Anda di halaman 1dari 7

Sukuk Waqaf Dalam Pengembangan Usaha Mikro Serta

Mengoptimalkan Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) Sebagai


Instrumen Pembiayaan Proyek Dan Program Sosial
Anggota:
Devi Rinanda
Nuriza fitri
Nurliza
PENDAHULUAN
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam
pembangunan ekonomi Indonesia. Hal ini terbukti ketika terjadi krisis di Indonesia pada 1997-
1998,UMKM relatif dapat bertahan dibandingkan dengan pengusaha besar karena UMKM tidak
bergantung pada modal besar atau pinjaman dengan valuta asing. Dengan demikian, ketika
terjadi fluktuasi nilai tukar, maka pengusaha besar paling berpotensi terkena dampaknya (Indra
& Hakim, 2020).

Pasca krisis tersebut, jumlah UMKM tidak berkurangata. Data saat ini menunjukkan
bahwa jumlah UMKM tidak berkurang setelah krisis tersebut. sebaliknya, mereka terus
meningkat. Salah satu upaya untuk mengatasi krisis adalah menggunakan instrumen dalam
filantropi Islam berupa wakaf tunai. Pemerintah Indonesia memiliki inovasi pada instrumen
waqaf baru-baru ini meluncurkan platform Cash Waqf Linked Sukuk. (CWLS) Seri SW-001
pada 10 Maret 2020. Platform ini menggabungkan instrumen wakaf tunai dengan Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN) pertama di dunia. Ada beberapa hasil penelitian yang
mencoba memggabungkan antara wakaf tunai dengan Sukuk Negara. Ilmiah berpendapat
setidaknya ada empat pihak yang terlibat dalam mengoptimalisasikan tanah wakaf melalui
sukuk ini, yaitu BWI sebagai nadzir, developer, Special Porpose Vehicle (SPV) sebagai
penerbit sukuk, dan investor. Integrasi Sukuk Wakaf merupakan keniscayaan dalam instrumen
keuangan dan pembangunan umat islam potensi mobilisasi dana sosialnya yang besar dapat
menghasilkan hasil yang menguntungkan jika dikelola dengan benar.

METODE PENELITIAN
Adapun metode penelitian yang digunakan peneliti mengunakan metode studi
kepustakaan (library research) merupakan serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan
metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan
penelitian terkait.penulis menggunakan data sekunder dimana data diperoleh dari hasil karya
ilmiah jurnal-jurnal, hasil-hasil penelitian serta Website (situs).

PEMBAHASAN
Sukuk Waqaf
Sukuk mempunyai potensi yang cukup tinggi sebagai instrumen untuk memobilisasi dana
keuangan syariah, karena merupakan salah satu instrument pembiayaan jangka panjang dan
menjadi alternatif memperoleh dana investasi proyek. Sementara dana wakaf mempunyai
kapasitas untuk mendapatkan income sebagai aktivitas sosial keuangan syariah dalam bentuk
produk sukuk.
Sukuk berbasis wakaf adalah sebuah inovasi dalam memberdayakan banyaknya asset wakaf
yang tidak produktif di Indonesia. Karena, pada dasarnya wakaf seharusnya terus berkembang dan
menghasilkan keuntungan tanpa mengorbankan atau menggurangi asset awal wakaf. Wakaf
berbasis sukuk berdiri dari 2 akad yang berbeda yaitu: pertama, wakaf. Wakaf yang dibangun atas
akad yang bersifat sosial, tidak adanya imbal hasil yang bersifat materi yang diharapkan untuk
wakif melainkan mengharapkan semata-mata keridhaan Allah SWT dan kemaslahatan hasil wakaf
untuk umat yang dikelola melalui nadzir. Kedua, sukuk. Sukuk yang dibangun diatas akad ijaroh
yang memiliki sifat bisnis. Dari kedua tujuan akad yang berbeda dari wakaf berbasis sukuk
dikolaborasikan demi nilai maslahat yang lebih besar (Ilmiah, 2019).
Berdasarkan fatwa DSN-MUI No.32/ DSN-MUI/IX/2002: Surat berharga syariah adalah
surat berharga jangka panjang yang didasarkan pada prinsip syariah yang diberikan oleh emiten
kepada pemegang sukuk berupa bagi hasil, fee, atau margin. Pada saat jatuh tempo, mereka juga
dibayar kembali dana obligasi.
Terdapat enam Fatwa DSN MUI yang penulis temukan terkati SBSN, yaitu Fatwa Nomor
69/DSN-MUI/VI/2008 tentang SBSN, Fatwa Nomor 70/DSN-MUI/VI/2008 tentang Metode
Penerbitan SBSN, Fatwa Nomor 71/DSN-MUI/VI/2008 tentang Sale and Lease Back,
Fatwa Nomor 72/DSN-MUI/VI/2008 tentang SBSN Ijārah Sale and Lease Back, Fatwa
Nomor 76/DSN-MUI/VI/2010 tentang SBSN Ijārah Asset to be Leased, Fatwa Nomor 95/DSN-
MUI/VI/2014 tentang SBSN Wakālah, dan Fatwa Nomor 127/DSN-MUI/VIL12019 tentang
Sukuk Wakālah bi al-Istitsmar.
Model-Model Waqaf Berbasis Sukuk
Menurut Dewan Syariah Nasional (DSN-MUI), sukuk adalah surat berharga jangka panjang
yang didasarkan pada prinsip syariah yang diberikan oleh emiten kepada pemegang obligasi
syariah. Menurut definisi ini, Emiten diharuskan untuk membayar hasil marjin atau fee kepada
pemegang obligasi syariah serta membayar kembali dana obligasi saat jatuh tempo. Instrumen
wakaf berbasis sukuk yang diterbitkan biasanya terdiri dari wakaf uang yang dikumpulkan melalui
penerbitan sukuk, baik permanen maupun temporer. Wakaf berhubungan sukuk dan wakaf
berhubungan sukuk adalah dua kategori umum instrumen wakaf berbasis sukuk.
Sukuk linked waqaf dasarnya adalah investasi murni dan bersifat komersial, yaitu berupa
sukuk yang diterbitkan oleh emiten atau korporasi bisnis untuk membangun aset komersial di atas
tanah wakaf atau terkait dengan proyek wakaf. Beberapa model penerbitan Sukuk Linked Waqaf
ini diantaranya model penerbitan sukuk Al-Intifa dalam proyek Zam-Zam tower di Mekkah
ataupun Al Warees di Ben Coolen Complex di Singapura (Saptono, 2018).

Gambar 1: Sukuk Linkeded Waqaf


Keterangan gambar:
1. Kontraktor, pengembang, atau investor berkontrak dengan nazhir umtuk mengembangkan aset
properti di atas tanah wakaf selama jangka waktu tertentu
2. Kontraktor /developer menerbitkan sukuk sebagaimana yang berlaku di pasar
3. Masyarakat membeli sukuk dengan motif investasi karena sifatnya sebagai sukuk komersial.
Namun, nilai ibadahnya tetap ada karena aset akan dibangun di atas tanah wakaf dan akan
kembali ke nazhir untuk kepentingan mauquf alaih (manfaat).
4. Proceed yang terkumpul digunakan untuk membangun asset property komersial.
5. Kontraktor /developer/investor mendapatkan income dari property yang dikelolanya
6. Sebagian income digunakan untuk membayar sewa terhadap nazhir
7. Sebagian dari pendapatan tambahan lainnya digunakan untuk membayar pokok dan margin
dari sukuk yang diterbitkan. Setelah lunas dan berakhirnya kontrak , aset properti menjadi
sepenuhnya dimiliki oleh nazhir.
Pada dasarnya, transaksi Wakaf linked Sukuk adalah Wakaf uang, yang pemanfatannya
digunakan untuk membangun aset sosial. Pengembangan Program Wakaf yang Berdasarkan
Investasi Sosial
Sukuk Waqaf Dalam Pengembangan Usaha Mikro
Berbeda dengan penerima mamfaat waqaf dari CWLS Seri SW-001, CWLS Seri SW-002
yang ditawarkan ini mauquf ‘alaih-nya adalah untuk pemberdayaan UMKM. Terdapat tiga model
yang yang ditawarkan yaitu model in-kind, model qard al-hasan (revolving fund) dan model
mudahrabah. Ketiga model ini sering sekali digunakan mitra BWI seperti Dompet Dhuafa,
Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadoqah Muhammadiyah (LAZISMu), Lembaga Amil. Zakat
Infaq dan Shadaqoh Nahdlatul Ulama (LAZISNU), Baznas, dan lembaga-lembaga lainnya
dalam mendayagunaan dana Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) yang telah dihimpunnya secara
produktif kreatif. Namun, menurut hemat penulis, model-model tersebut juga dapat digunakan
untuk memberdayagunaan imbal hasil dari CWLS untuk UMKM secara produktif kreatif.
Pemberian modal usaha dengan model in-kind merupakan pemberian dana filantropi
Islam dalam bentuk alat-alat produksi yang dibutuhkan oleh penerima manfaat wakaf (mauqūf
‘alaih) yang hendak berproduksi dalam berwirausaha. Alat-alat ini diberikan kepada mereka
yang akan memulai usaha atau yang sedang menjalankan usahanya. Model ini hampir
diterapkan di sebagian besar Baznas Provinsi dengan nama Program Modal Usaha Kecil,
salah satunya adalah Baznas Provinsi Kalimantan Barat. Baznas Provinsi Kalimantan Barat
memberikan dana zakat kepada mustahik berupa modal usaha yang dibelikan alat-alat
produksi yang diperlukan untuk mengembangkan usaha yang telah ditekuninya atau yang akan
memulai usahanya (Indra & Hakim, 2020).
Model pemberian modal usaha bergulir dengan akad qard al-hasan berbentuk
pinjaman modal usaha bagipelaku UMKM untuk memulai usahanya kembali atau
mengembangkan usahanya. Pelaku UMKM hanya dituntut untuk mengembalikan pinjamannya
saja tanpa memberikan keuntungan. Apabila usahanya mengalami kerugian, maka pelaku
UMKMtidak berkewajiban mengembalikan modal tersebut. Model kedua ini telah dilakukan
LAZISMu Surakarta kepada para mustahik-nya melalui dana Corporate Sosial Responsiability
(CSR) yang diperoleh dari Bank Bukopin Syariah.
Model pemberdayaan yang bersifat produktif kreatif tersebut juga dapat dimamfaatkan
dalam imbal hasil CWLS. Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, CWLS merupakan
instrumen penempatan dana waqaf tunai SBSN milik pemerintah untuk mendukung program
pembangunan sarana sosial. Bedasarkan pasal 8 Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor
139/PMK.08/2018, pembelian SBSN dengan mekanisme private placement untuk skema investasi
sosial minimal sebesar Rp.50.000.000.000,00 untuk setiap serinya.
Menggunakan akad wakālah, imbal hasil yang diterima oleh BWI sebagai nadzir wakaf
adalah 6,51 persen dengan tingkat imbalan 5 persen pertahun yang akan dibayarkan tanggal
10 setiap bulannya akan disalurkan ke mauqūf ‘alaihmelalui mitra BWI. Dana imbal hasil yang
diperuntukan kemanfaatannya bagi pelaku UMKM akan ditipkan di lembaga mitra BWI,
seperti Dompet Dhuafa dan sebagainya. Bagi para pelaku UMKM yang hendak mendapatkan
bantuan modal usaha bergulirdengan akad qard al-hasan, diharuskan untuk mengajukan proposal
kepada mitra BWI. Apabila proposalnya diterima oleh mitra BWI, maka pelaku UMKM akan
mendapatkan bantuan modal usaha sebesar Rp.5.000.000,00 selama lima tahun.
Modal usaha yang telah diterimaoleh pelaku UMKM 1 akan digunakannya untuk
memulai usahanya kembali yang sempat terhenti akibat krisis atau mengembangkan
usahanya lagi. Apabila pelaku UMKM mengalami kerugian, maka ia tidak berkewajiban
mengembalikan modal tersebut. Sebaliknya, apabilapelaku UMKM mendapatkan keuntungan,
maka iahanya dituntut untuk mengembalikan pinjamannya saja tanpa memberikan keuntungan
(Indra & Hakim, 2020).

Mengoptimalkan Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) sebagai Instrumen Pembiayaan


Proyek dan Program Sosial
Rahman, Nurwahidin, & Adnan, (2021) menjelaskan bahwa CWLS merupakan instrumen
socially responsible based investment atau investasi tanggung jawab sosial yang aman bagi
umat Islam. CWLS merupakan instrumen penempatan dana wakaf tunai pada SBSN milik
Pemerintah dengan tujuan untuk mendukung program pembangunan sarana sosial.
Optimalisasi CWLS memerlukan sosialisasi yang tepat dan luas terutama masyarakat kelas
menengah yang memiliki kelebihan dana dan ghirah keuangan islam. Sosialisi dapat dimulai
dengan memberikan pemahaman akan CWLS sebagaimana berikut:
1. CWLS merupakan salah satu upaya pemerintah dan stakeholder waqaf dalam mengembangkan
inovasi instrumen inovasi dan keuangan Islam di Indonesia.
2. Memfasilitasi wakif dalam menempatkan danamya pada instrumen keuangan yang aman dan
produktif.
3. Mendorong konsolidasi investasi sosial dan keuangan syariah guna mendukung program
sosial kemasyarakatan, proyek pembangunan dan program dari Pemerintah.
4. Upaya diversifikasi investor dan instrumen surat berharga negara.
5. Mendukung upaya sosialisasi dan pengembangan pasar serta instrumen keuangan syariah.
6. Mendukung diversifikasi bisnis perbankan syariah, melalui optimalisasi peran LKS-PWU
Platform CWLS menjadi wadah bagi stakeholders yang memiliki tanggung
jawab mengoptimalkan penggunaan dan pengelolaan dana wakaf, yakni; Pertama, Bank
Indonesia (BI) sebagai akselerator CWLS dan Bank Kustodian atau tempat penitipan dana;
Kedua, BWI sebagai regulator, pemimpin, dan nadzir yang bertugas untuk menghimpun
dana wakaf produktif dan mentasharufkan ke penerima manfaat wakaf; Ketiga, Kementerian
Keuangan sebagai issuer SBSN dan pengelola dana; Keempat, Bank Syariah Indonesia dan Bank
Syariah lain yang ditunjuk sebagai Lembaga Keuangan.
KESIMPULAN

Sukuk berbasis wakaf merupakan sebuah inovasi dalam memberdayakan banyaknya asset
wakaf yang tidak produktif di Indonesia. Karena pada hakekatnya wakaf seharusnya terus
berkembang dan menghasilkan manfaat tanpa mengurangi inti dari asset awal wakaf. Sukuk linked
waqaf dasarnya adalah investasi murni dan bersifat komersial, yaitu berupa sukuk yang diterbitkan
oleh emiten atau korporasi bisnis untuk membangun aset komersial di atas tanah wakaf atau terkait
dengan proyek wakaf. Berbeda dengan penerima mamfaat waqaf dari CWLS Seri SW-001,
CWLS Seri SW-002 yang ditawarkan ini mauquf ‘alaih-nya adalah untuk pemberdayaan UMKM.
Terdapat tiga model yang yang ditawarkan yaitu model in-kind, model qard al-hasan (revolving
fund) dan model mudahrabah. Platform CWLS menjadi wadah bagi stakeholders yang
memiliki tanggung jawab mengoptimalkan penggunaan dan pengelolaan dana wakaf, yakni;
Pertama, Bank Indonesia (BI) sebagai akselerator CWLS dan Bank Kustodian atau tempat
penitipan dana; Kedua, BWI sebagai regulator, pemimpin, dan nadzir yang bertugas untuk
menghimpun dana wakaf produktif dan mentasharufkan ke penerima manfaat wakaf; Ketiga,
Kementerian Keuangan sebagai issuer SBSN dan pengelola dana; Keempat, Bank Syariah
Indonesia dan Bank Syariah lain yang ditunjuk sebagai Lembaga Keuangan.

REFERENSI

Ilmiah, D. (2019). Optimalisasi Asset Wakaf melalui Sukuk Wakaf. Jurnal Ekonomi Syariah
Indonesia, IX(2), 138-146.
Indra, S., & Hakim, M. L. (2020). EMPOWERMENT OF RETURN FOR CASH WAQF
LINKED SUKUK: REGULATION, IMPLEMENTATION, AND MODELS
FOREMPOWERING MICRO SMALL AND MEDIUM ENTERPRISES IN INDONESIA.
Sosio Informa, 6(03), 264-279.
Rahman, M. F., Nurwahidin, & Adnan, N. (2021). Analisis Model Cash Waqf Linked Sukuk
(CWLS) Sebagai Instrumen Pembiayaan Pemulihan Dampak Pandemi Covid-19. Jurnal
Bimas Islam, 14(1), 77-102.
Saptono, I. T. (2018). 117PENGEMBANGAN INSTRUMEN WAKAF BERBASIS INVESTASI
SOSIALSTUDI WAKAF LINKEDED SUKUK. Al-Awqaf: Jurnal Wakaf dan Ekonomi
Islam, 11(2), 117-128.

Anda mungkin juga menyukai