Anda di halaman 1dari 6

Radha Asta

Bukan Penyair

Serang, 28 November 2020


Gubahan Asta

Dimalam itu,
Tuhan ijinkan kita bertemu
Hingga akhirnya, aku menaruh
Harapan padanya. (Enong)

Kasih masuk ke dalam sanubari


Tanpa kami undang, bagai ilham yang datang
Menerjang, lalu bersemayam dalam jiwa. (Enong)

Aku masih ingat suatu sore di tepi danau


Hati yang lembut, air mata yang mengalir dipipi
Jatuh pada birmu yang ikhlas mengucap janji
Untuk selamanya hidup bersamaku. (Akang)

Radha,.
Gadis manis baik budi pekerti
Elok anggun, tutur bahasa. (Akang)

Ijinkan aku, mencintaimu


Teratas nama Tuhanku, yang maha Asih
Lagi maha penyayang. (Akang)

Ijinkan aku mencintaimu,


Lebih dari kisah para pecinta terdahulu
Cinta yang dipertemukan oleh Adam yang meng-Hawa
Didiami akan Ali kepada Fatimah, dibawa mati
Oleh Majnun untuk Layla, dan kini dihidupkan kembali
Oleh kita. (Akang)

Asta, pemuda yang teguh kala berjuang


Nama yang tak pernah pudar dari segalaku
Sesungguhnya cintaku teratasmu
Telah tumbuh sejak hari-hari kita bertemu. (Enong)

Wahai maha pengasih, Raja Diraja para pecinta


Aku hanya memohon satu hal kepadamu, satu hal
Saja tinggikanlah cintaku sedemikian rupa, sehinga
Sekalipun kita binasa, cinta dan kasih kita akan tetap hidup. (Enong)

Suatu hari kita akan bertemu,


Bertahanlah kasihku, dunia diciptakan untuk kaum pecinta
Dan dunia ada karena cinta. (Akang)
Radha Asta 2
Bukan Penyair

Serang, 03 Mei 2021


Gubahan Asta

Dengan menyebut nama Tuhanku, yang maha kokoh lagi bijaksana, teratas
nama cinta, dan rindu, yang senantiasa kupupuk dengan satu nama.

ijinkan aku, mengabarkan rindu yang mengusik sunyiku, diantara debar


jantungku yang berlabuh, aku memilihmu, seperti merpati yang terbang
bebas kemudian hinggap di dahan hati, menunaikan segala janji, bersama,
untuk saling melengkapi. (Akang)

Dengan menyebut nama Tuhanku, Yang Maha Memelihara, atas


kehendaknya, Akan kurawat rasa ini dengan segenap kasih dan sayang.
Kurangkai ia hinga menjadi tali tasbih rindu penghidupanku. yang akan selalu
hidup bersama lahir dan batinku. (Enong)

Radha,
Tuhan maha tahu, sesungguhnya cintaku tratasmu. Telah tumbuh melebihi
keyakinan para pecinta terdahulu. Ketahuilah hatiku kini telah menjelma
namamu, Nama yang selalu ada dalam segala bentuk rindu. (Akang)

Asta,
Tuhan maha melindungi, sejatinya dengan segala keindahan bahasa yang
ada, dengan segenap jiwa dan raga, kini hatiku, telah berganti namamu,
nama yang selalu ada dalam segalaku. (Enong)

Suatu saat nanti kisah kita akan abadi seraya pecinta pun ikut mencemburui,
kita akan bersama, lebih lama dari selamaya.
(Enong & Akang)
Radha Asta #3.
Bukan Penyair

Serang, 10 Oktober 2021


Re-Write, Nuridha Irhash
- Anas Volta

Asta
Ijinkan aku mengabarkan bahwa. Cinta yang kau beri, kian hari kian
bertambah. Rindu yang kau tanam, kian hari kian tumbuh. Dan telahku tuai
rekah mekar bunga cintaku.

Kini di kedalaman jiwaku yang ada hanyalah sepi. Dan dirimu hadir sebagai
satu-satunya bunyi, Di rumah bertuan kesunyian. Sungguh aku tak pernah
Merasakan rindu seberat ini.

Asta
Meski kemarau telah berganti hujan. Belumlah banyak kita menanam kisah.
Namun desir-desir kecil seolah memanen. Ribuan kenang, yang melebihi arti
sebuah. Temu, hingga cintapun kuakui benar adanya

Radha
Engkau sekandal indah yang kujadikan wewangian. Khasidah indah yang
kudamba tanda tangannya. Bahasa yang memuntahkan emas dan lazuardi.

Radha
Bagaima aku tak berteriak di tengah-tengah kota. Dari saat kau melempar
senyuman, aku tau duniaku. Akan dilanda kekacauan, semenjak itu aku
mencintaimu.

Bagaimana mungkin aku tetap menyimpan matahari di guari. Bagaimana


mungkin aku berjalan bersamamu ditaman umum. Dan rihla tak menyibak
tabir, bahwa dirimu adalah kekasihku
Radha Asta #4.
Bukan Penyair

Serang, 21 Desember 2021


Re-Write, Nuridha Irhash
- Anas Volta

Apa kau akan pergi? (enong)

Tidak akan,
Aku terlalu kuat mencintaimu,
Apa kau akan pergi? (kakang)

Tidak akan,
Aku terlalu lemah merelakanmu, (enong)

Hujan hari ini begitu hebat,


Tapi belum sehebat kamu (kakang)

Apa kehebatanku? (enong)

Kau mampu menciptakan rindu yang begitu deras,


Aku tak berdaya padamu, rasanya tak ingin aku
Berteduh selain bermain dengan bayang-bayangmu. (kakang)

Kau juga hebat (enong)

Apa kehebatanku? (kakang)

Kau mampu menjadi yang abadi meski silih musim berganti


Bagai janji yang kukandung sendiri, kau mampu membuat
Senyum di dinding-dinding beku kamarku, kau mampu menyudahi
Lelahku, maka dari itu, jadilah jantungku saat kudetakkan namamu
Selalu. (enong)

Selalu,
Di dalam nadiku saat ku denyutkan namamu (kakang)

I love you (enong)


I love you to (kakang)
Radha Asta #5.
Bukan Penyair

Serang, 21 Desember 2021


Re-Write, Nuridha Irhash
- Anas Volta

Kepada Asta
Ada rindu yang mengais hinga palung terdalam setiap sukma.
Ada memori yang kini menjelma di benak sepi yang menjadi.
Sungguh, dalam hidupku aku tak pernah merasakan rindu
Seberat ini. (enong)

Kepada Radha
Aku disini, terang-terangan menuai semua rindu, hingga segelas
Kopi yang baru saja aku seduh, tercium semua wangi tentangmu.
Hangat yang sedang kugenggam dalam pilu, kalah dengan semua
Senyum yang pernah kau sajikan dalam tatapmu. (kakang)

Namun rindu tak pernah banyak bicara, kita hanya dibuatnya tak
Berdaya, hingga saat nurani mulai gemas, aku dibuatnya begitu
Percaya, (kakang)

Asta
Kau tahu? Indah kehidupan tak seindah seperti yang kubayangkan
Bila itu, jauh dari ragamu. Entah siapa yang seharusnya memulai,
Entah siapa yang semestinya menanti, tapi yang pasti, cintalah yang
menuntun kita pada jalan pertemuan. (enong)

Kepada Radha
Kita adalah pemetik bunga yang lalai, pengasuh rindu yang tak pandai
menata waktu, Radha, jagalah hatimu tetaplah tersenyum rawatlah cinta
yang kuberi hiduplah bersama cinta, sebab seseorang tanpa cinta akan
tersesat. (kakang)

Asta
Mari kita saling mengerti, dalam setiap rasa, yang ingin dipahami. (enong)

Semoga cinta ini menuntun kita pada jalan kebenaran. (bareng)


Radha Asta #6.
Bukan Penyair

Serang, 20 Januari 2021


Re-Write, Nuridha Irhash
- Anas Volta

Kepada Asta,
Aku mengetik pesan ini dengan jemari yang bergetar
Isi kepala yang serasa akan pecah, dada yang sesak
Dan mata yang hujan entah dari mana.

Kepada Radha,
Aku membalas pesan mu dalam keadaan tubuh yang hampir
Mati, dengan bibir yang membisu dan perasaan yang kian
Menumpuk dikepala dan dada.

Terimakasih
Terimakasih karena pernah menempatkan aku diantara waktu-
waktumu
Terimakasih karena telah memilihku dan maaf, karena pada akhirnya
bukan aku yang menjadi jalan pulangmu. Kurasa setiap pria pandai
mengobati lukanya sendiri

Terimakasi dan maaf karena pernah telalu berharap, tak mengapa


jika kita harus dipisahkan oleh kebahagiaan, ucapan selamat doa
restu semoga kebahagiaan selalu menyertaimu

Setelah ini aku akan pergi bersamanya, agar kelak aku dapat
kembali membuka hati, meski pada akhirnya melepasmu adalah
melepas belati yang menikam jantungku sendiri. Tapi kurasa setiap
dari kita hanya sekedar pandai berpura-pura

Setelah ini aku akan menaruh hati kembali di palung terdalam,


dimana kau pernah menemukannya, dan berharap agar kelak ada
seseorang yang merawatnya kembali.

Asta berjanjilah setelah ini kau tak akan pernah membenciku


Percayalah, bahkan jika kelak ruhku dihempas dari raga ini, dan
kelak aku dibangkitkan oleh tuhanku kembali, aku tak akan pernah
membencimu.

Anda mungkin juga menyukai