J410190069
A. Tujuan
C. Pembahasan
Nyamuk merupakan salah satu vektor yang dapat membawa virus di dalam
tubuhnya dan menyebarkan penyakit tersebut melalui gigitannya, salah satunya
adalah nyamuk Aedes aegypti yang mungkin sering terdengar di kalangan masyarakat
1
Berikut gambar pensil telur nyamuk Culex sp dan jentik nyamuk Culex sp
4
Berikut foto jentik nyamuk Culex sp pengamatan dekat dan foto jentik di dalam gelas
plastik
D. Daftar Pustaka
Webb, C., Stephen, D., & Richard, R. 2016. A Guide to Mosquitoes of Australia.
Clayton south
Weitzel, T., Piotr, J., Katarzyna, R., Elzbieta, L., & Norbert, B. 2015. Culex pipiens
and Culex torrentium (Culicidae) in Wrocław area (Poland): occurrence and
breeding site preferences of mosquito vectors. Parasitol Res. 114, pp : 289–295.
Elita, A, 2013. Studi preferensi tempat bertelur dan berkembangbiak larva nyamuk
Aedes aegypti pada air terpolusi. Tesis. Institut Pertanian Bogor.
6
A. Tujuan
1. Untuk mengetahui keberadaan serta kepadatan larva nyamuk
2. Sebagai kegiatan aplikatif dilapangan sebagai kader juru pemantau jentik.
B. Isian Form Soal Survey Jentik
NO Nama Bak mandi Tempayan Kemasan Barang Kulkas/ Gentong Air Vas Bunga Lain-lain
Kepala Air Bekas bekas dispenser
Keluarg
a Jm Jml Jm l Jml Jm l Jml Jm l Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml
l + + + + + + + +
1 Amin 2 1 1 0 2 0
2 Badu 1 0 1 1 1 0
3 Charlie 2 0 1 0 3 1
4 Dadang 2 1
5 Endah 3 0 1 0
6 Fani 3 1 1 1 2 1
7 Helmi 1 1 2 0
8 Indri 1 0
9 Jamaludin 4 1 1 1
10 Kamaludin 2 0 1 0 1 0 1 0
11 Gandung 2 1 1 0
12 Ahmad 3 0 3 0 2 1
13 Kurniawan 1 0 2 1 2 0
14 Ilham 2 1 2 1 2 0 2 1
15 Budi 2 0 1 0 1 0 3 0
16 Adi 1 0 3 0 3 0
17 Eko 1 0 1 0 2 1 4 2
18 Nurul 2 0 2 1
19 Putra 2 1 1 0 1 1
20 Nia 3 1 2 0 3 2
21 Arif 1 0 2 1
22 Puspita 1 0 3 0 1 0 2 0
23 Arif 2 0 2 0 3 1
24 Indra 3 1 1 0 2 1
25 Dyah 1 0 2 1
26 Rizki 5 1 1 1 1 0
27 Maria 2 1 1 0 2 1
28 Ratih 1 1 1 0 1 0 2 0 5 1
29 Pratiwi 1 0 1 0 1 0 3 0
30 Kartika 2 0 2 1 2 1 6 2
31 Wulandari 1 0 3 0 6 1 10 1
32 Fajar 2 0 1 0 3 0
33 Bayu 2 1 2 1 4 2
34 Lestari 1 0 1 0 1 1 1 0 4 1
35 Anita 1 0 2 1 3 1
36 Muhammad 1 1 1 0 1 0 3 1
37 Kusuma 2 1 2 0 2 0 6 1
38 Rahmawati 1 0 10 0 5 3 16 3
39 Fitria 2 0 3 1 5 1
40 Retno 2 0 2 0 3 0 7 0
41 Kurnia 3 0 5 0 8 0
42 Nunung 1 0 1 0 2 1 4 1
43 Aditya 2 1 1 0 3 1
44 Ria 1 0 1 1 2 1
45 Nugroho 2 1 2 1 1 0 1 0 6 2
46 Putu 2 0 2 0
47 Handayani 2 1 1 0 2 0 5 1
48 Rahayu 5 0 4 0 2 0 11 0
49 Yunita 2 0 3 1 2 0 7 1
50 Rina 1 0 1 0 2 0 4 0
51 Ade 1 1 3 1 4 2
52 Widya 1 0 2 0 2 0 5 0
53 Intan 2 2 1 1 1 1 4 4
54 Diana 1 1 2 0 1 1 4 2
55 Agustina 2 0 2 0 3 1 7 1
56 Made 3 0 4 0 7 0
57 Abdul 1 1 1 1 2 2
58 Setiawan 1 0 1 0 2 1 5 1 9 2
59 Rezi 1 0 1 0 2 0
60 Rini 1 1 2 0 1 0 1 1 5 2
61 Wahyuni 1 0 1 0 2 0
62 Yulia 3 1 1 0 1 0 5 1
63 Maya 3 0 1 0 2 1 6 1
64 6Puji 1 0 1 0 4 0 6 0
65 Utami 1 1 2 1 3 1 6 3
66 Amalia 1 0 1 1 2 0 4 1
67 Dina 2 1 4 0 5 1 11 2
68 Dewi 1 0 1 1 2 0 5 1
69 Citra 1 0 1 0 2 1 1 0 5 1
70 Aried 1 0 1 0 1 0 3 0
71 Munaroh 2 1 5 1 7 2
72 Bagus 2 0 2 1 1 0 5 1
73 Hidayat 4 2 1 0 2 0 7 2
74 Rendra 1 0 2 0 1 0 4 0
75 Eva 1 0 1 0 2 1 4 1
76 Erika 1 1 1 1 2 2
77 Raden 1 0 1 1 1 1 2 0 5 2
78 Novia 1 1 2 1 3 2
79 Irma 3 0 2 0 5 0
80 Astuti 1 1 1 1 2 1 5 3
81 Achmad 2 0 4 1 6 1
82 Aulia 1 0 1 0 2 0
83 Surya 1 1 2 1 1 0 2 1 6 3
84 Amelia 1 0 2 0 1 1 4 1
85 Prima 2 0 4 1 6 1
86 Angga 1 0 2 1 3 1 6 2
87 Hadi 2 0 1 0 3 0
88 Diana 2 1 3 1 2 0 7 2
89 Anggraini 1 1 2 0 3 1
90 Wulan 2 0 2 1 4 1
91 Saputra 2 0 1 0 5 0 8 0
92 Yuni 3 0 2 1 2 0 7 1
93 Saras 1 1 1 1 5 0 7 2
94 Thomas 1 1 1 1 2 2
95 Amanda 2 0 1 0 3 1
96 Bima 3 1 1 0 2 1 6 2
97 Tania 2 1 1 1 1 1 4 3
98 Firman 2 0 1 0 3 0 6 0
99 Haikal 1 0 1 1 1 1 2 1 5 3
100 Jeni 4 0 4 0 2 1 10 1
10
11
12
C. Hasil hitung
III. FOGGING
A. Tujuan
Untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai prinsip fogging dan cara
penggunaan thermal fogger
B. Hasil
1) 2)
Step 1 : tekan tombol starter
Step 2 :pompa beberapa kali untuk menyalakan mesin
3) 4)
16
Step 3 : arahkan mocong mesin ke tempat yang akan di fogging, boleh
menyudut lancip ketika menghadapkan moncong mesin tapi jangan
mengarahkan terlalu ekstrim yaitu terlalu ke atas ataupun terlalu kebawah
Step 4 : buka kran asap, asap akan menyembur keluar dari moncong mesin.
Jika target sudah selesai, kran larutan ditutup kembali, sehingga asap tidak
lagi menyembur keluar dari moncong mesin, matikan mesin dengan cara
menutup kran bahan bakar.
https://youtu.be/9DjZj8pJbcI
C. Pembahasan
Dewasa ini upaya pemberantasan vector penyebab malaria yaitu nyamuk
Anopheles dan vector penyebab DBD yaitu nyauk Aedes aegyptie masih
belum efektif dilakukan oleh masyarakat dan juga pemerintah, angka kasus
keduanya masih dibilang tinggi, Kementerian Kesehatan Republik Indoneisa
mencatat pada tahun 2016, terdapat 201.885 penderita DBD di seluruh
wilayah Indonesia dimana sebanyak 1.585 penderita meninggal dunia akibat
serangan virus dengue yang berpindah ke dalam tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti. Bahkan di beberapa provinsi jumlah kasus
DBD cenderung meningkatkan atau pun bersifat fluktuatif namun masih pada
jumlah kasus yang cukup tinggi.Pada beberapa wilayah peningkatan kasus
DBD dipengaruhi oleh curah hujan dan kelembaban udara. (Kemenkes. 2017)
Salah satu cara untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah dengan
melakukan Fogging, pengasapan / fogging adalah pemberantasan nyamuk
yang menggunakan mesin atau alat, dimana nantinya alat tersebut akan
mengeluarkan asap yang mengandung insektisida untuk membunuh nyamuk
dewasa saja. Namun dalam penggunaan alat fogging sendiri harus dilakukan
oleh orang yang benar-benar terlatih dan sudah mengerti cara penggunaannya.
17
Sebab, fogging memiliki risiko negatif yang tinggi mulai dari resistensi,
kebakaran, kematian (bersifat racun) dan lain sebagainya, fogging sendiri
dilakukan bila hasil penyelidikan epidemiologi positif yakni ditemukan
penderita atau tersangka DBD/ditemukan tiga atau lebih penderita panas tanpa
sebab yang jelas dan ditemukan jentik. (Amelia-Yap, Chee hang Chen, Mohd
Sofian Azirun VLL, 2018)
18
Cara melakukan fogging yaitu :
1. Siapkan semua peralatan yang diperlukan dan periksa lokasi yang akan di
fogging.
2. Masukan larutan pestisida, bensin dan baterai sesuai dengan tempatnya
pada fog machine.
3. Pasanglah nozzle yang sesuai
4. Hidupkan fog machine dengan cara:
a. Jika menggunakan mesin puls fog kran bensin secukupnya, kemudian
tekan bulb (dipompa) beberapa kali hingga mesin hidup.
b. Jika menggunakan mesin swing fog SNI 1 tutup kran bensin dan pompa
5 kali. Kran bensin dibuka, kemudian tekan tombol starter bersamasama
dengan dipompa beberapa kali hingga mesin hidup.
5. Atur kran bensin dan katup udara hingga bunyi mesin terdengar normal
dan stabil.
6. gendong fog machine, arahkan moncong mesin ketempat-tempat yang
akan di fogging, dan moncong mesin dengan lantai diusahakan
membentuk sudut lancip, kemudian kran larutan dibuka, asap akan
menyembur keluar dari moncong mesin. Jika target sudah selesai, kran
larutan ditutup kembali, sehingga asap tidak lagi menyembur keluar dari
moncong mesin, matikan mesin dengan cara menutup kran bahan bakar.
(Susanti L dan Boesri H. 2012. )
19
D. DAFTAR PUSTAKA
20
A. TUJUAN
Untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai prinsip insecticide residual
spraying (IRS) dan cara penggunaan spraying can
B. HASIL
1) 2)
Step 1 : setelah memasukan larutan pestisida ke dalam tangki sekitar ¾ dari
tabung, lalu tutup tanki tersebut kemudian pompa hingga mencapai tekanan
maksimal agar cairan yang keluar merata dan cukup kuat dorongannya saat
keluar, setelah itu gendong alat spraying, boleh di sisi kanan maupun kiri dan
usahakan menggendong dari atas meja atau permukaan yang lebih tinggi dari
lantai yang dipijak
Step 2 : posisi tubuh berdiri sejauh 1 m dari dinding kemudian arahkan nozzle
ke dinding dengan jarak 45 cm, hitung pergerakan nozzle sampai hitungan ke-
7 dengan intonasi yang tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.
21
3) 4)
Step 3 : lakukan kembali step ke-2
Step 4 : lakukan kembali step ke-2 tetapi nozzle sedikit ditarik ke belakang,
agar posisinya tetap 45 cm dan cairan merata ke permukaan dinding
5) 6) 7)
22
Step 5 : lakukan kembali step ke-2, jarak nozzle pada dinding tetap 45 cm
Step 7 : lakukan step ke-2, jika ingin berpindah tempat lakukan dengan metode zig-
zag jika berakhir diakhir, maka perpindahan step 1 dimulai dari bawah
https://youtu.be/HukhaFagtU0
C. PEMBAHASAN
23
24
25
D. DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. The desk review malaria programe review 2016. Jakarta:
Kemenkes RI;2016. 1-74 p.
26
V. PERANGKAP LALAT
A. TUJUAN
a. Fly grill
b. Counter
c. Stopwatch
d. Alat tulis
C. CARA KERJA
1. Cari lokasi yang banyak terdapat lalat namun pastikan trap mudah diawasi dan
tidak hilang atau terbawa angin
2. Ambil dan buka trap lalat di tempat yang anda akan memasang
3. Pasang lem lalat 3-5 jam
4. Amati dan identifikasi lalat yang tertangkap
D. PEMBAHASAN
Tak dipungkiri lalat telah lama hidup berdampingan dengan manusia terutama
di lingkungan dengan sanitasi buruk dan seringkali menimbulkan masalah kesehatan
bagi manusia,. permasalahan yang ditimbulkan lalat ini nyaris tidak mendapatkan
perhatian dari pengelola program di jajaran kesehatan dan sektor lainnya terutama
masalah manajemen pengendalian penyakit bersumber lalat ini dilihat dari kurangnya
kegiatan monitoring dan surveilans keberadaan lalat di masyarakat (Andiarsa D,
Setianingsih I, Fadilly A, Hidayat S, Setyaningtyas DE, Hairani B, 2015)
27
Pada praktikum kali ini, dapur rumah saya menjadi lokasi yang saya pilih
untuk memasang trap lalat, alasan saya memilih lokasi tersebut karena di dapur
terdapat beberapa bahan makanan yang akan diolah menjadi makanan siap saji seperti
daging ayam, daging ikan bandeng, sayuran yang sudah dipotong-potong. Sebanyak
44 lalat tertangkap di trap lalat, setelah diidentifikasi dengan melihat ciri-ciri dari lalat
yang tertangkap, diperoleh jenis lalat tersebut adalah lalat rumah (Musca domestica)
dan lalat hijau (Chrysomya megacephala).
28
29
31
E. DAFTAR PUSTAKA
Andiarsa D, Setianingsih I, Fadilly A, Hidayat S, Setyaningtyas DE, Hairani B. 2015.
Gambaran bakteriologis lalat dan culicidae (Ordo: Diptera) di lingkungan
Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu. J Vektor Penyakit;9(2):37-44.
Suraini. 2011. Jenis - Jenis Lalat (Diptera) Dan Bakteri Enterobacteriaceae Yang
Terdapat Di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Kota Padang [Tesis].
Padang: Program
Nurita AT, Hassan AA. 2013. Filth flies associated with municipal solid waste and
impact of delay in cover soil application on adult filth fly emergence in a
sanitary landfill in Pulau Pinang, Malaysia. Bull Entomol Res;103(3):296–
302.
A. TUJUAN
1. Agar mahasiswa tahu bagaimana mengukur kepadatan kecoa di suatu lokasi
2. Agar mahasiswa dapat mengenali jenis kecoa sebagai pertimbangan
pengendalian
B. ALAT, BAHAN & CARA KERJA
1. Sticky Trap Kecoa
2. Umpan
Cara Kerja:
1. Carilah lokasi yang banyak terdapat kecoa namun pastikan trap anda mudah
diawasi, tidak kehujanan, tidak hilang atau terbawa angin.
2. Rangkai trap kecoa sesuai prosedur pemasangan trap agar siap digunakan
3. Pasang trap selama 1-3 hari sampai dapat kecoa
4. Amati dan Identifikasi kecoa yang tertangkap
C. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini pada hari pertama gudang menjadi lokasi saya
memasang trap kecoa, karena hasilnya nihil pada hari kedua saya pindah lokasi
trap menempel di dinding di dekat pintu belakang rumah saya. Alasan saya
memilih lokasi pertama yaitu gudang karena gudang merupakan tempat yang
lembab dan tempat menympan barang-barang yang tidak terawat sehingga bisa
menjadi tempat perkembang biakan kecoa, kemudian alasan saya memilih lokasi
kedua yaitu dinding dekat pintu belakang karena saya rasa mungkin ada kecoa
yang melintas disana. Keesokan harinya terdapat satu kecoa dan satu anak kodok,
setelah diidentifikasi berdasar ciri-ciri kecoa tersebut termasuk jenis Neostylopyga
rhombifolia (Kecoa Harlequin)
33
Untuk menghindari adanya kontak antara manusia dengan kecoa dan mencegah
timbulnya penyebaran penyakit, maka sangat diperlukan pengendalian vektor.
Sehingga peluang kecoa menjadi vektor mekanik dapat diminimalisir.Pengendalian
kecoa dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti secara sanitasi, biologis, mekanis
atau kimiawi. Pada umumnya cara kimiawi lebih banyak dilakukan oleh masyarakat
seperti penyemprotan atau pengasapan karena dinilai lebih praktis. Pengendalian
vektor penyakit dengan menggunakan insektisida masih jadi prioritas utama yang
dilakukan baik pemerintah maupun masyarakat. Pengendaian kimia yang paling
efektif digunakan adalah bubuk racun kecoa (boric acide), sedangkan pengendalian
dengan aerosol tidak mengurangi populasi kecoa. Noureldin et al. menunjukkan
bahwa pengendalian kecoa dengan borit acide atau asam borat secara signifikan dapat
mengurangi populasi kecoa dalam waktu dua belas minggu dibandingkan dengan
pengendalian lambdacyhalothrindan imidacloprid gel .
Kecoa termasuk jenis insecta yang berperan sebagai vektor mekanik beberapa
penyakit. Kecoa seringkali menganggu kenyamanan dan estetika karena
menimbulkan bau, pencetus alergi, membawa bakteri serta parasit, serta
meninggalkan noda pada dinding , lantai, dan perabot rumah. Penyakit yang dapat
ditularkan melalui kecoa diantaranya typus, toksoplasma, asma, TBC, kolera.
36
Pengendalian dengan metode baiting gel dianggap sebagai metode yang lebih
aman terhadap lingkungan dan manusia karena pengendalian dengan umpan ini
akan mengenai hewan sasaran saja melalui jalur oral.
37
D. DAFTAR PUSTAKA
Cahyani, L. K., Yuliawati, S., & Martini, M. (2018). Gambaran Faktor-Faktor
yang Terkait dengan Kepadatan Kecoa di Tempat Penjualan Bahan
Pangan dan Makanan Pasar Tradisional Kota Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal).6 (5):295-301.
Arifin, K. 2011. Penggunaan Musuh Alami sebagai Komponen Pengendalian
Hama Padi Berbasis Ekologi. Pengembangan Inovasi Pertanian 4: 29-46
Memona H, Manzoor F, Riaz S, 2017. Species diversity and distributional pattern
of cockroaches in Lahore, Pakistan. J Arthropod Borne Dis;11(2):239–49.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 50,2017 . Tentang standar baku mutu
kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan untuk vektor dan
binatang pembawa penyakit serta pengendaliannya. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Shahraki GH, Noor HM, Rafinejad J, Shahar MK, Ibrahim Y Bin, 2010. Efficacy
of sanitation and sanitary factors against the German cockroach (Blattella
germanica) infestation and effectiveness of educational programs on
sanitation in Iran. Asian Biomed;4(5):803– 10. 15. Noureld
. Mairawita, Rahayu R, Jannatan R. Cockroaches species (Dictyoptera) at
traditional
markets and hospitals in Padang , West Sumatra Indonesia;(September).
Fitriana, Dwi F , Retno, Hestingsih , Martini, P. G, 2017. Bakteri Kontaminan
Salmonella sp. Pada Kecoa (Blattidae) Di Kapal Domestik Yang
Bersandar di Pelabuhan Pangkal Balam Kepulauan Bangka Belitung.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal)
38
A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi tikus
2. Untuk mengetahui jenis umpan kesukaan tikus untuk penjebakan (trapping)
3. Untuk mengetahui keberadaan atau habitat tikus
4. Untuk mengetahui keberadaan ektoparasit pada tikus
B. ALAT & BAHAN
1. Single live trap
2. Umpan tikus (kelapa bakar, ikan)
3. Timbangan
4. Ember berisi air
5. Penggaris
6. Masker dan sarung tangan lateks
7. Buku catatan dan bolpoin
Cara Kerja
1. Pasanglah berbagai makanan ditempat-tempat yang akan dipasang
perangkap tikus (sesuai kaidah sampling). Hindarkan kemungkinan
termakan binatang peliharaan.
2. Timbang single live trap terlebih dahulu.
3. Biarkan selama sehari semalam.
4. Setelah tikus masuk dalam perangkap, timbang single live trap beserta
tikus yang ada didalamnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui berat
tikus yang ditangkap
39
5. Siapkan ember lalu isi air hingga penuh, kemudian masukkan tikus
beserta perangkapnya. Cara tersebut untuk mematikan tikus
6. Kemudian angkat tikus yang telah mati, ukur tikus tersebut
menggunakan mistar dengan cara memegangnya lalu mengukur Ear,
Hind Foot, Tail, Head n Body, Total Length, jumlah puting
7. Catat hasil pengukuran tikus tersebut
C. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini saya memilih dapur tetangga sebagai lokasi
penjebakan tikus menggunakan Rat Trap, alasan saya memilih dapur tetangga
sebagai lokasi penjebakan karena di rumah tetangga saya kerap ditemukan
adanya tikus. Saya mendapati seekor tikus yang terjebak di Rat Trap, setelah
diidentifikasi tikus tersebut termasuk jenis Mus musculus (Mencit Rumah).
Ciri mencit rumah diantaranya adalah memiliki panjang ekor berkisar 6-10,5
cm, hampir sama panjangny dengan panjang kepala dan badan 6,5-9,5 cm.
Tikus ini memiliki mata yang hitam dan menonjol, tlinga yang bulat,
moncong yang runcing dan kumis yang panjang, tikus dewasa dapat mencapai
12-30 gram, tikus ini berwarna cokelat terang hingga gelap, rambut pada
bagian perut berwarna putih abu-abu, warna ekor bagian bawah lebih terang
daripada atasnya
40
Namun para peneliti tidak pernah puas dan terus melakukan perbaikan dan
modifikasi jenis-jenis perangkap. Dalam perkembangannya terdapat enam jenis
perangkap Sherum Almunium Live Trap Solid, Sherum Almunium Live Trap
Ventilated, Tomahawuk Live Trap, Havahat Live Trap, Multiple live trap dan Single
live trap.
43
D. DAFTAR PUSTAKA
Riyanto, S. (2019). The Existence of Fleas in Rodents at Plague Observation
Area in Nongkojajar Pasuruan Regency. Jurnal Kesehatan Lingkungan.
11 (3):234-241.
Priyotmo, Yudhi Cahyo. (2015).Study Kepadatan Tikus dan Ektoparasit di
Daerah Perimeter dan buffer pelabuhan Laut Cilacap.
25010112150043
Suzuki H, Nunome M, Kinoshita G, Aplin KP, Vogel P, Kryukov AP, Jin
ML, Han SH, Maryanto I, Tsuchiya K, Ikeda H, Shiroishi T, Yonekawa
H, andMoriwaki K. (2013). Evolutionary and dispersal history of
Eurasian house mice Mus musculus clarified by more extensive
geographic sampling of mitochondrial DNA.Heredity (Edinb).
Nurunisa VF dan Lukman MB. (2012). Analisis daya saing dan strategi
pengembangan agribisnis teh Indonesia. Forum Agribisnis Vol. 2 No.1.
Bogor (ID): Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi Manajemen.
Institut Pertanian Bogor.