Anda di halaman 1dari 6

Sekolah : SMA Negeri 10 Tidore Kepulauan

Kelas/Semester : XI / Ganjil
Tema : Teks Eksplanasi
Sub Tema : Menganalisis struktur dan kaidah kebahasaan teks eksplanasi
Pembelajaran ke- : 1
Alokasi Waktu : 10 menit

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui pendekatan STEAM dan Saintific-TPACK dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning, tujuan pembelajaran ini yaitu:
1. Peserta didik mampu menganalisis struktur teks eksplanasi
2. Peserta didik mampu menganalisis kaidah kebahasaan teks eksplanasi

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan (Problem Based Learning) Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru mengucapkan salam, menyiapkan kelas dan berdoa, memeriksa 2 menit
kehadiran, apersepsi, menyampaikan KD/ tujuan pembelajaran,
menyampaikan manfaat pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari
Kegiatan Inti Fase 1 Orientasi peserta didik pada masalah 5 menit
Guru menampilkan gambar, peserta didik mengamati dan mengajukan
permasalahan dalam pembelajaran
Fase 2 Mengorganisasi peserta didik belajar
1. Guru membagi peserta didik ke dalam kelompok diskusi
2. Guru membagikan LKPD
Fase 3 Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
1. Peserta didik berdiskusi menganalisis struktur dan kaidah kebahasaan
teks eksplanasi
2. Guru mengamati kegiatan peserta didik dan membimbing peserta didik
yang mengalami kesulitan
Fase 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
1. Peserta didik menyelesaikan seluruh kegiatan yang ada dalam LKPD
2. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusinya mengenai kegiatan
yang ada dalam LKPD
Fase 5 Menganalisis dan mengevaluasi
1. Guru memberikan konfirmasi jawaban hasil kegiatan LKPD
2. Peserta didik mengerjakan evaluasi pembelajaran
Penutup 1. Guru bersama peserta didik menyimpulkan mengenai hal-hal yang 3 menit
telah dipelajari (penguatan)
2. Guru bersama peserta didik merefleksi seluruh kegiatan
pembelajaran.
3. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya.
4. Guru menutup pembelajaran dengan salam.

C. PENILAIAN PEMBELAJARAN
1. Teknik Penilaian:
a. Sikap : Observasi
b. Pengetahuan : Tes tertulis
2. Bentuk Penilaian:
a. Sikap : Lembar observasi (terlampir)
b. Pengetahuan : Esai (terlampir)

Tidore Kepulauan, 17 April 2022

Mengetahui
Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran,

Ilham Zulhidayat Bursan, S.Pd.


NIP. 199108082019031005

Hal. 1 RPP Bahasa Indonesia KD. 3.4


LAMPIRAN 1. INSTRUMEN PENILAIAN

A. Lembar Observasi Penilaian Sikap

Hari :
Tanggal :
Kelas :

Aspek Perilaku yang Dinilai


No. Nama Siswa Jumlah Skor Skor Sikap Kode Nilai
TJ KJ PA KR
1 … 75 75 75 75 300 75 B
2 … ... ... ... ... ... ...
3 … ... ... ... ... ... ...
4 … ... ... ... ... ... ...
5 … ... ... ... ... ... ...

Keterangan:
1. TJ : Tanggung Jawab (dalam mengerjakan tugas)
2. KJ : Kerja Sama (dalam mengerjakan tugas kelompok)
3. PA : Pro Aktif (dalam menyatakan pedapat)
4. KR : Kreatif (dalam mengerjakan tugas)

Catatan:
1. Aspek perilaku dinilai dengan kriteria:
100 = Sangat Baik
75 = Baik
50 = Cukup
25 = Kurang
2. Skor maksimal = jumlah sikap yang dinilai dikalikan jumlah kriteria = 100 x 4 = 400
3. Skor sikap = jumlah skor dibagi jumlah sikap yang dinilai = 200 : 4 = 66,66
4. Kode nilai / predikat:
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (A) 25,01 – 50,00 = Cukup (C)
50,01 – 75,00 = Baik (B) 00,00 – 25,00 = Kurang (D)

B. Penilaian Pengetahuan
1. Kisi-kisi soal
No. KD IPK Indikator Soal Level No. Bentuk
Kognitif Soal soal
1. 3.4 Menganalisis • Menganalisis • Peserta didik C4 1 Esai
struktur dan kaidah struktur yang disajikan teks
kebahasaan teks membangun teks eksplanasi
eksplanasi eksplanasi kemudian
menganalisis
struktur yang
membangun teks
eksplanasi
tersebut
• Menganalisis • Peserta didik C4 2 Esai
kaidah disajikan teks
kebahasaan yang eksplanasi
digunakan dalam kemudian
teks eksplanasi menganalisis
kaidah
kebahasaan yang
digunakan dalam
eksplanasi
tersebut

Hal. 2 RPP Bahasa Indonesia KD. 3.4


2. Soal

Bacalah teks eksplanasi berikut!


Demonstrasi
Akhir-akhir ini demonstrasi kerap terjadi hampir setiap waktu dan terjadi di berbagai tempat. Bahkan,
demonstrasi sudah menjadi fenomena yang lumrah di tengah-tengah masyarakat. Menanggapi fenomena tersebut,
seorang kepala daerah menyatakan bahwa sebab demonstrasi dan anarkisme tidak lain adalah faktor laparnya
masyarakat. Lantas ia mencontohkan rakyat Malaysia dan Brunei yang adem ayem, lantaran kesejahteraan mereka
terpenuhi maka demonstrasi di negara-negara itu jarang terjadi.
Tentu saja komentar tersebut menyulut reaksi para mahasiswa. Mereka memprotes dan meminta sang
bupati mencabut kembali pernyataannya. Para mahasiswa tidak terima dan tidak merasa memiliki motif serendah
itu. Mereka berpendirian bahwa demonstrasi yang biasa mereka lakukan adalah murni untuk memperjuangkan
kebenaran dan melawan kemungkaran yang terjadi di hadapan mereka.
Demonstrasi massa tidak selalu disebabkan oleh urusan perut, bahkan banyak peristiwa yang sama sekali
tidak didasari oleh motif itu. Oleh sebab itu, dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia, Abraham Maslow
membaginya ke dalam beberapa tingkatan. Kebutuhan yang paling mendasar adalah makan dan minum.
Sementara itu, yang paling puncak adalah kebutuhan akan aktualisasi diri.
Namun demikian, pada umumnya demonstrasi massa justru lebih didasari oleh kebutuhan tingkatan akhir
itu. Masyarakat berdemonstrasi karena membutuhkan pengakuan dari pemerintah ataupun pihak-pihak lain agar
hak-hak dan eksistensi mereka diakui. Karena merasa dibiarkan, hak-haknya diingkari, bahkan dinistakan,
kemudian mereka berusaha untuk menunjukkan jati dirinya dengan cara berdemonstrasi.
Banyak fakta dapat membuktikannya. Demonstrasi massa pada awal reformasi di negeri ini pada tahun
1997–1998, bukan dilakukan oleh rakyat miskin ataupun orang-orang lapar, akan tetapi merupakan gerakan yang
dilakukan oleh masyarakat dari kalangan menengah ke atas, dalam hal ini adalah mahasiswa dan golongan
intelektual. Belum lagi jika merujuk pada kasus-kasus yang terjadi di luar negeri. Dalam beragam skala (besar
atau kecil), demonstrasi bukan hal aneh lagi bagi negara-negara Eropa. Demonstrasi yang mereka lakukan sudah
tentu tidak didorong oleh kondisi perut yang lapar karena mereka pada umumnya dalam kondisi yang sangat
makmur. Pada akhirnya, dapat dikatakan bahwa demosntrasi terjadi karena adanya kesadaran kritis sebagai sebuah
respon terhadap satu masalah yang krisis.
Dengan fakta semacam itu, nyatalah bahwa kemiskinan bukanlah penyebab utama untuk terjadinya
gelombang demonstrasi. Akan tetapi, fenomena tersebut lebih disebabkan oleh kemampuan berpikir kritis dari
warga masyarakat. Mereka tahu akan hak-haknya, mengerti pula bahwa di sekitarnya telah terjadi pelanggaran
dan kesewenang-wenangan. Mereka kemudian melakukan protes dan menyampaikan sejumlah tuntutan. Apabila
faktor-faktor itu tidak ada di dalam diri mereka, apapun yang terjadi di sekitarnya, mereka akan seperti kerbau
dicocok hidung: Manggut-manggut dan berkata "ya" pada apa pun tindakan dari pimpinannya meskipun
menyimpang dan bahkan menzalimi mereka sendiri.

1. Analisislah struktur teks eksplanasi di atas pada tabel berikut!


No. Paragraf Pernyataan Isi
1 Pernyataan umum
2 Urutan peristiwa Proses kejadian
3 Interpretasi

2. Daftarlah kaidah kebahasaan yang digunakan teks eksplanasi di atas pada tabel berikut!
No. Paragraf Bukti Penggunaan
1 Konjungsi kausalitas
2 Konjungsi kronologis
3 Istilah teknis
4 Kopula

Rubrik Penilaian 1
Aspek Kriteria Penilaian Skor
Pernyataan umum Menganalisis pernyataan umum dengan lengkap 3
Menganalisis pernyataan umum cukup lengkap 2
Menganalisis pernyataan umum kurang lengkap 1
Urutan peristiwa/ Menganalisis urutan peristiwa dengan lengkap 3
kejadian Menganalisis urutan peristiwa cukup lengkap 2
Menganalisis urutan peristiwa kurang lengkap 1
Interpretasi Menganalisis interpretasi dengan lengkap 3
Menganalisis interpretasi cukup lengkap 2
Menganalisis urutan peristiwa kurang lengkap 1

Hal. 3 RPP Bahasa Indonesia KD. 3.4


Rubrik Penilaian 2
Aspek Kriteria Penilaian Skor
Konjungsi kausalitas Menyebutkan 3 konjungsi kausalitas dengan benar 3
Menyebutkan 2 konjungsi kausalitas dengan benar 2
Menyebutkan 1 konjungsi kausalitas dengan benar 1
Konjungsi kronologis Menyebutkan 3 konjungsi kronologis dengan benar 3
Menyebutkan 2 konjungsi kronologis dengan benar 2
Menyebutkan 1 konjungsi kronologis dengan benar 1
Istilah teknis Menyebutkan 3 istilah teknis dengan benar 3
Menyebutkan 2 istilah teknis dengan benar 2
Menyebutkan 1 istilah teknis dengan benar 1
Kopula Menyebutkan 3 kopula dengan benar 3
Menyebutkan 2 kopula dengan benar 2
Menyebutkan 1 kopula dengan benar 1

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


Nilai: + 100
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

Hal. 4 RPP Bahasa Indonesia KD. 3.4


LAMPIRAN 2. MATERI AJAR

A. Struktur Teks Eksplanasi

Teks eksplanasi memiliki struktur baku sebagaimana halnya jenis teks lainnya. Sesuai dengan karakteristik umum
dari isinya, teks eksplanasi dibentuk oleh bagian-bagian berikut.

1. Identifikasi fenomena (phenomenon identification), mengidentifikasi sesuatu yang akan diterangkan. Hal itu
bisa terkait dengan fenomena alam, sosial, budaya, dan fenomena-fenomena lainnya.
2. Penggambaran rangkaian kejadian (explanation sequence), memerinci proses kejadian yang relevan dengan
fenomena yang diterangkan sebagai pertanyaan atas bagaimana atau mengapa.
a. Rincian yang berpola atas pertanyaan “bagaimana” akan melahirkan uraian yang tersusun secara
kronologis ataupun gradual. Dalam hal ini fase-fase kejadiannya disusun berdasarkan urutan waktu.
b. Rincian yang berpola atas pertanyaan “mengapa” akan melahirkan uraian yang tersusun secara
kausalitas. Dalam hal ini fase-fase kejadiannya disusun berdasarkan hubungan sebab akibat.
3. Ulasan (review), berupa komentar atau penilaian tentang konsekuensi atas kejadian yang dipaparkan
sebelumnya.

B. Kaidah Kebahasaan Teks Eksplanasi

Berdasarkan kaidah kebahasaan secara umum, teks eksplanasi sama dengan kaidah pada teks prosedur.
Sebagai teks yang berkategori faktual (nonsastra), teks eksplanasi menggunakan banyak kata yang bermakna
denotatif. sebagai teks yang berisi paparan proses, baik itu secara kausalitas maupun kronologis, teks tersebut
menggunakan banyak konjungsi kausalitas ataupun kronologis.
Berikut ini struktur teks eksplanasi, yaitu:
a. Konjungsi kausalitas, antara lain: sebab, karena, oleh sebab itu, oleh karena itu, sehingga.
b. Konjungsi kronologis (hubungan waktu), seperti: kemudian, lalu, setelah itu, pada akhirnya.
c. Menggunakan istilah teknis untuk menjelaskan sesuatu.
d. Menggunakan kopula, seperti: adalah, merupakan, yaitu, bahwa.

Sumber:
- Buku Bahasa Indonesia untuk siswa terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
- ruangguru.com/teks eksplanasi

Hal. 5 RPP Bahasa Indonesia KD. 3.4


LAMPIRAN 3. LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

KEGIATAN 1 (LITERASI)

Bacalah teks eksplanasi berikut ini!


Banjir
Mendengar kata banjir memang sudah tidak asing lagi terdengar ditelinga kita. Banjir adalah fenomena
alam yang bersusmber dari curah hujan dengan intensitas tinggi dan durasi lama pada daerah aliran sungai (DAS).
Banjir dapat terjadi karena alam dan tindakan manusia. Penyebab alami banjir adalah erosi dan sedimentasi, curah
hujan, pengaruh fisiografi/geofisik sungai, kapasitas sungai, drainase lahan, dan pengaruh air pasang. Penyebab
banjir karena tindakan manusia adalah perubahan tata guna lahan, pembuangan sampah, kawasan padat penduduk
di sepanjang sungai, dan kerusakan bangunan pengendali banjir.
Sebagai akibat perubahan tata guna lahan, terjadi erosi sehingga sedimentasi masuk ke sungai dan daya
tampung sungai menjadi berkurang. Hujan yang jatuh ke tanah airnya akan menjadi aliran permukaan (run-off) di
atas tanah dan sebagian meresap ke dalam tanah, yang tentunya bergantung pada kondisi tanahnya. Ketika suatu
kawasan hutan diubah menjadi permukiman, hutan yang bisa menahan aliran permukaan cukup besar diganti
menjadi permukiman dengan resistensi aliran permukaan kecil. Akibatnya ada aliran permukaan tanah menuju
sungai dan hal ini berakibat adanya peningkatan debit aliran sungai yang besar.
Perubahan tata guna lahan merupakan penyebab utama banjir dibandingkan dengan yang lainnya. Apabila
suatu hutan yang berada dalam suatu aliran sungai diubah menjadi permukiman, debit puncak sungai akan
meningkat antara 6 sampai 20 kali. Angka 6 dan angka 20 ini bergantung pada jenis hutan dan jenis permukiman.
Demikian pula untuk perubahan yang lainnya akan terjadi peningkatan debit puncak yang signifikan. Deforestasi,
degradasi lingkungan, dan pembangunan kota yang penuh dengan bangunan beton dan jalan-jalan aspal tanpa
memperhitungkan drainase, daerah resapan, dan tanpa memperhatikan data intensitas hujan dapat menyebabkan
bencana alam banjir.
Pembuangan sampah di DAS membuat sungai tersumbat sampah. Jika air melimpah, air akan keluar dari
sungai karena daya tampung saluran berkurang. Kawasan padat penduduk di sepanjang sungai/drainase dapat
menjadi penghambat aliran dan daya tampung sungai. Masalah kawasan kumuh dikenal sangat penting sebagai
faktor sosial terhadap masalah banjir daerah perkotaan.
Banjir memang telah menjadi salah satu bencana yang menyebabkan kerusakan besar bagi manusia.
Kerusakan terbesar terjadi saat banjir tersebut terjadi di permukiman penduduk sehingga menyeret dan merusak
apa saja yang dilaluinya. Oleh sebab itu, kita harus selalu waspada dan mempersiapkan diri menghadapi bencana
ini.

Sumber: ruangguru.com

KEGIATAN 2 (DISKUSI KELOMPOK)

5. Diskusikanlah struktur yang membangun teks eksplanasi di atas. Tulislah jawaban kalian sesuai dengan tabel
berikut!

Struktur yang membangun Alasan/ gagasan Bukti

6. Diskusikanlah kaidah kebahasaan yang digunakan dalam teks eksplanasi di atas. Tulislah jawaban kalian
sesuai dengan tabel berikut!

Kaidah kebahasaan Alasan/ gagasan Bukti

Hal. 6 RPP Bahasa Indonesia KD. 3.4

Anda mungkin juga menyukai