Anda di halaman 1dari 17

KONTINER DAN PERTUMBUHAN SEMAI SENGON BUTO (Enterolobiu

cyclocarpu,)
(Laporan Praktikum Silvikultur)

Oleh

Aulia Antarini Taufani


1914151054

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) sangat membutuhkan bibit yang


berkualitas tinggi yang diproduksi dari persemaian. Kualitas bibit yang diproduksi di
persemaian sangat tergantung kepada media tumbuh dan kontainer yang digunakan.
Sampai saat ini. kontainer yang digunakan adalah kantong plastik, pottray, poly tube
dan lain-lain yang merupakan kontainer yang tidak ramah lingkungan. Penggunaan
kontainer tersebut menimbulkan permasalahan pada saat penanaman, yaitu bekas-
bekas kontainer ini menimbulkan limbah yang mengganggu lingkungan. Penggunaan
kontainer ini juga mempengaruhi pertumbuhan bibit di lapangan, karena pada saat
penanaman bibit dengan media tumbuhnya harus dikeluarkan dari kontainernya.
Proses pengeluaran bibit dari kontainernya dapat menimbulkan kerusakan bibit,
terutama perakarannya sehingga pertumbuhan bibit akan terganggu (Wilarso, S dkk,
2008).

Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan penggunaan kontainer yang langsung


dapat ditanam bersama bibit di lapangan penanaman. Kontainer yang berwawasan
lingkungan ini dapat dibuat dari limbah bahan organik (serasah, serbuk gergaji, kertas
bekas dan lain-lain) dan perekat alami. Mengingat prospek pemakaian kontainer yang
bersahabat dengan lingkungan akan semakin diperlukan serta peluang jadi komoditi
yang dapat dipasarkan di tempat nasional maupun internasional, maka diperlukan
penelitian yang mendasar dalam hal pembuatan prototipe kontainer tanaman
yang berwawasan lingkungan yang memenuhi standar baku tertentu (Akhir. J, 2005).
1.2 Tujuan Praktikum

Praktikum ini memiliki tujuan diantaranya adalah untuk mengetahui pengaruh


kontiner terhadap pertumbuhan semai.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kontiner

Kontiner adalah sebuah wadah atau tempat yang digunakan dengan maksud untuk
mempersiapkan semai agar memiliki kondisi yang optimal pada waktu penanaman.
Penetapan penggunaan kontiner dalam penyiapan bibit harus di pertimbangkan secara
matang, karena ini berkaitan dengan biaya operasional. Pertimbangan tersebut
meliputi kondisi bibit, kemudahan dalam pengemasan dan transportasi, serta nilai
ekonomisnya (Effendi. Z, 2017).

Dengan menggunakan kontiner, bibit akan menjadi lebih mahal, memakan banyak
tempat, dan transportasi lebih mahal. Namun dari sisi lain penggunaan kontiner lebih
menguntungkan, karena tanaman sudah lebih siap untuk diitanam (Effendi. Z, 2017).

2.2 Media Tanam

Media tanam merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan


tanaman. Media yang dapat digunakan yaitu tanah, pasir, arang sekam, dan cocopeat.
Tanah memiliki kemampuan dalam menahan dan menyerap air yang tinggi tetapi
memiliki porositas dan aerasi yang rendah. Tanah merupakan media yang kurang
baik dibandingkan media pasir, serbuk kelapa dan serbuk gergaji. Kondisi ini
dikarenakan kurangnya ruang bernapas benih karena aerasi media yang rendah
(Sudomo, 2012).
Media tanam yang baik harus mempunyai sifat fisik yang baik, dan kelembaban harus
tetap dijaga serta saluran drainasenya juga harus baik. Keseimbangan antara udara
dngan kelembaban berpengaruh penting terhadap pertumbuhan akar. Kelembaban
udara berpengaruh terhadap absorbsi air dan unsur hara pada pertumbuhan bibit wani,
serta suhu yang baik di daerah sekitar perakaran akan membantu proses pembelahan
sel di daerah perakaran secara aktif (Mahardika, 2013).

2.3 Bahan Organik

Bahan organic merupakan bahan yang tersusun oleh komponen unsur unsur C, H, O
dan beberapa yang mengandung unsur N, S, Mg. Ca dan unsure esensial lainnya.
Bahan ini mudah terdekomposisi dan kecepatan dekomposisinya tergantung pada
kandungan C/N rasionya. Semakin tinggi nilai C/N semakin sulit terdekomposisi
(Akhir J dkk, 2018).

Bahan organic ini sangat cocok sekali digunakan sebagai bahan baku kontainer.
Keuntungan yang dapat diperoleh antara lain: tidak mencemari lingkungan, dapat
ditanam langsung dengan semai, ringan dan mudah terdekomposisi (Akhir J dkk,
2018).

2.4 Kertas Bekas

Kertas bekas adalah semua jenis kertas dan karton yang tidak digunakan lagi untuk
sumber serat: biasanya diolah dalam bagian terpisah yang meliputi pembuatan pulp
(bukan melalui pemasakan), penyaringan dan pembersihan (Akhir J dkk, 2018).
Kertas bekas disebut juga sebagai kertas sekunder yang memiliki sifat khas. Sifat
tersebut antara lain adalah stabilitas tinggi, sifat menggulung rendah, dan formasi
kertas yang dihasilkan baik. Serat sekunder akan bertambah baik sifat opasitasnya
bila ditambah bahan pengisi. Adapun kelemahan dari kertas sekunder adalah
kekuatannya lebih rendah, serat yang dihasilkan lebih pendek, kecerahannya lebih
rendah, warna tidak seragam dan kehalusan rendah. Serat sekunder dapat digunakan
untuk berbagai kertas. Pembuatan ini dibatasi oleh sifat sekunder itu sendiri. Adapun
kekurangan dari serat sekunder dapat diatasi dengan penambahan bahan-bahan
tertentu termasuk dengan mencampur dengan serat-serat baru (Akhir J dkk, 2018).

2.5 Sabut Kelapa

Pohon kelapa berbuah sejak umur 5 sampai 10 tahun, tetapi produksi yang optimal
dicapai pada umur 10 tahun. Buah kelapa berbentuk bulat panjang dengan ukuran
sebesar kepala manusia dan beratnya antara satu sampai dua kilogram (Woodroof,
1979). Komposisi buah kelapa terdiri dari 4 bagian, yaitu lebih kurang 35% sabut
(mesocarp) 12% tempurung, 28% daging buah dan 25% air kelapa dari berat total
buah kelapa yang masak (Nursyamsi, 2015).

Berat kering udara rata-rata sabut kelapa yang sudah tua tiap buah lebih kurang 430
gram. Sabut kelapa terdiri dari 2 bagian yaitu sel serat dan sel non serat atau debu
sabut (lazim disebut pith) Komposisi kimia sabut kelapa sebagian besar terdiri dari
selulosa, lignin dan zat ekstraktif (Nursyamsi, 2015).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikumSilvikultur dengan judul Kontiner dan


pertumbuhan semai adalah macam-macam kontiner dari ukuran 35x35 cm, 25x25 cm,
20x20 cm dan gelas plastic, cetok dan alat penyiram. Dan bahan yang digunakan
dalam praktikum ini diantaranya, kecambah sengon buto (Enterolobium
cyclocarpum), media tumbuh yang berupa campuran tanah sekam dan pupuk kandang
dengan perbandinga 1:1:1.

3.2 Waktu dan Tempat

Praktikum Silvikultur materi Pembiakan Vegetatif dilaksanakan secara daring via


Zoom meeting pada hari Sabtu tanggal 12 Desember 2020 pukul 15.30-18.00 WIB,di
rumah masing-masing.

3.3 Cara Kerja

Adapun cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini sebagai berikut.

1. Menyiapkan media tumbuh campuran untuk tanah : sekam, pupuk kandang 1;1;1
2. Menyiapkan kantong plastic dengan ukuran kecil, sedang, besar dan gelas plastic
kemasan yang sudah dilubangi bagian bawahnya dengan ulangan masing-masing
4 kali.
3. Masukkan media tumbuh ke dalam kontiner yang sudah disiapkan
4. Menyapih dan tanamlah semai dari bak perkecambahan ke dalam media tumbuh
yang sudah disiapkan
5. Mengamati dan ukurlah tinggi semai seminggu sekali sampai semai berumur 1
bulan
6. Menulis hasil pengamatan tersebut pada tabel yang tersedia
7. Menghitung persen jadinya
8. Membandingkan hasil pengamatan dari macam-macam kontiner.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil yang diperoleh dari praktikum ini disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengaruh Kontiner Terhadap Pertumbuhan Semai


Perlakuan Tinggi semai (cm) pada Rata-rata Keterangan
minggu ke-
1 2
Polybag K1-1 52 60,5 56,25 Hidup
35x35 K1-2 55 62 58,5 Hidup
K1-3 55 65 60 Hidup
K1-4 57 65 61 Hidup
Rata-rata 54,75 63,2 59
Polybag K2-1 50 53,5 51,75 Hidup
25x25 K2-2 52,5 58 55,25 Hidup
K2-3 48 52 50 Hidup
K2-4 45 48,5 46,75 Hidup
Rata-rata 48,9 53 50,95
Polybag K3-1 37 42,8 40 Hidup
20x20 K3-2 40 45 42,5 Hidup
K3-3 44 48 46 Hidup
K3-4 47 52 49,5 Hidup
Rata-rata 42 47 44,5
Gelas K4-1 25 30 27,5 Hidup
plastic K4-2 22 25 23,5 Hidup
K4-3 21,5 25 23,25 Hidup
K4-4 25 28 26,5 Hidup
Rata-rata 23,3 27 25,15
Rata-rata 42,3 47,55 45
total

Keterangan :
K1 = polybag ukuran 35x35 cm
K2 = polybag ukuran 25x25 cm
K3 = polybag ukuran 20x20 cm
K4 = gelas plastic kemasan

4.2 Pembahasan

Diketahui pada tabel 1 merupakan hasil pengamatan pengaruh kontiner terhadap


pertumbuhan semai, ukuran polybag atau kontiner yang digunakan ialah 35x35cm,
25x25 cm, 20x20 cm, dan ukuran gelas plastik. Dilakukan dengan 4 kali pengulangan
dalam waktu 2 minggu.

Pada tabel 1 dapat dilihat spesimen dengan konriner polybag ukuran 35x35 cm
memberikan pengaruh yang cukup terlihat pada pertumbuhan semai, sebab pada K1-
1-4 menunjukkan pertambahan tinggi yang lumayan cepat, dan terlihat paling tinggi
diantara spesimen yang lain. Menurut (Annapura dkk, 2004) pada polybag yang
berukuran lebih kecil pertumbuhan tanaman terhambat karena cadangan makanan
yang kurang akibat bertambahnya kompetisi baik dengan tanaman pokok semai
maupun dengan gulma. Disamping itu penggunaan wadah yang berukuran kecil
membuat akar semai pertumbuhannya melilit atau tidak normal.

Kontiner memiliki fungsi sebagai wadah atau tempat yang digunakan dengan maksud
untuk mempersiapkan semai agar memiliki kondisi yang optimal pada waktu
penanaman. Penetapan penggunaan kontiner dalam penyiapan bibit harus di
pertimbangkan secara matang, karena ini berkaitan dengan biaya operasional.
Pertimbangan tersebut meliputi kondisi bibit, kemudahan dalam pengemasan dan
transportasi, serta nilai ekonomisnya (Effendi. Z, 2017).

Penggunaan kontiner berbahan dasar kantong plastic memiliki kekurangan dan


kelemahan, menurut (Wahyuningsih. Dkk, 2016). Penggunaan kantung plastik
sebagai wadah media semai adalah pilihan utama mengingat disamping dapat
menghasilkan kualitas bibit yang baik juga memiliki beberapa keuntungan antara lain
biayanya lebih murah, mudah tersedia, dan lebih mudah diterapkan karena sudah
umum dipakai oleh para penangkar bibit tanaman kehutanan. Akan tetapi dalam
penggunaan kantung plastik ini perlu dicari ukuran wadah yang optimal untuk
menghasilkan mutu bibit yang baik sehingga persentase hidup bibit di lapangan bisa
ditingkatkan. Tetapi penggunaan kantong plastic juga memiliki kelemahan
dinataranya masalah lingkungan akibat pencemaran semakin meningkat, baik berupa
kuantitas maupun kualitas. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
pertambahan penduduk dan perilaku sosial masyarakat dalam menangani limbah
plastik. Material plastik tidak mudah hancur atau terdegradasi di alam. Material
plastik banyak digunakan sebagai media tempat wadah semai karena memiliki
keunggulan yaitu tahan terhadap air dan harganya relatif murah. Namun dampak
limbah plastik terhadap lingkungan tidak menguntungkan. Hal ini disebabkan karena
plastik membutuhkan waktu yang lama untuk dapat terurai di dalam tanah atau di
laut, sehingga pemakaian plastik pada wadah semai akan menimbulkan masalah bagi
lingkungan.
V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum pengaruh kontiner dan pertumbuhan
semai Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpum) yang paling baik dalam
pertumbuhan semai adalah penggunaan polybag atau kontiner ukuran paling besar
(35x35 cm) dengan perolehan rata rata pertumbuhan semai selama 1 minggu sebesar
54,75 cm dan pada minggu kedua sebesar 63,2 cm.
DAFTAR PUSTAKA

Akhir, J. 2005. Pembuatan dan Pengujian Wadah Semai Ramah Lingkungan di


Rumah Kaca dan Lapangan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Akhir, J., Allaily., Syamsuwida D., dan Budi W.S. 2018. Daya Serap Air dan
Kualitas Wadah Semai Ramah Lingkungan Berbahan Limbah Kertas Koran
dan Bahan Organik. Rona Teknik Pertanian. 11 (1) : 23- 35

Annapura, D., T.S Rathore., dan Joshi G. 2004. Effect of Container an Size on The
Growth an Quality of Seedlings of Indian Sandalwood (Santalum album).
Australian Forestry. 67 (2) : 82-87

Effendi, Z. 2017. Perancangan Green Polybag dari Limbah Kelapa Sawit sebagai
Media Pembibitan Pre Nursery Tanaman Kelapa Sawit. Agrosamudra, Jurnal
Penelitian. 4 (2) : 22-29

Mahardika, I.K.D. 2013. Pengaruh Komposisi IBA Terhadap Pertumbuhan Bibit


Wani Ngumpen Bali (Mangifera caesia). E- journal Agroteknologi Tropika. 2
(2) : 132

Nursyamsi. 2015. Biopot sebagai Pot Media Semai Pengganti Polybag yang Ramah
Lingkungan. Info Teknis EBONI. 12 (2) : 121-129

Sudomo, A. 2012. Perkecambahan Benih Sengon pada 4 Jenis Media. Prosding


Snapp 2012 Sains, Teknologi, dan Kesehatan. 37-41
Wahyuningsih, A., Fajriani, S., dan Aini, N. 2016. Komposisi Nutrisi dan Media
Tanam Tehrhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoy (Brassica rapa)
Sistem Hidroponik. Jurnal Produksi Tanaman. 4 (8) : 595-601

Wilarso, S., Sukendro, A., dan Karlina L. 2008. Produksi Media Tumbuh dan
Kontainer Tanaman Kehutanan Berwawasan Lingkungan. Departemen Hasil
Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor
LAMPIRAN
DOKUMENTASI

Gambar 1. Semai dengan kontiner 35x35 cm

Gambar 2. Semai dengan kontiner 25x25 cm


Gamar 3. Semai dengan kontiner 20x20 cm

Anda mungkin juga menyukai