311 H.).

2. Mazhab-Mazhab Sunni yang telah


Punah
1. Az-Zhahiri
2. Al-Auzai
3. Ats-Tsauri
4. Al-Laits
5. At-Tabhari

1. Az-Zhahiri
Tokoh: Imam Daud Az-Zhahiri. Beliau dilahirkan di
Kufah pada tahun 202 H, dengan nama Abu Sulaiman
Daud ibn Ali al-Asbahani yang kemudian dikenal dengan
sebutan Daud ad-Dhahiri.
Sesuai dengan namanya, prinsip dasar mazhab ini
adalah memahami nash (Al-Qur' an dan sunnah Nabi
SAW) secara literal, selama tidak ada dalil lain yang
menunjukkan bahwa pengertian yang dimaksud dari
suatu nash bukan makna literalnya. Apabila suatu
masalah tidak dijumpai hukumnya dalam nash, maka
mereka berpedoman pada ijma. Ijma' yang mereka
terima adalah ijma' seluruh ulama mujtahid pada suatu
masa tertentu, sesuai dengan pengertian ijma' yang
dikemukakan ulama usul fiqh. Kemudian, mereka juga

Lanjutan
Sekalipun para tokoh Mazhab az-Zahiri banyak menulis
buku di bidang fiqh, mazhab ini tidak utuh karena
pengikut fanatiknya tidak banyak. Akan tetapi, dalam
literatur-literatur fiqh, pendapat mazhab ini sering
dinukilkan ulama fiqh sebagai perbandingan antar
mazhab. Mazhab ini pernah dianut oleh sebagian
masyarakat Andalusia, Spanyol.

2. Al-Auzai
Tokoh: Al-Imam Abu Amer Abdur Rahman Ibn Muhammad
Al-Auzai. Beliau lebih dikenal dengan nama al-Auzai, lahir di
Balabaka pada tahun 88 H, dan wafat pada tahun 157 H,
keluarganya berasal dari tawanan Ainun Tamar. Ketika muda ia
belajar hadits, ia mempelajarinya dari Atha bin Abu Rabah, azZuhri dan orang-orang yang sederajat dan para pembesar
hadits meriwayatkan hadits. Al-Imam Abu Amer Abdur Rahman
Ibn Muhammad al-Auzai termasuk orang yang tidak menyukai
qiyas.
Dalam salah satu riwayat ia berkata: "Apabila engkau
menemukan sunnah Rasulullah SAW maka ambillah sunnah
tersebut dan tinggalkanlah seluruh pendapat yang didasarkan
kepada yang lainnya (selain Al-Qur'an dan sunnah Nabi SAW)."

Lanjutan
Pemikiran Mazhab al-Auza'i saat ini hanya ditemukan
dalam beberapa literatur fiqh (tidak dibukukan secara
khusus). Pemikiran al-Auza'i dapat dilihat dalam kitab
fiqh yang disusun oleh Abu Ja'far Muhammad bin Jarir
ath-Thabari (w. 310 H./923 M.; mufasir dan faqih) yang
berjudul Ikhtilaf al-Fuqaha, dan dalam kitab al-Umm
yang disusun Imam asy-Syafi'i.
Mazhab al-Auza'i pernah dianut oleh masyarakat Suriah
sampai Mazhab Syafi'i menggantikannya. Mazhab ini
juga dianut masyarakat Andalusia, Spanyol, sebelum
Mazhab Maliki berkembang di sana.
Menurut Ali Hasan Abdul Qadir (ahli fiqh dari Mesir),
Mazhab al-Auza'i tidak dianut lagi oleh masyarakat

3. Ats-Tsauri
Tokoh: Abu Abdillah Sofyan bin Said al-Tsauri. Abu
Abdillah Sofyan bin Said al-Tsauri lahir di Kufah pada
tahun 97 H, dan wafat pada tahun 161 H. Beliau adalah
seorang mujtahid yang hidup pada masa seorang
mujtahid besar yaitu Imam Hanifah, beliau termasuk imam
ahli hadits. Para mujtahid saat itu mengakui atas
pengetahuan agamanya, waranya, zuhudnya dan orang
terpercaya dan ia juga seorang mujtahid yang mempunyai
pengikut.
Meskipun ia hidup pada masa Abu Hanifah, tetapi ia
menjauhkan diri dari rayu, karena itu pandangannya
dalam mengistinbathkan hukum berdasarkan hadits. Bila
ia menghadapi suatu masalah, maka ia mencari

Lanjutan
Kalau ia menghadapi hadits yang berbeda-beda, dia
mengambil hadits yang diriwayatkan oleh perawiperawi yang lebih utama. Apabila ia tidak memperoleh
hadits, ia meninjau pendapat sahabat, apabila tidak
didapati pendapat sahabat ia berijtihad atau tidak
memberi fatwa.
Mazhab ini pun tidak dianut masyarakat lagi sejak
wafatnya penerus Mazhab as-Sauri, yaitu Abu Bakar
Abdul Gaffar bin Abdurrahman ad-Dinawari pada tahun
406 H. Ia adalah seorang mufti dalam Mazhab as-Sauri
di Masjid al-Mansur, Baghdad.

4. Al-Laits
Tokoh: Abdul Harits al-Laits Ibn Saad aal-Fahmi. Beliau
adalah pendiri mazhab al-Laits, wafat pada tahun 175 H, beliau
terkenal sebagai seorang ahli fiqh di Mesir pada masa Imam
Syafii. As-Syafii berpendapat tentang al-Laits: Ia lebih pandai
daripada Maliki. Hanya saja teman-temannya tidak mau
membukukan pendapat-pedapatnya dan menyiarkan ke
kalangan jumhur sebagaimana mereka membukukan pendapatpendapat Maliki.
Dalam mengistinbathkan hukum al-Laits tidak berbeda dengan
cara Imam Maliki mengistinbathkan hukum yaitu berangkat dari
hadits, selanjutnya beliau menggunakan maslahat mursalah
manakala tidak ditemui hadits.
Menurut Ali Hasan Abdul Qadir, mazhab ini telah punah dengan
masuknya abad ke-3 H.

5. At-Tabhari
Tokoh: Abu Jafar Muhammad Ibnu Jarir AthThabari. Beliau adalah pendiri mazhab ath-thabari,
beliau lahir pada tahun 224 H, wafat pada tahun 310H
di Baghdad.Beliau dikenal sebagai seorang mujtahid,
ahli sejarah dan ahli tafsir. Mula-mula beliau
mempelajari fiqh asy-syafii dan Maliki serta fiqh ulama
Kufah, kemudian melakukan ijtihad sendiri, yang
mengalami perkembangan di Baghdad.
Di samping seorang faqih, ia juga dikenal sebagai
muhaddits dan mufassir. Kitabnya di bidang tafsir masih
utuh sampai sekarang dan dipandang sebagai buku
induk di bidang tafsir, yang dikenal dengan nama Jami'
al-Bayan fi Tafsir Al-Qur'an. Di bidang fiqh ath-Thabari

Lanjutan
Dalam bidang fiqh at-Thabari dipengaruhi oleh dua
aliran yaitu ahli hadits (SyafiI dan Maliki) dan aliran
rayu di kufah.
Akan tetapi dalam mengistinbathkan hokum dia lebih
dekat kepada moderat seperti yang dijalani Imam SyafiI
yaitu mengambil jalan tengah antara ahli hadits dan
ahli rayu.
Dasar-dasar pengambilan hukumnya adalah al-Quran,
Sunnah, Ijmak dan Qiyas.
Menurut Ibnu Nadim (w. 385 H./995 M.; sejarawan),
tidak banyak ulama dan masyarakat yang mengikuti
pemikiran fiqh ath-Thabari, sehingga sejak abad ke-4 H
mazhab ini tidak mempunyai pengikut lagi.

Kesimpulan
Perbedaan pola pikir yang menimbulkan bermacam
pendapat dalam kalangan umat Islam khususnya
perbedaan pendapat oleh tokoh-tokoh pembaharu Islam
adalah sunnatullah yang tidak dapat dipungkiri
lagi.Sehingga bermunculan berbagai macam mazhab,
diantaranya adalah mazhab-mazhab Sunni yang masih
berkembang sampai sekarang ataupun yang sudah
punah.
Mazhab-mazhab Sunni yang masih berkembang antara
lain Imam Hanafi, Imam Maliki bin Anas, Imam SyafiI,
dan Imam Ahmad bin Hambali. Sedangkan mazhab
yang punah diantaranya adalah Imam Daud az-Zhahiri,
al-AuzaI, al-Tsauri, al-Laits, dan at-Thabiri.Mazhab-

Akhir Kata:

Anda mungkin juga menyukai