Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH EVALUASI PEMBELAJARAN

MATEMATIKA
(DAYA PEMBEDA BUTIR SOAL,MEMBUAT SOAL TES KOGNITIF
PEMAHAMAN MATEMATIS, DEFINISI DAN INDIKATOR RANAH
AFEKTIF RESILLIENSI)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pendidikan Matematika

Dosen : Darta S.PD., M.PD. / Agus Dede Anggiana, S.PD.,M.PD, M.Pd.

Disusun oleh :

Kelompok
3

Anggota :

1. Sartika Ayyu Aprilliya (205050057)


2. Setiyo ari nugroho (205050060)
3. Andre Syaifullah Fatah (185050054)
4. Wanda Rosdiana Putri (185050059)

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah sehingga kami mampu menyelesaikan makalah
ini. Terimakasih kepada Darta S.PD., M.PD. dan Agus Dede Anggiana, S.PD.,M.PD,
M.Pd. selaku dosen mata kuliah Evaluasi Pendidikan Matematika yang telah
memberikan tugas ini.

Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi pembacanya dalam rangka menambah
wawasan dan pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari nilai sempurna, untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.
Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga
makalah sederhana ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata dan penulisan yang kurang
berkenan.

Bandung, Juli 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. LATAR BELAKANG .................................................................................1


B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................1
C. TUJUAN ......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2

A. DAYA PEMBEDA BUTIR SOAL..............................................................2


B. MEMBUAT SOAL TES KOGNITIF PEMAHAMAN MATEMATIS . .8
C. DEFINISI DAN INDIKATOR RANAH AFEKTIF RESILLIENSI .......12

DAFTAR PUSAKA ...............................................................................................17


BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.

Evaluasi pendidikan matematika adalah mata kuliah yang diikuti oleh


Mahasiswa program belajar matematika dalam mata kuliah ini belajar tentang
cara bagaimana proses pembelajaran matematika yang baik . Kita sebagai
penerus bangsa yang mendidik anak didik dengan situasi yang baik . selain itu,
kita mengetahui bagaimana kemampuan anak didik kita dalam memahami
suatu objek matematika. Apalagi matematika dikenal dengan pelajaran yang
menyeramkan maka kita sebagai calon pendidik butuh perhatian yang
mendalam bagaimana mengkaji pembelajaran matematika agar terlihat sangat
menyenangkan. Mata kuliah ini juga mempelajari cara membuat kisi-kisi soal
dengan indikator pembelajaran. Mata kuliah ini menjadikan kita sebagai
penerus pendidik dapat mengelola situasi kelas menjadi kondusif.

B. RUMUSAN MASALAH.
1. Apa pengertian daya pembeda?
2. Apa rumus daya pembeda?
3. Kriteria daya pembeda?
4. Apa definisi dan indikator ranah efektif?
5. Bagaimana bentuk kisi-kisi soal?
6. Apa yang dimaksud dengan ranah efektif resilliensi?

C. TUJUAN.
Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh bapak dosen meta kuliah evaluasi
pendidikan matematika.
BAB I
PEMBAHASAN

A. Daya Pembeda Butir Soal

1. Pengertian Daya Pembeda dan Jenis-jenisnya


Daya pembeda merupakan kemampuan suatu soal untuk dapat membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah (Sundayana, 2016:76).  Selanjutnya Hendriana dan Soemarmo (2014:64)
menyatakan bahwa suatu butir tes dikatakan memiliki daya beda yang baik artinya
butir tes tersebut dapat membedakan kualitas jawaban antara siswa sudah paham
dan yang belum paham tentang tugas dalam butir tes yang bersangkutan. Semakin
tinggi proporsinya, maka semakin baik soal tersebut dalam membedakan antara
siswa yang berkamampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Adapun untuk menguji daya pembeda soal perlu kita ketahui mengenai langkah -
langkahnya sebagai berikut :

 Menghitung jumlah skor total setiap siswa,

 Mengurutkan skor total mulai dari skor tertinggi ke skor yang terendah,

 Menetapkan kelompok atas dan bawah, dan

 Menghitung rata - rata skor kelompok atas dan bawah.

2. Rumus-rumus Untuk Menentukan Daya Pembeda


Rumus daya pembeda soal dapat diperoleh melalui perhitungan dengan
rumus : (Arikunto, 2013:228)

Keterangan :

D = daya pembeda soal


BA = banyak siswa pada kelompok atas yang menjawab benar

BB = banyak siswa pada kelompok bawah yang menjawab benar

JA = banyak siswa pada kelompok atas

JB = banyak siswa kelompok bawah

PA = proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar

Pb = proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar.

Adapun rumus untuk menentukan daya pembeda soal bertipe soal essai /
uraian dibawah ini :

Pada soal tes esai/uraian, untuk mencari indeks diskriminasi menggunakan


rumus sebagai berikut:

3. Kriteria Daya Pembeda Menurut Para Ahli


Menurut Arikunto (2013-232) menyatakan bahwa kriteria daya pembeda soal
adalah sebagai berikut :

Klasifikasi Keterangan
Daya
Pembeda

0,71 – 1,00 Baik sekali


(excellent)

0,41 – 0,70 Baik (good)

0,21 – 0,40 Cukup


(satistifactory)

0,00 – 0,20 Jelek (poor)

Negative Jelek Sekali


Adapun kriteria interpretasi indeks diskriminasi soal tersebut sebagaimana tertera
dalam tabel berikut:

Besar angka indeks


No diskriminasi item Klasifikasi Interpretasi
(D)

Butir Item yang


bersangkutan daya
pembedanya lemah sekali
1 < 0,20 Poor
(Jelek) dianggap tidak
memiliki daya pembeda
yang baik

Butir Item yang


0,21 – Satisfactor bersangkutan telah memiliki
2
0,40 y daya pembeda yang cukup
(sedang)

Butir Item yang


0,41 –
3 Good bersangkutan telah memiliki
0,70
daya pembeda yang baik

Butir Item yang


0,71 – bersangkutan telah memiliki
4 Excelent
1,00 daya pembeda yang baik
sekali

5 Bertanda - Butir Item yang


negatif bersangkutan daya
pembedanya negatif (jelek
sekali)

4. Contoh Analisis Daya Pembeda Butir Soal Tes Uraian dan Pilihan Ganda
dengan Menggunakan Rumus Daya Pembeda

a. Contoh Analisis Daya Pembeda Pilihan Ganda


Daya pembeda di tentukan dengan melihat kelompok atas dan kelompok bawah

berdasarkam skor total. perhatikan tabel berikut:

NO Peserta Nomor Soal Skor


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
1 Aan 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8
2 Adi 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3
3 Ana 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 7
4 Andi 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8
5 Candra 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 4
6 Dian 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8
7 Risma 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3
8 Sasa 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 6
9 Titi 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 4
10 Uun 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 4

Untuk memudahkan perhitungan sekor yang terdapat pada tabel di urutkan


dari peserta tes yang memperoleh skor yang tinggi menuju peserta yang memperoleh
sekor yang rendah. Perhatikan tabel berikut:

NO Peserta Nomor Soal Skor


Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Aan 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8

2 Adi 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3

3 Ana 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 7
4 Andi 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8

5 Candra 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 4

6 Dian 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8

7 Risma 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3

8 Sasa 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 6

9 Titi 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 4

10 Uun 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 4

Jumlah 10 5 6 6 8 5 5 5 5 0
Jawaban
Benar
Jumlah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Peserta
Kesukaran 0.00 0.50 0.60 0.60 0.80 0.50 0.50 0.50 0.50 1.00

Keterangan :

Skor Siswa kelompok atas 6 – 10

Skor Siswakelompok bawah 5 – 1

Berikut ini cara menghitung daya beda:

Nilai DB akan merentang antara nilai -1,00 hingga +1.00. dengan mengambil soal
comtoh di atas beberapa kondisi  soal dapat di jelaskan sebagai berikut:

contoh : soal nomor 2 semua siswa kelompok atas dapat menjawab benar dan semua
siswa kelompok bawah menjawab salah, maka DB akan + 1,00.  DB  dapat di
tentukan besarnya dengan rumus sebagi berikut : PT – PR

TB - RB
T T
PT    =Proporsi siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa yang mempunyai 
kemampuan tinggi

PR    =Proporsi siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa yang mempunyai 
kemampuan rendah

TB    =Jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa yang mempunyai
kemampuan tinggi

T    =Jumlah kelompok siswa yang mempunyai kemampuan tinggi.

RB   =Jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa yang mempunyai
kemampuan rendah

R   =Jumlah kelompok siswa yang mempunyai kemampuan rendah.

Berikut adalah tabel kategori tingkat kesukaran dalam daya beda :

No soal Kelompok atas Kelompok bawah Daya Beda

1 1.00 1.00 0.00

2 1.00 0.00 1.00

3 1.00 0.10 0.90

4 1.00 0.10 0.90

5 0.30 0.60 -0.30

6 1.00 0.00 1.00

7 1.00 0.10 0.90

8 0.80 0.10 0.70

9 0.00 1.00 -1.00

10 0.00 0.00 0.00


Kembali pada tingkat kesukaran yang di tunjukkan pada tabel dapat kita lihat
soal no 9 merupakan soal yang sukar bagi kelompok atas tetapi sangat mudah bagi
kelompok bawah soal no 10 merupakan soal yang sangat sukar baik bagi kelompok
atas maupun kelompok bawah.  soal nomor 2 dan nomor 6 merupakan soal yang
sangat sukar dagi kelompok bawah tetapi relatif mudah untuk kelompok atas.
Perhitungan daya beda sangatlah sederhana dan menyajikan informasi yang dapat
membedakan masing – masing kelompok berdasarkan kemampuan mereka.
(engelhart, 1965) . soal nomor 1 dan nomor 10  tidak menujukkan perbedaan antar
kelompok. Tidak adanya perbedaan tingkat kesukaran pada soal nomor 1 dan nomor
10 yang juga menujukkan bahwa soal tidak dapat menujukkan perbedaan antar
kelompok. Soal no 5 dan no 9 mempunyai indeks dayabeda yang baik, tetapi terbalik.
Tanda negatif  no 5 dan no 9 menujukkan bahwa peserta tes yang kemampuanya
tinggi tidak dapat menjawab soal dengan benar  , tetapi peserta tes yang
kemampuanya rendah menjawab dengan benar , data setatistik diatas menunjukkan
bahwa soal nomor 5 dan 9 merupakan soal yang tidak baik, data setatistik
menujukkan bahwa soal nomer 2,3,4,6,7 dan 8 merupakan soal yang baik ditinjau dari
daya pembeda.

b. Analisis Daya Pembeda Soal Uraian


Dari contoh diatasdapat disimpulkan bahwa cara menghitung daya pembeda adalah
dengan menempuh langkah sebagai berikut :

1.Memeriksa  jawaban soal semua siswa peserta tes.

2.Membuat daftar peringkat atau urutan hasil tes berdasarkan sekor yang di capainya.

3.Menentukan jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawah.

4.Menghitung selisi tingkat kesukaran menjawab soal antara kelompok atas dan
kelompok bawah.

5.Membandingkan nilai selisih yang di peroleh.

6.Menentukan ada tidaknya daya pembeda pada setiap nomor soal dengan kriteria
“memiliki daya pembeda”.
Semakin tinggi indeks daya pembeda soal berarti semakin mampu soal yang
bersangkutan membedakan peserta didik yang telah memahami materi dengan peserta
didik yang belum memahami materi.

B. Membuat Soal Tes Kognitif Pemahaman Matematis

1. Definisi dan Indikator Kemampuan Pemahaman Matematis

Kemampuan berasal dari kata mampu dimana berarti mampu atau bisa yang
beriringan dengan tujuan. Sedangkan pemahaman adalah mengerti tentang objek yang
disampaikan.
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari
bahan yang dipelajari (W.S. Winkel, 1996). W.S Winkel mengambil dari taksonmi
Bloom, yaitu suatu taksonomi yang dikembangkan untuk mengklasifikasikan tujuan
instruksional. Bloom membagi kedalam 3 kategori, yaitu termasuk salah satu bagian
dari aspek kognitif karena dalam ranah kognitif tersebut terdapat aspek pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam aspek di bidang
kognitif ini merupakan hirarki kesukaran tingkat berpikir dari yang rendah sampai
yang tertinggi. 

Hasil belajar pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi


dibandingkan tipe belajar pengetahuan (Nana Sudjana, 1992) menyatakan bahwa
pemahaman dapat dibedakan kedalam 3 kategori, yaitu : 

1. tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam


arti yang sebenarnya, mengartikan dan menerapkan prinsip-prinsip,

2. tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan bagian-bagian


terendah dengan yang diketahui berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian
grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang tidak pokok dan

3. tingkat ketiga merupakan tingkat pemaknaan ektrapolasi. 

Pemahaman matematis merupakan pengetahuan yang dapat dimengerti oleh siswa


yang dilakukan sesuai dengan prinsip, konsep, prosedur dan kemampuan siswa
terhadap soal matematika.
NCTM (dalam Munggaranti, 2007: 25) menyatakan bahwa, pemahaman siswa
terhadap konsep matematik dapat dilihat dari kemampuan siswa sebagai berikut.

1.    Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan;

2.    Membuat contoh dan non contoh penyangkal;

3.    Mempresentasikan suatu konsep dengan model, diagram, dan symbol;

4.    Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk yang lain;

5.    Mengenal berbagai makna dan interprestasi konsep;

6.    Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dsn mengenal syarat-syarat yang


menentukan suatu konsep;

7.    Membandingkan dan membedakan konsep-konsep.

Indikator kompetensi berpikir matematika (dalam Susilowati, 2009:


56) sebagai berikut.

1.    Pemahaman induktif terdiri dari pemahaman mekanikal, instrumental


(melaksanakan perhitungan rutin), komputasional (algoritmik). Knowing hoe to
(menerapkan rumus pada kasus serupa).

2.    Pemahaman deduktif terdiri dari pemahaman rasional (membuktikan kebenaran),


relasional (mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya), fungsional
(mengerjakan kegiatan matematika secara sadar), dan knowing (memperkirakan satu
kebenaran tanpa ragu).

3.    Pemahaman reasional (Kilpatrick dan Findel) yaitu:

a)    Kemampuan menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari;

b)   Kemampuan mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya


persyaratan yang berbentuk konsep tersebut;

c)    Kemampuan menerapkan konsep secara algoritma;

d)   Kemampuan memberikan contoh dan kontra contoh dari konsep yang telah
dipelajari;
e)    Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representatif
matematika;

f)    Kemampuan mengaitkan berbagai konsep matematika;

g)   Kemampuan mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

Polya (dalam Sumarmo, 1987: 24) berpendapat bahwa kemampuan pemahaman


terdiri dari empat tahap, sebagai berikut.

1.    Pemahaman mekanikal, yang meliputi mengingat dan menerapkan rumus secara


rutin dan menghitung secara sederhana;

2.    Pemahaman induktif, yaitu menerapkan rumus atau konsep dalam kasus


sederhana atau kasus serupa;

3.    Pemahaman rasional, yaitu siswa dapat membuktikan kebenaran rumus dan


teorema;

4.    Pemahaman intuitif, yaitu dapat memperkirakan kebenaran dengan pasti (tanpa


ragu-ragu) sebelum menganalisa lebih lanjut.

Pada petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No. 506/C/PP/2004


tanggal 11 Nopember 2004 (dalam Jannah, 2007: 18) tentang penilaian perkembangan
anak didik SMP dicantumkan indikator dari kemampuan pemahaman konsep sebagai
hasil belajar matematika. Indikator tersebut sebagai berikut.

1.    Menyatakan ulang sebuah konsep;

2.    Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya;

3.    Memberi contoh dan non contoh dari konsep;

4.    Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis;

5.    Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep;

6.    Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu;

7.    Mengklasifikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah;


2. Kisi-kisi dan Soal Tes Kemampuan Pemahaman Matematis

No. Indikator Butir soal Kunci jawaban


1. Mengidentifikasi Perhatikan persamaan dibawah ini! (i) dan (ii)
persamaan linear (i) 2x + 3y = 4
dua variabel. (ii) 7x + 5y = 6y
(iii) 3x + 8y = 24
Dari persaaam diatas, manakah yang
merupakan persamaan liniear dua variabel ?
2. Membuat Pada suatu hari budi disuruh membeli 1kg Misal : x = beras
persamaan linear gandum dan 2kg beras seharga Rp. 32.000 y = gandum
dua variabel pada toko Pak Rusdi dan pada hari yang - x + 2y = 32.000
sebagai model sama Dimas teman Budi membeli 2kg - 2x + 3y = 52.000
matematika dari gandum dan 3kg beras seharga Rp. 52.000
situasi yang pada toko Pak Rusdi. Dari cerita tersebut
diberikan. bentuklah kedalam pernyataan persamaan
linear dua variabel ?

3. Mengidentifikasi Diketahui 3x + y = 12 Karena nilai y sudah


selesaian dari y=3 diketahui maka kita lang
persamaan linear tentukan nilai x dari persamaan 3x + y = 12 ? menggunakan cara
dua variabel. subtitusi.
Subtitusikan persamaan
3x + y = 12 ke y = 3
Sehingga :
3x + y = 12
3x + 3 = 12
3x = 12 – 3
3x = 9
9
x =
3
x = 3
C. Definisi dan Indikator Ranah Afektif Resiliensi Matematis

1. Ranah Afektif
Afektif atau intelektual adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan
operasiasi siswa.

Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi lima kategori :

1. Penerimaan (recerving)

Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon


terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar
terendah dalam domain afektif.

2. Pemberian respon atau partisipasi (responding)


Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat
secara afektif, menjadi peserta dan tertarik.
3. Penilaian atau penentuan sikap (valung)
Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada
objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima,
menolak atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi “sikap dan opresiasi”.
4. Organisasi (organization)
Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang
membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan
membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang
tercermin dalam suatu filsafat hidup.
5. Karakterisasi / pembentukan pola hidup (characterization by a value or
value complex)
Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat
berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten
dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya
dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa.
Variable-variabel di atas juga telah memberikan kejelasan bagi proses
pemahaman taksonomi afektif ini, berlangsungnya proses afektif adalah
akibat perjalanan kognitif terlebih dahulu seperti pernah diungkapkan
bahwa:
“Semua sikap bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan
pengatahuan yang kita miliki. Sikap selalu diarahkan pada objek,
kelompok atau orang hubungan kita dengan mereka pasti di dasarkan pada
informasi yanag kita peroleh tentang sifat-sifat mereka.”
Bidang afektif dalam psikologi akan memberi peran tersendiri untuk
dapat menyimpan menginternalisasikan sebuah nilai yang diperoleh lewat
kognitif dan kemampuan organisasi afektif itu sendiri. Jadi eksistensi
afektif dalam dunia psikologi pengajaran adalah sangat urgen untuk
dijadikan pola pengajaran yang lebih baik tentunya.

Istilah ranah afektif dalam bahasa Indonesia berasal dari kata “ranah”


yang berarti “bagian (satuan) perilaku manusia” dan “Afektif” berarti
“berkenaan dengan perasaan”. Jadi, ranah afektif merupakan bagian dari
tingkah laku manusia yang berhubungan dengan perasaan. Sedangkan
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah affective domain. Menurut
Anita E. Woolfolk, “The affective domain is emotional objectives”.
Maksudnya ranah afektif merupakan tujuan-tujuan yang berkenaan dengan
kondisi emosi seseorang. Dalam hal ini ranah afektif dimaksudkan untuk
menggugah emosi siswa agar ikut berperan aktif dalam kegiatan belajar
mengajar.

2. Resiliensi
Resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk bertahan dan
beradaptasi dalam menghadapi, mengatasi, mencegah, meminimalkan atau
menghilangkan dampak-dampak yang merugikan serta mampu untuk bangkit
dan pulih kembali dari tekanan, keterpurukan, kesengsaraan atau hal-hal yang
tidak menyenangkan dalam hidup.

Resiliensi merupakan kemampuan untuk bangkit kembali dari


pengalaman negatif yang mencerminkan kualitas bawaan dari individu atau
merupakan hasil dari pembelajaran dan pengalaman. Kemampuan resiliensi
seseorang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain dukungan
eksternal, kekuatan personal yang berkembang pada diri seseorang dan
kemampuan sosial.

Resiliensi adalah kemampuan individu untuk segera kembali (to


bounce back) dalam menghadapi dan mengatasi situasi yang berisiko dan
penuh tekanan melalui pertahanan kompetensi yang dimiliki serta adaptasi
yang positif dan fleksibel terhadap perubahan dari pengalaman yang penuh
tekanan. Resiliensi membuat seseorang berhasil menyesuaikan diri dalam
berhadapan dengan kondisi–kondisi yang tidak menyenangkan dan tekanan
hebat yang inheren sekalipun.

Berikut definisi dan pengertian resiliensi dari beberapa sumber buku: 

 Menurut Lestari dan Mariyati (2016), resiliensi sebuah kemampuan


individu untuk bangkit dari penderitaan, dengan keadaan tersebut mental
akan menjadi lebih kuat dan lebih memiliki sumber daya. 

 Menurut Kalil (2003), resiliensi sebuah kesadaran akan hasil yang baik
dalam menghadapi keadaan sulit, kemampuan yang menyokong ketika
berada di bawah tekanan, atau penyembuhan dari trauma. 

 Menurut Grotberg (1995), resiliesi adalah kemampuan seseorang untuk


menilai, mengatasi, dan meningkatkan diri ataupun mengubah dirinya dari
keterpurukan atau kesengsaraan dalam hidup. 

 Menurut Desmita (2012), resiliensi adalah kemampuan atau kapasitas


insani yang dimiliki seseorang, kelompok atau masyarakat yang
memungkinkan untuk menghadapi, mencegah, meminimalkan, bahkan
menghilangkan dampak–dampak yang merugikan dari kondisi-kondisi
yang tidak menyenangkan. 

 Menurut Reivich dan Shatte (2002), resiliensi adalah kemampuan untuk


bertahan, beradaptasi terhadap sesuatu yang menekan, mampu mengatasi
dan melalui, serta mampu untuk pulih kembali dari keterpurukan

Menurut Connor dan Davidson (2003), resiliensi terdiri dari tiga aspek utama,
yaitu sebagai berikut: 
1. Tenacity (Kegigihan). Menggambarkan ketenangan hati, ketetapan waktu,
ketekunan, dan kemampuan mengontrol diri individu dalam menghadapi
situasi yang sulit dan menantang.

2. Strength (Kekuatan). Menggambarkan kapasitas individu untuk


memperoleh kembali dan menjadi lebih kuat setelah mengalami
kemunduran dan pengalaman di masa lalu. 

3. Optimism (Optimisme). Merefleksikan kecenderungan individu untuk


melihat sisi positif dari setiap permasalahan dan percaya terhadap diri
sendiri dan lingkungan sosial. Aspek ini menekankan pada kepercayaan
diri individu dalam melawan situasi yang sulit.

2. Kisi-kisi dan item pernyataan untuk setiap indikator afektif resiliensi


Konsep yang diacu : Cassidy (2016) Definisi operasional Resiliensi Akademik
: ketahanan akademik berdasarkan tanggapan individu (dalam hal ini mahasiswa)
berupa reaksi kognitif, afektif dan perilakuan terhadap kesulitan akademik yang
dihadapinya selama masa perkuliahan. terdiri dari 3 faktor yang membentuk konstruk
resiliensi akademik Plot item :
Faktor 1 : increased perseverance (item no. 1,2,3,4,5,8,9,10,11,13,15,16,17,30)
Faktor 2 : increased reflecting and adaptive help-seeking (item no.
18,20,21,22,24,25,26,27,29)
Faktor 3 : increased avoidance of negative affect and emotional response (item no. 6,
7, 12, 14, 19, 23, 28)
Alternatif jawaban dari subjek :
Favorable : Sangat tidak sesuai (skor 1) Tidak sesuai (skor 2) Sesuai (skor 3) Sangat
sesuai (skor 4) Unfavorable (UF) : Sangat tidak sesuai (skor 4) Tidak sesuai (skor 3)
Sesuai (skor 2) Sangat sesuai (skor 1) Bayangkan seandainya sebagai mahasiswa aktif
yang berada pada posisi mahasiswa sebagaimana ada dalam sketsa berikut ini.

Lalu bagaimana kira-kira reaksi atau respon Anda sebagaimana ada pada pilihan
jawaban di item – item yang ada setelah sketsa berikut. Anda telah membaca tanda
'gagal' tidak lulus mata kuliah ini di lembar tugas terbaru Anda yang telah
dikembalikan dosen. Ini sangat jauh dari harapan. Sementara dua tugas terbaru
lainnya juga nilainya jauh dari yang Anda harapkan. Kondisi ini sangat disayangkan
mengingat Anda ingin mendapatkannya gelar yang bagus, ingin memiliki tujuan
karier yang jelas dan tidak ingin mengecewakan keluarga Anda. Umpan balik dari
dosen untuk tugas cukup kritis, termasuk dinilai kurang memahami referensi dengan
baik dan penulisan yang buruk. Tetapi juga menyinggung cara kerja yang seharusnya
dapat ditingkatkan. Komentar tertulis serupa sayangnya juga diberikan oleh dosen lain
yang menandai dua tugas Anda yang lain. 1. Saya abaikan umpan balik tugas dari
dosen. (UF) 2. Saya akan menggunakan umpan balik untuk meningkatkan tugas saya.
3. Saya rasa akan menyerah. (UF) 4. Saya akan menggunakan situasi sulit dalam
kuliah untuk memotivasi diri saya sendiri. 5. Saya masih bingung dengan rencana
karir saya. (UF) 6. Saya mungkin akan merasa kesal dengan perkuliahan saat ini. (UF)
7. Saya mulai berpikir peluang saya kecil untuk sukses di perguruan tinggi. (UF) 8.
Saya akan melihat situasi tekanan dalam kuliah sebagai tantangan. 9. Saya akan
melakukan yang terbaik untuk berhenti memikirkan pikiran negatif. 10. Saya melihat
situasi sulit akan berlangsung sementara. 11. Saya akan bekerja lebih keras. 12. Saya
mungkin akan mengalami depresi. (UF) 13. Saya akan mencoba memikirkan solusi
baru. 14. Saya merasa kecewa dengan situasi di kampus. (UF) 15. Saya rasa dosen
yang mempersulit situasi. (UF) 16. Saya akan terus berusaha. 17. Saya bertahan
dengan tujuan dan ambisi jangka panjang saya. 18. Saya akan menggunakan
kesuksesan masa lalu saya untuk membantu memotivasi diri saya sendiri. 19. Saya
akan mulai berpikir peluang saya kecil untuk mendapatkan pekerjaan yang saya
inginkan. (UF) 20. Saya akan mulai memantau dan mengevaluasi pencapaian dan
upaya saya dalam urusan akademik. 21. Saya akan mencari bantuan dari pengajar
saya. 22. Saya akan memberi motivasi untuk diri sendiri. 23. Saya akan menghentikan
diri saya dari panik. 24. Saya akan mencoba berbagai cara untuk belajar. 25. Saya
akan menetapkan tujuan saya sendiri untuk pencapaian diri pribadi. 26. Saya akan
mencari dukungan dari keluarga dan teman-teman saya. 27. Saya akan mencoba untuk
berpikir lebih banyak tentang kekuatan dan kelemahan saya untuk membantu saya
bekerja lebih baik. 28. Saya merasa semuanya tentang kuliah saya telah gagal. 29.
Saya akan mulai memaksakan imbalan dan hukuman tergantung pada kinerja saya.
30. Saya berharap dapat menunjukkan bahwa saya dapat meningkatkan indek prestasi
saya
DAFTAR PUSTAKA

Hendriana dan Soemarmo. (2014). Penelian pembelajaran matematika. Bandung : PT Refika


Aditama.

Suharsimi, Arikunto. (2013). Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktik. Jakarta :


Rineka Cipta.

Sundayana, Rostina. 2016. Kaitan antara gaya belajar, kemandirian belajar, dan kemampuan
pemecahan masalah siswa SMP dalam pelajaran matematika. Jurnal Ilmiah program studi
matematika STIKIP Garut, 8 (1), 31-40.

https://www.mandandi.com/2016/07/daya-pembeda-soal-tes-pilihan-ganda-dan.html

http://ihsandikdas.blogspot.com/2020/01/rumus-daya-pembeda-dan-tingkat.html?m=1

https://jombangpustaka.wordpress.com/2013/10/13/daya-beda-dan-tingkat-kesukaran-soal/

http://www.jejakpendidikan.com/2016/12/pengertian-kemampuan.html?m=1

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 2007).

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009).

EM Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Edisi Revisi, Cet. 3,
Semarang: Difa Publishers, 2008.

https://www.kumpulanpengertian.com/2020/09/pengertian-pemahaman-menurut-para-
ahli.html?m=1

http://proposalmatematika23.blogspot.com/2013/05/kemampuan-pemahaman-
matematik.html?m=1

https://www.academia.edu/36636126/Kisi_kisi_Tes_Kemampuan_Komunikasi_Matematis

Anita E. Woolfolk. (1980). Educational Psychology, America : Allyn &Bacon


https://www.kajianpustaka.com/2021/01/resiliensi-pengertian-fungsi-aspek.html

Connor, M. & Davidson, M.D. 2003. Development of a New Resiliencescale: The Connor-


Davidson Resilience Scale (CD-RSC). Research Article Depression and Anxiety.

Reivich, K., & Shatte, A. 2002. The Resilience Factor: 7 Keys To Finding Your Inner
Strength And Overcome Life’s Hurdles. New York: Broadway Books.

Lestari, F.A., & Mariyati, L.I. 2016. Resiliensi Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome di
Sidoarjo. Psikologia Jurnal Psikologi.

Kalil, A. 2003. Family Resilience and Good Child Outcomes. Online: citiseerx.ist.psu.edu

Grotberg, E.H. 1995. A Guide to Promoting Resilience in Children: Strengthening the


Human Spirit. Den Haag: Bernard van Leer Foundation.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Desmita. 2012. Psikologi perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Coulson, R. 2006. Resilience and Self-Talk in University Student. Kanada: Thesis Uiversity


of Calgary.

Cassidy S (2016) The Academic Resilience Scale (ARS-30): A New Multidimensional


Construct Measure. Front. Psychol. 7:1787. doi: 10.3389/fpsyg.2016.01787
4

Anda mungkin juga menyukai