cyclocarpu,)
(Laporan Praktikum Silvikultur)
Oleh
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
I. PENDAHULUAN
2.1 Kontiner
Kontiner adalah sebuah wadah atau tempat yang digunakan dengan maksud untuk
mempersiapkan semai agar memiliki kondisi yang optimal pada waktu penanaman.
Penetapan penggunaan kontiner dalam penyiapan bibit harus di pertimbangkan secara
matang, karena ini berkaitan dengan biaya operasional. Pertimbangan tersebut
meliputi kondisi bibit, kemudahan dalam pengemasan dan transportasi, serta nilai
ekonomisnya (Effendi. Z, 2017).
Dengan menggunakan kontiner, bibit akan menjadi lebih mahal, memakan banyak
tempat, dan transportasi lebih mahal. Namun dari sisi lain penggunaan kontiner lebih
menguntungkan, karena tanaman sudah lebih siap untuk diitanam (Effendi. Z, 2017).
Bahan organic merupakan bahan yang tersusun oleh komponen unsur unsur C, H, O
dan beberapa yang mengandung unsur N, S, Mg. Ca dan unsure esensial lainnya.
Bahan ini mudah terdekomposisi dan kecepatan dekomposisinya tergantung pada
kandungan C/N rasionya. Semakin tinggi nilai C/N semakin sulit terdekomposisi
(Akhir J dkk, 2018).
Bahan organic ini sangat cocok sekali digunakan sebagai bahan baku kontainer.
Keuntungan yang dapat diperoleh antara lain: tidak mencemari lingkungan, dapat
ditanam langsung dengan semai, ringan dan mudah terdekomposisi (Akhir J dkk,
2018).
Kertas bekas adalah semua jenis kertas dan karton yang tidak digunakan lagi untuk
sumber serat: biasanya diolah dalam bagian terpisah yang meliputi pembuatan pulp
(bukan melalui pemasakan), penyaringan dan pembersihan (Akhir J dkk, 2018).
Kertas bekas disebut juga sebagai kertas sekunder yang memiliki sifat khas. Sifat
tersebut antara lain adalah stabilitas tinggi, sifat menggulung rendah, dan formasi
kertas yang dihasilkan baik. Serat sekunder akan bertambah baik sifat opasitasnya
bila ditambah bahan pengisi. Adapun kelemahan dari kertas sekunder adalah
kekuatannya lebih rendah, serat yang dihasilkan lebih pendek, kecerahannya lebih
rendah, warna tidak seragam dan kehalusan rendah. Serat sekunder dapat digunakan
untuk berbagai kertas. Pembuatan ini dibatasi oleh sifat sekunder itu sendiri. Adapun
kekurangan dari serat sekunder dapat diatasi dengan penambahan bahan-bahan
tertentu termasuk dengan mencampur dengan serat-serat baru (Akhir J dkk, 2018).
Pohon kelapa berbuah sejak umur 5 sampai 10 tahun, tetapi produksi yang optimal
dicapai pada umur 10 tahun. Buah kelapa berbentuk bulat panjang dengan ukuran
sebesar kepala manusia dan beratnya antara satu sampai dua kilogram (Woodroof,
1979). Komposisi buah kelapa terdiri dari 4 bagian, yaitu lebih kurang 35% sabut
(mesocarp) 12% tempurung, 28% daging buah dan 25% air kelapa dari berat total
buah kelapa yang masak (Nursyamsi, 2015).
Berat kering udara rata-rata sabut kelapa yang sudah tua tiap buah lebih kurang 430
gram. Sabut kelapa terdiri dari 2 bagian yaitu sel serat dan sel non serat atau debu
sabut (lazim disebut pith) Komposisi kimia sabut kelapa sebagian besar terdiri dari
selulosa, lignin dan zat ekstraktif (Nursyamsi, 2015).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
Adapun cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini sebagai berikut.
1. Menyiapkan media tumbuh campuran untuk tanah : sekam, pupuk kandang 1;1;1
2. Menyiapkan kantong plastic dengan ukuran kecil, sedang, besar dan gelas plastic
kemasan yang sudah dilubangi bagian bawahnya dengan ulangan masing-masing
4 kali.
3. Masukkan media tumbuh ke dalam kontiner yang sudah disiapkan
4. Menyapih dan tanamlah semai dari bak perkecambahan ke dalam media tumbuh
yang sudah disiapkan
5. Mengamati dan ukurlah tinggi semai seminggu sekali sampai semai berumur 1
bulan
6. Menulis hasil pengamatan tersebut pada tabel yang tersedia
7. Menghitung persen jadinya
8. Membandingkan hasil pengamatan dari macam-macam kontiner.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Keterangan :
K1 = polybag ukuran 35x35 cm
K2 = polybag ukuran 25x25 cm
K3 = polybag ukuran 20x20 cm
K4 = gelas plastic kemasan
4.2 Pembahasan
Pada tabel 1 dapat dilihat spesimen dengan konriner polybag ukuran 35x35 cm
memberikan pengaruh yang cukup terlihat pada pertumbuhan semai, sebab pada K1-
1-4 menunjukkan pertambahan tinggi yang lumayan cepat, dan terlihat paling tinggi
diantara spesimen yang lain. Menurut (Annapura dkk, 2004) pada polybag yang
berukuran lebih kecil pertumbuhan tanaman terhambat karena cadangan makanan
yang kurang akibat bertambahnya kompetisi baik dengan tanaman pokok semai
maupun dengan gulma. Disamping itu penggunaan wadah yang berukuran kecil
membuat akar semai pertumbuhannya melilit atau tidak normal.
Kontiner memiliki fungsi sebagai wadah atau tempat yang digunakan dengan maksud
untuk mempersiapkan semai agar memiliki kondisi yang optimal pada waktu
penanaman. Penetapan penggunaan kontiner dalam penyiapan bibit harus di
pertimbangkan secara matang, karena ini berkaitan dengan biaya operasional.
Pertimbangan tersebut meliputi kondisi bibit, kemudahan dalam pengemasan dan
transportasi, serta nilai ekonomisnya (Effendi. Z, 2017).
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum pengaruh kontiner dan pertumbuhan
semai Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpum) yang paling baik dalam
pertumbuhan semai adalah penggunaan polybag atau kontiner ukuran paling besar
(35x35 cm) dengan perolehan rata rata pertumbuhan semai selama 1 minggu sebesar
54,75 cm dan pada minggu kedua sebesar 63,2 cm.
DAFTAR PUSTAKA
Akhir, J., Allaily., Syamsuwida D., dan Budi W.S. 2018. Daya Serap Air dan
Kualitas Wadah Semai Ramah Lingkungan Berbahan Limbah Kertas Koran
dan Bahan Organik. Rona Teknik Pertanian. 11 (1) : 23- 35
Annapura, D., T.S Rathore., dan Joshi G. 2004. Effect of Container an Size on The
Growth an Quality of Seedlings of Indian Sandalwood (Santalum album).
Australian Forestry. 67 (2) : 82-87
Effendi, Z. 2017. Perancangan Green Polybag dari Limbah Kelapa Sawit sebagai
Media Pembibitan Pre Nursery Tanaman Kelapa Sawit. Agrosamudra, Jurnal
Penelitian. 4 (2) : 22-29
Nursyamsi. 2015. Biopot sebagai Pot Media Semai Pengganti Polybag yang Ramah
Lingkungan. Info Teknis EBONI. 12 (2) : 121-129
Wilarso, S., Sukendro, A., dan Karlina L. 2008. Produksi Media Tumbuh dan
Kontainer Tanaman Kehutanan Berwawasan Lingkungan. Departemen Hasil
Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor
LAMPIRAN
DOKUMENTASI