Anda di halaman 1dari 9

METODE PELAKSANAAN

Metode pelaksanaan pekerjaan dibuat dengan disesuaikan dengan standar


kualitas dan peraturan peraturan konstruksi yang berlaku. Metode pelaksanaan harus
dapat diaplikasikan dan dibuat berdasarkan beberapa pertimbangan yang diantaranya
adalah;
1. Masa kerja dalam rencana kontrak pekerjaan
2. Ketersediaan bahan bangunan
3. Kondisi di lapangan
4. Skill yang dimiliki oleh pelaksana pekerjaan pada umumnya.
3.1.1 Bak Pelepas Tekanan (BPT)
Bak Pelepas Tekanan (BPT) merupakan bangunan yang memiliki
prinsip membuang tekanan pada jaringan perpipaan akibat faktor beda
tinggi, jarak dan gravitasi. Bangunan Bak Pelepas Tekan yang direncanakan
ada di :
1. BPT 1
Posisi : 8° 4.053'S & 113° 42.741'T
Elevasi : 622 mdpl
2. BPT 2
Posisi : 8° 4.448'S & 113° 43.028'T
Elevasi : 540 mdpl
3. BPT 3
Posisi : 113° 43.377'T & 113° 43.377'T
Elevasi : 462 mdpl
4. BPT 4
Posisi : 8° 4.563'S & 113° 43.913'T
Elevasi : 383 mdpl

7
Prinsip prinsip dasar bangunan broncaptering adalah sebagai
berikut;
1. Bak Pelepas Tekan merupakan bangunan yang ditujukan untuk
membuat tekanan dalam perpipaan menjadi nol.
2. Selain membuat tekanan menjadi nol BPT harus dapat membuat
tekanan pada jalur pipa selanjutnya setelah bangunan BPT meningkat
secara bertahap.
3. Bangunan BPT harus memiliki kran yang bersifat otomatis
memanfaatkan kinerja kinetis katub pembuangan.
4. Katub tekanan pada bangunan BPT harus tertutup manakala tekanan
dalam jalur pipa dibawahnya rendah dan terbuka manakala jalur
perpipaan dibawahnya meningkat pada batas yang ditentukan (sisa
tekanan 80 m).
3.1.2 Jaringan Perpipaan
Dalam kegiatan pembangunan sarana air bersih jaringan perpipaan
yang dibangun didesa panduman dibagi menjadi beberapa penyebutan dan
fungsi yaitu;
1. Pipa distribusi lanjutan (dari polindes ke dusun bacem)
Pipa distribusi merupakan penyebutan untuk pipa yang
membentang dari reservoar hingga layanan. Pipa distribusi
harus tertanam dan bilamana tidak memungkinkan tertanam
harus menggunakan Pipa Galvanis. Pipa distribusi dibedakan
lagi menjadi beberapa penyebutan;
- Pipa induk Primer (lanjutan)
Pipa Induk Primer merupakan sebutan bagi pipa
induk yang membentang dari reservoar ke ujung jaringan
induk yang ditandai dengan adanya stop kran penguras
diujungnya. Diameter terkecil pipa induk primer adalah 1,5
inch.
 Pipa distribusi (Jalur Induk Primer lanjutan)
- Pipa 2 Inch
 Titik Awal ; 8° 4.545'S & 113° 43.408'T
 Titik Akhir ; 8° 4.533'S & 113° 43.744'T
 Total Panjang ; 828m / 138 lonjor

8
- Pipa 1,5 Inch
 Titik Awal ; 8° 4.533'S & 113° 43.744'T
Titik Akhir ; 8° 4.990'S & 113° 44.180'T
 Total Panjang ; 1968 m / 328 lonjor
- Pipa Tersier
Pipa Tersier merupakan sebutan untuk pipa yang
menuju SR. Pipa Tersier tersambung pada pipa Induk
Primer maupun Sekunder dengan sambungan menggunakan
klem saddle. Diameter pipa Tersier adalah ¾ Inch atau
½ Inch dan terhubung secara pararel dengan SR - SR
Prinsip Jaringan Perpipaan yang direncanakan meliputi beberapa
hal teknis berikut;
1. Jalur perpipaan yang direncanakan merupakan jalur perpipaan
yang telah melalui perhitungan teknis untuk mendapatkan
ukuran dimensi pipa, tekanan per section, serta untuk
mengetahui pembagian dan posisi ambilan Clam Saddle dan SR
2. Di ujung pipa induk primer wajib dipasang stop kran yang
berfungsi sebagai pengguras ketika dibutuhkan pembersihan
jaringan pipa.
3. Pada jembatan gantung perpipaan (Suspension Cable Bridge)
wajib dipasang Stop Kran
4. Pada beberapa titik yang lebih tinggi dari titik lainnya
(gundukan) diperlukan pipa pembuang tekanan air. Hal ini
untuk mencegah kondisi udara yang terperangkap pada jaringan
perpipaan.
3.1.3 Jaringan Pipa Tersier & Sambungan Rumah Tangga (SR)
Pipa tersier merupakan pipa pembagi dan penyalur aliran air dari
pipa induk menuju SR. Untuk PipaTersier sendiri harus dikerjakan dengan
metode metode sebagai berikut;
1. Pipa Tersier menggunakan Pipa dengan kualitas AW dengan
panjang per lonjor 4m. Hal ini bertujuan agar nantinya jaringan
dapat dikembangkan secara mandiri oleh HIPPAM yang
ditunjuk untuk mengelola jaringan. Penggunaan pipa jenis AW
dikarenakan, pipa jenis ini memiliki kualitas yang setara
dengan pipa SNI, selain itu pipa AW sangat mudah didapatkan
di toko toko bangunan. Pertimbangan lainnya adalah asesoris

9
yang ada tersedia di semua toko.
2. Proses join atau penyambungan dari pipa induk ke pipa tersier
menggunakan klem saddle berbahan PVC dengan merk dan
kualitas yang sama dengan pipa induknya.
3. Lubang ambilan pada klem saddle diatur dengan diameter 4mm
(mata bor S4) untuk jaringan pipa tersier yang melayani
1- 4 unit SR dan lubang dengan diameter 6mm (mata bor S6)
untuk jaringan pipa tersier yang direncanakan melayani 5-10
SR.
4. Penentuan titik ambilan dan jumlah SR yang dapat dilayani
dalam 1 rangkaian pipa tersier ditentukan berdasarkan
perhitungan sisa tekan dalam profil hidrolis.
5. Secara visual penentuan jumlah SR yang dapat dilayani oleh
satu rangkaian pipa tersier dapat ditentukan dengan
memperhatikan tingginya tekanan positif air setelah di bor.
Adapun jumlah patokan berdasarkan pengamatan visual
ketinggian tekanan positif adalah sebagai berikut;
Ketinggian Tekanan Positif Air di Jumlah SR yang
No
Clamp Saddle bisa dilayani
1 Ketinggian Semburan 1 – 2 meter 1 SR
2 Ketinggian Semburan 2 – 4 meter 4 SR
3 Ketinggian Semburan 4 – 8 meter 5 SR – 8 SR

Struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan yang disyaratkan dalam


pekerjaan ini meliputi;
1. Team Leader : 1 Orang Lulusan S1 Teknik Sipil
2. Tenaga Teknis : 1 Orang Lulusan S1 atau D3 Teknik Sipil
3. Administrasi : 1 Orang Lulusan S1 atau D3 segala jurusan
4. Pelaksana kegiatan : 1 Orang Lulusan STM jurusan bangunan
dengan sertifikasi keterampilan (SKT) di
bidang bangunan sanitasi dan air bersih.
5. Tenaga kerja : Tenaga kerja yang dilibatkan meliputi Mandor,
Kepala Tukang, Tukang kayu, tukang gali,
Tukang Batu, Tukang Besi, Tukang Air Bersih
dan Tukang Las. Sedangkan pekerja selain
pekerja dengan skill pada umumnya juga
dipergunakan pekerja khusus untuk menangani
pekerjaan pekerjaan khusus seperti perakitan
jembatan gantung serta pekerja di bidang
pengelasan listrik.
Selain struktur dan tenaga kerja yang harus disediakan oleh pihak pelaksana
kegiatan, pihak pelaksana kegiatan harus menyediakan peralatan kerja sebagai
berikut;
1. Peralatan Observasi; peralatan observasi yang dibutuhkan untuk
menunjang pekerjaan diantaranya adalah;
- 1 Unit GPS
- Kamera foto/alat dokumentasi
- 1 Unit mistar/tongkat ukur
2. Peralatan Pertukangan; peralatan pertukangan yang wajib ada
diantaranya;
- Cangkul
- Cetok
- Sekrop
- Kasut
- Kuas
- Gerobak Angkut Material
- Tali Tambang
- Meteran
- Stang Pembengkok Besi Beton
- Palu
- Gergaji Kayu dan gergaji besi
- Gerinda
- Bor dengan mata bor untuk besi dan mata bor khusus untuk plong
pipa PVC
Selain peryaratan persyaratan tersebut diatas pihak pelaksana
pekerjaan harus memperhatikan hal hal sebagai berikut;
1. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan, termasuk
kekuatan, toleransi dan penyelesaian.
2. Khusus untuk pekerjaan beton bertulang yang terletak langsung
diatas tanah, harus dilapisi dengan balas pasir dan
Aanstampeng sesuai dengan yang ada di gambar teknis
3. Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli - ahli atau
tukang - tukang yang berpengalaman dan mengerti benar akan
pekerjaannya.
4. Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang
sesuai dengan gambar dan spesifikasi struktur.
5. Apabila Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas
memandang perlu, untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan
yang sulit dan atau khusus,Kontraktor harus meminta nasihat/
petunjuk teknis dari tenaga ahli/ Lembaga yang ditunjuk
Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas atas
beban Kontraktor.
6. Untuk pekerjaan dengan tenaga khusus yang melibatkan pihak
ketiga selaku aplikator seperti pengeboran air dalam,
pengelasan, pengujian kualitas air pasca pekerjaan, instalasi
panel listrik dan pasang baru sambungan listrik. Kualitas
pekerjaan menjadi tanggungjawab pihak pelaksana pekerjaan
yang terlibat langsung dengan pemberi pekerjaan.
7. Pekerjaan yang melibatkan pihak ketiga harus menghasilkan
pekerjaan yang sesuai dengan standart yang ditentukan dalam
spektek dan gambar kerja. Hasil pekerjaan yang tidak sesuai
dengan yang disyaratkan secara teknis dalam spektek dan
gambar kerja harus dirubah/dibongkar untuk diperbaiki.
8. Ketidaksesuaian pekerjaan dengan gambar dan spektek akan
dilaporkan secara tertulis kepada PPK oleh konsultan pengawas
maupun tim teknis dinas.
9. Ketidaksesuaian pekerjaan yang tidak ditidaklanjuti oleh pihak
pelaksana akan mendapatkan teguran tertulis dari konsultan
pengawas dan dinas hingga sampai pemutusan hubungan kerja
(Cut Off) dengan sangsi sangsi mulai dari ganti rugi/denda
hingga pemutusan hubungan kerja yang berakibat black list
bagi pihak pelaksana pekerjaan.

Dalam rangka upaya untuk mewujudkan hasil pelaksanaan pekerjaan yang


sesuai dengan yang direncanakan dalam dokumen perencanaan dan gambar kerja.
Maka diperlukan sebuah metode pengawasan yang baik dan tersinergi dengan baik.
Dalam upaya mendukung proses pengawasan pekerjaan untuk mewujudkan hasil
pekerjaan yang baik maka selain pekerjaan pelaksana di awasi oleh tim teknis dari
dinas, pengawasan juga dilaksanakan leh konsultan pengawas. Adapun beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam proses pengawasan pekerjaan oleh pihak pelaksana
sebagai dukungan terhadap proses pengawasan pekerjaan yang dilaksanakan oleh
konsultan pengawas, beberapa hal tersebut diantaranya;
1. Pihak pelaksana pekerjaan harus melaporkan kesiapan pelaksanaan
pekerjaan sebelum memulai pekerjaan.
2. Pihak konsultan pengawas akan selalu mengawasi pekerjaan yang
dilaksanakan, memberikan saran teknis dan dampingan terhadap
aktualisasi perencanaan.
3. Dalam setiaap kunjungan pengawasan yang dilaksanakan oleh konsultan
pengawas, pihak pelaksana wajib menyediakan buku supervisi yang
berisi saran saran pekerjaan dan teguran teguran yang terkait dengan
metode kerja, kualitas pekerjaan, kesesuaian pekerjaan dengan rencana
kerja hingga masa kerja pelaksana kegiatan
4. Pengawasan mutu bahan;
- Pengawas berhak tahu mengenai spesifikasi dan kualitas barang
yang didatangkan oleh pihak pelaksana.
- Sebelum bahan bahan pabrikasi dengan spesifikasi khusus seperti
pipa PVC, Pipa Galvanis serta Besi beton terpasang maka pihak
konsultan pengawas wajib dan berhap melakukan pengecekan,
pengukuran dan pengambilan sampling bahan yang didatangkan.
- Pengawas pekerjaan berhak melakukan komplain dan
pengembalian barang barang pabrikasi yang didatangkan pihak
pelaksana pekerjaan bilamana tidak sesuai dengan spesifikasi
barang yang disyaratkan.
- Bilamana didapati bahan bahan pabrikasi yang tidak sesuai dengan
spesifikasi maka pihak pengawas akan mengambil sampling dan
bersurat kepada pihak tim teknis, PPTK dan PPK mengenai
ketidaksesuaian spesifikasi yang disyaratkan.
- Perintah pengembalian maupun perbaikan akan tertuang dalam
buku kunjungan dan evaluasi yang ditandatangani kedua belah
pihak.
- Sangsi terhadap pelanggaran mutu barang yang didatangkan akan
diberikan kepada pihak pelaksana dengan mengacu kepada pasal
pasal dalam perjanjian kontrak kerja.
5. Pengawasan terhadap kualitas dan kuantitas pekerjaan. Pengawas berhak
melakukan pengukuran terhadap kualitas pekerjaan, kualitas bahan serta
melakukan evaluasi terhadap pekerjaan yang dilaksanakan. Dalam
pengawasan terhadap kualitas dan kuantitas pekerjaan setidaknya
pengawas pekerjaan wajib melakukan opname pekerjaan bersama sama
setiap akhir pekan (hari sabtu) sebelum ditentukan bobot perolehan
pekerjaan yang akan dilaporkan pada PPK di awal minggu selanjutnya
(hari senin)
6. Laporan laporan mengenai kualitas dan kuantitas pekerjaan tertuang
dalam laporan harian dan mingguan yang dibuat pelaksana pekerjaan
diperiksa oleh tim konsultan pengawas dan disetujui oleh tim teknis
dinas.
7. Laporan harian dan mingguan pihak pelaksana kegiatan selanjutnya
dirangkum dalam laporan bulanan yang harus sesuai dengan laporan
mingguan dan bulanan konsultan pengawas.
8. Dasar Penentuan prestasi dan deviasi perolehan bobot pekerjaan dan
penyimpulan bahwa pekerjaan telah masih on scedule atau mengalami
keterlambatan didapatkan dengan membandingkan antara time scedule
rencana kerja yang telah disepakati dengan realisasi pelaksanaan
pekerjaan.
9. Keterlambatan pekerjaan tanpa alasan yang kuat akan ,mendapatkan
teguran dari pihak konsultan pengawas hingga lagsung dari PPK dan
PPTK.
10. Surat teguran yang diberikan hingga tiga kali oleh pihak pemberi
pekerjaan dapat dijadikan bahan pertimbangan pemutusan kontrak
pekerjaan. Pengambilan keputusan mengenai penghentian kerjasama ini
didapatkan setelah pihak pemberi pekerjaan mendapatkan penjelasan
dari pihak konsultan pengawas.
11. Pemutusan hubungan kerja didasarkan pada jumlah denda yang harus
dibayarkan oleh pihak pelaksana kegiatan sesuai dengan pasal 93
perpres 54 tahun 2010. Dimana dalam pasal 120 perpres 54 tahun 2010
disebutkan bahwa bilamana keterlambatan terjadi maka pihak
pelaksana pekerjaan akan dikenakan denda sebesar 1/1000
dari nilai kontrak yang diterima pada setiap harinya.
12. Denda diberlakukan manakala terjadi deviasi bobot sebesar
15% dari total bobot.

Anda mungkin juga menyukai