Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN AKTIVITAS SEKSUAL PADA

WANITA MENOPAUSE DI DESA KELET KECAMATAN KELING KABUPATEN


JEPARA

Nia Safitri
Program Studi Diploma Tiga Kebidanan STIKES Bakti Utama Pati
Email: safitrinia803@gmail.com

ABSTRAK

Setiap wanita dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa menopause dimana umumnya
akan mengalami berbagai perubahan yang dapat mengundang stress. Masalah yang dapat menimbulkan
stress antara lain mencakup aspek fisiologis, psikologis dan seksual. Mereka stress dengan berakhirnya era
reproduksi yang berarti berhentinya nafsu seksual. Berdasarkan survey pendahuluan di BPS Tiwik
Kabupaten Jepara Tahun 2019 terhadap 10 wanita menopause yang berumur 45 – 55 tahun diperoleh hasil
bahwa 4 wanita menopause mengatakan bahwa mereka merasakan perasaan yang tidak nyaman, gelisah,
khawatir, takut pasangannya tidak puas karena ibu merasakan nyeri di alat kelaminnya saat berhubungan
seksual, tangan ibu menjadi dingin, ibu terkadang terbangun pada malam hari. 3 wanita menopause
mengatakan bahwa mereka sulit tidur, tidur tidak tenang dan susah berkonsentrasi karena ibu sudah malas,
tidak kuat serta tidak ada gairah lagi untuk melakukan hubungan seksual. Sedangkan 3 wanita menopause
mengatakan tidak pernah terbangun di malam hari, tidak khawatir saat melakukan hubungan seksual,
karena ibu masih bisa melayani keinginan suami untuk melakukan hubungan seksual. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui antara tingkat stress dengan aktifitas seksual pada wanita menopause di Desa
Kelet Kecamatan Keling Kabupaten Jepara. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi korelasi analitik
dengan rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional yaitu peneliti melakukan observasi
atau pengukuran variabel pada suatu saat tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang berusia
45-55 tahun di Desa Kelet Kecamatan Keling sebanyak 44 orang. Teknik sampling menggunakan Stratified
random sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara tingkat stress dengan aktifitas
seksual pada wanita menopause di Desa Kelet Kecamatan Keling dengan P value = 0,0012 dan χ2 = 8,859.
Ibu yang mengalami tingkat stress ringan cenderung melakukan aktifitas seksualnya sedangkan yang tingkat
stressnya berat tidak melakukan aktifitas seksual.
Kata Kunci : Menopause, aktifitas seksual, perilaku dan stress

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN STRESS LEVELS AND SEXUAL


ACTIVITY IN MENOPAUSAL WOMEN IN KELET VILLAGE, KELING
DISTRICT, JEPARA REGENCY
Every woman in her developmental stage will experience menopause, which generally will
experience various stressful changes. Problems that can cause stress include physiological, psychological
and sexual aspects. They were stressed towards the end of the reproductive era which meant the cessation of
sexual desire. Based on a preliminary survey at, Jepara Regency in 2019 of 10 menopausal women aged 45 -
55 years, the results showed that 4 menopausal women stated that they felt uncomfortable, anxious, worried,
afraid that their partners would be dissatisfied because their mothers felt uncomfortable. pain in his genitals.
during intercourse, the mother's hands become cold, sometimes the mother wakes up at night. 3 menopausal
women said that they had difficulty sleeping, slept poorly and had difficulty concentrating because their
mothers were lazy, not strong enough and had no more desire to have sexual intercourse. Meanwhile, 3
menopausal women stated that they never wake up at night, are not worried during sexual intercourse,
because the mother can still serve her husband's wishes for sexual intercourse. The purpose of this study was
to determine the level of stress and sexual activity in menopausal women in Kelet Village, Keling District,
Jepara Regency. This type of research is a correlation analytic study with a research design using a cross-
sectional approach, where the researcher observes or measures variables at a certain time. The sample in
this study were 44 mothers aged 45-55 years in Kelet Village, Keling District. The sampling technique used
stratified random sampling.
Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Aktivitas Seksual Pada Wanita Menopouse Di Desa Kelet Kecamatan Keling
Kabupaten Jepara (Nia Safitri) Page 1
The results showed that there was a relationship between stress levels and sexual activity in
menopausal women in Kelet Village, Keling District with Pvalue = 0.0012 and 8.2 = 8.859. Mothers who
experience mild stress levels tend to engage in sexual activity while mothers with severe stress levels do not
engage in sexual activity
Keyword: menopause, sexual activity, behavior and stress

Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Aktivitas Seksual Pada Wanita Menopouse Di Desa Kelet Kecamatan Keling
Kabupaten Jepara (Nia Safitri) Page 2
LATAR BELAKANG
Saat menghadapi masa menopause seorang informasi yang benar sehingga dibayangkannya
wanita tidak hanya diperhadapkan pada masalah adalah efek negatif yang akan dialami setelah
penurunan fungsi alat reproduksi saja tetapi juga memasuki masa menopause. Mereka stres dengan
diperhadapkan pada asumsi dan sikap masyarakat berakhirnya era reproduksi yang berarti
bahwa usia menopause adalah usia yang berhentinya nafsu seksual dan fisik. Apalagi
menyedihkan, kehilangan kecantikan, kulit keriput, menyadari dirinya akan menjadi tua, yang berarti
dan libido berkurang. Hal ini dapat menyebabkan kecantikannya akan memudar. Seiring dengan hal
trauma psikis, depresi, cemas, dan mudah itu, validitas dan fungsi organ tubuhnya akan
tersinggung. Terlebih lagi jika pada usia itu menurun.
bersamaan dengan makin dewasanya anak-anak Perubahan aktifitas seksual di usia
yang menyebabkan mereka tidak lagi bergantung menopause tidak hanya dipengaruhi oleh
pada ibunya yang menyebabkan si ibu merasa perubahan yang terjadi akibat penurunan fungsi
tidak diperlukan lagi baik oleh anak maupun reproduksi tetapi juga dipengaruhi oleh kurangnya
suaminya (Tagliaferri dkk, 2016). informasi dan pengetahuan tentang dampak
Keluhan psikis sifatnya sangat individual penurunan fungsi reproduksi terhadap penurunan
yang dipengaruhi oleh sosial budaya, pendidikan, respon seksual di usia menopause yang sebenarnya
lingkungan, dan ekonomi. Keluhan fisik maupun dapat diperoleh melalui program pelayanan
psikis ini tentu saja akan mengganggu kesehatan kesehatan reproduksi lansia di fasilitas kesehatan
wanita yang bersangkutan termasuk perkembangan (Varney, 2014). Hal ini akan menghilangkan
psikisnya. Selain itu, bisa mempengaruhi kualitas kebanggaannya sebagai wanita. Keadaan ini
hidupnya. Dalam menyingkapi dirinya yang akan dikhawatirkannya akan memengaruhi
memasuki masa menopause, beberapa wanita hubungannya dengan suami maupun lingkungan
menyambutnya dengan biasa. Mereka menganggap sosialnya. Selain itu, usia ini sering dikaitkan
kondisi ini sebagai bagian dari siklus hidupnya. dengan timbulnya penyakit kanker atau penyakit
Setiap wanita dalam tahap lain yang sering muncul pada saat wanita
perkembangannya akan mengalami masa memasuki usia tua.
menopause di mana pada umumnya seorang Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
wanita akan mengalami berbagai perubahan. Provinsi Jawa Tengah tahun 2019, angka wanita
Perubahan ini dapat menimbulkan berbagai yang mempunyai usia antara 45-55 tahun sebanyak
masalah dan dapat mengundang stres sehingga 2.244.645 jiwa, dikabupaten Jepara sebanyak
masa menopause diidentikkan dengan masa-masa 190.608 jiwa (18%) dan di Kecamatan Jepara
stres. Masalah yang dapat menimbulkan stres sebanyak 8.797 jiwa (DKK, 2019), Sedangkan dari
antara lain mencakup aspek fisiologis, aspek data demografi Desa Kelet Kecamatan Keling
psikologis, aspek psikososial dan aspek seksual. jumlah penduduk tahun 2019 ada 9.549 jiwa,
Namun hal ini berbeda-beda pada setiap wanita dengan jumlah wanita di Desa Kelet yang berumur
sehingga tingkat stresnya juga beragam. Menurut antara 45-55 tahun sebanyak 1741 (18.3%) jiwa
Kartono (2013), tingkat stres tersebut banyak (Data Tahunan Puskesmas, 2019).
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keinginan Beberapa tanda yang ditunjukkan wanita
mengingkari proses ketuaannya, sikap terlalu ketika mengalami stres, antara lain : merasa
mendramatisir proses ketuaannya, kemunduran berkeringat atau sering menggigil, jantung
jasmaniah dan anggapan bahwa hidupnya tidak berdebar, sering pergi ke toilet, mulut kering, sakit
mengandung harapan, penuh kepedihan dan di perut ( seperti sakit lambung/maag), mudah
dilupakan oleh orang lain. lelah dalam bekerja, sakit kepala tanpa sebab,
Salah satu faktor yang berperan dalam mudah tersinggung, tidak selera makan, kehilangan
mempengaruhi tingkat stres adalah sikap wanita rasa humor, merasa tidak berguna, sulit tidur, tidur
tersebut terhadap menopause itu sendiri.Banyak tidak tenang dan mudah terganggu, sering
wanita yang mengeluh bahwa dengan datangnya mengalami mimpi buruk ( Ahmad, 2017 ).
menopause mereka akan menjadi stres. Stres yang Gejala stres dapat menimbulkan dalam tiga
muncul pada wanita menopause sering bentuk yaitu, bentuk fisik : berat badan menurun,
dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam tangan menjadi dingin dan lembab, otot-otot tersa
menghadapi suatu situasi yang sebelumnya tidak tegang, jantung berdebar kencang, bahkan sampai
pernah dikhawatirkan. Wanita seperti ini sangat pingsan. Bentuk perilaku : seperti istirahat kurang,
sensitif terhadap pengaruh emosional dari fluktuasi dan pola makan tidak teratur. Serta dalam bentuk
hormon. Umumnya mereka tidak mendapat Psikologi : seperti mudah marah, ketakutan,
gelisah, susah berkonsentrasi dan aktifitas seksual ( semua subjek diamati tepat pada saat yang sama,
Masjoer, 2010 ). tetapi artinya tiap subjek hanya diobservasi atau
Banyak dijumpai wanita menopause pengukuran variabel satu kali saja dan pengukuran
mengalami penurunan fungsi tubuh secara variabel subjek pada saat pemeriksaan tersebut.
bertahap. Penurunan fungsi tubuh wanita Jadi pada cross sectional peneliti tidak melakukan
menopause rata-rata mengalami gejala seperti tindakan lanjut terhadap pengukuran yang
susah tidur, tidur tidak tenang, tangan menjadi dilakukan. Dalam penelitian ini tingkat tingkat
dingin, takut, gelisah, keringat dingin di malam stres dan aktivitas seksual diukur secara bersamaan
hari, dan susah berkonsentrasi. Sehingga dapat dalam satu kali pengukuran.
mempengaruhi aktifitas seksualnya. Sampel adalah sebagian yang diambil
Berdasarkan survey pendahuluan di dari keseluruhan objek yang diteliti dan yang
Kabupaten Jepara tahun 2020 terhadap 10 wanita dianggap mewakili seluruh populasi
menopause yang berumur 45 – 55 tahun diperoleh (Notoatmodjo, 2015). Jika jumlah subyeknya
hasil bahwa 4 wanita menopause mengatakan
besar, dapat diambil antara 10-15%, 20-25%,
bahwa mereka merasakan perasaan yang tidak
nyaman, gelisah, khawatir, takut pasangannya
30-35% (Arikunto,2016). Karena jumlah
tidak puas karena ibu merasakan nyeri di alat populasi dalam penelitian ini > 100 maka
kelaminnya saat berhubungan seksual, tangan peneliti mengambil sampel sebanyak 20% dari
menjadi dingin, ibu terkadang terbangun pada total populasi yaitu 20/100 x 220 = 44,jadi
malam hari. 3 wanita menopause mengatakan sampel yang diambil dalam penelitian ini
bahwa mereka sulit tidur, tidur tidak tenang dan sebanyak 44 wanita menopause.
susah berkonsentrasi karena ibu sudah malas, tidak
kuat serta tidak ada gairah lagi untuk melakukan
hubungan seksual. Sedangkan 3 wanita menopause Tabel 3.2 Tehnik Pengambilan Sampel
mengatakan tidak pernah terbangun di malam hari, No RW Jumlah Jumlah
tidak khawatir saat melakukan hubungan seksual,
karena ibu masih bisa melayani keinginan suami Populasi Sampel
untuk melakukan hubungan seksual. Berdasarkan
latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk 1 RW I 60 12
mengetahui “Hubungan Antara Tingkat Stress 2 RW 50 10
Dengan Aktifitas Seksual Pada Wanita Menopause
di Desa Kelet”. II
3 RW 40 8
METODE OBSERVASI
III
Jenis penelitian termasuk penelitian 4 RW 40 8
kuantitatif. Metode penelitian ini menggunakan
korelasi yaitu penelitian korelasi yang bertujuan IV
untuk menunjukkan hubungan antara dua variabel
yaitu variabel independen (Tingkat Stres) dan 5 RW 30 6
variabel dependen (Aktifitas seksual wanita V
menopause) yang dilakukan pada waktu yang
bersamaan (Azwar, 2011). Penelitian ini Jumlah 220 44
menggambarkan hubungan tingkat stress dengan
aktifitas seksual wanita menopause usia 45 – 55
tahun. Pendekatan penelitian ini menggunakan a. Kriteria Inklusi
rancangan cross sectional yaitu rancangan Adalah karakteristik umum subyek
penelitian yang pengukurannya atau penelitian dari suatu populasi target terjangkau
pengamatannya dilakukan secara simultan pada yang akan diteliti (Nursalam, 2013). Ibu usia 45 –
satu saat/sekali waktu (Setiawan dan Saryono, 55 tahun yang bersedia menjadi responden
2010). Dalam penelitian cross sectional, peneliti penelitian
melakukan observasi atau pengukuran variabel 1) Ibu yang sudah menopause
pada satu saat tertentu, kata satu bukan berarti 2) Penduduk asli yang dibuktikan dengan KTP

Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Aktivitas Seksual Pada Wanita Menopouse Di Desa Kelet Kecamatan Keling
Kabupaten Jepara (Nia Safitri) Page
3) Ibu yang bisa membaca dan menulis kuesioner dilakukan pada sasaran yang mempunyai
b. Kriteria Eksklusi karakteristik hamir sama dengan responden
Adalah menghilangkan atau ( Notoatmodjo 2015 ).
mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria Hasil perhitungan tiap – tiap item dibandingkan
inklusi dari studi ke berbagai subyek dengan tabel nilai Product Moment . Dikatakan
(Nursalam, 2013) valid jika nilai r hitung untuk masing – masing
1) Ibu yang mengundurkan diri sebagai pertanyaan > r tabel.
responden penelitian
2) Ibu yang pindah tempat saat pengambilan Reliabilitas
data Uji Reliabilitas menunjukkan pada satu
Teknik Sampling pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat
Teknik sampling adalah suatu cara yang dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
ditempuh dalam pengambilan sempel yang benar data karena instrumen tersebut sudah baik
dan sesuai dengan keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2016).
(Notoatmojo, 2013). Menurut Hidayat (2017) setelah mengukur
Teknik sampling yang digunakan dalam validitas, harus dilakukan pengukuran reliabilitas
penelitian ini adalah Stratified random dan setelah itu dapat diketahui apakah alat ukur
sampling.Tehnik ini digunakan bila populasi dapat digunakan atau tidak. Untuk melakukan uji
mempunyai anggota/ unsur yang tidak homogen reliabilitas dapat digunakan program SPSS 13.0
dan berstrata secara proposional. Penentuan strata dengan menggunakan Uji Statistik Cronbach
dapat didasarkan bermacam – macam, misalnya Alpha. Adapun kriteria bahwa instrumen itu
strata ekonomi, strata pendidikan, strata umum, dikatakan reliabel, apabila nilai yang didapat
strata kelas dan sebagainya dalam proses pengujian dengan uji statistik
Penentuan strata dapat didasarkan bermacam Cronbach Alpha > 0,60. Dan sebaliknya jika
– macam, misalnya strata ekonomi, strata Cronbach Alpha diketemukan angka koefisien
pendidikan, strata umum, strata kelas dan lebih kecil (< 0,60), maka dikatakan tidak reliabel.
sebagainya
HASIL DAN PEMBAHASAN OBSERVASI
Uji validitas A. HASIL OBSERVASI
Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat – tingkat kevalidtan sesuatu 1. Analisis
instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai
validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang Univariat
valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, a. Tingkat Stress
2016).
Tabel 4.1
Rumus yang dapat digunakan adalah yaitu Distribusi Frekuensi Tingkat Stress Pada
”pearson’s product moment” : Wanita Menopause Di Desa Kelet, Keling
r hitung = Kabupaten Jepara

No Tingkat Frekuensi Persentase


stress (%)
1 Ringan 7 15,9
Keterangan :
r hitung : koefisien tiap butir pernyataan 2 Sedang 35 79,5

3 Berat 2 4,5
: jumlah skor aitem
Total 44 100
(Sumber : data primer)
Y : jumlah skor total
n : jumlah responden Tabel 4.1 menunjukkan bahwa terbanyak
responden mengalami stress dalam tingkat sedang
Kuesioner sebelum digunakan terlebih dahulu akan yaitu sebanyak 35 orang (79,5%), responden
diuji coba satu kali ( Sugiono 2019 ). Uji coba

Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Aktivitas Seksual Pada Wanita Menopouse Di Desa Kelet Kecamatan Keling
Kabupaten Jepara (Nia Safitri) Page v
terkecil dengan stress tingkat berat yaitu hanya 2 orang sedangkan yang tidak melakukan ada 8
orang (4,5%). orang, responden yang mengalami stress tingkat
berat yang melakukan aktifitas seksual tidak ada
b. Aktifitas seksual
(0%) sedangkan yang tidak melakukan ada 2
Tabel 4.2
orang.
Distribusi Frekuensi Aktifitas Seksual Pada
Wanita Menopause Di Desa Kelet Keling Berdasarkan hasil uji korelasi chi square
Kabupaten Jepara diperoleh X2 hitung = 8,859 atau pvalue=0,012
( dibandingkan dengan taraf signifikansi 5% maka
S No Aktifitas Frekuens Persentase u pvalue (0,012) < (0,05), berarti Ho ditolak dan Ha
m Seksual i (%) b diterima, hal ini dapat disimpulkan ada hubungan
e 1 Melakukan 34 77,3 r yang signifikan antara tingkat stress dengan
: aktifitas seksual wanita menopause di Desa Kelet
2
Tidak 10 22,7 Keling Kabupaten Jepara
melakukan
Total 44 100
data primer) PEMBAHASAN
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden 1. Analisis univariat
yang melakukan aktifitas seksual lebih banyak a. Tingkat Stress
yaitu ada 34 orang sedangkan yang tidak Berdasarkan hasil penelitian diketahui
melakukan ada 10 orang. bahwa sebagian besar responden
c. Usia Menopause mengalami tingkat stres sedang, yaitu
Tabel 4.3 sebanyak 35 orang (79,5%). Hanya 2
Distribusi Frekuensi Usia Menopause Pada responden (4,5%) yang mengalami tingkat
Wanita Menopause Di stres berat. Sedangkan 7 responden
Desa Kelet Keling Kabupaten Jepara (15,9%) hanya mengalami stres ringan.
Berdasarkan hasil penelitian
No Usia Frekuensi Persentase menunjukkan bahwa responden mengalami
menopause (%) stres dalam tingkat sedang yaitu sebanyak
1 < 48 tahun 3 6,8 35 orang (79,5%) ditunjukkan dengan
wanita menopause mengalami gejala
2 48-55 41 93,2 seperti perasaan takut, susah tidur, sering
tahun ke toilet, dan mudah lelah.
Total 44 100 Stress adalah tanggapan/reaksi tubuh
(Sumber : data primer) terhadap berbagai tuntutan atau beban
atasnya yang bersifat non spesifik. (Iyus,
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden 2007). Stress bisa mengakibatkan
usia menopause 48-55 tahun sebanyak 41 orang munculnya keluhan fisik, emosi, kognitif
sedangkan yang < 48 tahun ada 3 orang. dan perilaku. Stress mempunyai beberapa
2. Analisis Bivariat tahapan, dari yang ringan sampai yang
a. Hubungan Tingkat Stress dengan tingkat akut. Mulai dari gejala sederhana
Aktifitas Seksual seperti munculnya perasaan gugup, mudah
Tabel 4.4 lelah, sampai munculnya gangguan
Tabulasi Silang Tingkat Stress dengan kesehatan.
Aktifitas Seksual Wanita Menopause Di Menurut (Wulandari Ari,2010) stres
Desa Kelet Keling Kabupaten Jepara adalah pengalaman yang mengakibatkan
ketidakseimbangan dalam diri seseorang.
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden Aktifitas Seksual
yang mengalami stress tingkat ringan semua N Ting Melakuk Tidak Total
melakukan aktifitas seksualnya yaitu sebanyak 7 o kat an Melakukan
orang dan yang tidak melakukan tidak ada (0%), Stres F % F % % F
responden yang mengalami stress tingkat sedang s
yang melakukan aktifitas seksual sebanyak 27 1 Ring 7 15, 0 0 15, 7
an 9 9
2 Seda 27 61, 8 18,2 79, 35
Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Aktivitas Seksual Pada Wanita Menopouse Di Desa Kelet Kecamatan Keling
ng 4 5
Kabupaten Jepara (Nia Safitri) Page v
3 Bera 0 0 2 4,5 4,
t 5 2
Total 34 77, 10 22 100 44
3 ,7
Saat menderita stres, penderita dianjurkan dengan masa berhentinya/menopause. Hal itu
untuk berbincang-bincang dengan orang dikarenakan keluarnya hormon dari ovarium
lain, siapapun. Yang penting ia dapat (indung telur) sudah berkurang, sehingga
membuat penderita memahami keadaan mengakibatkan haid tidak teratur bahkan tiba-
dirinya. Lebih baik lagi kalau konsultan ini tiba hilang sama sekali.
membuatnya dapat meningkatkan kualitas Tiap individu mempunyai siklus haid yang
hidup. berbeda. Awal mendapat haid antara wanita
Berdasarkan hasil penelitian di Desa yang satu dengan yang lain bisa berbeda, begitu
Kelet Kecamatan Keling diketahui bahwa pula dengan masa berhentinya/menopause.
sebagian besar wanita menopause Proses awal terjadinya mati haid dipengaruhi
mengalami stres tingkat sedang. Hal ini oleh; gen, ras, tingkat ekonomi, asupan gizi,
dikarenakan ibu sudah menopause adanya penyakit yang diderita, paritas,
sehingga ibu merasa cemas, panik dan pemakaian obat-obatan yang mengandung
takut saat berhubungan seksual. hormon, perkawinan, status dan juga nikotin
b. Aktifitas Seksual (rokok) (Yatim, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui Menopause mengandung arti akhir masa
bahwa sebagian besar dari 44 wanita menstruasi, tapi secara umum menopause
menopause, hanya 10 orang yang tidak mempunyai makna masa transisi atau peralihan,
melakukan aktifitas seksual sedangkan 34 dari tahun sebelum menstruasi terakhir sampai
responden melakukan aktifitas seksual. setahun sesudahnya. Hal itu dikarenakan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan keluarnya hormon dari ovarium (indung telur)
bahwa responden wanita menopause tetap sudah berkurang, sehingga mengakibatkan haid
melakukan aktifitas seksual ditunjukkan dengan tidak teratur bahkan tiba-tiba hilang sama
ibu bisa melakukan tingkah laku berkencan, sekali. Dengan adanya kompleksitas haid yang
bercumbu, sampai melakukan senggama terjadi, maka sudah memasuki masa peralihan
dengan pasangannya. yaitu masa-masa menopause (Lestary, 2010).
Aktifitas seksual adalah segala tingkah Berdasarlan hasil penelitian diketahui
laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik bahwa rata-rata usia menopause terjadi antara
dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama usia 48-55 tahun. Dengan usia yang sudah
jenis. Bentuk-bentuk aktifitas ini bisa mulai memasuki menopause ibu sering
bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik mengelurkan keringat dan susah berkonsentrasi
sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan saat berhubungan seksual.
bersenggama.(Sarwono, 2010). Hubungan 2. Analisis Bivariat
seksual dalam keluarga merupakan puncak a. Hubungan Tingkat Stress dengan Aktifitas
keharmonisan dan kebahagiaan. Oleh karena itu Seksual
kedua belah pihak harus menikmati bersama. Hasil uji korelasi chi square di dapatkan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui hasil nilai pvalue (0,012) < (0,05), berarti Ho
bahwa sebagian besar ibu masih melakukan ditolak dan Ha diterima, hal ini dapat
hubungan seksual saat menopause. Ibu disimpulkan ada hubungan antara tingkat stress
menopause yang melakukan hubungan seksual dengan aktifitas seksual wanita menopause di
merasa lemas atau tidak merasakan kesegaran BPM Tiwik Desa Kelet Kecamatan Keling
pada waktu selesai berhubungan karena ibu Kabupaten Jepara.
merasa cemas dan gelisah pada saat mau Menurut Martadidoebrata (2015) yang
berhubungan seksual. menyatakan bahwa usia menopause merupakan
c. Usia Menopause usia yang rentan dengan berbagai masalah antara
Berdasarkan hasil penelitian diketahui lain masalah seksualitas (meliputi masalah aktifitas
bahwa wanita menopause yang berusia 48-55 seksual dan masalah penurunan libido), masalah
tahun ada 41 orang, dan yang berusia kurang kemunduran fisik, masalah psikologi dan
dari 48 tahun ada 3 orang. sebagainya. Masalah-masalah tersebut muncul
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagai akibat dari penurunan fungsi reproduksi di
bahwa responden wanita menopause usia 48-55 usia menopause.
tahun sebanyak 41 orang ditunjukkan dengan Menurut Hawari (2011), kegairahan seseorang
tiap individu mendapat haid antara wanita yang di bidang seksual dapat pula terpengaruh karena
satu dengan yang lain bisa berbeda, begitu pula stres. Yang bersangkutan seringkali mengeluh

Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Aktivitas Seksual Pada Wanita Menopouse Di Desa Kelet Kecamatan Keling
Kabupaten Jepara (Nia Safitri) Page vi
libido menurun atau sebaliknya meningkat tidak Hidayat, Alimul Azis. 2018. Metode Penelitian
sebagaimana biasanya. Selain keluhan pada orang Keperawatan dan Teknik Analisis
yang bersangkutan dampak dari gangguan libido Data.Jakarta : Salemba Medika
ini dapat pula dirasakan oleh pasangannya. Lestary, Dewi. 2010. Seluk Beluk Menopause.
Dari hasil penelitian diatas diketahui bahwa Jogjakarta : Garailmu
sebagian besar ibu menopause mengalami stress Notoatmodjo, Soekidjo. 2013. Pendidikan dan
sedang dan tetap melakukan hubungan aktifitas Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
seksual. Ibu menopause merasa gugup saat Irawati T. (2016). Menopause dalam Usia Lanjut
melakukan aktifitas seksual sehingga ibu Kesrepro dot Info, Jakarta,
menopause lemas atau tidak merasakan kesegaran www.kesreproinfo.com, dibuka tanggal 12
pada waktu selesai berhubungan. Selain hal november 2020
tersebut diatas ibu menopause susah berkonsentrasi Kesuma B. (2019). Mengatasi Sindrom
saat melakukan hubungan seksual tetapi ibu Menopause, Jogjakarta, Pustaka Panasea
terpaksa melakukan hubungan seksual dengan Martaadisoebrata, dkk. (2015). Bunga Rampai
suami karena perasaan takut mengecewakan Obstetri dan Ginekologi Sosial, Jakarta,
suami. Upaya untuk mengurangi tingkat stess saat YBP-SP
melakukan aktifitas seksual bagi ibu menopause Notoatmodjo, Soekidjo. 2015. Metodologi
adalah memberikan penyuluhan terhadap ibu-ibu Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
tentang aktivitas seksual setelah menopause Cipta
Tagliaferri, dkk (2016). The New Menopause
KESIMPULAN DAN SARAN Book, Jakarta, PT Indeks
Northrup C. (2016). Bijak Di Saat Menopause,
A. Kesimpulan Jakarta, Q-Press
1. Sebagian besar responden mengalami Purwatiwidiastuti,2019.Menopause.http://
stress dalam tingkat sedang yaitu sebanyak purwatiwidiastuti.wordpress.com/
35 orang (79,5%), 2011/12/9/menopause-tulisan-1/29
2. Responden yang melakukan aktifitas november 2020.
seksual lebih banyak yaitu ada 34 orang Proverawati, Atikah. 2010. Menopause dan
(77,3%) Sindrome Premenopause. Yogyakarta :
3. Ada hubungan yang signifikan antara NuhaMedika
tingkat stress dengan aktifitas seksual pada Setiawan, Ari & Saryono. 2010. Metodologi
wanita menopause di Desa Kelet Keling Penelitian Kebidanan diiv, s1, s2.
Kabupaten Jepara, pvalue=0,012. Yogyakarta: Nuha Medika
Verney, Helen. 2017. Buku Ajar Asuhan
B. Saran Kebidanan. Edisi 4. Jakarta : EGC
1. Bagi petugas kesehatan Wirakusumah, Emma S. Tipdan Solusi Gizi Untuk
Agar lebih meningkatkan dalam Tetap Sehat, Cantik, dan Bahagia
memberikan penyuluhan pada ibu didengan Terapi Estrogen Alami Masa
menopouse mengenai cara mengatasi Menopause. Jakarta : PT Gramedia
stress dalam melakukan aktifitas seksual Pustaka Utama.
2. Bagi masyarakat/Ibu Yatim, Faisal. 2011. Haid Tidak Wajar. Jakarta :
Bagi ibu meskipun sudah Pustaka Populer Obor.
memasuki usia menopause agar berupaya
menghindari stress dalam menghadapi
aktifitas seksual, karena jika dibiarkan
berlarut-larut dapat mempengaruhi
kesehatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S.(2011). Penyusunan Skala Psikologis.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baziad, Ali. 2013. MenopausedanAndropause.
Jakarta: YBP-SP

Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Aktivitas Seksual Pada Wanita Menopouse Di Desa Kelet Kecamatan Keling
Kabupaten Jepara (Nia Safitri) Page i
Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Aktivitas Seksual Pada Wanita Menopouse Di Desa Kelet Kecamatan Keling
Kabupaten Jepara (Nia Safitri) Page
Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Aktivitas Seksual Pada Wanita Menopouse Di Desa Kelet Kecamatan Keling Kabupaten
Jepara (Nia Safitri) Page 12

Anda mungkin juga menyukai