Anda di halaman 1dari 11

STANDARISASI MODUL PRAKTIKUM DI

LABORATORIUM PENDIDIKAN TEKNOLOGI


LABORATORIUM MEDIK

Oleh:
Prof. Dr. Undang Rosidin, M. Pd.
Dr. Viyanti, M. Pd.
(UNIVERSITAS LAMPUNG)

Disampaikan dalam
RAKERNAS AIPTLMI DAN WORKSHOP
Tanggal : 12 Maret 2022

ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI


TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK INDONESIA
2022
PENDAHULUAN
Laboratorium menjadi bagian penting sebagai salah satu perwujudan melaksanakan
bermacam-macam kegiatan penelitian, pengamatan, pelatihan dan pengujian ilmiah sebagai
pendekatan antara teori serta praktik dari berbagai macam disiplin ilmu. Laboratorium secara
fisik merujuk pada suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka yang dilengkapi berbagai
sarana prasarana untuk kebutuhan dalam berbagai macam percobaan. Laboratorium juga
memiliki beberapa fungsi dalam rangka menunjang berbagai kegiatan peneliti, yaitu: (1)
penyeimbangan antara teori dan praktik ilmu, serta menyatukan antara teori dan praktik; (2)
memberikan keterampilan kerja ilmiah; (3) memberikan dan memupuk keberanian untuk
mencari hakikat kebenaran ilmiah dari suatu objek keilmuan dalam lingkungan alam dan
lingkungan sosial; (4) menambah keterampilan dan keahlian dalam mempergunakan alat media
yang tersedia di dalam laboratorium; (5) memupuk rasa ingin tahu mengenai berbagai macam
keilmuan sehingga peneliti untuk terus mengkaji dan mencari kebenaran ilmiah dengan cara
penelitian, ujicoba, maupun eksperimentasi; (6) memupuk dan membina rasa percaya diri para
peneliti dalam keterampilan yang diperoleh atau terhadap penemuan yang didapat dalam proses
kegiatan kerja di laboratorium; (7) menjadi sumber belajar untuk memecahkan berbagai masalah
pembelajaran ataupun masalah yang terjadi ditengah masyarakat yang membutuhkan
penanganan dengan berbagai uji laboratorium. Beragamnya fungsi laboratorium bagi peneliti
mengharuskan pengelola laboratorium untuk menyusun aturan baku terkait penyelenggaran
semua kegiatan yang melibatkan laboratorium salah satunya adalah standarisasi modul
praktikum. Standarisasi modul praktikum diharapkan menjamin pengefisiensian
penyelenggaraan kegiatan laboratorium.

PEMBAHASAN
Ruang lingkup dalam pencapaian academic excellence memerlukan kesempurnaan proses
akademik dalam semua bidang, termasuk pusat sumber belajar seperti laboratorium. Sebuah
Laboratorium memerlukan beberapa standarisasi tata kelola laboratorium yang tidak hanya
menyangkut substansi, tetapi juga termasuk pada komponen-komponen penunjang lainnya
seperti standarisasi modul praktikum. Komponen-komponen penunjang tersebut secara efisien
harus dapat menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing. Seperti diketahui bahwa dalam
rangka menjalankan fungsi dan tugasnya modul praktikum termasuk kedalam media visual.
Sejalan dengan pendapat ahli Azhar A, (2009) bahwa fungsi media visual yang melingkupi
modul praktikum meliputi: (1) pada fungsi atensi: adanya media visual dapat menarik setra
mengarahkan perhatian mahasiswa untuk berkonsentrasi pada isi pembelajaran yang
disampaikan; (2) media visual juga dapat mempengaruhi emosi dalam mengambil keputsan; (3)
pada fungsi kognitif, media visual dapat dipahami dan dingat dengan mudah oleh siswa; fungsi
komoensatoris: memberikan konsteks untuk memamahami teks dan membantu mahasiswa yang
lemah dalam membaca.

Seperti diketahui bahwa modul praktikum yang didesain mengarah pada pencapaian
pembelajaran tidak terlepas dari langkah-langkah ilmiah didalamnya. Langkah ilmiah ini
menjamin mahasiswa bekerja sistematis dan mandiri, hal ini didukung oleh beberapa pendapat
ahli bahwa: (1) adanya sistematika dalam penulisan modul mulai dari isi materi, metode dan
dilengkapi alat evaluasi menjamin pembelajar belajar mandiri untuk meraih kompetensi yang
ditentukan (Anwar, 2010), (2) modul praktikum yang memuat langkah pendekatan keterampilan
proses sains menjamin ketercapaian keterampilan proses sains siswa (Sukardiyono dan Wardani,
2013); (3) keterlaksanaan kegiatan praktikum berhasil dengan baik jika didukung modul inkuiri
(Novianti, 2013); (4) modul praktikum berbasis inkuri yang diterapkan pada siswa secara
signifikan meningkatkan keterampilan meramalkan (Hafizul, dkk, 2016). Oleh karena itu
dibutuhkan modul praktikum yang memuat karakteristik: (1) self-instruction artinya modul yang
memuat tujuan pembelajaran jelas, materi pembelajarn dikemas dalam unit yang spesifik,
tersedia ilustrasi untuk mendukung penjelasan pemaparan materi pembelajaran, memuat latihan
soal, kontekstual, bahasa sederhana serta komukitafif, memuat rangkuman materi pembelajaran,
memuat isntrumen penilaian, terdapat ruang untuk pemberian umpan balik, terdapat informasi
rujukan berbagai sumber; (2) self-contained: artinya materi yang dikemas secara utuh
memberikan kesempatan mahasiswa belajar tuntas; (3) stand alone: artinya modul dapat berdiri
sendiri; (4) adaptif: artinya menyesuaikan dengan perkembangan IPTEK; (5) bersahabat: artinya
seluruh instruksi dalam modul mampu memandu mahasiswa belajar dengan bahasa sederhana,
serta menggunakan istilah umum (Nasution, 2006).
Modul praktikum yang didesain mengkonkretkan materi serta dikemas guna
memperlancar pemahaman, memperkuat ingatan, dan menumbuhkan minat mahasiswa, serta
mampu memberikan hubungan antara isi materi pembelajaran dengan dunia nyata membutuhkan
langkah-langkah khusus dalam pengembangannya. Nasution (2006) mengungkapkan bahwa
langkah efektif untuk menyusun sebuah modul adalah: (1) menyusun beberapa tujuan secara
jelas/spesifik dalam rangka menjamin bentuk kegiatan mahasiswa yang terukur dan dapat
diamati, (2) langkah-langkah tujuan yang menentukan urutan diikuti dalam modul, (3) test
diagnostic: menjamin ada keterkaitan antara butir-butir tes dengan tujuan modul, (4)
merumuskan alasan atau rasional tentang pentingnya modul dan manfaat modul bagi mahasiswa
supaya dapat dipelajari, (5) merancang aktivitas belajar untuk membantu dan membina
mahasiswa agar mencapai kompetensi yang disusun, (6) tersedia pos tes untuk mengukur hasil
belajar; (7) menyediakan pusat sumber-sumber yang berupa bacaan terbuka untuk mahasiswa
setiap waktu memerlukannya. Artinya modul praktikum tersebut dapat membantu mahasiswa
untuk memahami materi yang akan dipraktikumkan, alat dan bahan yang diperlukan dalam
kegiatan praktikum, cara kerja yang merupakan instruksi untuk melakukan aktivitas secara
terstruktur yang dilengkapi dengan rancangan gambar untuk mempermudah kerja mahasiswa.

Secara umum modul praktikum yang baik dilengkapi dengan komponen: (1) panduan
guru: berisi petunjuk dosen agar proses pembelajaran dapat diselenggaraan secara efisien
memuat: aktivitas guru, waktu yang disedaikan, media pembelajaran yang digunakan dan
petunjuk penilaian; (2) LKS: memuat aktivitas mahasiswa yang langkahnya mudah untuk diikuti
mahasiswa, (3) Lembar Kerja: LK menyertai LKS sebagai ruang mahasiswa menjawab soal atau
memecahkan suatu permasalahan yang ditentukan; (4) kunci lembar kerja: memandu mahasiswa
untuk melakukan self assesmen; (5) lembaran tes: sebagai instrumen penilaian ketercapaian
pembelajaran; (6) kunci lembar instrumen penilaian: alat koreksi mandiri terhadap penilaian
yang dilaksanakan (Daryanto, Aris D, 2014)

1. Prinsip Standarisasi Modul Praktikum

Modul praktikum pada dasarnya bertujuan untuk membantu kegiatan pembelajaran


terutama untuk pembelajaran praktikum di laboratorium. Modul praktikum memuat kegiatan
praktikum yaitu: menyatukan informasi, mengolah dan memanfaatkan informasi, serta
mengkomunikasi hasil. Pentingnya standarisasi modul praktikum dalam kegiatan laboratorium
diungkap oleh beberapa ahli: (1) modul praktikum mampu meningkatkan keterampilan berpikir
mahasiswa (Koswojo, dkk, 2019); (2) modul praktikum mampu memberikan kemudahan dan
kepraktisan dalam aktivitas saat praktikum (Fadilah dan Anggraeni, 2018); (3) modul praktikum
yang didesain berbasis pendekatan keterampilan proses melatih beberapa keterampilan proses
yang diperlukan untuk diterapkan di dunia kerja (Rustaman, 2005); dan (4) modul praktikum
yang dikembangkan secara mandiri dapat digunakan mahasiswa sebagai penilaian keterampilan
proses sains dan keterampilan sosial (Rohman, 2017).

Untuk menjamin terstandarisasinya modul praktikum disuatu institusi perlu merancang,


merumuskan, dan menetapkan prosedur operasional standar adiministrasi pemerintahan (POS
AP) merujuk pada Prosedur Operasional Standar (POS) berdasarkan Permen PAN-RB Nomor 35
Tahun 2012. Prosedur Operasional Standar (POS) merupakan kumpulan instruksi tertulis yang
distandarkan terkait berbagai proses penyelenggaraan kegiatan organisasi, tentang bagaimana
dan kapan harus dilaksanakan, dimana dan oleh siapa kegiatan itu dilaksanakan. Sedangkan
Administrasi Pemerintahan (AP) merupakan manajemen proses terkait implementasi tugas dan
fungsi pemerintahan yang dilakukan oleh organisasi pemerintahan. Jadi, POS Administrasi
Pemerintahan (POS AP) merupakan POS dari beberapa prosedur pengelolaan pelaksanaan tugas
dan fungsi pemerintahan yang dilakukan oleh organisasi pemerintah yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Standarissai Modul praktikum yang mengacu pada Prosedur Operasional Standar (POS)
berdasarkan peraturan Permen PAN-RB Nomor 35 Tahun 2012 menjamin keterlaksanaan
kegiatan “Menulis apa yang dikerjakan, dan mengerjakan apa yang ditulis”, yaitu:

1. Membenahi pengelolaan organisasi dengan menerapkan perencanaan (plan), pelaksanaan


(do), pengukuran (check) dan tindakan perbaikan (act)
2. memberi kejelasan prosedur yang digunakan
3. ketercapaian yang tidak memenuhi standar mutu dapat diminimalisir dan tingkat kesalahan
dapat dihindarkan
4. kinerja diulas secara teratur dan memfokuskan pada ketercapaian target
5. meningkatkan komunikasi antar internal dan relasi baik dengan berbagai pihak yang
berkepentingan
6. memperoleh kepercayaan dari konsumen/mitra kerja/pemodal
7. kepuasan pelanggan tentang penyampaian produk secara selaras dalam memenuhi beberapa
persyaratan pelanggan
8. jika kemudian ada pergantian kepegawaian, maka proses tetap dapat berlanjut
(Penyusunan SOP, Rinawati 14 November 2020)

2. Anatomi Dokumen POS AP Standarisasi Modul Praktikum

Terkait pentingnya anatomi dokumen POS AP standarisasi modul praktikum dalam


menstimulus dan mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa, beberapa ahli mengungkapkan
bahwa: (1) Yulia (2015), struktur yang baik sangat penting untuk kelancaran kegiatan praktikum,
artinya sudut pandang konstruksi menjadi bagian kunci untuk mempermudah dan memperlancar
kegiatan praktikum, oleh karena itu modul praktikum pada dasarnya harus menejelasan dengan
tepat serta mampu dimengerti sehingga mudah untuk dipahami oleh pengguna lain. dan (2)
Santayasa (2007) menjelaskan bahwa kegiatan kerja yang disampaikan secara terperinci
memungkinkan siswa untuk melakukan kegiatan praktikum secara efektif.

Berdasarkan hal tersebut, pendokumentasian POS AP sebagai sebuah dokumen memuat:


(1) Halaman judul (Cover): judul POS AP, instansi/unit kerja, tahun penyusunan, informasi
lain yang menunjang, Ketetapan Pimpinan/Lembaga; (2) Daftar isi dokumen POS; (3)
Penjelasan singkat penggunaan: batasan ruang lingkup, tujuan prosedur dibuat dan kebutuhan
organisasi, ringkasan, definisi terkait yag distandarkan (Gambar 1)
Gambar 1: Contoh halaman judul dokumen POS AP

Unsur Prosedur; Hal yang terkait dengan unsur prosedur POS AP, meliputi: (1) Logo
dan nama instansi/satuan kerja; (2) Nomor SOP: spesifik; (3) Tanggal pembuatan: tanggal
pertama kali SOP dibuat dan merupakan tanggal penyelesaian SOP yang dibuat; (4) Tanggal
revisi: tanggal SOP direvisi; (5) Tanggal efektif: tanggal mulai diberlakukan SOP atau sama
dengan tanggal ditandatanganinya dokumen SOP; (6) Pengesahan oleh pejabat yang
berkompeten pada tingkat satuan kerja: berisi nomenklatur jabatan, tanda tangan, nama pejabat
yang disertai dengan NIP serta stemple cap instansi; (7) Judul POS AP (Gambar 2)
Gambar 2: Contoh Bagian Identitas POS AP

Unsur Prosedur: 1. Bagian Identitas, meliputi: (1) Dasar hukum: peraturan perundang-
undangan yang melandasi prosedur pelaksanaan di POS AP dengan aturan pelaksanaanya; (2)
Keterkaitan: menjelaskan tentang hubungan antara prosedur lain baik langsung atau merupakan
bagian dari; Peringatan: mendeskripsikan mengenai peluang yang terjadi saat prosedur terlaksana
atau tidak terlaksana. Peringatan menjelaskan petuntuk dari beberapa persoalan yang muncul dan
berada di luar kendali jika prosedur dilaksanakan. Mampu mendeskripsikan tentang bagaimana
langkah untuk mengatasinya. (1) Umumnya menetapkan kata peringatan, yaitu: jika/apabila-

maka atau limit waktu aktivitas yang harus dilaksanakan. Kualifikasi pelaksana: dilaksanakan
oleh lebih dari satu pelaksana, maka kualifikasi berupa kompetensi yang bersifat umum untuk
semua pelaksana dan tidak bersifat individu; (2) Peralatan dan perlengkapan: deskripsitentang
daftar peralatan utama dan perlengkapan yang dibutuhkan yang secara langsung terkait dengan
SOP; (3) Pencatatan dan Pendataan: memuat beberapa hal yang perlu didata dan dicatat oleh
pejabat tertentu

Unsur Prosedur: 2. Bagian Flowchart: Format SOP: (1) Format diagram alir
(Flowchart); (2) Menggunakan 5 symbol flowchart: (a) Kapsul/Terminator : kegiatan mulai dan
berakhir; (b) Kotak/Process : proses berlangsung; (c) Belah ketupat/decision: pengambilan
keputusan; (c) Anak panah/Arrow: arah kegiatan; (d) Segilima/off-page connector: berbeda
halaman (Gambar 3). Penulisan kegiatan tidak dilengkapi pelaksana kegiatan dan menggunakan
kata kerja aktif yang diikuti dengan obyek atau keterangan. Contoh penulisan kegiatan:
menghimpun bahan rapat, mengirim surat undangan kepada peserta. Penulisan pelaksana
kegiatan tidak berdasarkan hierarki tetapi berdasarkan sekuen kegiatan, dimulai dari sisi kiri dan
tidak ada kegiatan yang dimulai dari sisi engah mau pun sisi kanan flowchart

Gambar 3: Contoh Bagan Flowchart POS AP

PENUTUP

Kegiatan standarisasi modul praktikum bertujuan untuk membantu memperlancar pengelolaan


laboratorium yang berfungsi untuk memaksimalkan kegunaan dari laboratorium dan semua
sumberdaya yang ada didalamnya, sehingga dapat membantu mewujudkan visi dan misi suatu
institusi. Selain itu. mahasiswa akan lebih memahami materi pelajaran dengan baik dan mampu
melakukan kegiatan mengamati serta melangsungkan kegiatan praktikum atau eksperimen
berbantuan modul praktikum. Hal ini yang melatarbelakangi membuat standar modul praktikum
dengan tujuan mempertahankan mutu pelaksanakan prktikum. Optimalisasi dilakukan dengan
cara menyusun indikator mutu dan standar mutu melalui POS AP yang memenuhi standar mutu
modul praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, I. 2010. Pengembangan Bahan Ajar. Bahan Kuliah On-Line. Bandung: Direktori UPI
Azhar Arsyad. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Daryanto dan Aris Dwicahyono. 2014. Pengembangan Perangkat pembelajaran. Jakarta: Gava
Media.
Hafizul F, Yusrizal, Saminan. 2016. Pengembangan Modul Praktikum Berbasis Inkuiri Untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa Kelas X di SMA Negeri I
Bukit Bener Meriah. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 04, No. 02, hlm 124-129
Koswojo, E P F Noviani1, Herwinarso. 2019. Pengembangan Modul Petunjuk Praktikum Fisika
Dasar Berbasis Inkuiri Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Melatihkan Keterampilan Proses
Sains Mahasiswa. The 5th Lontar Physics Forum 2019 (ISB 978-623-92092-0-9: 92-98)
Nasution. 2006. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakrta: Bumi
Aksara. Cet.10
Novianty, I. 2013. Efektivitas Penerapan Modul Materis Analisis Elektrokimia Berbasis Inkuiri
Terbimbing terhadap Hasil Belajar dan Persepsi Siswa Kelas XI Semester I Kompetensi
Keahlian Kimia Analisis SMKN 7 Malang. (Online).
(http://jurnal-online.um.ac.id/data/atikel/artikelD558184A592E293DCOADBC 1F2935488.pdf
Rinawati. 2020. Paparan: Penyusunan SOP. LP3M Unila. Tidak diterbitkan. Kegiatan tanggal
14 November 2020
Rohman, F. dan Lusiana, Y. (2017). Pengembangan Modul Praktikum Mandiri yang digunakan
sebagai Asesmen Keterampilan Proses Sains dan keterampilan Sosial Mahasiswa. JIPFRI:
Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah, Vol. 1 No. 2 : 47-56.
Rustaman, N.Y. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Santayasa, I. W. 2007. Landasan Konseptual Media Pembelajaran. Makalah disajikan dalam
Workshop Media Pembelajaran bagi Guru-guru SMA Negeri Banjar Angkan. Universitas
Pendidikan Ganesha: Klungkung.
Yulia. 2015. Penyusunan Penuntun Praktikum Pembuatan Salep Penyembuh Luka Insisi dari
Ekstrak Tangkai Daun Talas. Skripsi. Pontianak: Universitas Tanjungpura.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai