Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT & KARET

DOSEN PEMBIMBING : KAMSIA DORLIANA, S.Pd., M.Si

NAMA : MHD. REZA FAHLEVI

NPM : 1903100071

KELAS : VB AGROTEKNOLOGI

UNIVERSITAS LABUHANBATU
FAKULTAS PERTANIAN
AGROTEKNOLOGI
2020/2021
Identitas Jurnal

Jurnal 1
Judul : Pengelolaan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) di
Sumatera Utara dengan Aspek Khusus Pembibitan
Jurnal : Bul. Agrohorti
Volume dan Hal. : Vol. 4, No. 1; 94-103
Tahun : 2016
Penulis : Radhiya Nur Anwar dan Suwarto

Jurnal 2
Judul : Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis Mull Arg.) Setelah
Pemberian Beberapa Dosis Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)
Indigineous Dari Hutan Pendidikan Dan Penelitian Biologi (HPPB)
Universitas Andalas Padang
Jurnal : Jurnal Biologi Universitas Andalas
ISSN : 2303-2162
Volume dan Hal. : Vol. 4, No. 1; 31-37
Tahun : 2015
Penulis : Akhyar Salim , Zozy Aneloi Noli dan Suwirmen

Jurnal 3
Judul : Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun
Adolina, Sumatera Utara
Jurnal : Bul. Agrohorti
Volume dan Hal. : Vol. 5, No. 2; 157-166
Tahun : 2017
Penulis : Amalia Aldina Thoha dan Sudradjat

Ringkasan Isi Jurnal


Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang cukup penting sebagai
sumber devisa non migas bagi Indonesia. Luas areal karet Indonesia 85% (2.8 juta ha)
merupakan areal perkebunan karet rakyat yang memberikan kontribusi 81% terhadap produksi
karet alam nasional. Pada tahun 2025, Indonesia menargetkan menjadi negara penghasil karet
alam terbesar di dunia dengan produksi 3.8-4.0 juta ton tahun -1 . Permasalahan utama
perkebunan karet adalah masih rendahnya produktivitas tanaman karet dan tingginya tingkat
kematian bibit setelah beberapa saat tanam di lapangan.
Perbaikan teknologi budi daya menjadi salah satu meningkatkan produksi karet di
Indonesia. Persiapan pembibitan merupakan aspek budi daya yang sangat penting dilakukan
sebelum tanaman menghasilkan menjadi tua dan kurang produktif atau umur ekonomisnya
habis. Perbanyakan vegetatif mempunyai peranan yang penting dalam budi daya tanaman
perkebunan karena akan menghasilkan tanaman yang secara genetik sama dengan induknya,
sehingga memiliki sifat-sifat yang hampir seragam serta memiliki kemampuan produksi yang
merata. Penyediaan bibit tanaman karet dilakukan melalui perbanyakan vegetatif terutama
menggunakan teknik okulasi. Kendala yang terdapat dalam teknik okulasi tanaman karet
diantaranya adalah penggunaan klon unggul belum optimal dan pemilihan teknik okulasi yang
belum sesuai. Oleh karena itu pengamatan aspek-aspek yang mempengaruhi keberhasilan
okulasi perlu dilakukan.
Salah satu strategi meningkatkan ketahanan bibit karet yang dipindahkan ke lapangan
adalah membekali bibit dengan mikoriza. Pemberian atau pembekalan bibit karet dengan Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) dapat meningkatkan dan mempertahankan pertumbuhan pada
kondisi tanah yang tidak ideal. Penelitian mengenai isolasi dan potensi FMA juga telah
dilakukan oleh Contessa (2012), didapatkan isolat unggul tanaman pionir di HPPB dari genus
Glomus, Sclerocystis, Acaulospora dan Gigaspora yang terbukti dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman.
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) termasuk tanaman tahunan yang merupakan
tumbuhan tropis golongan palmae Alam Indonesia yang beriklim tropis dan wilayahnya
merupakan potensi besar sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Potensi produktivitas
kelapa sawit dapat mencapai 7 ton CPO ha-1 namun produktivitas rata-rata saat ini baru
mencapai 3.7 ton CPO ha-1 , sehingga masih dapat ditingkatkan melalui penggunaan benih
unggul dan teknologi budidaya yang tepat.
Kebutuhan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit meningkat seiring dengan
meningkatnya kebutuhan CPO (Crude Palm Oil) dunia. Minyak yang berasal dari kelapa sawit
ada dua macam yaitu CPO atau minyak kasar yang berasal dari daging buah yang dikeluarkan
melalui perebusan dan pemerasandan PKO (Palm Kernel Oil) atau minyak inti sawit yang
berasal dari inti sawit.
Manajemen pemanenan berkaitan erat dengan penentuan waktu panen. Waktu panen
buah kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Tandan
buah telah siap panen sekitar 5.5 bulan sejak terjadinya penyerbukan (Setyamidjaja 2006). Pada
umumnya kesiapan tandan buah mencapai berat sekitar 3 kg atu lebih untuk dipanen.
Pemanenan pada saat buah dalam keadaan lewat matang akan meningkatkan asam lemak bebas
(ALB). Meningkatnya asam lemak bebas karena pemanenan yang melewati matang dapat
menurunkan mutu minyak.

Jurnal 1.
Metode penelitian pada jurnal ini adalah melakukan kegiatan-kegiatan teknis yang
dilakukan antara lain pembibitan, pemupukan, pengendalian gulma, penyadapan, aplikasi
stimulansia, dan lainlain. Kegiatan manajerial dilakukan sebagai pendamping mandor selama
2 bulan, sebagai pendamping sinder Sub-Divisi selama 1 bulan, dan penyusunan laporan serta
membantu dalam kegiatan administrasi kebun untuk memperoleh keterampilan di tingkat
manajerial. Data primer diperoleh dengan mengamati parameter keberhasilan okulasi yaitu (1)
persentase keberhasilan okulasi pada berbagai kondisi batang bawah, (2) persentase
keberhasilan okulasi antar klon, (3) persentase keberhasilan okulasi pada berbagai waktu
okulasi, (4) pengamatan pertumbuhan tunas hasil okulasi, dan (5) pengamatan pertumbuhan
tanaman menghasilkan.
Pengamatan pada aspek khusus pembibitan tanaman karet dalam kegiatan magang
sebagai data primer yang dikumpulkan terdapat beberapa parameter khusus yang diamati,
yaitu:
1. Pengamatan persentase keberhasilan okulasi pada berbagai kondisi batang bawah.
Pengamatan terdiri atas 3 ulangan pada hari yang berbeda dan juru okulasi yang sama.
Setiap ulangan terdiri dari 35 tanaman contoh pada kondisi daun batang bawah yang
sedang flush dan dorman, sehingga terdapat 210 satuan pengamatan.
2. Pengamatan persentase keberhasilan okulasi pada 5 klon (PB 260, PB 330, PB 340,
DMI 13, DMI 35) yang diperoleh dari pemerikasaan okulasi pada kontrol ke-2.
Pengamatan terdiri atas 3 ulangan pada bedeng yang berbeda dan juru okulasi yang
sama. Setiap ulangan terdiri dari ±275 tanaman contoh, sehingga terdapat 4 125 satuan
percobaan.
3. Pengamatan tanaman contoh pada 3 waktu berbeda yaitu pada pukul 07.00-09.00,
09.00-11.00, dan 11.00-13.00 WIB. Pengamatan terdiri atas 3 ulangan pada bedeng
yang berbeda dan juru okulasi yang sama. Setiap ulangan terdiri atas ±450 tanaman
contoh, sehingga terdapat 4 050 satuan percobaan.
4. Pengamatan pertumbuhan tunas hasil okulasi pada 5 klon (PB 260, PB 330, PB 340,
DMI 13, DMI 35). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah daun pada
1 bulan dan 2 bulan setelah dilakukan penyerongan (cutback), kemudian dirata-ratakan.
Pengamatan terdiri atas 3 ulangan pada bedeng yang berbeda dan juru okulasi yang
sama. Setiap ulangan terdiri dari 35 tanaman contoh, sehingga terdapat 525 satuan
percobaan.
Hasil yang diperoleh adalah Secara khusus, aspek pembibitan pada tanaman karet
dipengaruhi oleh kegiatan okulasi yang dilakukan. Okulasi yang dilakukan di perkebunan
adalah okulasi hijau. Persentase keberhasilan okulasi dipengaruhi oleh beberapa hal
diantaranya kondisi batang bawah, kompatibilitas klon yang digunakan sebagai batang atas
(mata tunas) dan waktu okulasi. Kondisi batang bawah yang sedang dorman (81.90%)
mempunyai persentase keberhasilan okulasi lebih tinggi dari pada kondisi batang bawah yang
sedang flush (55.24%). Persentasi keberhasilan okulasi pada 5 klon yang diamati berbeda
nyata. Persentasi keberhasilan okulasi tertinggi yaitu klon PB 260 sebesar 86.13% dengan rata-
rata pertumbuhan tunas 12.25 cm dan persentase keberhasilan terendah yaitu pada klon DMI
35 sebesar 48.31%. Hal ini menunjukan bahwa klon batang atas PB 260 memilki kompatibilitas
yang tinggi. Waktu yang terbaik untuk melakukan okulasi pada tanaman karet adalah pada
pukul 07.00-09.00 WIB karena transpirasi dan intensitas cahaya matahari rendah. Cahaya yang
terlampau kuat akan mengurangi daya tahan batang entres.

Jurnal 2.
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat
perlakuan dan enam kali ulangan. Perlakuan terdiri dari tanpa inokulan (kontrol), inokulan 10
g, 20 g dan 30 g/polybag.
Cara pengerjaanya inokulasi dilakukan dengan cara setengah media tanam yang terdiri
dari tanah kebun dan pupuk NPK terlebih dahulu di masukkan kedalam polybag ukuran 10 kg,
setelah itu bibit karet dimasukkan kedalam polybag, dilanjutkan dengan pemberian inokulan
pada lubang tanam, kemudian setengah dari sisa media tanam dimasukkan kedalam polybag
untuk menutupi bibit yang sudah diinokulasi.
Pengamatan persentase bibit hidup dilakukan setelah bibit berumur delapan belas
minggu. Pertambahan tinggi tanaman menggunakan alat ukur dan pertambahan jumlah daun
dilakukan sekali dua minggu. Perhitungan persentase infeksi FMA dilakukan pada akhir
pengamatan dengan cara sampel akar dibersihkan dari tanah, akar tanaman yang muda diambil
dan dipotong 1 cm untuk masing-masing sampel setelah itu Potongan akar dimasukan ke dalam
botol film yang berisi larutan KOH 10% sampai terendam dan diinkubasi selama 24 jam,
kemudian dibilas dengan aquadest lalu potongan akar direndam dengan HCL 2% selama 3
menit hingga perakaran terlihat bersih kemudian diberi pewarna staining dan dibiarkan selama
24 jam setelah itu dibuang larutan tersebut dan diganti dengan larutan distaining kemudian
potongan akar diamati dibawah mikroskop.
Penghitungan bobot kering dilakukan pada akhir pengamatan dengan cara sampel berat
basah tanaman yang terdiri dari akar, batang dan daun dipotongpotong. Sampel tersebut
ditimbang dengan timbangan digital dan dibungkus dengan kertas koran kemudian dimasukan
ke dalam oven pada suhu 800 C selama 2 x 24 jam sampai beratnya konstan. Pengamatan
Mycorrizhal dependency dihitung menggunakan rumus (Habte and Manjunath, 1991).
Analisis data dilakukan terhadap rata-rata pertambahan tinggi tanaman, rata-rata
pertambahan jumlah daun, dan bobot kering tanaman dengan menggunakan analisis sidik
ragam. Bila pengaruh perlakuan berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut DNMRT
pada taraf 5%. Analisis Data persentase bibit yang hidup, derajat infeksi akar dan
ketergantungan tanaman terhadap mikoriza disajikan dengan cara deskriptif.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dosis FMA
Indegineous HPPB yang sesuai untuk pertumbuhan bibit karet adalah 10 g/bibit. Pertumbuhan
bibit karet dan jumlah daun pada dosis 10 g lebih cepat dibandingkan dengan dosis lainnya.
Rata-rata bobot kering batang, daun dan akar lebih tinggi pada dosis 10 g dibandingkan dengan
dosis lainnya.

Jurnal 3.
Pengamatan yang dilakukan pada kegiatan magang di perkebunan kelapa sawit antara
lain: kapasitas panen per orang, waktu tunggu TBS di TPH, pengangkutan tandan buah segar
(TBS), dan pengolahan TBS di pabrik. Pengamatan kapasitas panen meliputi jumlah TBS dan
berat TBS yang dipanen tiap orang. Metode yang digunakan adalah pengambilan contoh secara
acak, yaitu 10 orang pemanen dan diulang sebanyak tiga kali setiap pekan selama tiga bulan.
Perhitungan waktu tunggu TBS di TPH dilakukan pada 10 TPH dan diulang sebanyak tiga kali
setiap pekan selama tiga bulan. Pengamatan terhadap transportasi tandan buah segar dengan
menghitung jarak dan waktu tempuh antara TPH ke pabrik kelapa sawit serta lama tunggu truk
masuk ke pabrik. Sampel truk yang diamati adalah 1 /5 dari aktivitas truk yang dioperasikan
tiap harinya. Pengamatan yang dilakukan di pabrik yaitu penimbangan berat keseluruhan TBS
yang masuk ke pabrik, rendemen minyak, dan kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) atau Free
Fatty Acid (FFA).
Pengumpulan data yaitu dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer diperoleh melalui pengamatan langsung pada kegiatan di kebun
khususnya aspek pemanenan pada saat menjadi pendamping mandor atau pendamping asisten.
Pengumpulan data sekunder berupa data lokasi kebun, luas areal, kondisi iklim, kondisi lahan,
produktivitas, berat TBS, rendemen minyak, kadar FFA dalam minyak, struktur organisasi
perusahaan, rekomendasi pelaksanaan teknis budidaya dan informasi-informasi penting
lainnya yang dibutuhkan. Data sekunder diperoleh melalui arsip, informasi dari kantor dan
studi literatur.
Hasil dari penelitian ini adalah realisasi produksi di kebun Adolina berhasil mencapai
RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) yang ditetapkan oleh perusahaan tetapi pada
tahun 2013 tidak berhasil mencapai RKAP. Permasalahan utama di kebun Adolina adalah
tingginya kehilangan panen yang mempengaruhi produksi tanaman kelapa sawit. Angka
kerapatan panen yang di dapat 61.36% bahwa kebutuhan tenaga kerja panen sekitar 2-3 ha
perorang. Kapasitas pemanen adalah 145.75 TBS dan prestasi karyawan terdapat pada 925.31
kg HK-1 . Kualitas mutu buah yang di panen mencapai hampir 100% di atas standar yang
ditetapkan perusahaan. Berdasarkan data hasil pengangkutan, total TBS rata-rata yang diangkut
setiap truk adalah 688.4 tandan. Berat rata-rata tandan (BRT) adalah 6.73 kg. Waktu yang
dibutuhkan untuk mengangkut TBS dari kebun ke Pabrik Kelapa Sawit adalah 2.53 jam dengan
jarak rata-rata 7 km.

Anda mungkin juga menyukai