Oleh:
Prof. Dr. Undang Rosidin, M. Pd.
Dr. Viyanti, M. Pd.
(UNIVERSITAS LAMPUNG)
Disampaikan dalam
RAKERNAS AIPTLMI DAN WORKSHOP
Tanggal : 12 Maret 2022
PEMBAHASAN
Ruang lingkup dalam pencapaian academic excellence memerlukan kesempurnaan proses
akademik dalam semua bidang, termasuk pusat sumber belajar seperti laboratorium. Sebuah
Laboratorium memerlukan beberapa standarisasi tata kelola laboratorium yang tidak hanya
menyangkut substansi, tetapi juga termasuk pada komponen-komponen penunjang lainnya
seperti standarisasi modul praktikum. Komponen-komponen penunjang tersebut secara efisien
harus dapat menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing. Seperti diketahui bahwa dalam
rangka menjalankan fungsi dan tugasnya modul praktikum termasuk kedalam media visual.
Sejalan dengan pendapat ahli Azhar A, (2009) bahwa fungsi media visual yang melingkupi
modul praktikum meliputi: (1) pada fungsi atensi: adanya media visual dapat menarik setra
mengarahkan perhatian mahasiswa untuk berkonsentrasi pada isi pembelajaran yang
disampaikan; (2) media visual juga dapat mempengaruhi emosi dalam mengambil keputsan; (3)
pada fungsi kognitif, media visual dapat dipahami dan dingat dengan mudah oleh siswa; fungsi
komoensatoris: memberikan konsteks untuk memamahami teks dan membantu mahasiswa yang
lemah dalam membaca.
Seperti diketahui bahwa modul praktikum yang didesain mengarah pada pencapaian
pembelajaran tidak terlepas dari langkah-langkah ilmiah didalamnya. Langkah ilmiah ini
menjamin mahasiswa bekerja sistematis dan mandiri, hal ini didukung oleh beberapa pendapat
ahli bahwa: (1) adanya sistematika dalam penulisan modul mulai dari isi materi, metode dan
dilengkapi alat evaluasi menjamin pembelajar belajar mandiri untuk meraih kompetensi yang
ditentukan (Anwar, 2010), (2) modul praktikum yang memuat langkah pendekatan keterampilan
proses sains menjamin ketercapaian keterampilan proses sains siswa (Sukardiyono dan Wardani,
2013); (3) keterlaksanaan kegiatan praktikum berhasil dengan baik jika didukung modul inkuiri
(Novianti, 2013); (4) modul praktikum berbasis inkuri yang diterapkan pada siswa secara
signifikan meningkatkan keterampilan meramalkan (Hafizul, dkk, 2016). Oleh karena itu
dibutuhkan modul praktikum yang memuat karakteristik: (1) self-instruction artinya modul yang
memuat tujuan pembelajaran jelas, materi pembelajarn dikemas dalam unit yang spesifik,
tersedia ilustrasi untuk mendukung penjelasan pemaparan materi pembelajaran, memuat latihan
soal, kontekstual, bahasa sederhana serta komukitafif, memuat rangkuman materi pembelajaran,
memuat isntrumen penilaian, terdapat ruang untuk pemberian umpan balik, terdapat informasi
rujukan berbagai sumber; (2) self-contained: artinya materi yang dikemas secara utuh
memberikan kesempatan mahasiswa belajar tuntas; (3) stand alone: artinya modul dapat berdiri
sendiri; (4) adaptif: artinya menyesuaikan dengan perkembangan IPTEK; (5) bersahabat: artinya
seluruh instruksi dalam modul mampu memandu mahasiswa belajar dengan bahasa sederhana,
serta menggunakan istilah umum (Nasution, 2006).
Modul praktikum yang didesain mengkonkretkan materi serta dikemas guna
memperlancar pemahaman, memperkuat ingatan, dan menumbuhkan minat mahasiswa, serta
mampu memberikan hubungan antara isi materi pembelajaran dengan dunia nyata membutuhkan
langkah-langkah khusus dalam pengembangannya. Nasution (2006) mengungkapkan bahwa
langkah efektif untuk menyusun sebuah modul adalah: (1) menyusun beberapa tujuan secara
jelas/spesifik dalam rangka menjamin bentuk kegiatan mahasiswa yang terukur dan dapat
diamati, (2) langkah-langkah tujuan yang menentukan urutan diikuti dalam modul, (3) test
diagnostic: menjamin ada keterkaitan antara butir-butir tes dengan tujuan modul, (4)
merumuskan alasan atau rasional tentang pentingnya modul dan manfaat modul bagi mahasiswa
supaya dapat dipelajari, (5) merancang aktivitas belajar untuk membantu dan membina
mahasiswa agar mencapai kompetensi yang disusun, (6) tersedia pos tes untuk mengukur hasil
belajar; (7) menyediakan pusat sumber-sumber yang berupa bacaan terbuka untuk mahasiswa
setiap waktu memerlukannya. Artinya modul praktikum tersebut dapat membantu mahasiswa
untuk memahami materi yang akan dipraktikumkan, alat dan bahan yang diperlukan dalam
kegiatan praktikum, cara kerja yang merupakan instruksi untuk melakukan aktivitas secara
terstruktur yang dilengkapi dengan rancangan gambar untuk mempermudah kerja mahasiswa.
Secara umum modul praktikum yang baik dilengkapi dengan komponen: (1) panduan
guru: berisi petunjuk dosen agar proses pembelajaran dapat diselenggaraan secara efisien
memuat: aktivitas guru, waktu yang disedaikan, media pembelajaran yang digunakan dan
petunjuk penilaian; (2) LKS: memuat aktivitas mahasiswa yang langkahnya mudah untuk diikuti
mahasiswa, (3) Lembar Kerja: LK menyertai LKS sebagai ruang mahasiswa menjawab soal atau
memecahkan suatu permasalahan yang ditentukan; (4) kunci lembar kerja: memandu mahasiswa
untuk melakukan self assesmen; (5) lembaran tes: sebagai instrumen penilaian ketercapaian
pembelajaran; (6) kunci lembar instrumen penilaian: alat koreksi mandiri terhadap penilaian
yang dilaksanakan (Daryanto, Aris D, 2014)
Standarissai Modul praktikum yang mengacu pada Prosedur Operasional Standar (POS)
berdasarkan peraturan Permen PAN-RB Nomor 35 Tahun 2012 menjamin keterlaksanaan
kegiatan “Menulis apa yang dikerjakan, dan mengerjakan apa yang ditulis”, yaitu:
Unsur Prosedur; Hal yang terkait dengan unsur prosedur POS AP, meliputi: (1) Logo
dan nama instansi/satuan kerja; (2) Nomor SOP: spesifik; (3) Tanggal pembuatan: tanggal
pertama kali SOP dibuat dan merupakan tanggal penyelesaian SOP yang dibuat; (4) Tanggal
revisi: tanggal SOP direvisi; (5) Tanggal efektif: tanggal mulai diberlakukan SOP atau sama
dengan tanggal ditandatanganinya dokumen SOP; (6) Pengesahan oleh pejabat yang
berkompeten pada tingkat satuan kerja: berisi nomenklatur jabatan, tanda tangan, nama pejabat
yang disertai dengan NIP serta stemple cap instansi; (7) Judul POS AP (Gambar 2)
Gambar 2: Contoh Bagian Identitas POS AP
Unsur Prosedur: 1. Bagian Identitas, meliputi: (1) Dasar hukum: peraturan perundang-
undangan yang melandasi prosedur pelaksanaan di POS AP dengan aturan pelaksanaanya; (2)
Keterkaitan: menjelaskan tentang hubungan antara prosedur lain baik langsung atau merupakan
bagian dari; Peringatan: mendeskripsikan mengenai peluang yang terjadi saat prosedur terlaksana
atau tidak terlaksana. Peringatan menjelaskan petuntuk dari beberapa persoalan yang muncul dan
berada di luar kendali jika prosedur dilaksanakan. Mampu mendeskripsikan tentang bagaimana
langkah untuk mengatasinya. (1) Umumnya menetapkan kata peringatan, yaitu: jika/apabila-
maka atau limit waktu aktivitas yang harus dilaksanakan. Kualifikasi pelaksana: dilaksanakan
oleh lebih dari satu pelaksana, maka kualifikasi berupa kompetensi yang bersifat umum untuk
semua pelaksana dan tidak bersifat individu; (2) Peralatan dan perlengkapan: deskripsitentang
daftar peralatan utama dan perlengkapan yang dibutuhkan yang secara langsung terkait dengan
SOP; (3) Pencatatan dan Pendataan: memuat beberapa hal yang perlu didata dan dicatat oleh
pejabat tertentu
Unsur Prosedur: 2. Bagian Flowchart: Format SOP: (1) Format diagram alir
(Flowchart); (2) Menggunakan 5 symbol flowchart: (a) Kapsul/Terminator : kegiatan mulai dan
berakhir; (b) Kotak/Process : proses berlangsung; (c) Belah ketupat/decision: pengambilan
keputusan; (c) Anak panah/Arrow: arah kegiatan; (d) Segilima/off-page connector: berbeda
halaman (Gambar 3). Penulisan kegiatan tidak dilengkapi pelaksana kegiatan dan menggunakan
kata kerja aktif yang diikuti dengan obyek atau keterangan. Contoh penulisan kegiatan:
menghimpun bahan rapat, mengirim surat undangan kepada peserta. Penulisan pelaksana
kegiatan tidak berdasarkan hierarki tetapi berdasarkan sekuen kegiatan, dimulai dari sisi kiri dan
tidak ada kegiatan yang dimulai dari sisi engah mau pun sisi kanan flowchart
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, I. 2010. Pengembangan Bahan Ajar. Bahan Kuliah On-Line. Bandung: Direktori UPI
Azhar Arsyad. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Daryanto dan Aris Dwicahyono. 2014. Pengembangan Perangkat pembelajaran. Jakarta: Gava
Media.
Hafizul F, Yusrizal, Saminan. 2016. Pengembangan Modul Praktikum Berbasis Inkuiri Untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa Kelas X di SMA Negeri I
Bukit Bener Meriah. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 04, No. 02, hlm 124-129
Koswojo, E P F Noviani1, Herwinarso. 2019. Pengembangan Modul Petunjuk Praktikum Fisika
Dasar Berbasis Inkuiri Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Melatihkan Keterampilan Proses
Sains Mahasiswa. The 5th Lontar Physics Forum 2019 (ISB 978-623-92092-0-9: 92-98)
Nasution. 2006. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakrta: Bumi
Aksara. Cet.10
Novianty, I. 2013. Efektivitas Penerapan Modul Materis Analisis Elektrokimia Berbasis Inkuiri
Terbimbing terhadap Hasil Belajar dan Persepsi Siswa Kelas XI Semester I Kompetensi
Keahlian Kimia Analisis SMKN 7 Malang. (Online).
(http://jurnal-online.um.ac.id/data/atikel/artikelD558184A592E293DCOADBC 1F2935488.pdf
Rinawati. 2020. Paparan: Penyusunan SOP. LP3M Unila. Tidak diterbitkan. Kegiatan tanggal
14 November 2020
Rohman, F. dan Lusiana, Y. (2017). Pengembangan Modul Praktikum Mandiri yang digunakan
sebagai Asesmen Keterampilan Proses Sains dan keterampilan Sosial Mahasiswa. JIPFRI:
Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah, Vol. 1 No. 2 : 47-56.
Rustaman, N.Y. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Santayasa, I. W. 2007. Landasan Konseptual Media Pembelajaran. Makalah disajikan dalam
Workshop Media Pembelajaran bagi Guru-guru SMA Negeri Banjar Angkan. Universitas
Pendidikan Ganesha: Klungkung.
Yulia. 2015. Penyusunan Penuntun Praktikum Pembuatan Salep Penyembuh Luka Insisi dari
Ekstrak Tangkai Daun Talas. Skripsi. Pontianak: Universitas Tanjungpura.
LAMPIRAN