PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
I. ANGIOGENESIS
II. HEMANGIOMA
A. DEFINISI
sifatnya yang biasanya terlokalisasi dan efek massa. Namun, fakta bahwa
menentang proses neoplastik yang sebenarnya. Ada atau tidak adanya bundel
saraf yang secara erat dicampur dengan proliferasi vaskular telah digunakan
Meskipun jelas jinak, mereka bisa menjadi sangat besar dan tidak enak dilihat
dan bahkan bisa berakibat fatal jika mereka mempengaruhi struktur vital.
komplikasi yang terdokumentasi dengan baik ini tercatat. Banyak timbul pada
anak-anak, dan sejumlah besar hadir saat lahir.3 Lebih dari setengahnya muncul
di daerah kepala dan leher, tetapi mereka juga bisa terjadi di batang atau
B. EPIDEMIOLOGI
pada bayi yang baru lahir. Dikatakan bahwa 10% dari bayi yang baru lahir
ras kulit putih dan terendah pada ras asia. Hemangioma lebih sering terjadi
yang dilahirkan prematur dengan berat badan lahir kurang dari satu kilogram
2,3
. Sekitar 30% kasus hemangioma terlihat saat bayi lahir sementara 70%
literatur dikatakan 60% hemangioma terjadi pada daerah kepala dan leher dan
akan mengalami regresi spontan dan menghilang tanpa terapi apapun. Akan
2.4 PATOFISIOLOGI
Pada tahun 1982, berdasarkan histologi dan prilaku biologi lesi, Mulliken
dan Glowacki membagi kelainan vaskular yang terjadi pada kulit anak-anak
menjadi dua kelompok utama yaitu malformasi vaskuler dan hemangioma.8
Malformasi vaskular akan tampak saat lahir dan akan bertumbuh seiring
bertambahnya usia anak. Malformasi vaskular dikelompokkan menjadi tipe yang
high flow (malformasi arteri dan malformasi arteriovenosus) dan low flow
(malformasi vena, kapiler, dan limfatik).
a. Hemangioma intradermal
Tumor jinak ini berwarna merah kebiruan dan biasanya tidak
mengadakan regresi, dindingnya terdiri dari endotelium dewasa dan
resisten terhadap radiasi. Penerita biasanya datang dengan alasan
estetika.
b. Hemangioma kapiler
Hemangioma jenis ini merupakan bentuk hemangioma yang paling
sering terjadi, dengan angka insidensi 1-1,5% pada bayi. Kelainan ini
menonjol di permukaan kulit, tidak rata dan kemerahan. Lesi ini dapat
mengadakan regresi spontan sampai umur dewasa. Dindingnya terdiri
atas sel endotel embrio dan sensitif terhadap penyinaran. Tatalaksana
bervariasi dari menyuntikkan bahan sklerotik hingga pemberian radiasi
(600-800-rad dalam 2-3 kali penyinaran). Akan tetapi banyak ahli yang
kurang setuju akan kedua metode ini karena penyuntikan bahan
sklerotik dapat menyebabkan nekrosis dan jaringan parut sementara
pada penyinaran sering terjadi dermatitis bahkan dapat memicu
perkembangan suatu keganasan.
Proliferasi
Proliferasi Proses involusi Involusi selesai
Iinvolusi
selesai
UKURAN Ukuran
Umur (th)
Lahir 1 2 3 4 5 6 7
Gambar 12. Tiga fase
perjalanan alamiah
hemangioma.
Garis putus = tipe
“uncommon”; garis
LAHIR 1 2 3 =tipe4
penuh 5 6 7 (UMUR TAHUN)
“common”
Gambar: Histologis fase hemangioma, (dari kiri-kanan) fase proliferasi-fase involusi-
fase involusi selesai
1. USG5
Ultrasonografi berguna untuk membedakan hemangioma dari struktur
dermis yang dalam ataupun subkutan, seperti kista atau kelenjar limfe.
USG secara umum mempunyai keterbatasan untuk mengevaluasi ukuran
dan penyebaran hemangioma. Dikatakan juga bahwa USG doppler (2 kHz)
dapat digunakan untuk densitas pembuluh darah yang tinggi (lebih dari 5
pembuluh darah/m2) dan perubahan puncak arteri. Pemeriksaan
menggunakan alat ini merupakan pemeriksaan yang sensitif dan spesifik
untuk mengenali suatu hemangioma infantil dan membedakannya dari
massa jaringan lunak lain.
2. MRI5
MRI merupakan modalitas imaging pilihan karena mampu mengetahui
lokasi dan penyebaran baik hemangioma kutan dan ekstrakutan. MRI juga
dapat membantu membedakan hemangioma yang sedang berproliferasi
dari lesi vaskuler aliran tinggi/ high flow yang lain (misalnya malformasi
arteriovenus). Hemangioma dalam fase involusi memberikan gambaran
seperti pada lesi vaskuler aliran rendah/ low flow (misalnya malformasi
vena)
3. CT scan5
Pada RS yang tidak mempunyai fasilitas MRI, dapat merggunakan CT
scan walaupun cara ini kurang mampu menggambarkan karakteristik atau
aliran darah. Penggunaan kontras dapat membantu membedakan
hemangioma dari penyakit keganasan atau massa lain yang menyerupai
hemangioma.
4. Foto polos5
Pemeriksaan foto polos seperti foto sinar X, masih bisa dipakai untuk
melihat apakah hemangioma mengganggu jalan nafas.
5. Biopsi kulit5
Biopsi diperlukan bila ada keraguan diagnosis ataupun untuk
menyingkirkan hemangioendotelioma kaposiformis atau penyakit
keganasan. Pemeriksaan immunohistokimia dapat membantu menegakkan
diagnosis. Komplikasi yang dapat terjadi pada tindakan biopsi ialah
perdarahan.
2.9 PENATALAKSANAAN
Pengobatan
Umumnya hemangioma tidak menimbulkan komplikasi, dan dapat
diobservasi hingga terjadi involusi spontan. Regresi spontan terjadi pada 80%
hingga 85% kasus pada usia 9 tahun. Seperti telah dikemukakan di atas untuk
memprediksi kemungkinan terjadinya giant hemangioma sangatlah sulit sehingga
perlu dijelaskan pada orang tua untuk kontrol teratur 3-6 bulan sekali atau lebih
cepat. Beberapa jenis hemangioma bisa mengancam jiwa atau fungsi organ dan
tentunya memerlukan penanganan segera. Pengobatan hemangioma masih
merupakan kontroversi. Beberapa ahli lebih memilih mengobati hemangioma
pada saat muncul untuk mencegah pembesaran, sebagian lagi memberikan
pengobatan atas indikasi adanya gangguan kosmetik atau bila sudah mulai
mengganggu fungsi organ. Pengobatan dilakukan pada hemangioma yang dapat
menyebabkan komplikasi fungsional, yang dapat menimbulkan perubahan bentuk
permanen, yang letaknya di tempat yang mengganggu kosmetik sehingga
menyebabkan distress psikososial,yang pertumbuhannya cepat atau yang
permukaannya bergaung yang mengalami ulserasi. Jenis pengobatan hemangioma
sangat tergantung pada ukuran, lokasi, beratnya tumor, usia pasien, dan laju
involusi. Gontijo8 et al, dalam suatu studi prospektif tentang hemangioma
infantile menyatakan bahwa ukuran yang besar, lokasi di wajah, dan/atau
morfologi tipe segmental merupakan faktor yang memperburuk prognosis
hemangioma dari segi timbulnya komplikasi dan keberhasilan pengobatan.5
B. Terapi medikamentosa
I. Terapi pilihan utama
a. Kortikosteroid
Umumnya para klinisi memilih steroid sebagai terapi medikamentosa
pilihan utama untuk mengobati hemangioma. Mekanisme yang jelas tentang peran
steroid belum diketahui secara pasti, walaupun ada dugaan bahwa steroid
berpengaruh terhadap hemangioma dengan cara5:
1. Menghambat kapasitas proliferasi pericytes immature.
2. Intensifikasi efek vasokonstriksi epinefrin maupun norefinefrin pada
pembuluh darah otot polos.
3. Memblok reseptor estradiol pada hemangioma.
4. Menghambat angiogenesis.
2. Kortikosteroid intralesi
Kortikosteroid intralesi sangat baik diberikan pada hemangioma
dengan ukuran kecil (diameter < 10 cm) dan lesi lokal bermasalah
(hemangioma disertai ulserasi atau dengan komplikasi misalnya terjadi
infeksi berulang pada daerah lesi). Dosis yang diberikan 2 – 3 mg/kg
setiap kali suntikan diulang setiapminggu selama 1 -2 bulan. Adanya
respon terapi yang baik terhadap steroid ditandai oleh pengecilan ukuran
hemangioma. Pemberian kortikosteroid intralesi dengan interval waktu 4 –
8 minggu merupakan terapi yang efektif sebagai upaya untuk menghindari
efek samping terapi kortikosteropid sistemik.
Penyuntikan dapat pula dilakukan dengan interval bulanan,
sehingga dapat mengurangi efek samping yang tidak diinginkan, tetapi
dari laporan diketahui laju respon pengobatan dengan cara ini hanya
sekitar 85%. Efek samping potensial kortikosteroid intralesi antara lain,
berupa, atropi kulit, anafilaksis, perdarahan, nekrosis kulit dan supresi
adrenal, tetapi umumnya suntikan dapat ditoleransi dengan baik. Perhatian
khusus harus diberikan pada periokuler. Pada hemangioma jenis ini dosis
kortikosteroid intralesi tidak boleh melebihi 3-5 mg/kg triamcinolone
setiap sesi suntikan. Beberapa ahli mengemukakan bahwa pemberian
kortikosteroid intralesi pada daerah periocular dikontra-indikasikan, sejak
diketahui menyebabkan banyak komplikasi seperti atropi kulit, nekrosis,
dan oklusi arteri retina sentral, dengan konsekuensi kebutaan.
3. Kortikosteroid topikal
Kortikosteroid topikal (langsung pada daerah lesi hemangioma)
biasanya efektif pada hemangioma tipe cutaneous.
2. Vinkristin
Vinkristin dapat dipertimbangkan pemberiannya pada kasus yang
gagal dengan terapi steroid sebanyak dua siklus pengobatan, yang
mengalami kekambuhan dan yang tidak dapat mentoleransi pengobatan
medikamentosa lain. Vinkristin mempengaruhi mitotic spindle
microtubules dan merangsang proses apoptosis pada sel tumor in vitro.
Ada laporan yang menyatakan bahwa vinkristin efektif digunakan pada
kasus hemangioma yang mengancam jiwa yang resisten terhadap
pengobatan steroid. Taki et al, menyatakan bahwa padakasus intractable
Kasabach-Merritt syndrome pemberian vinkristin sangat efektif, sehingga
mereka menyarankan pemakaian vinkristin pada kasus demikian.
Dosis yang dianjurkan 1.5 mg/m2 per kali suntikan, jika diperlukan
dapat diulang satu kali lagi dengan interval 2-3 bulan setelah suntikan
pertama.
3. Bleomisin
Omidvari et al5, melaporkan pemberian bleomisin intralesi pada
kasus hemangioma yang mengalami komplikasi, yaitu hemangioma yang
mengalami infeksi sekunder, permukaannya bergaung dan hemangioma
yang tumbuh sangat cepat. Mereka mengambil suatu kesimpulan bahwa
pemberian bleomisin mudah, aman dan merupakan terapi yang efektif
untuk mengobati hemangioma dengan komplikasi. Ada peneliti lain yang
memberikan suntikan local bleomisin pada 210 anak dengan hemangioma
kavernosus dengan tingkat keberhasilan 91.2%. Terapi dengan bleomisin
tidak efektif pada hemangioma pampiniform yaitu hemangioma yang
terjadi akibat malformasi vena di pleksus pampiniform pada skrotum.
Dosis bleomisin intralesi 2 mg (diberikan dalam larutan 0.4mg/ml).
Suntikan dapat diulang sebanyak 6-10 kali dengan interval 4-6 minggu.
1. Bedah eksisi
Indikasi bedah eksisi ialah sebagai berikut5:
1. Hemangioma yang tumbuh secara progresif.
2. Hemangioma yang mengalami infeksi berulang.
3. Hemangioma yang permukaannya bergaung, sehingga ditakutkan
disertai keganasan.
4. Mengganggu secara kosmetika.
5. Hemangioma yang gagal dengan pengobatan medikamentosa.
6. Hemangioma yang bertangkai.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Hemangioma. Available at :
http://www.medicalglossary.org/
neoplasms_vascular_tissue_hemangioma_definitions.html, acessed on
November 4th 2012.
2. Ziegler M, Azizkhan R, Weber T, editors. Operative Pediatric Surgery.
International edition. New York : Mcgraw-Hill Co ; 2003. p. 1002-5
3. Fishman S, Mulliken J.B. Pediatric Surgery for The Primary Care
Pediatrician. In: Fishman S, editor. Pediatric Clinics of North America.
Philadelphia : WB Saunders Co; 1998. p. 1455-77
4. Mitchell, Kumar, Abbas, Fausto. BS Dasar Patologis Penyakit ed 7.
Jakarta : EGC, . p71-72.
5. Nafianti S. Hemangioma anak. Available at:
http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/12-3-11.pdf, accessed on
November 05th 2012.
6. Roche. Angiogenensis. Available at:
http://www.roche.co.id/fmfiles/re7175008/Indonesian/media/
lembar.informasi/Onkologi/Avastin/
Lembar.Informasi.VEGF.dan.Angiogenesis.pdf, acessed on November 05th
2012.
7. Reksoprodjo S, et al. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FKUI. Jakarta:
Penerbit Binarupa Aksara, 1995.
8. Donelly L, et al. Vascular Malformation and Hemangiomas. Available at:
http://www.ajronline.org/content/174/3/597.full, accessed on November
06th 2012.
9. Zhang, et al. Proliferation hemangiomas formation through dual
mechanism of vascular endothelial growth factor mediated endothelial
progenitor cells proliferation and mobilization through matrix
metalloproteinases 9. Elsevier Medical Hypotheses, 2008. P815-818.
Available at: http://intl.elsevierhealth.com/journals/mehy. Acessed on
November 5th 2012.
10. Hamzah, Mochtar. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Balai Penerbit
FKUI: Jakarta, 2008.