“SAYANGI BUAH HATI DENGAN ASI ESKLUSIF DAN IMUNISASI DASAR LENGKAP UNTUK MASA DEPAN YANG
CERIA”
Disusun Oleh :
Ketua Pelaksana :
Irma Jayatmi, SST, M.Kes
Anggota :
Ai Badriah
Ardya Garini
Evy Sulfianti
Fitriani
Fitri
Hilda
Ita Rosliana
Indah Kresna Mulya
Lia Amelia
Ms Anggun
Yeni Mulyani
DEPARTEMEN KEBIDANAN
1
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul : “Sayangi Buah Hati dengan Asi Ekslusif dan Imunisasi Dasar
Lengkap untuk Masa Depan yang Ceria”
10. STIKIM :
Sumber Lain :
i
Jakarta, 28 September 2021
Mengetahui,
Menyetujui,
ii
RINGKASAN
1. TEMA WEBINAR
“Sayangi Buah Hati dengan Asi Esklusif dan Imunisasi Dasar Lengkap untuk Masa Depan yang Ceria”.
b) Keikutsertaan peran ibu dalam meningkatkan imunitas bayi melalui imunisasi dasar lengkap
2. TUJUAN
a) Sebagai saling sharing antara akademisi perguruan tinggi dan para ibu untuk dapat meningkatkan pemberian Asi Eklsuif
b) Mengembangkan dan menemukan pembelajaran mengenai pemberian imunisasi dasar lengkap agar dapat mengoptimalisasi daya
3. MANFAAT
a) Menambah ilmu pengetahuan para ibu pentingnya Asi Eklusif dalam tumbuh kembang anak.
c) Sebagai media pembelajaran bagi para ibu yang mengikuti webinar ini agar meningkatkan pemberian Asi Eklusif dan
4. BENTUK KEGIATAN
a) Ceramah
5. PEMBICARA
6. SASARAN
a) Tenaga kesehatan
iii
b) Mahasiswa
7. JUMLAH PESERTA
53 Orang
8. FASILITAS PESERTA
b) E-sertifikat
c) Relasi
d) Doorprize
9. PENYELENGGARA
Penyelenggara kegiatan ini adalah Dosen dan Mahasiswa Sarjana Terapan Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Linkzoom : https://us02web.zoom.us/j/87212837624?
pwd=WWVpZW9GNGVEWXFnSWUzREF4dWM2QT09#success
Hibah Internal
Terlampir
Terlampir
iv
15. ANGGARAN PENGELUARAN
Terlampir
16. PUBLIKASI
Penyebaran Pamflet/iklan melalui Sosial Media baik dari kampus maupun perorangan.
Terlampir
KATA PENGANTAR
Penyusunan Proposal Pengabdian kepada Masyarakat oleh Dosen dan Mahasiswa dengan TEMA WEBINAR “Sayangi Buah
Hati Dengan Asi Esklusif Dan Imunisasi Dasar Lengkap Untuk Masa Depan Yang Ceria” yang diselenggarakan Program Studi
Kebidanan Program Sarjana Terapan dan Yayasan Dharma Bangasa Mandiri ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang senantiasa
memberikan bimbingan dan dorongan serta bantuannya, Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Dr. dr. Hafizurrachman, MPH selaku Pembina Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM).
2. Dr. Astrid Novita, SKM, MKM selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM).
3. Susaldi, SST, M.Biomed selaku Wakil Ketua 1 Bidang Kurikulum dan Inovasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
(STIKIM).
4. Dr. Rindu, SKM, MKM selaku Wakil Ketua 2 Bidang Keuangan dan SDM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM).
5. Nur Rizky Ramadhani, SKM, M.Epid Wakil Ketua 3 Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia
Maju (STIKIM).
v
6. Hidayani, Am.Keb., SKM., MKM selaku Kepala Departemen Kebidanan dan Koordinator Program Studi Pendidikan Bidan Program
7. Retno Sugesti, S.ST., M.Kes selaku Koordinator Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Indonesia Maju.
8. Irma Jayatmi ,S.ST,. M.Kes. selaku Kepala Pusat Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Indonesia Maju.
9. Ketua Rw 03 Desa Cibatok 1 Kecamatan Cibungbulan yang telah mendukung kegiatan pelaksanaan webinar pada hari ini.
Kami sangat bersyukur telah dapat menyelesaikan proposal ini. Kami tidak lupa mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan
maupun gelar.
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN i
RINGKASAN iii
2. TUJUAN iii
3. MANFAAT iii
5. PEMBICARA iii
6. SASARAN iv
7. JUMLAH PESERTA iv
8. FASILITAS PESERTA iv
9. PENYELENGGARA iv
16. PUBLIKASI v
vii
17.3 Power Point Materi (Terlampir) v
KATA PENGANTAR vi
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.2 Imunisasi 2
1.3 Permasalahan 3
BAB II 5
TINJAUAN PUSTAKA 5
2.2 Imunisasi 10
BAB III 13
METODE PELAKSANAAN 13
3.4 Jadwal 15
BAB IV 16
viii
BAB V 17
DAFTAR PUSTAKA 18
ix
BAB I
PENDAHULUAN
ASI Ekslusif adalah makanan alami pertama untuk bayi dan menyediakan
semua vitamin, nutrisi dan mineral yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan
enam bulan pertama. Tidak ada cairan atau makanan lain yang di perlukan, ASI
terus tersedia hingga setengah atau lebih dari kebutuhan. Selain itu, ASI
mengandung antibodi dari ibu yang membantu memerangi penyakit. ASI dalam
jumlah cukup merupakan makanan terbaik bagi bayi dan dapat memenuhi
kebutuhan gizi selama enam bulan pertama (Josefa, 2011). Asi merupakan
makanan utama dan paling sempurna bagi bayi. Dimana ASI mengandung
hampir semua zat gizi dengan komposisi sesuai dengan kebutuhan bayi untuk
pemberian ASI eksklusif sebesar 52,3% yang berarti hasil tersebut masih
dibawah target nasional yaitu sebesar 80%. Hasil capaian pemberian ASI
peningkatan pemberian ASI eksklusif masih relatif rendah (Kemenkes RI,2015). Hasil penelitian Februhartanty (2008) menyatakan bahwa
kegagalan
dalam pemberian ASI eksklusif karena tingkat pengetahuan ibu yang rendah
eksklusif dan ibu yang sudah mengetahui pentingnya ASI eksklusif tetapi tidak
bayinya.
1.1.2 Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Imunisasi adalah
1
suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan
dapat mencegah antara dua hingga tiga juta kematian setiap tahun.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2018 ada sekitar 20 juta anak di dunia yang tidak mendapatkan
imunisasi lengkap, bahkan ada yang tidak mendapatkan imunisasi sama sekali. Padahal Untuk mendapatkan kekebalan komunitas (herd
Immunity) dibutuhkan cakupan imunisasi yang tinggi (paling sedikit 95%) dan merata. Akan tetapi, saat ini masih banyak anak Indonesia
yang belum mendapatkan imunisasi lengkap. Bahkan ada pula anak yang tidak pernah mendapatkan imunisasi sama sekali sejak lahir.
Menurut data Riskesdas tahun 2013 dan 2018 didapatkan data cakupan
BCG menurun dari 87,6% menjadi 86,9%, DPT-HB-3 menurun dari 75,6% menjadi 61,3%, Polio-4 yang menurun dari 77,0% menjadi
67,6%, dan
dan 2018 didapatkan, imunisasi lengkap yang menurun dari 59,2% menjadi
57,9%, imunisasi tidak lengkap yang meningkat 32,1% menjadi 32,9% dan
Hasil survey di Di Rw 3Desa Cibatok 1 Kec. Cibungbulang masih rendah cakupan ASI Eklusifnya yaitu baru mencapai 75%, dan 14 %
1.2 Permasalahan
Di Rw 3Desa Cibatok 1 Kec. Cibungbulang masih rendah cakupan ASI Eklusifnya yaitu baru mencapai 75%, dan 14 %
Imunisasi Dasar Lengkapnya. Namun, karena orang tua pada umumnya belum memiliki pengetahuan dengan benar, serta mau melakukan
pemberian ASI dan imunisasi dengan lengkap, sehingga akan memberikan manfaat yang besar untuk meningkatkan pertumbuhan dan
Oleh karena itu penting kiranya ibu - ibu yang memiliki pengetahuan yang baik agar tumbuh kembang anak meningkat.
2
Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada beberapa ibu yang memiliki bayi/balita, ibu mengatakan bahwa belum mengetahui manfaast
ASI Eklusif dan manfaat pemberian imunisasi dasar lengkap, sehingga pelaksanaanya mengundang ibu bayi namun pelaksanaannya tidak
teratur. Berdasarkan analisis masalah diatas, maka beberapa permasalahan yang dapat dirangkum agar orang tua mampu meningkatkan
pengetahuan agar meningkatknya pertumbuhan dan perkambangan anak melalui pemberian Asi Eklsuif agar bayi tidak diberiukan MP ASI
sebelum 6 bulan dan pemberian imunisasi secara lengkap karena selama pandemi covid 19 pelaksanaannya tidak teratur.
Dari beberapa permasalahan yang dihadapi oleh ibu bayi/balita di Rw 03 Desa cibatok 1, maka target luaran dari pengabdian
masyarakat ini adalah memberikan edukasi kepada ibu bayi/balita tentang pentingnya Pemberian ASI Eklusif dan Imunisasi Dasar lengkap,
untuk meningkatkan daya tahan tubuh bayi balita pada masa pandemi Covid-19.
Salah satu cara untuk dapat meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai Asi Esklusif dan Imunisasi dasar lengkap adalah
dilakukan pendidikan kesehatan mengenai manfaat Asi Esklusif dan Imunisasi dasar lengkap melalui Webinar.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air Susu Ibu (ASI)merupakan cairan kehidupan terbaik yang mengandung berbagai zat dan sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI
sangat baik untuk pertumbuhan bayi View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Syntax
Literate - Jurnal Ilmiah Indonesia Dukungan Bidan Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Syntax Literate, Vol. 5 No. 7, Juli 2020 275 dan sesuai
kebutuhannya. Selain itu, ASI dapat meningkatkan kekebalan tubuh sehingga bisa menjadi pelindung (imun) bagi bayi dari semua jenis
infeksi. (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2018). Menurut World Health Organization (WHO, 2017), Air Susu Ibu (ASI) diberikan
pada bayi baru lahir hingga 6 bulan tanpa makanan serta minuman lain, kecuali vitamin, obat yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan karena
alasan medis disebut ASI eksklusif. Bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif beresiko terserang diare. Pemberian susu formula juga bisa
mengakibatkan resiko terserang diare hingga mengakibatkan terjadinya gizi buruk karena kandungan zat gizi dalam susu formula yang tidak
Menurut Depkes RI, bahwa perkembangan otak anak delapan puluh persen dimulai sejak didalam kandungan hingga usia 3
tahun, dikenal dengan periode emas. Oleh karena itu pada masa ini dibutuhkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan serta bisa dilanjutkan
hingga anak berusia 2 tahun, karena ASI mengandung karbohidrat, protein, mineral, dan lemak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan bayi
(Kemenkes, 2014). Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di di Amerika Serikat bahwa bayi yang mendapatkan ASI eksklusif 6
bulan lebih rendah mengalami ISPA (infeksi saluran pernafasan) sebesar 72%, lebih rendah mengalami diabetes dengan resiko 30% dan lebih
rendah mengalami otitis media dengan resiko 50%. Selain itu, ASI juga dapat menurunkan resiko SIDS (sudden infant death syndrome)
Mengingat banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dengan pemberian ASI eksklusif kepada bayi selama 6 bulan maka badan
kesehatan dunia United Nation Children Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar bayi yang lahir
hanya mendapatkan ASI dari ibunya selama 6 bulan. Begitupun Indonesia, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/MENKES/SK/IV/2017
sebagai peraturan tentang pentingnya ASI eksklusif bagi bayi dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 tahun 2012. Berdasarkan data World
Health Organization (WHO), bahwa hanya 44% dari bayi baru lahir di dunia yang mendapat ASI dalam waktu satu jam pertama sejak lahir,
masih sedikit juga bayi di bawah usia 6 bulan menyusu secara eksklusif.
Cakupan pemberian ASI eksklusif di Asia Selatan 47%, Amerika Latin dan Karibia 32%, Asia Timur 30%, Afrika Tengah 25%,
dan Negara berkembang 46%. Secara keseluruhan, kurang dari 40% anak di bawah usia 6 bulan di beri ASI eksklusif (WHO, 2015) Hal
tersebut belum sesuai dengan target WHO yaitu meningkatkan pemberian ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama sampai paling sedikit 50%.
Ini merupakan target ke lim a WHO di tahun 2025 (WHO, 2014) Menurut data pemantauan status gizi di Indonesia pada tahun 2017
menunjukan cakupan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama oleh ibu kepada bayinya masih sangat rendah yakni 35,7%. Artinya
4
ada 65% bayi yang tidak diberikan ASI Emah Rohemah 276 Syntax Literate, Vol. 5 No. 7, Juli 2020 secara eksklusif selama 6 bulan saat
lahir. Angka ini cukup jauh dari target cakupan ASI eksklusif pada 2019 yang ditetapkan oleh WHO ataupun Kementrian Kesehatan yaitu
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2017 cakupan ASI eksklusif di Jawa Barat sebesar 53,0%. Sedangkan
untuk Kab. Cirebon presentase bayi yang mendapatkan ASI eksklusif terhadap bayi umur 0-6 bulan sebesar 32,79%. Angka pemberian ASI
eksklusif tersebut masih rendah karena target cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan adalah 80% (Kemenkes, 2015).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Jamblang diperoleh bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif Puskesmas
Jamblang pada tahun 2019 sudah mencapai target pemberian ASI eksklusif yaitu 40%, namun belum mencapai target yang ditetapkan WHO
dan Kemenkes sebesar 80%, dimana cakupan pemberian ASI eksklusif Puskesmas Jamblang pada tahun 2019 sebesar 46,3%.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap pegawai bagian Koordinator Gizi (Nutrisionis) Puskesmas
Jamblang Kabupaten Cirebon diketahui bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif tahun 2019 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
sebesar 7,9%, dimana pada tahun 2018 sebesar 54,2% dan tahun 2019 sebesar 46,3%. Beliau juga menyebutkan bahwamasih sedikit ibu-ibu
yang menyusui secara eksklusif. Anggapan ibu-ibu selama ini adalah makanan pendamping ASI lebih bisa membuat bayi lebih sehat, tidak
rewel dan juga faktor kebudayaan dan tradisi yang menyebabkan rendahnya pemberian ASI eksklusif. Ibu-ibu juga meyakini bahwa makanan
tersebut dapat membuat bayi cepat kenyang, cepat gemuk, dan tidak mudah sakit. Berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan ASI
eksklusif seperti faktor pengetahuan ibu, faktor psikologis, faktor fisik ibu, faktor sosial budaya, faktor dukungan tenaga kesehatan, serta
faktor dukungan keluarga. Faktor dukungan tenaga kesehatan khususnya bidan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ASI eksklusif. Hal
tersebut sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 tahun 2012, yang menyebutkan bahwa Bidan bertanggung jawab untuk memberikan
pendidikan terkait ASI eksklusif serta memberikan support pada ibu menyusui yang dimulai sejak proses kehamilan, saat pertama kali ibu
menyusui hingga dengan selama ibu menyusui. Dukungan yang diberikan Bidan juga dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri pada ibu
untuk terus memberikan ASI eksklusif pada bayinya (Alianmoghaddam, Phibbs, & Benn, 2017). Sistem Kekebalan Tubuh (Imunitas)
Air Susu Ibu (ASI)merupakan cairan kehidupan terbaik yang mengandung berbagai zat dan sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI
sangat baik untuk pertumbuhan bayi View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Syntax
Literate - Jurnal Ilmiah Indonesia Dukungan Bidan Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Syntax Literate, Vol. 5 No. 7, Juli 2020 275 dan sesuai
kebutuhannya. Selain itu, ASI dapat meningkatkan kekebalan tubuh sehingga bisa menjadi pelindung (imun) bagi bayi dari semua jenis
infeksi. (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2018). Menurut World Health Organization (WHO, 2017), Air Susu Ibu (ASI) diberikan
pada bayi baru lahir hingga 6 bulan tanpa makanan serta minuman lain, kecuali vitamin, obat yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan karena
alasan medis disebut ASI eksklusif. Bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif beresiko terserang diare.
Pemberian susu formula juga bisa mengakibatkan resiko terserang diare hingga mengakibatkan terjadinya gizi buruk karena
kandungan zat gizi dalam susu formula yang tidak cukup memenuhi kebutuhan bayi (Kemenkes, 2014). Menurut Depkes RI, bahwa
perkembangan otak anak delapan puluh persen dimulai sejak didalam kandungan hingga usia 3 tahun, dikenal dengan periode emas. Oleh
5
karena itu pada masa ini dibutuhkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan serta bisa dilanjutkan hingga anak berusia 2 tahun, karena ASI
mengandung karbohidrat, protein, mineral, dan lemak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan bayi (Kemenkes, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di di Amerika Serikat bahwa bayi yang mendapatkan ASI eksklusif 6 bulan lebih
rendah mengalami ISPA (infeksi saluran pernafasan) sebesar 72%, lebih rendah mengalami diabetes dengan resiko 30% dan lebih rendah
mengalami otitis media dengan resiko 50%. Selain itu, ASI juga dapat menurunkan resiko SIDS (sudden infant death syndrome) sebesar 36%
(American Academy of Pediatrics, 2012). Mengingat banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dengan pemberian ASI eksklusif kepada bayi
selama 6 bulan maka badan kesehatan dunia United Nation Children Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO)
merekomendasikan agar bayi yang lahir hanya mendapatkan ASI dari ibunya selama 6 bulan. Begitupun Indonesia, Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 450/MENKES/SK/IV/2017 sebagai peraturan tentang pentingnya ASI eksklusif bagi bayi dan Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 33 tahun 2012. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), bahwa hanya 44% dari bayi baru lahir di dunia yang mendapat
ASI dalam waktu satu jam pertama sejak lahir, masih sedikit juga bayi di bawah usia 6 bulan menyusu secara eksklusif. Cakupan pemberian
ASI eksklusif di Asia Selatan 47%, Amerika Latin dan Karibia 32%, Asia Timur 30%, Afrika Tengah 25%, dan Negara berkembang 46%.
Secara keseluruhan, kurang dari 40% anak di bawah usia 6 bulan di beri ASI eksklusif (WHO, 2015) Hal tersebut belum sesuai dengan target
WHO yaitu meningkatkan pemberian ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama sampai paling sedikit 50%. Ini merupakan target ke lim a WHO di
tahun 2025 (WHO, 2014) Menurut data pemantauan status gizi di Indonesia pada tahun 2017 menunjukan cakupan pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan pertama oleh ibu kepada bayinya masih sangat rendah yakni 35,7%. Artinya ada 65% bayi yang tidak diberikan ASI Emah
Rohemah 276 Syntax Literate, Vol. 5 No. 7, Juli 2020 secara eksklusif selama 6 bulan saat lahir. Angka ini cukup jauh dari target cakupan
ASI eksklusif pada 2019 yang ditetapkan oleh WHO ataupun Kementrian Kesehatan yaitu 80% (Kemenkes RI, 2017) Berdasarkan Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2017 cakupan ASI eksklusif di Jawa Barat sebesar 53,0%. Sedangkan untuk Kab. Cirebon presentase
bayi yang mendapatkan ASI eksklusif terhadap bayi umur 0-6 bulan sebesar 32,79%.
Angka pemberian ASI eksklusif tersebut masih rendah karena target cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan
adalah 80% (Kemenkes, 2015). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Jamblang diperoleh bahwa cakupan
pemberian ASI eksklusif Puskesmas Jamblang pada tahun 2019 sudah mencapai target pemberian ASI eksklusif yaitu 40%, namun belum
mencapai target yang ditetapkan WHO dan Kemenkes sebesar 80%, dimana cakupan pemberian ASI eksklusif Puskesmas Jamblang pada
tahun 2019 sebesar 46,3%. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap pegawai bagian Koordinator Gizi (Nutrisionis)
Puskesmas Jamblang Kabupaten Cirebon diketahui bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif tahun 2019 mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya sebesar 7,9%, dimana pada tahun 2018 sebesar 54,2% dan tahun 2019 sebesar 46,3%. Beliau juga menyebutkan bahwamasih
sedikit ibu-ibu yang menyusui secara eksklusif. Anggapan ibu-ibu selama ini adalah makanan pendamping ASI lebih bisa membuat bayi lebih
sehat, tidak rewel dan juga faktor kebudayaan dan tradisi yang menyebabkan rendahnya pemberian ASI eksklusif. Ibu-ibu juga meyakini
bahwa makanan tersebut dapat membuat bayi cepat kenyang, cepat gemuk, dan tidak mudah sakit. Berbagai faktor yang mempengaruhi
keberhasilan ASI eksklusif seperti faktor pengetahuan ibu, faktor psikologis, faktor fisik ibu, faktor sosial budaya, faktor dukungan tenaga
6
kesehatan, serta faktor dukungan keluarga.
Faktor dukungan tenaga kesehatan khususnya bidan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ASI eksklusif. Hal tersebut sesuai
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 tahun 2012, yang menyebutkan bahwa Bidan bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan terkait
ASI eksklusif serta memberikan support pada ibu menyusui yang dimulai sejak proses kehamilan, saat pertama kali ibu menyusui hingga
dengan selama ibu menyusui. Dukungan yang diberikan Bidan juga dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri pada ibu untuk terus
memberikan ASI eksklusif pada bayinya (Alianmoghaddam, Phibbs, & Benn, 2017). Sistem Kekebalan Tubuh (Imunitas)
2.2 Imunisasi
suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
(IDL) pada bayi sesuai target RPJMN (target tahun 2019 yaitu 93%),
dengan imunisasi, tetapi dapat dirasakan oleh : Anak, yaitu mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat
bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman. c. Negara, yaitu memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang
7
kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara (Proverawati, 2010 : 5-6).
Imunisasi dasar lengkap terdiri dari vaksin hepatitis B, BCG, Polio, DPT, Hib, dan campak atau MR. Ketahui jadwal imunisasi
yang sesuai dengan usia anak Anda. Imunisasi dilakukan untuk mencegah penyakit, kecacatan, dan kematian dari wabah yang dapat dicegah
dengan memberikan vaksin tertentu ke dalam tubuh manusia. Penyakit-penyakit tersebut, yakni tuberkulosis (TBC), hepatitis B, difteri,
pertusis, tetanus, polio, campak, pneumonia, rubella, dan lain-lain.Sayangnya, data Kementerian Kesehatan RI pada 2014-2016 lalu
menyatakan sedikitnya 1,7 juta anak Indonesia belum mendapatkan imunisasi, terlambat imunisasi atau belum lengkap status imunisasinya.
Hal ini membuat anak-anak tersebut dan lingkungannya mudah tertular penyakit berbahaya di atas karena tidak adanya kekebalan terhadap
penyakit tersebut.
Menurut Kemenkes, imunisasi dasar lengkap merupakan penyuntikkan vaksin tertentu yang diberikan kepada bayi sesuai dengan usianya.
5. Bayi usia 4 bulan: DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV atau Polio suntik, dan Rotavirus
Kemenkes dan IDAI mengingatkan bahwa memberikan imunisasi dasar lengkap saja tidak cukup. Anak juga harus melakukan
imunisasi rutin lengkap dengan melanjutkan jadwal imunisasi dasar dengan imunisasi lanjutan.Untuk imunisasi lanjutan bagi bayi di bawah 2
tahun, jenis imunisasi yang perlu diberikan adalah DPT-HB-Hib dan campak/MR yang diberikan saat usianya 18 bulan. Setelah itu, anak
kelas 1 SD atau sederajat kembali diberikan imunisasi DPT (vaksin DPT tanpa pertusis) dan MR. Terakhir, anak kelas 2 SD atau sederajat
diberikan vaksin Td (mirip dengan vaksin DPT).Sedangkan di kondisi pandemi Covid-19, pengurus pusat Ikatan Dokter Anak
Indonesia memberikan rekomendasi pemberian imunisasi wajib sebagai berikut.Jadwal imunisasi dasar untuk bayi:
6. Usia 9 bulan: MR I
8
Dapat ditambah dengan imunisasi lain seperti berikut:
IDAI menambahkan, pada wilayah dengan penularan luas Covid-19, jika tidak memungkinkan imunisasi maka dapat ditunda 1 bulan, namun
segera diberikan sesuai jadwal bila situasi memungkinkan. Para orangtua harus tanggap dengan pemberian vaksin pada anak dan hindari telat
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan pada bulan September 2021 atau selama kurang lebih 3 minggu yang
dimulai dari perencanaan hingga pelaksanaan dan evaluasi. Observasi awal dilaksanakan pada tanggal 02 September 2020 untuk mengetahui
secara isu terkini dan permasalahan di masyarakat Indonesia. Beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan dalam program pengabdian kepada
Tim pelaksanaan kegiatan Pengabdian masyarakat ini merupakan. Ketua tim pelaksana merupakan dosen pembimbing praktik komunitas
sedangkan anggota tim merupakan mahasiswa kelompok 2 Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Sekolah Tinggi Ilmu
9
1. Ketua Panitia : Irma Jayatmi S.ST. M.,Kes Menyusun konsep kegiatan mulai dari tema, perencanaan
hingga evaluasi
2. Ketua Pelaksana : Lia Amelia Menyusun dan melaksanakan konsep kegiatan mulai dari
4. Bendahara : Hilda Mengatur keuangan dan dana dana kegiatan serta menyusul
5. Seksi Acara : Indah Kresna Mulya dan Evy Sulfiyati Mengatur jalannya kegiatan pengabdian kepada
6. Seksi Humas : Ita Rosliana dan Ardya Garini Melakukan komunikasi dan persuasi publik terkait
7. Seksi Perlengkapan : Fitriyani Dewi Nurlitawati Menyediakan sarana prasarana pendukung terlaksananya
8. Seksi Dokumentasi : Yeni Mulyani Mendokumentasikan kegiatan ke dalam bentuk foto dan
video
Demi terlaksananya kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dengan tema “Sayangi buah hati dengan Asi Esklusif dan Imunisasi
dasar lengkap untuk masa depan yg ceria” berikut adalah uraian anggaran biaya kegiatan:
*Terlampir
3.4 Jadwal
Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat P.S. Kebidanan Program Sarjana Terapan –STIKIM
10
I II III IV
BAB IV
Terlaksananya webinar dengan topic “Sayangi Buah Hati dengan Asi Esklusif dan Imunisasi Dasar Lengkap untuk Masa
b) Keikutsertaan peran ibu dalam meningkatkan imunitas bayi melalui imunisasi dasar lengkap
Pada webinar ini juga terjadi diskusi/tanya jawab yang interaktif, antara partisipan dan para narasumber. Dimana partisipan sebanyak
Pelaksanaan di lakukan
LinkZoom: https://us02web.zoom.us/j/87212837624?pwd=WWVpZW9GNGVEWXFnSWUzREF4dWM2QT09#success
11
BAB V
5.1 Kesimpulan
Kegiatan berjalan dengan baik diikuti oleh antusiasme peserta yang hadir di link zoom selama kegiatan berlangsung. Hal ini dapat
dilihat dari keaktifan dan peran peserta dalam mencoba dan memberikan pertanyaan kepada Tim pengabdian hingga akhir kegiatan.
5.2 Saran
Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa webinar seperti ini
5.3 Penutup
Demikian Laporan singkat ini kami buat sebagai bentuk pertanggung jawaban kinerja dan keungan kami atas kegiatan webinar
ini. Kami Panitia Webinar dengan tema “Sayangi Buah Hati dengan Asi Esklusif dan Imunisasi Dasar Lengkap untuk Masa Depan
yang Ceria” dalam memenuhi Tri Dharma Perguruan Tinggi melalui kegiatan pengabdian masyrakat berharap dengan pelaksanaan kegiatan
webinar ini dapat memberikan manfaat bagi yang mengikuti webinar ini baik masyarakat umum, mahasiswa/mahasiswi, dosen yang telah
mengikuti webinar.
Masih banyak hal yang perlu kita benahi, untuk itu kami mohon maaf apabila terdapat hal-hal yang kurang berkenan dan
12
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto S 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta.
Anatasia R 2018, Fatwa MUI, Vaksin MR Haram Karena Mengandung Babi, Tapi Boleh Dipakai Jika Terpaksa, vieweed 12 Oktober
2019,
https://www.tribunnews.com/kesehatan/2018/08/21/fatwa-mui-vaksin-mr-haram- karenamengandung-babi-tapi-boleh-dipakai-
jikaterpaksa
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI, Hasil Riskesdas 2013, viewed 21 Agustus 2019,
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&eChininta, et al
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi hepatitis b 0-7 hari di kota banjarmasin‟, Jurnal Berita Kedokteran
Soedjatmiko 2013, Tanya Jawab Orangtua Mengenai Imunisasi IDAI, viewed 15 Oktober 2019,
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/tanya-jawab-orangtua-mengenai imunisasi
Triana V 2016, „Faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi
WHO 2019, Bagaimana Sistem Imunitas Bekerja. Viewed 12 Oktober 2019, http://in.vaccinesafety-training.org/how-the-immune-system
Lampiran 1
1. Ketua
c. NIDN : 0314058801
e. Jabatan Struktural : Kepala P3M (Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat)
g. Departemen/Fakultas : Kebidanan
i. Alamat Rumah dan No. Telp : Perumahan Ambar Cibinong Residence Blok B2/14
j. Riwayat penelitian (2 terakhir yang : 1. Perbedaan Pengaruh Baby Spa dan Baby Massage terhadap Tumbuh
Kembang Bayi Usia6-12Bulan diPosyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec.
didanai STIKIM atau nasional, sebutkan
SukarajaKab. Bogor Tahun2019 (Hibah Dikti 2019)
sebagai Ketua atau Anggota) 2.Pengaruh Kualitas Lingkungan Pengasuhan dan Kelekatan Ibu-Anak di
Masa Pandemi Covid-19 terhadap Perkembangan Sosial Emosi Anak Balita
Usia 3-5 Tahun di Paud Wilayah Cilodong (Hibah Internal STIKIM 2020)
m. Paten (2 terakhir) :
Lampiran 2
“Sayangi Buah Hati dengan Asi Esklusif dan Imunisasi Dasar Lengkap Untuk Masa Depan Yang Ceria”
SUSUNAN ACARA
14
12.45-13.00 Host, MC, moderator, operator, narasumber memasuki zoom meeting Operator (fitriani, AMd. Keb)
Opening Vidio
13.20-13.25 Pembacaan Tata Tertib Mini Webinar MC: Indah Kresna M, AMd. Keb
13.35-13.40 Opening Speech dari Wakil Ketua Panitia sekaligus pembukaan webinar secara Lia Amelia, AMd. Keb
resmi
13.40-13.45 Sambutan dari kader RW03 Desa Cibatok 1 Ibu Latifatul Badriah
13.45-13.50 Absensi Peserta dan Pre test MC: Indah Kresna M, AMd. Keb
13.50-13.55 Pembacaan CV Moderator Ibu Evy Sulfianti, AMd. Keb MC: Indah Kresna M, AMd. Keb
15.30-15.35 Penyerahan e-sertifikat kepada Narasumber & Moderator yang akan diserahkan MC: Indah Kresna M, AMd. Keb
15.35-15.40 Sesi Foto Bersama dengan Pembicara dan seluruh peserta MC: Indah Kresna M, AMd. Keb
15
15.45-15.50 Evaluasi & Post Test MC: Indah Kresna M, AMd. Keb
Penutup
Closing Vidio
Lampiran 3
“Sayangi buah hati dengan AsiEsklusif dan Imunisasi dasar lengkap untuk masa depan yg ceria”
3. Ai Badriah, Amd.Keb
16
Lampiran 4
ANGGARAN BIAYA
“Sayangi buah hati dengan AsiEsklusif dan Imunisasi dasar lengkap untuk masa depan yg ceria”
17
1 BIAYA DOORPRIZE PULSA 50 Rbx10 Org 500.000
18
Lampiran 5
DOKUMENTASI KEGIATAN
Webinar
1 MC Acara
2 Menyanyikan
Indonesia Raya
19
3 Sambutan
Lia Amelia
4 Peserta Webinar
5 Narasumber 1
Imunisasi Dasar
20
3 Narasumber 2
Ai Badriah, Amd.Keb
4 Materi 1
21
6 Materi 2
Lampiran 6
22
10/2/2021 13.31.11 Puspita Oktapiani Putri 081313567640 Bogor Peserta
01
panjang
10/2/2021 13.31.32 Triana Murti Adji, AMK 081997555758 Artzimar 2, Bangbarung Peserta
Leuwiliang Bogor
10/2/2021 13.31.37 Erna yulianti 0895348100311 Kp jadipa rt 003 rw 006 desa Peserta
petir
10/2/2021 13.32.31 Latifatul Badriyah 081388490735 Kp. Rawasari Rt 01/04 Desa Peserta
23
10/2/2021 13.32.58 Sri ayu juneriah 081383826701 Kp. Suka sari rt 02 /02 ds. Peserta
Cileungsi
Mahaputri Husnahaya
Santosa
10/2/2021 13.33.11 Iyar Budiarti 085714751109 Kp. Cimanggu rt02/07 desa. Peserta
03/08,kel: baktijaya,Kec
24
10/2/2021 13.37.23 May Martini, Amd. Keb 085882390205 Bogor timur Peserta
10/2/2021 13.47.54 Siti Rahayu 085714663207 kp sirna galih 03/05 dsa karack Peserta
kcmtn lwiliang
Bogor
25
10/2/2021 14.36.13 Putri octaviani 0895343143795 Kp. Bobojong Petir Peserta
10/2/2021 14.44.10 Aan Rostiawati 089514466377 Kp.babakan gg.salak rt2/2 desa Peserta
10/2/2021 14.45.32 Aan Rostiawati 089514466377 Kp.babakan gg.salak rt 2/2 desa Peserta
Peserta
10/2/2021 15.19.51 Seliyana ada ferdani 087744406244 Perum visar indah pratama 2 Peserta
26
Lampiran 7
NO KETERANGAN FOTO
Lampiran 8
Nara Sumber 1
27
CV Irma Jayatmi, SST, M.Kes, CHE
Hp : 087889990741
E-mail : irmajayatmi@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
Nara Sumber 2
CV Ai Badriah, Amd.Keb
3 anak
Hp : 085711597888
E-mail : aibadriah.ab@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
Tahun 2005 : Bidan Pendidik Jenjang Diploma 111 Kebidanan STIKES DHB Bandung
28
Tahun 2021 :Tercatat Sebagai Siswa Program Sarjana Terapan Kebidanan STIKIM Jakarta sampai Sekarang
Moderator
Ciampea, Bogor
Hp : 081299327450
Email : evysulfiany@gamil.com
Pendidikan :
Organisasi :
Pekerjaaan :
29