Anda di halaman 1dari 2

Tafsir QS.

Al-Faatihah (1) Ayat 7

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


‫ني‬ ِ ‫ض‬
َ ِّ‫وب َعلَْي ِه ْم َواَل الضَّال‬ ُ ‫َغرْيِ الْ َم ْغ‬
"bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat."
(QS. Al-Fatihah 1: Ayat 7)

Lafadz َ ِّ‫“ الضَّال‬Sesat” artinya yaitu Orang yang belum paham informasi seutuhnya, karena belum mengerti
‫ني‬
informasi seutuhnya, seperti halnya kita ke masjid Masyitho ini, kalau tidak mengetahui tempatnya, paling
tidak ada dua, yaitu lambat sampainya, atau tersesat. Tersesat dalam Bahasa Arab disebut “Dho Lun”,
Jama’nya َ ِّ‫الض ال‬
‫ني‬ َّ , Jadi ada kalangan orang-orang yang belum tahu ilmunya, belum mengetahui suatu
informasi, kemudian dia mencoba mencari tahu, akan tetapi mencarinya tidak sesuai dengan yang
diinginkan, lalu membuat-buat sesuatu tanpa bertanya, tidak mau belajar dengan baik akhirnya tersesat
kepada sesuatu yang tidak diridhoi oleh Allah SWT. Para Ulama sepakat, golongan ini disebut kaum
Nashooro (Nasrani).

Kaun Nashooro beda dengan kaum Yahudi, karena Nabinya dicari cari dan mau di Bunuh, Terputus dakwah
Nabinya di situ. Kemudian para Rahib-rahibnya mulai merevisi petunjuk petunjuk Nabinya, Yahudi Sadar
kalau Tuhannya Allah, ini tidak, mereka merevisi, sehingga banyak penyimpangan-penyimpangan di
dalamnya. Inilah yang menyebabkan umatnya tersesat, karena dakwah Nabinya yg terputus tadi, yg mereka
ikuti adalah hasil revisi dari rahib-rahib mereka.

Beda Yahudi dan Nashooro lainnya adalah, kalau Yahudi mereka sangat Yakin dengan Hadist Nabi dan di
tampilkan dalam kehidupan namun tidak di sebutkan kalau itu dri Hadist Nabi, kalau Nashooro tidak, mereka
buat sendiri (membuat sesuatu yg baru) sampai-sampai disebutkan dalam QS. An-Nisa (4) : 171, Allah
berfirman ;
ِ ِ ُ ‫اب اَل َت ْغلُوا يِف ِدينِ ُكم واَل َت ُقولُوا علَى اللَّ ِه ِإاَّل احْل َّق ۚ ِإمَّنَا الْم ِسيح ِعيسى ابن مر رس‬ ِ َ‫يا َْأهل الْ ِكت‬
َ ‫ول اللَّه َو َكل َمتُهُ َألْ َق‬
‫اها‬ ُ َ َ‫َ ُ َ ْ ُ َ ْ مَي‬ َ َ َْ َ َ
ِ ٰ ِِ ِ ِ ِ ‫ِإىَل ٰ مرمَي ور‬
ُ‫وح مْنهُ ۖ فَآمنُوا بِاللَّه َو ُر ُسله ۖ َواَل َت ُقولُوا ثَاَل ثَةٌ ۚ ا ْنَت ُهوا َخْيًرا لَ ُك ْم ۚ ِإمَّنَا اللَّهُ ِإلَهٌ َواح ٌد ۖ ُسْب َحانَهُ َأ ْن يَ ُكو َن لَه‬
ٌ ُ َ َ َْ
‫ض ۗ َو َك َف ٰى بِاللَّ ِه َوكِياًل‬ ِ َّ ‫ولَ ٌد ۘ لَه ما يِف‬
ْ ‫الس َم َاوات َو َما يِف‬
ِ ‫اَأْلر‬ َُ َ
“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan
terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah
dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh
dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan:
"(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang
Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-
Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.”

Bid'ah ada diantara 1 dari 4 keadaan ;


1. Ada dalilnya, ada contohnya
2. Ada dalilnya, contohnya sementara, nabi pernah mengerjakan namun setelahnya tidak dilakukan
lagi, akan tetapi masih dilakukan sahabat, dan tidak ditegur oleh rasul. Contoh : Qunut,
3. Ada dalilnya, contohnya tidak ada karena dalilnya umum. Rasul tidak mencontohkan, bias jadi
karena keadaan, atau khawatir akan memberatkan umatnya. Contoh, Tahiyatul masjid selama
hidupnya rasul tidak tahiyatul masjid, karena rumah Rasul di samping masjid. Bagi kita itu Sunnah,
ada dalilnya, ada yang dalilnya bentuknya kias, contoh Zakat, Nabi tidak pernah berzakat dengan
beras, Nabi Zakat dengan Kurma dan Gandum (makanan pokok), muawiyah mengatakan selaku
gubernur di damaskus bahwa ini makanan pokok maka zakatlah dengam makanan pokok.
4. Tidak ada dalilnya tidak ada contohnya sama sekali (Inilah yg dinamakan Bid'ah).

ِ ‫ض‬ ِ َّ ِ
Maka dari itu kita berdoa minta kepada Allah َ ِّ‫وب َعلَْي ِه ْم َواَل الضَّال‬
‫ني‬ ُ ‫ت َعلَْي ِه ْم َغرْيِ الْ َم ْغ‬
َ ‫ين َأْن َع ْم‬
َ ‫صَرا َط الذ‬
‫آمني‬ maksudnya "permohonan akan terkabulnya suatu hal setelah menempuh ikhtiar sesuai aturan yang
ditetapkan.

Artinya, kalau permohonan kita ingin di kabulkan oleh Allah maka sertakanlah dengan Ikhtiar yg sesuai
dengan aturannya.

Edisi Masjid Masyitho


27 Dzulhijjah 1443 H
Tadabbur Al-Qur-an

Anda mungkin juga menyukai