Hukum Perbankan
Hukum Perbankan
NIM/Kelas : 20150610277 / H
SOAL !
JAWABAN :
Arsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan
Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri
perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Arah kebijakan
pengembangan industri perbankan di masa datang yang dirumuskan dalam API dilandasi oleh
visi mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan
sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Berpijak dari adanya kebutuhan blue print perbankan nasional dan sebagai kelanjutan dari
program restrukturisasi perbankan yang sudah berjalan sejak tahun 1998, maka Bank Indonesia
pada tanggal 9 Januari 2004 telah meluncurkan API sebagai suatu kerangka menyeluruh arah
kebijakan pengembangan industri perbankan Indonesia ke depan. Peluncuran API tersebut tidak
terlepas pula dari upaya Pemerintah dan Bank Indonesia untuk membangun kembali
perekonomian Indonesia melalui penerbitan buku putih Pemerintah sesuai dengan Inpres No. 5
Tahun 2003, dimana API menjadi salah satu program utama dalam buku putih tersebut.
Al-Wadi’ah adalah titipan dari satu pihak kepada pihak lain yang harus dijaga dan dikembalikan
setiap saat bilamana orang yang titip mengambilnya. Prinsip al-wadi’ah pada bank syariah
diaplikasikan pada produk Giro Wadi’ah dan Tabungan Wadi’ah.
Al-Mudharabah adalah akad (perjanjian) kerjasama antara dua orang atau lebih di mana pihak
pertama (shahibul maal) menyediakan 100% modal, dan pihak lainnya sebagai pengelola.
Keuntungan dibagi sesuai perjanjian, dan kerugian ditanggung pemilik modal selama bukan
kelalaian pengelola. Jika kerugian disebabkan kelalaian pengelola, maka pengelola harus
bertanggung jawab. Pada perbankan syariah prinsip mudharabah di aplikasikan pada produk
Tabungan Mudharabah dan Pembiayaan Mudharabah.
Jenis-Jenis Mudharabah :
Mudharabah Muthlaqoh adalah kerjasama antara memilik modal (shahibul maal) dengan
pengelola (mudharib), di mana memilik modal memberi otoritas penuh kepada pengelola untuk
mengelola uangnya yang tidak terbatas dengan spesifikasi usaha, waktu, dan daerah bisnis.
Prinsip mudharabah mutlaqoh pada bank syariah diaplikasikan pada produk Tabungan
Mudharabah dan Deposito Mudharabah.
Mudharabah Muqoyyadah/Terbatas/Restrected
Mudharabah Muqoyyadah adalah kerjasama antara memilik modal dengan pengelola, di mana
pemilik modal memberikan syarat-syarat tertentu (seperti jenis investasi, tempat melakukan
investasi, pihak-pihak yang terlibat dalam investasi) kepada pengelola dalam mengelola dananya.
Dalam dunia perbankan syariah prinsip mudharabah muqoyyadah diaplikasikan pada jenis
penyaluran dana yang lazin disebut special investment.
Al-Musyarakah (Syirkah) adalah persekutuan (bersyarikat) antara dua pihak atau lebih dalam
suatu proyek, di mana masing-masing pihak berhak atas keuntungan yang diperoleh secara
proporsional dengan kontribusi modal. Bilamana proyek mengalami kerugian, maka kerugian
akan dibebankan secara proporsional pada masing-masing pihak pemberi modal. Pada perbankan
syariah prinsip musyarakah diaplikasikan pada Pembiayaan Al-Musyarakah.
Musyarakah Kepemilikan
Tercipta karena warisan, wasiat atau kondisi lainnya yang menyebabkan pemilikan satu aset oleh
dua orang atau lebih.
Musyarakah Akad Tercipta karena adanya kesepakatan dua orang atau lebih baik dalam hal
modal maupun pembagian keuntungan atau kerugian.
d) Prinsip Al-Murabahah
Al-Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati. Pihak penjual harus memberitahu harga asal produk yang dibeli dan menentukan
tambahan (margin) keuntungan yang dikehendaki. Prinsip al-murabahah pada bank syariah
diaplikasikan pada Pembiayaan Al-Murabahah.
Yaitu penilaian atas hasil yang akan dicapai oleh perusahaan calon peminjam setelah
mendapatkan kredit, apakah hasil tersebut cukup untuk menutup hasil pinjaman serta sekaligus
memungkinkan pula usahanya untuk berkembang terus.
Repayment
Sebagai kelanjutan dari return diatas, yang kemudian diperhitungkan kemampuan, jadwal serta
jangka waktu pengembalian kembali kredit.
Yaitu sejauh mana ketahanan suatu perusahaan calon peminjam untuk menanggung resiko
kegagalan andaikata terjadi suatu hal dikemudian hari yang tidak diinginkan.