Bukan Penyair
Dimalam itu,
Tuhan ijinkan kita bertemu
Hingga akhirnya, aku menaruh
Harapan padanya. (Enong)
Radha,.
Gadis manis baik budi pekerti
Elok anggun, tutur bahasa. (Akang)
Dengan menyebut nama Tuhanku, yang maha kokoh lagi bijaksana, teratas
nama cinta, dan rindu, yang senantiasa kupupuk dengan satu nama.
Radha,
Tuhan maha tahu, sesungguhnya cintaku tratasmu. Telah tumbuh melebihi
keyakinan para pecinta terdahulu. Ketahuilah hatiku kini telah menjelma
namamu, Nama yang selalu ada dalam segala bentuk rindu. (Akang)
Asta,
Tuhan maha melindungi, sejatinya dengan segala keindahan bahasa yang
ada, dengan segenap jiwa dan raga, kini hatiku, telah berganti namamu,
nama yang selalu ada dalam segalaku. (Enong)
Suatu saat nanti kisah kita akan abadi seraya pecinta pun ikut mencemburui,
kita akan bersama, lebih lama dari selamaya.
(Enong & Akang)
Radha Asta #3.
Bukan Penyair
Asta
Ijinkan aku mengabarkan bahwa. Cinta yang kau beri, kian hari kian
bertambah. Rindu yang kau tanam, kian hari kian tumbuh. Dan telahku tuai
rekah mekar bunga cintaku.
Kini di kedalaman jiwaku yang ada hanyalah sepi. Dan dirimu hadir sebagai
satu-satunya bunyi, Di rumah bertuan kesunyian. Sungguh aku tak pernah
Merasakan rindu seberat ini.
Asta
Meski kemarau telah berganti hujan. Belumlah banyak kita menanam kisah.
Namun desir-desir kecil seolah memanen. Ribuan kenang, yang melebihi arti
sebuah. Temu, hingga cintapun kuakui benar adanya
Radha
Engkau sekandal indah yang kujadikan wewangian. Khasidah indah yang
kudamba tanda tangannya. Bahasa yang memuntahkan emas dan lazuardi.
Radha
Bagaima aku tak berteriak di tengah-tengah kota. Dari saat kau melempar
senyuman, aku tau duniaku. Akan dilanda kekacauan, semenjak itu aku
mencintaimu.
Tidak akan,
Aku terlalu kuat mencintaimu,
Apa kau akan pergi? (kakang)
Tidak akan,
Aku terlalu lemah merelakanmu, (enong)
Selalu,
Di dalam nadiku saat ku denyutkan namamu (kakang)
Kepada Asta
Ada rindu yang mengais hinga palung terdalam setiap sukma.
Ada memori yang kini menjelma di benak sepi yang menjadi.
Sungguh, dalam hidupku aku tak pernah merasakan rindu
Seberat ini. (enong)
Kepada Radha
Aku disini, terang-terangan menuai semua rindu, hingga segelas
Kopi yang baru saja aku seduh, tercium semua wangi tentangmu.
Hangat yang sedang kugenggam dalam pilu, kalah dengan semua
Senyum yang pernah kau sajikan dalam tatapmu. (kakang)
Namun rindu tak pernah banyak bicara, kita hanya dibuatnya tak
Berdaya, hingga saat nurani mulai gemas, aku dibuatnya begitu
Percaya, (kakang)
Asta
Kau tahu? Indah kehidupan tak seindah seperti yang kubayangkan
Bila itu, jauh dari ragamu. Entah siapa yang seharusnya memulai,
Entah siapa yang semestinya menanti, tapi yang pasti, cintalah yang
menuntun kita pada jalan pertemuan. (enong)
Kepada Radha
Kita adalah pemetik bunga yang lalai, pengasuh rindu yang tak pandai
menata waktu, Radha, jagalah hatimu tetaplah tersenyum rawatlah cinta
yang kuberi hiduplah bersama cinta, sebab seseorang tanpa cinta akan
tersesat. (kakang)
Asta
Mari kita saling mengerti, dalam setiap rasa, yang ingin dipahami. (enong)
Kepada Asta,
Aku mengetik pesan ini dengan jemari yang bergetar
Isi kepala yang serasa akan pecah, dada yang sesak
Dan mata yang hujan entah dari mana.
Kepada Radha,
Aku membalas pesan mu dalam keadaan tubuh yang hampir
Mati, dengan bibir yang membisu dan perasaan yang kian
Menumpuk dikepala dan dada.
Terimakasih
Terimakasih karena pernah menempatkan aku diantara waktu-
waktumu
Terimakasih karena telah memilihku dan maaf, karena pada akhirnya
bukan aku yang menjadi jalan pulangmu. Kurasa setiap pria pandai
mengobati lukanya sendiri
Setelah ini aku akan pergi bersamanya, agar kelak aku dapat
kembali membuka hati, meski pada akhirnya melepasmu adalah
melepas belati yang menikam jantungku sendiri. Tapi kurasa setiap
dari kita hanya sekedar pandai berpura-pura