Anda di halaman 1dari 34

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TERHADAP

PERILAKU CYBERBULLYING PADA SISWA


DI SMP NEGRERI 30 KOTA BEKASI
(Revisi)

Proposal Skripsi
diajukan untuk melengkapi
persyaratan mencapai
gelar sarjana

NAMA : ARCELYA ASCHARY PUTRI NUGROHO

NPM : 201901500625

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2022
ABSTRAK

A. Arcelya Aschary Putri Nugroho

B. Pengaruh Penggunaan Media Sosial Terhadap Perilaku Cyberbullying

Pada Siswa Di SMP Negeri 30 Kota Bekasi. Proposal Skripsi: Jakarta:

Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial: Program Studi

Bimbingan dan Konseling: Universitas Indraprasta Persatuan Guru

Republik Indonesia, Mei, 2022.

C. iv + 3 Bab + Halaman

D. Kata Kunci: Media Sosial, cyberbullying

E. Tujuan dari proposal skripsi ini adalah untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh penggunaan media sosial terhadap perilaku cyberbullying.

F. Daftar Pustaka : 1.

G. Pembimbing : Kasmanah,M.Pd. Dosen Pengampu


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang

senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga akhirnya penulis

dapat menyelesaikan proposal skripsi ini tepat pada waktunya.

Proposal skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Sosial

Terhadap Perilaku Cyberbullying Pada Siswa Di SMP Negeri 30 Kota Bekasi”

ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Penulisan Ilmiah. Pada kesempatan kali

ini, izinkan penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada

semua pihak yang dengan tulus telah memberikan bantuan dan dorongan kepada

penulis dalam menyelesaikan proposal skripsi ini, terutama kepada ibu Kasmanah,

M.Pd. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Penulisan Ilmiah Universitas

Indraprasta PGRI.

Penulis mengharapkan serta menerima secara terbuka kritik dan saran

yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Semoga proposal skripsi ini

memenuhi sasarannya.

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Bekasi, Mei 2022

Arcelya Aschary Putri Nugroho


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan media sosial dikalangan remaja sebagai alat komunikasi

yang mudah digunakan, dilengkapi dengan aplikasi didukung fasilitas internet

dan dapat diakses di mana saja membuat fenomena besar terhadap arus

informasi, tidak hanya itu pertumbuhan media sosial membawa fenomena

baru dalam masyarakat sebagai ajang untuk melakukan kecenderungan

berperilaku bullying (cyberbullying) yang diawali dari komentar negatif yang

memiliki kualitas berulang (Kowalski, 2014).

Di Indonesia dalam UU No. 11 Tahun 2008 yang telah direvisi menjadi

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

(ITE) yang selanjutnya disebutkan bahwa siapa saja yang dengan sengaja dan

tanpa hak mendistribusikan informasi elektronik yang melanggar kesusilaan,

akan dipidana dengan penjara maksimal 4 tahun atau denda 750 juta rupiah.

Perangkat hukum ini sebenarnya telah mengakomodir perlindungan dari

kekerasan yang dilakukan melalui media sosial. Kecenderungan berperilaku

bullying di media sosial (cyberbullying) adalah tindakan agresif, disengaja,

dan berulang dari waktu ke waktu melalui media sosial yang dilakukan oleh

kelompok atau individu, (Weber, Pelfrey, 2014). Cyberbullying termasuk

kategori bullying secara tidak langsung yang terjadi melalui media elektronik,
intimidasi online, penindasan dunia maya, dan pelecehan dengan

menggunakan teknologi seperti media sosial (Notar, Padgett, Roden, 2013).

Menurut Williard (2005) ada beberapa aspek dalam kecenderungan

berperilku bullying di media sosial (cyberbullying) yaitu : provokasi

(flamming), gangguan (harassment), pencemaran nama baik (denigration),

peniruan (impersonation), penipuan (outing dan trickery), menguntit atau

mengikuti (stalking), dan pengucilan (exclusion).

Penelitian Safaria (2016), menunjukkan bahwa 80 persen siswa dalam

penelitiannya telah sering mengalami cyberbullying dan kasus cyberbullying

diduga akan terus meningkat seiring dengan kemajuan dalam komunikasi

media sosial. Karakteristik pelaku cyberbullying adalah memiliki kepribadian

yang dominan dan senang melakukan kekerasan, cenderung temperamental,

impulsif, mudah frustasi, dan terlihat kuat dan menunjukkan sedikit rasa

empati atau belas kasihan kepada mereka yang menjadi korban bully

(Camodeca & Goosens, 2005).

Berdasarkan kajian latar belakang inilah yang merujuk pada beberapa

penelitian sebelumnya bahwa perilaku bullying pada remaja merupakan

permasalahan yang harus mendapat perhatian dalam pencegahan dan

pemecahan solusi yang tepat maka peneliti bermaksud untuk meneliti lebih

lanjut “Pengaruh Penggunaan Media Sosial terhadap Perilaku Cyberbullying

pada Siswa Di SMP Negeri 30 Kota Bekasi”.


B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka identifikasi

masalah dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Perilaku cyberbullying sering terjadi di media sosial.

2. Cyberbullying akan terus meningkat seiring dengan kemajuan dalam

komunikasi media sosial.

3. Karakteristik pelaku cyberbullying

4. Aspek-aspek perilaku cyberbullying

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka dalam penelitian ini

memfokuskan permasalahan pada pengaruh penggunaan media sosial terhadap

perilaku cyberbullying. Karakterstik sampel dengan kriteria siswa di SMP

Negeri 30 Kota Bekasi yang memiliki media sosial.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini berdasarkan pada latar

belakang di atas, maka dirumuskan pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh penggunaan media sosial terhadap perilaku

cyberbullying pada siswa di SMP Negeri 30 Kota Bekasi?

2. Bagaimana pengaruh media sosial terhadap perilaku cyberbullying pada

siswa di SMP Negeri 30 Kota Bekasi?


E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dengan ini tujuan dalam

penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji adanya pengaruh penggunaan media sosial terhadap

perilaku cyberbullying pada siswa di SMP Negeri 30 Kota Bekasi.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan media sosial

terhadap perilaku cyberbullying pada siswa di SMP Negeri 30 Kota

Bekasi.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca

sebagai tambahan wawasan dan keilmuan mengenai pengaruh

penggunaan media sosial terhadap perilaku cyberbullying.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti

selanjutnya sebagai bahan referensi pada penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu guru BK untuk

mencegah dan mengatasi cyberbullying yang dilakukan oleh siswa

menggunakan sosial media.

b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas

layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORITIS

1. Media Sosial

a. Sejarah Media Sosial

Media sosial kini memiliki peranan penting dalam kehidupan,

semula media sosial hanya digunakan untuk bersosialisasi dan

berinteraksi antar pengguna.Dalam perkembangannya, media sosial

digunakan untuk berbagai kepentingan, mulai dari berbagi

pengetahuan, kegiatan sosial, menyebar undangan hingga jualan.

Awal mula terbentuknya sosial media terjadi pada tahun 1978 dari

penemuan sistem papan buletin, yang dapat memungkinkan sesorang

untuk mengunggah, atau mengunduh informasi, dapat berkomunikasi

dengan mengunakan surat elektronik yang koneksi internetnya masih

terhubung dengan saluran telepon dengan modem. Sistem papan buletin

ini ditemukan oleh Ward Christensen dan Randy Suess yang keduanya

adalah sesama pecinta dunia komputer. Perkembangan sosial media

pertaman kali dilakukan melalui pengiriman surat elektronik pertama

oleh peneliti ARPA (Advanced Research Project Agency) pada tahun

1971. 1995 adalah kelahiran situs GeoCities, situs ini melayani Web

Hosting yaitu layanan penyewaan penyimpanan data website agar


halaman website tersebut bisa di akses dari mana saja, dan kemunculan

GeoCities ini menjadi tonggak dari berdirinya website - website lain.

Tahun 1999 Muncul situs untuk membuat blog pribadi, yaitu

Blogger. Situs ini menawarkan penggunanya untuk bisa membuat

halaman situsnya sendiri. sehingga pengguna dari Blogger ini bisa

memuat hal tentang apapun. termasuk hal pribadi ataupun untuk

mengkritisi pemerintah. Bisa di katakan blogger ini menjadi tonggak

berkembangnya sebuah media sosial. Tahun 1999 Muncul situs untuk

membuat blog pribadi, yaitu Blogger. Situs ini menawarkan

penggunanya untuk bisa membuat halaman situsnya sendiri. sehingga

pengguna dari Blogger ini bisa memuat hal tentang apapun. termasuk

hal pribadi ataupun untuk mengkritisi pemerintah. Bisa di katakan

blogger ini menjadi tonggak berkembangnya sebuah media sosial.

perkembangannya kemudian yang terasa lebih komersial dan individual

di sebagian aktivitasnya, terutama yang melibatkan perdagangan

Internet.

Sejak 1988, ada pengguna awal Internet di Indonesia yang

memanfaatkan CIX (Inggris) dan Compuserve (AS) untuk mengakses

internet. Berdasarkan catatan whois ARIN dan APNIC, protokol

Internet (IP) pertama dari Indonesia, UI-NETLAB (192.41.206/24)

didaftarkan oleh Universitas Indonesia pada 24 Juni 1988. RMS

Ibrahim, Suryono Adisoemarta, Muhammad Ihsan, Robby Soebiakto,

Putu, Firman Siregar, Adi Indrayanto, dan Onno W. Purbo merupa kan
beberapa nama-nama legendaris di awal pembangunan Internet

Indonesia pada tahun 1992 hingga 1994. Masing-masing personal telah

mengontribusikan keahlian dan dedikasinya dalam membangun

cuplikan-cuplikan sejarah jaringan komputer di Indonesia. Tulisan-

tulisan tentang keberadaan jaringan Internet di Indonesia dapat dilihat

di beberapa artikel di media cetak seperti KOMPAS berjudul "Jaringan

komputer biaya murah menggunakan radio" di bulan November 1990.

Juga beberapa artikel pendek di Majalah Elektron Himpunan

Mahasiswa Elektro ITB pada tahun 1989.

Berdirinya Friendster pada tahun 2002, merupakan tonggak awal

lahirnya situs media sosial. Pada saat itu friendster sangat booming, dan

menjadi sebuah media sosial menjadi fenomenal terutama di indonesia

sendiri. Pada tahun 2003 lahir juga media sosial yang bernama

LinkEdln, dan Myspace akan tetapi kedua media sosial ini tidak terlalu

digandrungi oleh masyarakat indonesia. Pada tahun 2004 lahirlah

aplikasi media sosial yang sangat fenomenal hingga saat ini yaitu

Facebook. Setelah itu mulailah aplikasi media sosial bermunculan

seperti Twitter, google, instagram, facebook, whatsapp, dan lainnya.

b. Pengertian Media Sosial

Media sosial, sesuai namanya merupakan media yang

memungkinkan penggunanya untuk saling bersosialisasi dan

berinteraksi, berbagi informasi maupun kerjasama. Akses terhadap

media telah menjadi salah satu kebutuhan primer dari setiap orang. Hal
tersebut dikarenakan adanya kebutuhan akan informasi, hiburan,

pendidikan, dan akses pengetahuan. Secara sederhana, istilah media

bisa dijelaskan sebagai alat komunikasi, terkadang pengertian media ini

cenderung lebih dekat terhadap sifatnya yang massa karena telihat dari

banyaknya pembahasan tentang komunikasi massa. Media sosial

adalah salah satu bentuk kemajuan teknologi informasi dan

komunikasi.

Media sosial merupakan situs dimana seseorang dapat membuat

web page pribadi dan terhubung dengan setiap orang yang tergabung

dalam media sosial yang sama untuk berbagi informasi dan

berkomunikasi. Jika media tradisional menggunakan media cetak

dan media broadcast, maka media sosial menggunakan internet.

Media sosial adalah seperangkat alat komunikasi dan kolaborasi baru

yang memungkinkan terjadinya berbagai jenis interaksi yang

sebelumnya tidak tersedia bagi orang awam (Chris Brogan, 2010:11).

Ardianto (dalam Hamidati, dkk., 2011:xii) mengatakan bahwa media

sosial memiliki kekuatan sosial yang sangat mempengaruhi opini publik

yang berkembang di masyarakat.

Melalui media sosial yang semakin banyak berkembang

memungkinkan informasi menyebar dengan mudah di masyarakat.

Informasi dalam bentuk apa pun dapat disebarluaskan dengan

mudah dan cepat sehingga memengaruhi cara pandang, gaya hidup,

serta budaya suatu bangsa. Melalui media sosial, manusia diajak


berdialog, mengasah ketajaman nalar dan psikologisnya dengan

alami yang hanya tampak pada layar, namun sebenarnya

mendeskripsikan realitas kehidupan manusia. Namun, tidak disangkal

bahwa pesan-pesan yang ditayangkan melalui media elektronik

dapat mengarahkan khalayak, baik ke arah perilaku prososial mau pun

antisosial. Media sosial menjadi platform andalan untuk berbagai

kegiatan komunikasi seperti iklan, promosi, public relations, kampanye

politik, kampanye perusahaan, hingga kampanye sosial. Model

komunikasi dalam media sosial yang tidak secara tatap muka membuat

orangorang lebih berani untuk mengungkapkan pendapat, termasuk

juga menyampaikan opini mengenai orang lain sehingga kemudian

muncullah istilah cyberbullying.

c. Jenis Media Sosial

Media sosial adalah media yang sangat memungkinkan orang

(penggunanya) untuk saling bersosialisasi dan berinteraksi, berbagi

informasi maupun menjalin kerjasama. Setidaknya terdapat beberapa

kategori pembagian media sosial, terlepas dari pembagian berdasarkan

model jaringan yang terbentuk, karaketeristik pengguna, ataupun

berdasarkan file atau berkas yang yang disebarkan oleh pengguna.

Pembagian jenis media sosial ini merupakan upaya untuk melihat bagai

mana jenis media sosial itu, bukan bereti membatasi pada

perkembangan platform di internet dan apliakasi di perangkat telepon

genggam. Jenis-jenis media sosial :


1) Media Jejaring sosial ( social net working )

Social networking atau jejaring sosial merupakan social

media yang memfasilitasi pengguna untuk dapat berinteraksi

dengan pengguna lainnya, dengan saling menambahkan teman,

meberikan komentar bertanya maupun berdiskusi.

Social networking atau jejaring sosial merupakan medium

yang paling populer dlam kategori media sosial. Medium ini

merupakan sarana yang bisa digunakan pengguna untuk melakukan

hubungan sosial, termasuk konsekuensi atau efek dari hubungan

sosial tersebut, di dunia virtual.

Situs jejaring sosial adalah media sosial yang paling

populer. Media sosial tersebut memungkinkan anggota untuk

berinteraksi satu sama lain. Interaksi yang terjadi bukan hanya

pada teks, tetapi juga termasuk foto dan vidio yang mungkin

menarik perhatian pengguna lain. Semua posting (publikasi)

merupakan real team yang memungkinkan anggota untuk berbagi

informasi seperti apa yang sedang terjadi.

Karakter utama dari situs jejaring sosial adalah setiap

pengguna membentuk jaringan pertemanan, baik terhadap

pengguna yang sudah diketahuinya dan kemungkinan sering

bertemu didunis nyata (offline) maupun membentuk jaringan

pertemanan baru. Dalam banyak kasus pembentukan pertemanan

baru ini berdasarkan pada sesuatu yang sama, misalanya hobi atau
kegemaran, sudut pandang politik, asal sekolah atau universitas,

atau profesi pekerjaan.

2) Blog

Blog merupakan sosial media yang memfasilitasi

penggunanya untuk menulis konten, layaknya sebuah diary .jadi

dalam sebuah blog, artikel-artikel yang ada adalah milik pengguna

itu sendiri. Blog merupakan media sosial yang memungkinkan

penggunanya untuk mengunggah aktifitas keseharian, saling

mengomentari, dan berbagi istilah web, baik tautan, web lain,

informasi, dan sebagainya. Istilah blog berasal dari “weblog”, yang

pertama kali diperkenalkan oleh Jorn Borger pada tahun 1997

merujuk pada jurnal pribadi online.

Pada awalnya, blog merupakan suatu bentuk situs pribadi

yang berisi kumpulan tautan ke situs lain yang dianggap menarik

dan diperbarui setiap harinya, pada perkembangan selanjutnya blog

memuat banyak jurnal (tulisan keseharian pribadi) pemilik media

dan terdapat kolom komentar yang bisa didisi oleh pengunjung.

Blog mempunyai fungsi yang sangat beragam, mulai dari

sebuah catatan harian, media publikasi dalam sebuah kampanye

politik, sampai dengan programprogram media dan perusahaan-

perusahaan. Sebagian blog dipelihara oleh seorang penulis tunggal,

sementara sebagian lainnya oleh beberapa penulis. Banyak juga


blog yang memiliki fasilitas interaksi dengan para pengunjungnya,

seperti menggunakan buku tamu dan kolom komentar yang dapat

memperkenankan pengunjungnya untuk meninggalkan komentar

atas isi dari tulisan yang dipublikasikan, namun demikian ada juga

blog yang bersifat sebaliknya (non-interaktif).

Karkter dari blog antara lain penggunanya adalah pribadi

dan konten yang dipublikasikan juga terkait pengguna itu sendiri.

Pada awlanya, blog cenderung dikelola oleh individu-individu,

namun sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan jangkauan

terhadap khalayak membuat perusahaan atau instansi bisnis juga

terjun mengelola blog.

Beberapa blogger kini bahkan telah menjadikan blognya

sebagai sumber pemasukan utama melalui program periklanan

(misalnya AdSense, posting berbayar, penjualan tautan, atau

afiliasi). Sehingga kemudian muncullah istilah blogger profesional,

atau problogger, yaitu orang yang menggantungkan hidupnya

hanya dari aktivitas ngeblog, karena banyak saluran pendapatan

dana, baik berupa dolar maupun rupiah, dari aktivitas ngeblog ini.

Secara mekanisme, jenis media sosial ini bisa dibagi

menjadi dua: pertama kategori personal homepage,yaitu pemilik

menggunakan nama domain sendiri, seperti .com atau .net; kedua,

dengan menggunakan fasilitas penyedia halaman weblog gratis,

wordpress (www.wordpress.com) atau blogspot


(www.blogspot.com). Jadi dalam sebuah blog, artikel-artikel yang

ada adlah milik pengguna itu sendiri. Pengelolaan tampilan blog

dan topik tulisan merupakan wewenang pengguna.

3) Microblogging

Merupakan salah satu bentuk blog yang memungkinkan

menulis teks pembaruan singkat, biasanya kurang dari 200

karakter. Microblog ini dapat dimanfaatkan untuk menyimpan ide-

ide atau mengungkapkan gagasan, seperti twitter.

Microblogging juga jenis media sosial yang dapat

memfasilitasi para penggunanya untuk menulis dan

mempublikasikan aktifitas atau pendapatnya. Secara historis,

kehadiran jenis media sosial ini merujuk pada munculnya twitter

yang hanya menyediakan ruang tertentu atau maksimal 140

karakter. Di twitter pengguna bisa menjalin jaringan dengan

pengguna lain, menyebarkan informasi, mempromosiskan

pendapat/pandangan orang lain, sampai membahas isu terhangat

(trending topic) saat itu juga dan menjadi bagian dari isu tersebut

dengan turut berkicau (tweet) menggunakan taggar/hashtag

tertentu.

Hal membedakan mikroblog dengan blog lainnya adalah

mikroblog memiliki ukuran yang lebih kecil dari ukuran blog

sebenarnya. Akan tetapi tujuannya tetap sama yaitu pengguna

menulis topik tertentu. Pengguna mikroblog juga dapat


memberikan komentar kepada teks pembaharuan yang dibuat oleh

pengguna lain dan begitu juga sebaliknya. Layanan ini dapat di

unduh secara gratis. Tidak ada kriteria-kriteria khusus untuk

menggunakan layanan ini, semua orang di seluruh dunia dapat

melakukan aktivitas menulis teks pembaharuan singkat dengan

fasilitas yang diberikan oleh mikroblog.

4) Media Sharing (Berbagi Media)

Situs berbagi media (media sharing) merupakan jenis media

sosial yang memfasilitasi penggunanya untuk berbagi media, mulai

dari dokumen, vidio, audio, gambar, dan sebagainya. Media

sharing Merupakan media sosial untuk berbagi foto dan vidio,

contohnya youtube (youtube.com), instagram (instagram.com),

flickr (flickr.com).

5) Social Bookmarking (Penanda Sosial)

Penanda sosial atau social bookmarking merupakan media

sosial dengan interaksi berupa votting, menandai artikel yang

disuka, atau memberikan komentar terhadap artikel yang ada.

Penanda sosial (Social bookmarking) adalah sebuah metode

bagi pengguna internet untuk mengorganisasi, menyimpan,

mengelola, dan mencari penanda sumber daya yang tersedia secara

online. Berbeda dengan konsep berbagi file (file sharing), sumber

daya online tersebut tidak dibagi-bagi, melainkan hanya menjadi

penanda bahwa sumber daya tersebut merupakan referensi mereka.


Dalam sistem penanda sosial, pengguna menyimpan link ke

halaman web yang mereka ingin ingat dan/atau bagikan. Penanda

ini biasanya bersifat domain publik, dan dapat disimpan secara

pribadi atau hanya berbagi dengan orang-orang tertentu atau

kelompok atau hanya di dalam jaringan tertentu, atau kombinasi

lain dari domain publik dan swasta. Orang-orang yang

diperbolehkan biasanya dapat melihat kronologis penanda menurut

kategori atau tag, atau melalui mesin pencari. Beberapa layanan

penanda sosial juga menarik kesimpulan dari hubungan tag untuk

membuat cluster tag atau bookmark.

Seiring dengan perkembangan layanan ini yang kini telah

semakin matang dan tumbuh lebih populer, maka telah

ditambahkan fitur baru seperti peringkat dan komentar di

bookmark, kemampuan untuk impor dan ekspor bookmark dari

peramban, surat elektronik penanda, anotasi web, dan kelompok-

kelompok atau fitur jaringan sosial.

6) Wiki

Media selanjutnya adalah wiki atau media konten bersama.

Media sosial ini merupakan situs yang kontennya hasil kolaborasi

dari para penggunanya. Mirip dengan kamus atau ensiklopedi, wiki

menghadirkan kepada pengguna pengertian, sejarah, hingga

rujukan buku atau tautan tentang suatu kata. Dalam praktiknya,

penjelasan-penjelassn tersebut dikerjakan oleh para pengunjung.


Artinya ada kolaborasi atau kerja bersama dari semua pengunjung

untuk mengisi konten dalam situs ini.

Kata “wiki” merujuk pada media sosial Wikipedia yang

populer sebagai media kolaborasi konten bersama. Situs wiki

hanya menyediakan perangkat lunak yang bisa dimasuki oleh siapa

saja untuk mengisi, menyunting, bahkan mengomentari sebuah

tema yang dijelaskan.

Perkembangan kategori keterbukaan wiki, media sosial ini

terbagi menjadi dua, yakni publik dan prifasi. Wikipedia

merupakan merupakan gambaran wiki publik dimana konten bisa

diakses oleh pengguna secara bebas. Sementara wiki adalah jenis

media sosial yang bersifat prifasi atau terbatas yang hanya bisa

disunting dam dikolaborasi dengan terbatas, biasanya ada

moderator atau pengelola yang bisa memberi akses kepada siapa

yang diinginkan.

Setiap pengguna yang memberikan kontribusi didalam wiki

akan bisa melihat bagaimana kronologis atau historis perubahan-

perubahan yang terjadi didalam lema tersebut. Dengan demikian,

pengguna akan mengetahui data terahir atau terbaru apa yang telah

dimasukan oleh pengguna yang lainnya, apakah valid atau tidak.,

bagaimana referensi lain berbicara tentang lema tersebut yang ada

ditautan, hingga foto-foto yang ada disana. Wiki juga merupakan


sosial media dengan interaksi berupa menambahkan artikel, dan

mengedit artikel yang sudah ada, contohnya wikipedia.org.

d. Manfaat Penggunaan Media Sosial

Banyak sekali Manfaat sosial media. Hampir segala sesuatu selalu

berhubungan dengan Sosial media. Belajar, bekerja, rekreasi, bisnis,

istirahat, marketing, semua selalu berhubungan dengan Sosial media.

Media sosial dapat menghubungkan antara informasi dengan pembaca.

Media sosial memegang peranan penting bagi pertumbuhan bisnis. Ada

beberapa manfaat dari media sosial, yakni diantaranya :

1) Media sosial sebagai jurnalisme

Banyak informasi yang kita peroleh lewat media sosial,

seperti informasi beasiswa, lowongan kerja, info seputar agama,

politik, motivasi, maupun hal-hal yang sedang tren dan dibicarakan

oleh banyak orang. Dunia jurnalisme tidak bisa dipisahkan dari

peranan media sosial. Mulai dari media massa konvensional seperti

surat kabar, majalah, tabloid hingga media massa kontemporer

seperti e-paper, dan jejaring sosial.

Jurnalisme membutuhkan media untuk menjadi wadah

penyebarluasan informasi yang terdapat dalam berita. Kehadiran

internet semakin menguatkan pendapat bahwa media (dalam hal ini

media on-line) dapat memberikan manfaat yang besar dalam

kehidupan manusia, termasuk dunia jurnalisme. Jumlah pengguna


media sosial yang lebih banyak ketimbang media massa, menjadi

pertimbangan bagaiman kekuatan media sosial dibidang jurnalistik

2) Media sosial sebagai branding dan marketing

Branding dalam pengertian umum merupakan kumpulan

kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh suatu perusahaan agar

brand / merk yang ditawarkan dikenal dan memiliki nilai sendiri

dibenak konsumen atau calon konsumen.

Kehadiran media sosial dalam pemasaran pada era digital

bisa dilihat dari dua sisi, yaitu sisi pengiklan dan sisi pengguna

media sosial. Dari sisi pengiklan, media sosial memberikan

tawaran dengan konten yang beragam. Iklan tidak hanya dapat

diproduksi dalam bentuk teks, tapi juga bisa audio, visual, bahkan

audio-visual. Produksi iklan dan pemanfaatan media sosial juga

cenderung membutuhkan biaya yang lebih murah dan dengan

menggunakan media bersifat tidak terbatas, baik dari segi waktu,

maupun jumlah yang melihat iklan tersebut.

Media sosial dengan beragam bentuknaya, mulai dari

forum, situs jejaring soaial, berbagi media, atau opini, memberikan

media bagi pengguna untuk berinteraksi sekaligus berpartisipasi

dalam kegiatan soaial virtual. Semakin lama dan semakin sering

terjadi komunikasi antar pengguna, maka semakin kuat ikatan

relasi virtual yang terjadi diantara mereka. Karena itu, sebuah


produk atau jasa lebih efektif apabila dipromsikan oleh penggguna

media sosial.

3) Media sosial sebagai Public Relation ( Hubungan Masyarakat)

Public Relations denga cara menggunakan media sosial

memang bisa saja mendapatkan feedback secara lagsung dari para

konsumen dengana adanyan media sosial seperti jejaring facebook,

dan twitter, pihak – pihak yang berkaitan dengan public relations

akan merasakan manfaat penting. Kegiatan yang berkaitan dengan

Public Relations memang merupakan suatu yang tak bisa di

tawarkan lagi untuk berhubungan lagi dengan media sosial yang

berbasis internet ini.

Kehadiran media sosial dan inovasi internet membawa

perubahan terhadap praktik public relations yang selama ini

dilakukan. Apa yang ditawarkan oleh internet dan perangkat yang

ada di media sosial bisa digunakan untuk menjangkau

keberagaman publik. Target publik di internet bisa menjadi lebih

spesifik dan lebih sesuai dengan apa yang ingin dicapai. Pengguna

media sosial juga bisa dijadikan corong bagi organisasi public

relations untuk menjaga dan mengantisipasi kemungkinan-

kemungkinan terjadinya krisis komunikasi dan dalam melkukan

negosiasi (lobbying) dengan pengguna media sosial lainnya.

4) Media Sosial sebagai Tempat informasi dan Silaturahmi


Dengan memanfaatkan media sosial atau jejaring sosial,

semua orang bisa melakukan komunikasi secara online, seperti

chatting, pemberitahuan kabar, dan undangan. Bahkan bagi mereka

yang sudah terbiasa, komunikasi dalam media sosial lebih efektif

dari pada melalui call atau sms mobile. Media sosial juga sebagai

tempat untuk mengenal orang baru dan membuat sebuah komunitas

tertentu, sehingga kita bisa mengenal banyak orang di berbagai

daerah tanpa harus bertemu, juga membuat sebuah komunitas

dengan ide atau hoby yang sama.

Banyak informasi yang didapat lewat media sosial, seperti

informasi beasiswa, lowongan kerja, info seputar agama, politik,

motivasi, maupunb hal-hal yang sedang tren dan dibicarakan oleh

banyak orang. Contohnya info gemapa di indonesia, kabar lebih

cepat diperoleh lewat twitter BMKG (Badan Meteorologi,

Klimatologi, dan Geofisika).

Melalui media sosial, juga bisa mendapatkan informasi

khusus dari pakarnya. Melalui media sosial juga dapat menjalin

silaturahmi meski terpisah jarak, baik dengan orang baru, teman

lama, maupun teman sekarang lewat media sosial, banyak teman-

teman dahulu yang hilang kontak ahirnaya bisa bertemu di media

sosial. Ada juga yang sebenarnya didunia nyata belum saling

kenal, tetapi karena di online sudah saling berinteraksi, ketika


bertemu pertama kali di dunia nyata, merasa sudah akrab satu sama

lain.

2. Perilaku Cyberbullying

a. Pengertian Cyberbullying

Cyberbullying merupakan bentuk baru dari bullying.

Cyberbullying terjadi saat seorang individu atau kelompok

menggunakan media elektronik dan teknologi lain untuk merugikan

pihak lain. Menurut Belsey (2004) cyberbullying adalah penggunaan

teknologi informasi dan komunikasi (seperti: sms, internet, email,

chatting, video online, situs jejaring sosial, dll) secara sengaja oleh

individu maupun kelompok untuk mendukung perilaku yang bertujuan

memusuhi dan menyakiti orang lain.

Menurut Kowalski (2008) cyberbullying mengacu pada bullying

yang terjadi melalui instant messaging, email, chat room, website,

video game, atau melalui gambar atau pesan yang dikirim melalui

telpon selular. Cyberbullying dapat berdampak merugikan terhadap

seseorang maupun sebuah kelompok. Menurut Bhat (2008),

cyberbullying adalah penggunaan teknologi untuk mengintimidasi,

menjadikan korban, atau mengganggu individu atau sekelompok orang.

Cyberbullying dapat dilakukan melalui banyak cara, seperti

melalui pesan singkat atau gambar. Pelaku cyberbullying dapat terdiri

dari satu orang atau lebih, dan bertujuan merugikan individu atau

kelompok lain secara sengaja serta berulang-ulang. Menurut Mason


(2008), cyberbullying merupakan seorang individu atau sebuah

kelompok yang menggunakan informasi dan teknologi termasuk

melibatkan teknologi elektronik, secara sengaja dan berulang- ulang

melecehkan atau menyakiti individu atau kelompok lain dengan

mengirimkan atau mem-posting teks atau gambar menggunakan

teknologi.

Pelaku cyberbullying dibatasi hanya sampai usia anak-anak dan

remaja, sedangkan jika pelakunya sudah berusia diatas remaja maka

digolongkan sebagai cybercrime . Cyberbulling adalah segala bentuk

kekerasan yang dialami anak atau remaja dan dilakukan teman

sepantaran melalui media cyber atau internet (Piotrowski, 2012). Efek

cyberbullying tidak jauh bebeda dari efek bullying biasa.

Menurut Roslina Verauli, seorang ahli psikologi anak

(www.medanbisnisdaily.com, 2014) menyatakan bahwa dampak yang

bisa ditimbulkan akibat tindakan cyberbullying tentunya berkaitan

dengan psikologi korbannya, terutama remaja dan anak-anak yang

memang masih terbilang labil. Korban cyberbullying akan berperilaku

pasif, kemurungan tak berkesudahan, hingga kerap merasa cemas.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa

cyberbullying adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi

secara sengaja dan berulang-ulang oleh seorang individu atau sebuah

kelompok dengan tujuan merugikan seseorang atau kelompok lain.

b. Aspek-Aspek Cyberbullying
Menurut Willard (2005), aspek-aspek dari cyberbullying memiliki

7 bagian, yaitu:

1) Amarah (Flaming) Flaming memiliki arti perlakuan secara frontal

yang menggunakan kata-kata kasar berupa pengiriman pesan, media

sosial, bahkan di dalam chat group untuk menghina seseorang.

2) Pelecehan (Harrasment) Harrasment merupakan tindak lanjt dari

flaming dimana memberikan gangguan-gangguan melalui berbagai

macam jejaring sosial yang dilakukan secara terus menerus bahkan

dalam jangka panjang.

3) Fitnah atau Pencemaran Nama Baik (Denigration) Denigration

merupakan perilaku mengumbar keburukan atau memfitnah

seseorang dengan tujuan untuk merusak citra dan reputasi orang

lain yang dilakukan tidak sesuai dengan fakta dan kebenarannya.

4) Peniruan (Impersonation) Impresonation bisa diartikan sebagai

berpura-pura menjadi orang lain dan mengirimkan pesan-pesan atau

status yang tidak baik bukan dengan atas nama dirinya (pelaku).

5) Tipu daya (Outing and Trickey) Outing dan trickey memiliki arti

yang berbeda tapi maksud dan tujuan yang sama, dimana outing

adalah perilaku yang menyebarkan berbagai rahasia orang lain dari

foto, video, apapn itu yang menjadi rahasia seseorang (korban).

Sedangkan trickey merupakan perilaku membujuk seseorang

(korban) dengan melakukan tipu daya agar mendapatkan berbagai

macam rahasia seperti foto atau pribadi orang tersebut.


6) Pengucilan (Exclusion) Exclusion merupakan perilaku yang dengan

sengaja memojokkan seseorang dalam sebuah kelompok atau forum

diskusi online.

7) Penguntitas di Media Sosial (Cyberstalking) Cyberstalking

merupakan perilaku dimana seseorang (pelaku) menguntit atau

men-stalking seseorang (korban) di media online hingga melakukan

pengiriman pesan secara berulang bahkan disertai ancaman atau

pengintimidasian.

Patchin dan Hinduja (2015) juga memiliki beberapa aspek mengenai

cyberbullying, yaitu:

1) Pengulangan (Repetition) Pengulangan adalah hal yang paling

penting pada elemen intimidasi. Pengulangan juga merupakan hal

yang mudah dikenali dan sering dilakukan di dunia maya sehingga

korban merasa terganggu.

2) Niat atau Maksud (Intention) Niat atau maksud adalah hal yang

didefinisikan dalam intimidasi sebagai suatu tindakan yang

dilakukan dengan cara disengaja yang dapat menyebabkan kerugian

pada seseorang.

3) Membahayakan (Harm) Membahayakan pada konsep intimidasi ini

didefisinikan sebagai hal yang berbahaya sehingga dapat memakan

korban terluka dengan cara tertentu. Kerugian dari konsep

membahayakan ini adalah seperti fisik, sosial, psikologis atau

perilaku, dan juga emosional.


4) Ketidakseimbangan kekuatan (Imbalance of Power)

Ketidakseimbangan kekuatan dapat diartikan sebagai pelaku

intimidasi memiliki kekuatan sebenarnya atau lebih besar daripada

korban.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Cyberbullying

Terdapat lima faktor cyberbullying (Kowalski, 2008), yaitu:

1) Bullying tradisional Peristiwa bullying yang terjadi di dunia nyata

menjadi pengaruh yang besar untuk seseorang memiliki

kecenderungan untuk melakukan bullying di dunia maya.

2) Karakteristik kepribadian Seseorang yang kepribadiannya yang

cenderung memiliki agresifitas yang tinggi, tidak memiliki empati,

tidak dapat mengontrol dirinya, bahkan mudah marah.

3) Persepsi terhadap korban Segala hal yang dipersepsikan mengenai

manusia seperti tanggapan pada orang-orang terdekat, bagaimana

mengambil keputusan tentang karakteristik orang lain atau

bagaimana menjelaskan mengapa seseorang melakukan hal tertentu,

disebut dengan persepsi interpersonal. Alasan untuk melakukan

bullying dikarenakan sifat atau karakteristik dari korban yang

mengundang untuk di-bullying.

4) Strain Strain adalah suatu kondisi ketegangan psikis yang

ditimbulkan dari hubungan negatif orang lain yang menghasilkan

efek negatif (terutama rasa marah dan frustasi) yang mengarah pada

kenakalan.
5) Peran interaksi orang tua. Peranan orangtua dalam mengawasi

aktivitas anak dalam berinteraksi di internet merupakan faktor yang

cukup berpengaruh pada kecenderungan anak untuk terlibat dalam

aksi cyberbullying. Orangtua yang tidak terlibat dalam aktivitas

online anak menjadikan anak lebih rentan terlibat aksi

cyberbullying (Willard, 2005).

Menurut Leonardi dan Emilia (2013) menambah adanya faktor yang

dapat menpengaruhi perilaku cyberbullying yaitu Teman sebaya

Hubungan dengan teman sebaya bisa mempengaruhi seseorang untuk

melakukan cyberbullying, dimana seseorang memiliki kecenderungan

untuk diakui oleh teman sebanyanya. Salah satu caranya adalah dengan

melakukan agresi seperti cyberbullying. Berdasarkan penjelasan diatas

bahwa cyberbullying memiliki beragam faktor yang dapat

mempengaruhi perilaku seseorang untuk bertindak demikian.

d. Karakteristik Pelaku Cyberbullying

Menurut Kowalski, Limber, dan Agatston (2012) karakteristik

umum pelaku cyberbullying yaitu:

1) Mereka memiliki kepribadian dominan dan suka memaksakan diri

menggunakan kekerasan.

2) Temperamen, impulsif dan mudah frustrasi.

3) Memiliki sikap positif terhadap kekerasan dibandingkan anak-anak

lain.

4) Mereka mengalami kesulitan mengikuti peraturan.


5) Mereka tampak tangguh dan menunjukkan sedikit empati atau rasa

sayang kepada orang-orang yang diintimidasi.

6) Mereka sering berhubungan dengan orang dewasa dengan cara yang

agresif.

7) Mereka pandai membicarakan diri mereka sendiri dari situasi sulit.

8) Mereka terlibat dalam agresi proaktif (yaitu, agresi yang disengaja

untuk mencapai tujuan) dan agresi reaktif (yaitu, reaksi defensif

untuk diprovokasi).

e. Motivasi Pelaku Cyberbullying

Aftab telah menggambarkan empat jenis anak-anak yang menjadi

pelaku cyber (Kowalski, Limber, dan Agatston, 2012):

1) The vengeful angel "malaikat dendam" memandang dirinya sendiri

sebagai orang yang mencari keadilan atas kesalahan yang telah

terjadi pada mereka atau orang lain. Banyak pelaku cyberbullying

ini adalah anak-anak dan remaja yang telah menjadi korban

intimidasi di sekolah dan sekarang melakukan pembalasan. Mereka

mungkin adalah orang-orang terbuang yang telah menjadi korban

bullying tradisional di sekolah.

2) The power-hungry. "Pelaku cyber yang haus kekuasaan,", sangat

mirip dengan pelacak sekolah prototipikal dalam keinginannya

untuk memberikan kontrol, kekuasaan, dan wewenang atas orang

lain. Pelaku cyberbullying menggunakan ancaman atau posting hal


yang memalukan untuk menciptakan ketakutan. Berbeda dengan

malaikat pendendam, yang paling sering bertindak sendiri, pelaku

cyberbullying yang haus kekuasaan itu tumbuh subur dengan

penonton untuk menonton atau memperkuat tindakannya. Orang-

orang ini mungkin menjadi korban bullying tradisional dan

mungkin lebih kecil dan lebih lemah daripada banyak teman

sebayanya.

3) Mean girls. "mean girls" digunakan untuk merujuk pada anak-anak

yang melakukan cyberbullying karena bosan. Seperti yang telah

disebutkan sebelumnya, cyberbullying yang dimotivasi oleh

kebosanan terjadi lebih untuk kesenangan dan hiburan para

pengganggu cyber daripada keinginan tertentu untuk melukai

korban.

4) The inadvertent cyber bully or “because I can.”cyberbullying "yang

tidak disengaja" terdiri dari orang-orang yang menjadi pelaku

cyberbullying saat mereka merespons jenis komunikasi negatif yang

mereka terima, atau yang secara tidak sengaja dibawa ke dalam

cyberbullying melalui cyberbullying by proxy.

B. PENELITIAN YANG RELEVAN

1. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Muhammad Bagus Adi Putra

(2019) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Media Sosial

Instagram Terhadap Perilaku Cyberbullying Pada Mahasiswa Ilmu


Komunikasi UNISKA Banjarbaru Angkatan 2019”. Jenis penelitian ini

merupakan survey deskriptif dengan menggunakan metode kuantitatif.

C. KERANGKA BERPIKIR

Anda mungkin juga menyukai