Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830

Vol. 4 No.2 Edisi November 2021 – April 2022


https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===========================================================================================
Received: 26 Januaari 2022 :: Accepted: 29 Januari 2022 :: Published: 28 April 2022

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN


TINGKAT KECEMASAN PASIEN YANG DILAKUKAN
TINDAKAN INVASIF THORACENTESIS DI RUANG
TINDAKAN PARU RSU KARSA HUSADA BATU
The Relationship Between Therapeutic Communication With The
Patient's Level of Anxiety Performed Thoracentesis invasive
Actions in the Room Lung Actions RSU Karsa Husada Batu

Ferawati1, Wiwik Agustina2, Sih Ageng Lumadi3

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, STIKES MAHARANI MALANG


JL. AKORDION TIMUR SELATAN NO.8B, MOJOLANGU, KEC. LOWOKWARU,
KOTA MALANG, JAWA TIMUR 65141
e-mail : ferawati185@gmail.com

DOI: 10.35451/jkf.v4i2.959

Abstrak
Kecemasan sering dialami oleh pasien yang menjalani prosedur invasif di
pelayanan kesehatan. Salah satu prosedur invasif tersebut adalah
thoracentesis. Upaya petugas untuk menurunkan kecemasan pasien dengan
melakukan komunikasi terapeutik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pasien
pada tindakan torakosentesis invasif di ruang bedah paru RSU Karsa Husada
Batu. Desain penelitian menggunakan Studi Korelatif. Metode pengumpulan
data menggunakan penelitian observasional dengan pendekatan cross
sectional. Responden dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu responden
pasien sebanyak 41 orang dan responden petugas sebanyak 6 orang. Variabel
bebas dinilai menggunakan lembar observasi sedangkan variabel terikat diukur
dengan instrumen HARS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai komunikasi
baik (53,7%) berpengaruh terhadap nilai tingkat kecemasan ringan (53,7%),
komunikasi cukup (41,5%) berpengaruh terhadap nilai tingkat kecemasan
sedang (39 %) dan komunikasi yang buruk (4,9). %) mempengaruhi tingkat
kecemasan berat (7,3%). Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara
komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pasien. Uji statistik Pearson
menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 atau (p<0,05), artinya ada
hubungan antara komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pasien yang
menjalani thoracentesis invasif. Nilai r = +0,6 hal ini menunjukkan bahwa
semakin baik komunikasi terapeutik maka kecemasan semakin rendah.
Disarankan kepada petugas untuk menerapkan komunikasi terapeutik agar
kecemasan pasien menghadapi thoracentesis dapat terkontrol.

Kata kunci: komunikasi terapeutik, kecemasan, tindakan invasif.

Abstract
Anxiety is often experienced by patients who undergo an invasive procedure in
health services. One such invasive procedure is thoracentesis. Efforts by officers
to reduce patient anxiety by conducting therapeutic communication. The purpose
of the study was to determine the relationship between therapeutic

172
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830
Vol. 4 No.2 Edisi November 2021 – April 2022
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===========================================================================================
Received: 26 Januaari 2022 :: Accepted: 29 Januari 2022 :: Published: 28 April 2022

communication and the patient's level of anxiety on invasive thoracentesis in the


pulmonary surgery room at Karsa Husada Batu General Hospital. The research
design uses Correlative Study. The data collection method used observational
research with a cross sectional approach. Respondents in this study were divided
into 2, namely patient respondents as many as 41 people and officer respondents
as many as 6 people. The independent variable was assessed using an
observation sheet while the dependent variable was measured using the HARS
instrument. The results showed that the value of good communication (53.7%)
had an effect on the value of the level of mild anxiety (53.7%), sufficient
communication (41.5%) had an effect on the value of the moderate level of
anxiety (39%) and poor communication (4.9). %) affects the level of severe
anxiety (7.3%). This shows the relationship between therapeutic communication
with the patient's level of anxiety. Pearson's statistical test showed a significance
value of 0.000 or (p <0.05), meaning that there was a relationship between
therapeutic communication and anxiety levels of patients undergoing invasive
thoracentesis. The value of r = +0.6, this indicates that the better the
therapeutic communication, the lower the anxiety. It is recommended for officers
to apply therapeutic communication so that the anxiety of patients facing
thoracentesis can be controlled.

Keywords: therapeutic communication, anxiety, invasive action.

1. PENDAHULUAN dekat pasien cenderung mengarah pada


Kecemasan merupakan perasaan tugas perawat dari pada mengenali
tidak pasti dan tidak berdaya terhadap kecemasan dan persepsi pasien tentang
objek yang tidak spesifik. Kondisi ini tindakan yang menyebabkan
dialami secara subjektif dan kecemasan. Dalam penelitian ini jumlah
dikomunikasikan dalam hubungan responden petugas lebih dari
interpersonal (Herlina, 2015). Pada setengahnya adalah dokter sebesar
umumnya kecemasan disebabkan oleh 66,7% dan kurang dari setengahnya
faktor internal dan faktor ekternal. adalah perawat. Sejalan dengan yang
Faktor internal meliputi kematangan disampaikan oleh Luh et al., (2018)
pribadi, harga diri, kesehatan, perilaku, yaitu dampak psikologis dialami oleh
jenis kelamin, dan pemahaman dalam pasien dikarenakan kurangnya
menghadapi masalah, sedangkan faktor komunikasi terapeutik oleh pemberi
eksternal meliputi pendidikan, usia, layanan kesehatan yaitu ketidaktahuan
faktor lingkungan dan keluarga. Takut terekspresikan dalam berbagai bentuk
terhadap anastesi, takut terhadap nyeri, seperti pasien akan banyak mengeluh
atau kematian, takut tentang dan bertanya, kapan mereka dilakukan
ketidaktahuan, atau takut terhadap tindakan, marah, menolak atau apatis
deformitas atau ancaman lain terhadap terhadap kegiatan perawatan. Reaksi
citra tubuh yang dapat menyebabkan cemas ini akan berlanjut bila klien tidak
ansietas (Luh et al, 2018). pernah atau kurang mendapat informasi
Menurut Sutarwi et al., (2019) yang berhubungan dengan penyakit dan
fenomena yang yang terjadi di layanan tindakan yang di lakukan terhadap
kesehatan adalah bahwa komunikasi dirinya. Bila kecemasan tidak segera
yang dilakukan perawat sebagai orang diatasi maka dapat menimbulkan
yang terdekat dan paling lama berada di perubahan secara fisik meliputi

173
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830
Vol. 4 No.2 Edisi November 2021 – April 2022
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===========================================================================================
Received: 26 Januaari 2022 :: Accepted: 29 Januari 2022 :: Published: 28 April 2022

peningkatan denyut jantung, yang dilakukan penundaan dimana 80%


peningkatan tekanan darah, penyebabnya dikarenakan perubahan
peningkatan frekuensi napas, dan kondisi tanda vital yang mendadak tidak
secara umum mengurangi tingkat stabil pada saat akan dilakukan
energi sehingga mengganggu proses tindakan. Serta berdasarkan observasi
pelaksanaan jika akan dilakukan peneliti pada tanggal 3 Januari 2020
tindakan invasif dan dapat terdapat 7 pasien yang akan dilakukan
mengakibatkan penundaan tindakan invasif yaitu thoracentesis, 2
dilakukannya tindakan sampai kondisi pasien tampak cemas dengan
tanda-tanda vital normal. menanyakan berulang-ulang kepada
Putra (2016) mengemukakan perawat apakah tindakan ini akan
bahwa komunikasi terapeutik membuat sakit, 3 pasien mengatakan
merupakan media utama yang takut dan tampak pucat saat akan
digunakan untuk mengaplikasikan dilakukan tindakan, 2 pasien lainnya
proses keperawatan. Komunikasi yang menyatakan sudah pernah menjalani
diterapkan perawat kepada klien tindakan ini namun mengatakan cemas
merupakan komunikasi terapeutik yang karena pernah mengalami penusukan
mempunyai tujuan untuk mencapai berulang-ulang.
kesembuhan pasien (Putra, 2016a). Berdasarkan fenomena tersebut
Penggunaan komunikasi terapeutik maka peneliti ingin mengetahui adakah
yang efektif dengan memperhatikan hubungan antara komunikasi terapeutik
pengetahuan, sikap, dan cara yang dengan tingkat kecemasan pasien yang
digunakan oleh perawat sangat besar dilakukan tindakan invasif
pengaruhnya terhadap usaha mengatasi thoracentesis di ruang tindakan paru
berbagai masalah psikologis pasien. Rsu Karsa Husada Batu?
Dengan komunikasi terapeutik, pasien
akan mengetahui apa yang sedang 2. METODE
dilakukan dan apa yang akan dilakukan Jenis penelitian ini adalah jenis
selama di rumah sakit sehingga penelitian korelasional dengan desain
perasaan pasien dan pikiran yang penelitian yang digunakan adalah
menimbulkan masalah psikologis pasien Correlative Study. Metode pengambilan
dapat teratasi seperti kecemasan dan data menggunakan penelitian
ketakutan. Teknik komunikasi observasional dengan pendekatan cross
terapeutik yang dapat digunakan secsional.
perawat untuk menurunkannya Sampel dalam penelitian ini adalah
kecemasan salah satunya dengan pasien yang dilakukan tindakan
mendengarkan dan memberi perhatian thoracentetis di ruang tindakan paru
penuh (Sasmito et al, 2019). RSU Karsa Husada Batu pada tanggal 30
Berdasarkan hasil studi Desember 2020 - 5 Februari 2021 yang
pendahuluan yang dilakukan oleh dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan
peneliti di ruang tindakan paru RSU eksklusi. Teknik sampling dalam
Karsa Husada Batu pada bulan Januari penelitian ini menggunakan non
2019 sampai dengan Desember 2019 probability sampling dengan cara quota
didapatkan data laporan insiden sampling. Jenis instrumen yang
mengenai penundaan pelaksanaan digunakan dalam pengumpulan data
tindakan invasif seperti Thoracentesis, pada penelitian ini adalah lembar
Fiber Optic Broncoscopy yang disingkat observasi dan kuesioner lembar
FOB dan Water Seal Drainage atau observasi ini adalah modifikasi dari SOP
disingkat WSD terdapat 5 kasus . Pasien komunikasi yang berlaku di RSU Karsa

174
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830
Vol. 4 No.2 Edisi November 2021 – April 2022
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===========================================================================================
Received: 26 Januaari 2022 :: Accepted: 29 Januari 2022 :: Published: 28 April 2022

Husada Batu yang sesuai dengan Tabel 2. Karakteristik Petugas


lampiran 5 untuk menilai teknik No
Karak-
Kategori F %
teristik
komunikasi terapeutik yang dilakukan
1 Usia 17-25 th
- -
oleh petugas serta dan kuesioner untuk 26-35th 2 33,3%
menilai kecemasan pasien dengan 36-45th 2 33,3%
menggunakan HARS yang dilakukan 46-55th 2 33,3%
pada saat berlangsungnya tindakan 56-65th -
> 65 th -
atau selesai tindakan dilakukan. Total 6 100%
2 Pengalam ≥ 1th 5 83,3%
3. HASIL an ≤ 1th 1 16,7%
Karakteristik responden pasien Bekerja Total 6 100%
3 Status Perawat 2 33,3%
berdasarkan usia, jenis kelamin, Pekerjaan Dokter 4 66,7%
pendidikan, pengalaman tindakan Total 6 100%
thoracentesis dengan jumlah reponden
41. Sedangkan karakteristik responden Pada tabel diatas dapat diketahui
petugas berdasarkan usia, pengalaman bahwa usia respoden petugas memiliki
bekerja, status pekerjaan. jumlah yang sama dalam kategori
dewasa awal, dewasa akhir dan lansia
Tabel 1. Karakteristik Pasien awal masing-masing sepertiga. Lebih
Karak- dari setengahnya status pekerjaan
No Kategori F %
teristik
1 Jenis Laki-laki 30 73 responden petugas adalah dokter
Kelamin Perempuan 11 27 sebesar 66,7% dan hampir seluruhnya
Total 41 100
2 Tingkat Tidak
(83,3%) responden petugas memiliki
1 2
Pendidika Sekolah pengalaman bekerja lebih dari 1 tahun.
n SD 15 37
Distribusi penilaian komunikasi
SMP 14 34
SMA 11 27 terapeutik petugas terhadap pasien
Diploma 0 0 yang dilakukan tindakan invasif
Sarjana 0 0
Total 41 100 thoracentesis di ruang tindakan paru
3 Usia 17-25 tahun 4 10 RSU Karsa Husada Batu.
26-35 tahun 2 5
36-45 tahun 0 0 Tabel 3. komunikasi terapeutik petugas
46-55 tahun 22 54 terhadap pasien
56-65 tahun 5 12 Kategori Total
Kategori Tingkat
> 65 tahun 8 19 Inisial Nilai Komunikasi
Kecemasan Pasien
Total 41 100 petugas Petugas
4 Pengala Pernah 23 56 B C K R S B P
man Belum 1 1 8 0 1 6 2 0
18 44
thoracent pernah 2 5 7 1 6 6 1 0
esis Total 41 100 3 5 2 0 4 3 0 0
4 7 0 0 7 0 0 0
5 4 0 0 4 0 0 0
Pada tabel diatas diketahui bahwa 6 0 0 1 0 0 1 0
hampir seluruhnya responden pasien Pada tabel diatas dapat
berjenis kelamin laki-laki. Kurang dari dinyatakan bahwa Petugas dengan
setengah jumlah responden tingkat inisial 1 nilai komunikasinya adalah
pendidikannya adalah SD, sedangkan cukup dengan hasil tingkat kecemasan
lebih dari setengahnya usia responden yang dialami oleh pasien kategori
pasien antara 46-55 tahun dan belum terbanyak adalah tingkat kecemasan
pernah menjalani tindakan thoracentesis sedang. Petugas dengan inisial 2 nilai
sebelumnya. Distribusi responden komunikasinya adalah cukup dengan
petugas berdasarkan usia, pengalaman hasil tingkat kecemasan yang dialami
bekerja dan status pekerjaan disajikan oleh pasien dalam rentang ringan
pada tabel berikut: sampai sedang. Petugas dengan inisial 3

175
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830
Vol. 4 No.2 Edisi November 2021 – April 2022
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===========================================================================================
Received: 26 Januaari 2022 :: Accepted: 29 Januari 2022 :: Published: 28 April 2022

nilai komunikasinya adalah baik dengan Dalam penelitian Diana (2016) juga
hasil tingkat kecemasan yang dialami menyatakan bahwa pengetahuan
oleh pasien mayoritas adalah kategori tentang komunikasi terapeutik
ringan. Petugas dengan inisial 4 nilai menentukan kemampuan petugas
komunikasinya adalah baik dengan hasil pelayan kesehatan dalam membina
tingkat kecemasan yang dialami oleh hubungan saling percaya dan membuat
pasien mayoritas adalah kategori lawan bicara menjadi tenang .Hal ini
ringan. Petugas dengan inisial 5 nilai sejalan dengan penelitian Firmansyah
komunikasinya adalah baik dengan hasil (2017) yang menyatakan bahwa ada
tingkat kecemasan yang dialami oleh kecenderungan bahwa semakin tinggi
pasien mayoritas adalah kategori pengetahuan semakin baik pelaksanaan
ringan. Petugas dengan inisial 6 nilai komunikasi terapeutik itu sendiri.
komunikasinya adalah kurang dengan Dalam penelitian ini juga
hasil tingkat kecemasan yang dialami didapatkan bahwa karakteristik usia
pasien adalah kategori berat. tidak mempengaruhi pelaksanaan
komunikasi terapeutik petugas. Teknik
berkomunikasi seseorang dapat
dipengaruhi oleh situasi emosi dan sikap
Tabel 4. Uji Analisa Data Pearson seseorang saat itu. Saat seseorang
Pearson
Sig. Keterangan mengalami suasana hati yang baik
Correlation
maka akan mempengaruhi sikap
Asymp. Sig. 0,000 P< 0,05 H1 diterima
(2-tailed)
seseorang dalam berkomunikasi.
Hasil analisis menggunakan uji Komunikasi yang disampaikan
bivariat Pearson didapatkan nilai Sig. cenderung lebih komunikatif dan
(2-tailed) sebesar 0,000 lebih kecil dari informatif. Sebaliknya jika seseorang
0,05 (P<0,05). Hasil ini menunjukkan mengalami situasi atau perasaan yang
bahwa terdapat hubungan antara kurang atau tidak baik maka
komunikasi terapeutik dengan tingkat berpengaruh terhadap komunikasinya
kecemasan pasien yang akan dilakukan terhadap orang lain,yang cenderung
tindakan invasif thoracentesis di RSU kurang informatif dan komunikatif. Hal
Karsa Husada Batu ini sesuai dengan teori menurut
Anjaswarni (2016) bahwa teknik
4. PEMBAHASAN berkomunikasi menyesuaikan dengan
Hasil Penilaian komunikasi ini dapat usia penerima informasi sehingga
dipengaruhi oleh ketrampilan serta tercapai tujuan yang diinginkan.
pengetahuan seseorang dalam Semua tingkah laku merupakan
menyampaikan informasi dari masing- komunikasi (verbal dan non verbal) dan
masing individu petugas sehingga nilai semua komunikasi mempengaruhi
komunikasi petugas yang didapatkan tingkah laku sehingga komunikasi
dalam penelitian ini bervariasi. Hal ini merupakan suatu alat untuk
sesuai teori Anjaswarni (2016) memfasilitasi hubungan terapeutik
menyebutkan bahwa sebagai petugas (Rahmadani, 2018) .
pelayan kesehatan, ketrampilan dasar Menurut hasil penelitian ini dapat
yang harus dikuasai adalah komunikasi. disimpulkan bahwa kecemasan tidak
Penguasaan komunikasi dalam berhubungan dengan jenis kelamin.
pelayanan kesehatan akan Disebabkan karena dalam penelitian ini
memungkinkan petugas dalam responden pasien laki-laki jumlahnya
melaksanakan pelayanan kesehatan. lebih banyak dari responden pasien
perempuan. Hal ini sejalan dengan

176
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830
Vol. 4 No.2 Edisi November 2021 – April 2022
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===========================================================================================
Received: 26 Januaari 2022 :: Accepted: 29 Januari 2022 :: Published: 28 April 2022

penelitian yang dilakukan Nugraheni & kecemasan dan mampu beradaptasi


Ramdaniati (2018) yang menyimpulkan dengan kecemasan yang lebih besar.
bahwa tidak adanya hubungan antara Penelitian ini sesuai dengan teori
faktor jenis kelamin dengan tingkat Murdiningsih & Ghofur (2013) yang
kecemasan disebabkan karena menyebutkan bahwa gangguan
responden pasien laki-laki dan kecemasan dapat terjadi pada semua
perempuan jumlahnya tidak sama dan usia, lebih sering pada usia dewasa,
perbedaan yang relative besar. Hasil sebagian besar kecemasan terjadi pada
penelitian ini berlawanan dengan teori usia 21-45 tahun.
G.W.Stuart ( 2016) yang menyebutkan Dari hasil penelitian ini didapatkan
bahwa gangguan kecemasan lebih bahwa adanya hubungan pengalaman
sering dialami wanita dikarenakan tindakan thoracentesis dengan tingkat
wanita lebih peka dengan emosinya kecemasan yang dialami pasien. Data
yang berpengaruh terhadap kepekaan diatas didapatkan kecemasan berat
perasaan cemasnya. terjadi pada pasien yang belum pernah
Dari penelitian ini juga dapat menjalani tindakan thoracentesis
diketahui bahwa tingkat pendidikan sebelumnya disebabkan karena belum
tidak mempengaruhi kecemasan ada pengetahuan dan pengalaman
seseorang, karena dalam penelitian ini sehingga beranggapan bahwa tindakan
didapatkan data tingkat kecemasan ini sangat menyakiti sehingga
sedang yang banyak dialami pasien mempengaruhi tingkat kecemasan.
dengan latar belakang pendidikan SMA, Pengalaman awal adalah bagian penting
hal ini dikarenakan pengetahuan yang yang sangat menentukan kondisi mental
diterima mempengaruhi kesadaran dan pasien dikemudian hari. Hal ini sesuai
pemahamannya sehingga menimbulkan dengan teori Murdiningsih & Ghofur
stimulus yang berlebihan. Hasil (2013) yang menyatakan bahwa
penelitian yang didapat tidak sejalan pengalaman awal dalam pengobatan
dengan teori M. Nur Ghufron & Rini merupakan pengalaman yang sangat
Risnawita (2014) yang menyebutkan berharga untuk masa yang akan datang.
bahwa tingkat pendidikan dapat Pendapat dalam penelitian ini sesuai
mengurangi rasa tidak mampu dalam dengan teori G.W.Stuart (2016) yang
menghadapi stress, semakin tinggi menyebutkan bahwa pengetahuan yang
tingkat pendidikan maka seseorang dimiliki seseorang dapat menurunkan
akan mudah dan mampu menghadapi perasaan cemas yang dialami dalam
stress yang ada. mempersepsikan suatu
Dari hasil penelitian ini didapatkan hal,pengetahuan ini diperoleh dari
banyaknya responden yang dominan informasi yang didapat dan pengalaman
mengalami kecemasan ringan pada yang pernah dilewati oleh individu.
masa lansia awal sebesar 38%, hal ini Hipotesa awal dari penelitian ini
dikarenakan bahwa kematangan usia adalah terdapat hubungan antara
dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi terapeutik dengan tingkat
seseorang dalam beradaptasi kecemasan pasien yang dilakukan
kecemasan dibandingkan usia tindakan invasif thoracentesis di ruang
dibawahnya. G.W.Stuart (2016) tindakan paru RSU Karsa Husada Batu,
menyatakan bahwa maturitas atau setelah dilakukan uji hipotesis dengan
kematangan individu akan menggunakan uji korelasi bivariat
mempengaruhi kemampuan koping dan menggunakan Uji Pearson didapatkan
mekanisme seseorang sehingga individu nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 lebih
yang matur sukar mengalami kecil dari 0,05 (0,05 > 0,000). Hasil ini

177
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830
Vol. 4 No.2 Edisi November 2021 – April 2022
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===========================================================================================
Received: 26 Januaari 2022 :: Accepted: 29 Januari 2022 :: Published: 28 April 2022

dapat disimpulkan bahwa H1 diterima petugas yang menangani 41


dan terdapat hubungan antara responden pasien yang dilakukan
komunikasi terapeutik dengan tingkat tindakan invasif thoracentesis
kecemasan pasien yang dilakukan didapatkan nilai komunikasi baik
tindakan invasif thoracentesis diruang sebesar 53,7%, yang berpengaruh
tindakan paru RSU Karsa Husada Batu terhadap nilai tingkat kecemasan
(r= +0,6) yang berarti bahwa semakin ringan (53,7%) , komunikasi cukup
baik nilai komunikasi terapeutik petugas sebesar 41,5% berpengaruh
maka semakin berkurang tingkat terhadap nilai tingkat kecemasan
kecemasan pasien sehingga sedang (39%) dan komunikasi
menunjukkan hubungan yang kearah kurang sebesar 4,9% mempengaruhi
positif. tingkat kecemasan pasien berat
(7,3%) . Berdasarkan data tersebut
menunjukkan adanya hubungan
antara komunikasi terapeutik yang
5. KESIMPULAN dilakukan saat tindakan invasif
Berdasarkan hasil penelitian yang thoracentesis dengan terjadinya
dilakukan didapatkan kesimpulan kecemasan yang dialami responden
sebagai berikut: pasien. Dibuktikan dengan
1. Dalam penelitian ini didapatkan menggunakan uji bivariat Pearson
bahwa nilai komunikasi petugas didapatkan nilai Sig. (2-tailed)
dengan kategori baik sebanyak sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05
53,7%, kategori cukup sebanyak (P<0,05). Hasil ini menunjukkan
41,5% dan kategori komunikasi bahwa semakin baik nilai komunikasi
kurang sebanyak 4,9%. Penilaian terapeutik petugas maka semakin
komunikasi ini dapat dipengaruhi berkurang tingkat kecemasan pasien
oleh ketrampilan serta pengetahuan sehingga menunjukkan hubungan
seseorang dalam menyampaikan yang kearah positif.
informasi dari masing-masing
individu petugas sehingga nilai DAFTAR PUSTAKA
komunikasi petugas yang didapatkan Anjaswarni, T. (2016). Komunikasi
dalam penelitian ini bervariasi. Dalam Keperawatan.
Diana. (2016). Hubungan Pengetahuan
2. Hasil nilai kecemasan dari 41
Komunikasi Terapeutik Terhadap
responden yang dilakukan tindakan Kemampuan Komunikasi Perawat
invasif thoracentesis didapatkan Dalam Melaksanakan Asuhan
sebanyak 53,7% mengalami Keperawatan di RS Elisabeth
kecemasan ringan, sebanyak 39% Purwokerto.
mengalami kecemasan sedang dan Firmansyah. (2017). Hubungan Tingkat
sebanyak 7,3% mengalami Pengetahuan Perawat Tentang
Komunikasi Terapeutik Dengan
kecemasan berat. Hasil penilain
Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
kecemasan dalam penelitian ini Pada Usia Prasekolah di Ruang
didapatkan faktor lain yang Perawatan 1 RSUD Polewali Mandar.
mempengaruhi terjadinya G.W.Stuart. (2016a). Prinsip dan Praktik
kecemasan selain komunikasi, antara Keperawatan Kesehatan Jiwa
lain yaitu pengalaman sebelumnya Stuart.
herlina. (2015). Hubungan Tingkat
dalam tindakan invasif
Pengetahuantentang Informasi Pra
thoracentesis.
Bedah Dengan Tingkat Kecemasan
3. Dalam penelitian ini didapatkan Orang Tua Pasien Bedah Anak Di
analisa bahwa dari 6 responden Ruang Preoperatif Instalasi Bedah

178
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830
Vol. 4 No.2 Edisi November 2021 – April 2022
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===========================================================================================
Received: 26 Januaari 2022 :: Accepted: 29 Januari 2022 :: Published: 28 April 2022

Sentral Rsud Abdul Wahab


Sjahranie Samarinda.
Luh, N., Purnama, A., & Lupita, M.
(2018a). Kecemasan
Pasienpraoperasi. 14–20.
M. Nur Ghufron & Rini Risnawita, S.
(2014). Teori-Teori Psikologi. Ar-
Ruzz Media.
Murdiningsih, & Ghofur. (2013). Faktor-
faktor yang mempengaruhi
kecemasan.
Nugraheni, C., & Ramdaniati, S. (2018).
Faktor-faktor Yang Berhubungan
Dengan Tingkat Kecemasan
Kecemasan Pasien Kanker Di Poli
Bedah Onkologi Rumah Sakit Hasan
Sadikin Bandung.
Putra, A. (2016b). Hubungan
Komunikasi Terapeutik Perawat
Dengan Kepuasan Pasien Di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Zainoel Abidin, 2013.
Jurnal Ilmu Keperawatan, 1(1).
Putra. (2016a). Hubungan komunikasi
terapeutik perawat dengan
kepuasan pasien di ruang rawat
inap rumah sakit umum daerah dr.
Zainoel abidin, 2013. Jurnal Ilmu
Keperawatan.
Rahmadani, M. (2018). Hubungan
Komunikasi Terapeutik Perawat
Terhadap Tingkat Kecemasan
Pasien Pre Operasi Di Ruang Rawat
Inap RS PKU Muhammadiyah
Gamping.
Sasmito, P., Majadanlipah, M., Raihan,
R., & Ernawati, E. (2019).
Penerapan Teknik Komunikasi
Terapeutik Oleh Perawat pada
Pasien. Jurnal Kesehatan Poltekkes
Ternate, 11(2), 58.
https://doi.org/10.32763/juke.v11i
2.87
Sutarwi, E. W., Ilmu, J., & Indonesia, K.
(2019). Pengaruh Supportif
Edukatif terhadap Kecemasan pada
Pasien Pre Operasi. 12(1), 18–27.

179

Anda mungkin juga menyukai